No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Kompor pembakar jenazah memiliki beberapa bagian seperti:

SKRIPSI PERANCANGAN BURNER KETEL UAP PIPA API BERBAHAN BAKAR OLI BEKAS. Oleh : Maramad Saputra Nara

BAB II LANDASAN TEORI. Kompor pembakar jenazah memiliki beberapa bagian seperti:

BAB III PROSES PEMBAKARAN

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN PANJANG FLAME BABINGTON BURNER

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

Pendahuluan Motor Diesel Tujuan Rudolf Diesel Kesulitan Rudolf Diesel

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TUNGKU PELEBURAN LOGAM DENGAN PEMANFAATAN OLI BEKAS SEBAGAI BAHAN BAKAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. listrik dimana generator atau pembangkit digerakkan oleh turbin dengan

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

PERENCANAAN KETEL UAP TEKANAN 6 ATM DENGAN BAHAN BAKAR KAYU UNTUK INDUSTRI SEDERHANA RUSNOTO

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

Laju Pendidihan. Grafik kecepatan Pendidihan. M.Sumbu 18. M.Sumbu 24. Temperatur ( C) E.Sebaris 3 inch. E.Susun 3 inch. E.Sususn 2 inch.

SKRIPSI FAKTOR VARIASI DIAMETER PIPA UDARA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN WAKTU PEMBAKARAN PADA KOMPOR PEMBAKAR JENAZAH. Oleh :

BAB 4 HASIL & ANALISIS

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

BAB II MOTOR BENSIN DAN MOTOR DIESEL

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB V Aliran bahan bakar II. Pompa bahan bakar BOSCH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN BURNER BERBAHAN BAKAR OLI BEKAS UNTUK MENINGKATKAN EFESIENSI PEMBAKARAN KALSINASI KAPUR AKTIF

1. Bagian Utama Boiler

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

BAB II TEORI DASAR. Mesin diesel pertama kali ditemukan pada tahun 1893 oleh seorang berkebangsaan

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

BAB II. LANDASAN TEORI

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

SKRIPSI PENGARUH VARIASI SUDUT NOZZLE BAHAN BAKAR DENGAN D-NOZZLE RATIO YANG SAMA TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOR PEMBAKAR JENAZAH

Macam-macam Pengering. TBM ke 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JENIS-JENIS PENGERINGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI. 2.2 Komponen-Komponen Tabung Vortex dan Fungsinya. Inlet Udara. Chamber. Orifice (diafragma) Valve (Katup)

ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR PADA KETEL UAP

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

SKRIPSI FAKTOR JUMLAH LILITAN PIPA BURNER TERHADAP POLA NYALA DAN WAKTU PEMBAKARAN PADA ALAT PEMBAKAR JENAZAH KONVENSIONAL

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas

Turbin Parson adalah jenis turbin reaksi yang paling sederhana dan banyak digunakan. Turbin mempunyai komponen-komponen utama sebagai berikut:

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sejarah Tabung Vortex

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF

Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pendugaan Hubungan Perubahan Suhu dan Viskositas Minyak terhadap Panjang Pipa Pemanas Minyak

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESETIMBANGAN ENERGI

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

BAB II LANDASAN TEORI

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar

METODE PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN CLEVE LAND OPEN CUP

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

UNIVERSITAS GADJAH MADA PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI

BAB II DASAR TEORI. dipakai saat ini. Sedangkan mesin kalor adalah mesin yang menggunakan

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM

BAB VII PENDINGINAN MOTOR

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER

Transkripsi:

3 3 BAB II DASAR TEORI 2. 1 Bahan Bakar Cair Bahan bakar cair berasal dari minyak bumi. Minyak bumi didapat dari dalam tanah dengan jalan mengebornya di ladang-ladang minyak, dan memompanya sampai ke atas permukaan bumi, untuk selanjutnya diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis minyak bakar. Umumnya dari minyak bumi (crude oil), dapat dipisah-pisahkan beberapa macam bahan bakar cair, antara lain berbagai jenis bensin, minyak tanah, kerosin, berbagai minyak solar serta berbagai jenis minyak bakar untuk ketel uap. Pemisahanpemisahan menjadi beberapa jenis bahan bakar tersebut dilakukan dengan jalan distilasi bertingkat, melalui berbagai tingkatan temperatur (Djokosetyardjo, 1989). 2. 1. 1 Oli Bekas Oli merupakan sisa dari produk-produk minyak bumi yang lain. Beberapa produk sisa adalah minyak bakr residu, minyak bakar untuk diesel, road oil, spray oil, coke, asphalt, dll. Oli digunakan sebagai minyak pelumas pada kendaraan, namun limbahnya yaitu oli bekas belum ada penanganan yang tepat sehingga oli bekas tersebut dapat mencemari lingkungan. Untuk itu dilakukan penelitian untuk memanfaatkan oli bekas sebagai bahan bakar alternatif, karena oli bekas tersebut masih memiliki nilai kalor yang cukup tinggi. Adapun karakteristik dari oli bekas ditunjukkan pada table berikut : Tabel 2.1 Karakteristik Oli Bekas No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0,8873 2 NKA (kj/kg) 42085,263

4 2. 1. 2 Pembakaran Dengan Minyak Bakar (Oil Burner) Pembakaran dengan minyak bakar menghendaki butiran-butiran bahan bakar yang disemprotkan ke dalam tungku dalam keadaan yang sangat halus, agar dapat tercampur dengan merata dengan udara pembakarnya.minyak disemprotkan melalui pengabut minyak, yang juga disebut pembakar, dalam bentuk butiran-butiran minyak yang sangat halus menyerupai kabut minyak. Sebelum bahan bakar dapat dibakar, terlebih dahulu melalui proses-proses penguapan dan penguraian menjadi gas-gas selengkapnya agar tidak menghasilkan pembakaran yang banyak mengandung jelaga. Untuk pemanasan pendahuluan, penguapan dan penguraian menjadi gas-gas, diperlukan sejumlah panas, yang diambil dari api yang terbentuk dari pembakaran sebelumnya. Untuk tidak terlalu banyak mengambil panas dari api, maka di sekitar mulut pembakar (burner), hendaknya terdapat tembokan-tembokan yang banyak memantulkan panas dari api, yang dengan demikian merupakan penyimpanan panas. Ada tiga macam cara pengabutan minyak bakar : a. Pengabutan dengan menggunakan semprotan uap atau udara. b. Pengabutan tekan, bahan bakar minyak dengan tekanan tertentu akan mengabut dengan sendirinya. c. Pengabutan putar (rotating burner), yang masih dibantu juga dengan hembusan udara. a) Pengabutan Dengan Semprotan Uap Atau Udara Minyak bakar lewat lubang saluran di tengah-tengah pembakar, yang jumlah pengalirannya diatur oleh klep jarum.udara atau uap dialirkan melalui pipa yang konsentris dengan lubang saluran minyak bakar yang terletak pada mulut pembakar, terdapat lubang-lubang semprot, dengan minyak bakar yang baru saja keluar dari lubang salurannya, dipecah-pecah menjadi butiran-butiran kabut minyak bakar, tepat dimuka mulut pembakar (burner). Lubang-lubang untuk keluarnya udara atau uap arahnya dibuat tangensial terhadap berkas minyak bakar yang keluar dari lubang salurannya, sedemikian sehingga terjadi pusaran (swirl) campuran minyak bakar dan udara di depan mulut burner.

5 Dengan demikian, gaya sentrifugal yang timbul akibat terjadinya pusaran campuran minyak bakar dan udara di depan mulut burner akan lebih membantu dalam mengabutkan bahan bakar, yang dengan cara demikian, maka bunga api yang terjadi menjadi pendek dengan diameter yang besar, dan pencampuran antara butiran-butiran minyak bakar dengan udara makin baik hasilnya. b) Pengabutan Tekan Dalam hal ini, pengabutan minyak bakar dilakukan dengan cara menekan minyak bakar dengan tekanan yang tinggi, melalui lubang-lubang halus dalam pengabut. Prinsipnya hamper sama seperti pada pengabutan dengan uap atau udara. Melalui lubang-lubang tangensial, minyak bakar dipusar, sehingga keluarnya dari mulut pembakar akan berupa kerucut kabut minyak bakar yang berpusar. c) Pengabutan Putar (Rotating Burners) Minyak bakar dialirkan masuk ke suatu ruang. Di dalam ruang tersebut terdapat ujung poros yang berlubang, dan pada ujung poros yang lain terdapat mangkokan pengabutan (atomizer or spray cup). Poros berlubang beserta mangkokan pengabutan, diputar dengan kecepatan putar yang tinggi. Minyak bakar disemprotkan ke dinding mangkok pengabutan yang berputar tersebut, dan akan diputar di sekeliling dinding mangkok dan di semprotkan ke dalam tungku oleh udara penghembus. Udara primer tersebut, dihembuskan oleh sebuah fan yang porosnya menjadi satu dengan poros mangkokan (Djokosetyardjo, 1989). 2. 1. 3 Peralatan Pembakaran Pada Sistem Pembakaran Luar Jenis dari peralatan pembakaran beserta dapur pembakarannya tergantung dari : Jenis bahan bakar. Penggunaan. Cara pengoperasian. Pertimbangan-pertimbangan yang perlu diambil dalam pemilihan maupun desain dari peralatan pembakaran adalah sebagai berikut : a. Bentuk dapur yang tepat untuk pengembangan nyala api.

6 b. Tinggi yang diperlukan untuk pembakaran sempurna. c. Pendinginan untuk mengatur suhu. d. Pengaturan dari dapur untuk mengurangi deposit abu dan memudahkan pengeluaran abu. e. Pengaturan yang memungkinkan penyerapan panas yang besar persatuan volume dari dapur (pemanfaatan panas yang dihasilkan). f. Kecepatan pembebasan panas yang dibutuhkan. 2. 1. 4 Burner Dengan Bahan Bakar Cair Di dalam pembakaran dari bahan bakar cair, diperlukan suatu proses penguapan atau proses atomisasi bahan bakar. hal ini diperlukan untuk mendapatkan pencampuran yang baik dengan udara pembakaran. Minyak bakar distilat bisa terbakar dengan api yang biru jika secara sempurna bahan bakar ini diuapkan dan tercampur merata (homogenous) dengan udara sebelum terbakar. Burner yang digunakan untuk membakar bahan bakar dalam bentuk uap atau bentuk atom-atom (spray-doplet) sebelum terbakar berbeda konstruksi dasarnya, yaitu vaporizing burner dan atomizing burner. 2. 1. 4. 1 Vaporizing Burner Burner jenis ini menggunakan panas dari api untuk menguapkan bahan bakar secara terus menerus. Prinsip penguapan ini dipakai pada kompor lidah api (blow torch). Cara kerja kompor lidah api tersebut adalah dengan memanaskan minyak bakar yang dialirkan ke koil pipa pemanas. Panas didapat dari radiasi lidah api yang diselubungi oleh koil. Uap bahan bakar yang terbentuk kemudian disemprotkan oleh nozzle dengan tekanan yang sama dengan tekanan minyak cair. Setelah keluar dari nozzle, uap bahan bakar akan bercampur dengan udara dan terbakar membentuk lidah api (torch). Lidah api akan berwarna kuning, dan apabila suhu uap bahan bakar terlalu tinggi maka akan terbentuk nyala api biru yang mempunyai sifat tidak stabil.

7 Gambar 2.1. Vaporizing Burner (sumber : http://www.lighterthanair.org/ballooning/general.htm) 2. 1. 4. 2 Atomizing Oil Burner Pada atomizing oil burner bahan bakar diatomisasikan dalam bentuk spray droplet dengan tekanan 7 20 kg/cm 2 atau diatomisasi oleh udara/ uap dengan tekanan 0,1 15 kg/cm 2. Udara pembakaran dimasukkan ke dalam tungku bersama-sama dengan bahan bakar. Dari cara atomisasinya maka atomizing oil burner dapat dibedakan menjadi 4 jenis : a. Steam/ air atomizing burner. b. Mechanical/ oil pressure atomizing burner. c. Centrifuging/ rotary cup atomizing burner. d. High-intensitas burner.

8 Dalam hal ini peralatan yang digunakan adalah Steam /Air Atomizing Burner.Steam /Air Atomizing Burner adalah peralatan pembakaran dengan atomisasi menggunakan uap atau udara tekanan tinggi.bahan bakar yang bisa dibakar dengan alat ini adalah semua mutu minyak dari bensin sampai oli.untuk minyak berat diperlukan pemanasan awal agar minyak bisa mengalir dalam saluran bahan bakar. Tekanan bahan bakarnya sendiri rendah dan tekanan uapnya sebesar 3 12 kg/cm 2 dengan menggunakan 1 2 kg uap atau 5 10 % udara untuk atomisasi.pemakaian burner jenis ini pada ketel uap menggunakan 2 % dari produk uap untuk atomisasi. Uap panas juga akan membantu memanaskan minyak sehingga jelaga yang terbentuk berkurang. Gambar 2.2. Steam/ Air Atomizing Burner (sumber : P. K. Nag, 2002) 2. 2 Burner Ketel Uap Pipa api Burner ketel uap pipa api berfungsi untuk memanaskan air dalam ketel sehingga menghasilkan uap air yang bertekanan. Api akan melalui silinder api, lorong-lorong api dan pipa-pipa ataupun tabung-tabung api yang di bagian luarnya terdapat air atau uap. Burner untuk ketel uap pipa api yang banyak digunakan saat ini adalah burner berbahan bakar solar. Hal ini disebabkan karena bahan bakar solar mudah didapat dan menghasilkan pembakaran yang optimal. Namun, harga solar yang semakin meningkat menyebabkan banyak indusrti kecil yang mengalami kesulitan dalam hal biaya produksi.

9 Dalam skripsi ini akan dikembangkan burner ketel uap pipa api dengan memanfaatkan bahan bakar oli bekas sebagai pengganti bahan solar dengan pertimbangan bahan bakar oli bekas yang lebih ekonomis. 2. 3 Perencanaan Ketel Uap Pipa Api Perancangan burner ini berdasarkan pada perencanaan ketel uap pipa api. Direncanakan suatu sistem pembangkit energi panas unit ketel uap dengan kapasitas uap 25 kg/ jam beroperasi pada tekanan 2 bar. Skala kapasitas ketel uap ini cukup mencakup kebutuhan industri kecil, industri pengolahan pangan, dan sebagainya. Jenis uap yang dibutuhkan dalam proses pengolahan biasanya jenis uap basah dengan kualitas uap 0,21 pada temperatur 120 o C. Berdasarkan perencanaan ketel uap di atas dapat ditentukan energi yang dibutuhkan dengan persamaan sebagai berikut : Q = m x h (2.1) dimana : Q = panas yang dibutuhkan (kj/ jam) m = kapasitas uap (kg/ jam) h = entalpi akhir entalpi awal = H H0 (kj/kg) Setelah panas yang dibutuhkan oleh ketel uap diketahui maka panas yang diciptakan oleh burner dapat ditentukan, yaitu Qburner > Qketel. Maka laju massa bahan bakar dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut : Q burner = m oli x NKA..... (2.2) dimana : Q burner = panas yang diciptakan burner (kj/ jam) m oli NKA = laju massa oli bekas (kg/ jam) = Nilai kalor atas (kj/ kg) Dengan diketahuinya laju massa bahan bakar maka luas bidang pembakaran pada burner dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : m bb = ρ bb x V x A.. (2.3)

10 dimana : m bb = laju massa bahan bakar (kg/ jam) ρ bb = massa jenis bahan bakar (kg/ l) V = kecepatan (m/ s) A = Luas bidang pembakaran (m 2 ) 2. 3. 1 Ruang Bakar Burner Ruang bakar merupakan ruang terselubung dimana reaksi dan hasil pembakaran dari burner terjadi, terisolasi, bergerak dinamis dan terkontrol. Ruang bakar merupakan salah satu komponen yang paling kritis dari suatu pembangkit uap dan harus dirancang secara konservatif. Konfigurasi ruang bakar dan ukurannya ditentukan oleh kebutuhan pembakaran, karakteristik bahan bakar, emisi standar untuk material, dan kebutuhan akan tersedianya aliran gas dan temperatur masuk bidang permukaan untuk mengurangi deposit abu dan temperatur berlebihan. Proses perpindahan panas yang terjadi pada ruang bakar dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.3 Perpindahan Panas Melalui Dinding Yang Bersih (sumber : Djokosetyardjo, 1989)

11 Di dalam gambar berikut ini, memisalkan api ada di sebelah kiri dari dinding ketel, sedangkan air/ uap ada di sebelah kanan dari dinding ketel.bila : F = luas dinding ketel yang dilewati panas (m 2 ) s = tebal dinding dalam (m) λ = angka perambatan panas (KJ/ m.jam. o K) α1 = angka peralihan panas dari api ke dinding ketel (KJ/ m.jam. 0 K) α2 = angka peralihan panas dari dinding ketel ke air (KJ/ m.jam. 0 K) Q1 = panas yang diserahkan oleh api kepada dinding ketel, yang besarnya adalah : Q1 = α1. F. (Tapi Td1)... (2.4) Q2 = Panas yang dirambatkan di dalam di dinding ketel, besarnya : Q 2 = λ F (T s d1 T d2 ). (2.5) Q3 = panas yang diserahkan oleh dinding ketel kepada air/ uap, yang besarnya adalah : Q3 = α2. F. (Td2 Tair/uap) (2.6) Td1 = temperatur dinding ketel sebelah kiri ( 0 K) Td2 = temperatur dinding ketel sebelah kanan ( 0 K) Bila perpindahan panas dari api ke air/ uap melalui dinding ketel tersebut keadaannya dalam keadaan seimbang (steady state), maka : Q1 = Q2 = Q3 = Q (2.7)