BAB 1 PENDAHULUAN. tetap terjadi perubahan dalam morfologi, biokimia, dan metabolik yang disebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. ke dalam sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan (WHO,2009). Terapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Intensive Care Unit (ICU) dengan rerata lima unit per pasien. Packed red cell

thiobarbituric acid (TBA) tidak spesifik untuk MDA (Montuschi et al., 2004; Singh, 2006; Rahman et al., 2012). Isoprostan (IsoPs) adalah

KORELASI KADAR HEMOGLOBIN BEBAS DAN F 2α -ISOPROSTAN PLASMA PACKED RED CELL SELAMA PENYIMPANAN DI BANK DARAH

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan

BAB I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Transfusi packed red cells (PRC) adalah perawatan kritis, untuk menye- lamatkan jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Trombosit merupakan sel darah yang berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

RINGKASAN. commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan sindroma klinik akibat respon yang berlebihan dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. hanya dari segi medis namun juga psikososial, sedangkan bagi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rumah sakit di Indonesia dengan angka kematian 5,7%-50% dalam tahun

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... ABSTRAK... ABSTRACK... v KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Umumnya prevalensi abortus sekitar % dari semua. prevalensi masih bervariasi dari yang terendah 2-3% sampai yang

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasien keganasan berisiko tinggi menderita anemia (Estrin, 1999). Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahunnya, terkumpul sekitar 92 juta donasi. darah dari seluruh dunia. Rata-rata, 50% dari total

BAB I PENDAHULUAN. transparansinya. Katarak merupakan penyebab terbanyak gangguan

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mengukur hemoglobin pada sejumlah volume darah. Kadar normal hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB 1 PENDAHULUAN. Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Logam berat

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik

BAB I PENDAHULUAN. Kebugaran jasmani berhubungan dengan keberadaan hemoglobin di. Jumlah sel darah merah dan jumlah hemoglobin didalam sel-sel sangat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi hiperglikemia pada saat masuk ke rumah. sakit sering dijumpai pada pasien dengan infark miokard

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta dolar Amerika setiap tahunnya (Angus et al., 2001). Di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam. kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease / CKD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasien-pasien dengan penyakit hematologi atau onkologi yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan preterm sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius

BAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein

BAB I PENDAHULUAN. isolasi dari Streptomycespeucetius var. caesius. Doksorubisin telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Packed red cell (PRC) adalah produk darah paling penting yang dapat disimpan sekitar 35-42 hari di bank darah dan merupakan terapi terbanyak yang diberikan di dunia. Kualitas PRC selama penyimpanan harus dijaga meskipun tetap terjadi perubahan dalam morfologi, biokimia, dan metabolik yang disebut dengan storage lesion (jejas penyimpanan). Kerusakan oksidatif diperkirakan sebagai faktor terpenting dalam storage lesion yang disebabkan radikal bebas dan menurunkan kualitas eritrosit yang disimpan (Deyhim et al., 2014). Storage lesion dapat dibuktikan dari penurunan adenosine triphosphat (ATP) dan 2,3 diphosphogliserate (DPG) dalam eritrosit, peningkatan potasium dan laktat dehidrogenase (LDH) plasma, serta peningkatan kadar hemoglobin (Hb) bebas pada unit PRC. Pemeriksaan kadar Hb bebas adalah parameter yang dapat diperiksa untuk menilai kualitas penyimpanan PRC (Saphiro et al., 2012). Amerika Serikat merekomendasikan batas 1% untuk indeks hemolisis pada akhir penyimpanan PRC meskipun belum menetapkan kadar Hb bebas yang masih dapat diterima (Coker, 2002; Cluitmans et al., 2014). Eritrosit adalah sel yang mudah mengalami perubahan dan modifikasi karena konstan berada pada lingkungan oksigen (rentan terhadap stres oksidatif dan otooksidasi Hb). Eritrosit tidak memiliki nukleus dan organel lainnya sehingga tidak dapat memperbaiki diri. Penurunan aktivitas antioksidan, oksidasi protein, dan peroksidasi lipid yang terjadi diperkirakan sebagai salah satu 1

penyebab hilangnya deformabilitas eritrosit (Vani et al., 2015). Kondisi penyimpanan yang dapat mencegah perubahan membran eritrosit yang ireversibel sulit ditentukan karena penyebab utama perubahan struktur membran eritrosit belum dapat dipastikan (Karon et al., 2012). Penelitian retrospektif yang dilakukan The National Heart, Lung, and Blood Institute terhadap 6002 pasien dengan gangguan kardiovaskular yang menerima 19.584 unit PRC membuktikan outcome buruk dan dikaitkan dengan storage lesion. Pemberian PRC yang disimpan selama 14-42 hari pada pasien intensive care unit (ICU) menunjukkan tingkat mortalitas 2,8% ditambah dengan intubasi lama, kegagalan ginjal, dan sepsis, lebih tinggi dibandingkan yang menerima PRC <14 hari yaitu 1,7% (Roback, 2011). Frekuensi, patofisiologi, dan mekanisme yang mendasari storage lesion PRC masih belum jelas, sehingga sulit untuk menjelaskan dan menghindari outcome buruk pada pasien yang menerima PRC yang disimpan lama dibandingkan yang baru. Belum ada pemeriksaan laboratorium yang dapat memastikan konsekuensi klinis dari storage lesion, meskipun epidemiologi telah membuktikan tentang efeknya yang bermakna secara klinis (Kor et al., 2009; Roback, 2011). Brunauer et al., (2011) meneliti bahwa oksidasi lipid membran eritrosit berlanjut selama penyimpanan PRC. Eritrosit secara terus menerus teroksidasi oleh radikal bebas seperti superoksid dan hidrogen peroksida. Glutation sebagai antioksidan yang penting dalam pertahanan eritrosit menurun setelah penyimpanan PRC lebih dari 14 hari dan konsekuensinya adalah peningkatan kerusakan oksidatif (Flatt et al., 2014). 2

Kerusakan fosfolipid membran eritrosit sangat mungkin menjadi faktor yang menyebabkan hilangnya deformabilitas eritrosit dan kemampuannya bertahan secara in vitro (Kor et al, 2009). Reactive oxygen species (ROS) menyerang fraksi protein pada tingkat membran dan mengawali reaksi peroksidasi lipid yang menyebabkan kerusakan integritas membran dan kematian eritrosit (Stafforoni et al., 2005; Alessandro, 2011). Eritrosit yang rusak akan melepaskan Hb dan hal ini merupakan salah satu penyebab stres oksidatif melalui reaksi Fenton. Kondisi ini akan diminimalisasi oleh haptoglobin (Hp) yang mengikat Hb bebas dan hemopexin (Hpx) yang mengikat heme bebas secara in vivo kemudian membawanya untuk dibersihkan di sistem retikulo endotelial. Haptoglobin dan Hpx akan menghambat reaksi oksidasi terhadap Hb dan heme serta membantu menyingkirkannya dari sirkulasi. Peningkatan kadar Hb bebas dan heme yang tidak dapat dinetralisasi oleh Hp dan Hpx terbukti menyebabkan outcome buruk bagi manusia (Rifkind et al., 2015). Pertambahan usia PRC mengakibatkan akumulasi progresif penanda stres oksidatif fraksi lipid (dalam bentuk malondialdehid (MDA) dan derivat prostaglandin). Akumulasi lipid teroksidasi tersebut pada supernatan pada PRC yang disimpan lama diperkirakan menyebabkan efek buruk terhadap pasien seperti respons inflamasi atau transfusion-related acute lung injury (TRALY) (Alessandro et al., 2014). Serangan radikal bebas terhadap lipid membran eritrosit akan menghasilkan isoprostan. Isoprostan adalah metabolit asam arakidonat melalui mekanisme non enzimatik yang disebabkan radikal bebas. Isoprostan terbentuk in situ pada fosfolipid di lokasi terbentuknya radikal bebas. Isoprostan bersirkulasi di 3

plasma dalam bentuk bebas setelah dilepaskan dari membran sel oleh fosfolipase. Mekanisme radikal bebas tidak spesifik dapat menyebabkan pembentukan 64 isoprostan yang berbeda pada setiap grup isoprostan, yang berarti terdapat ratusan komponen yang berbeda (Young, 2005). Pemeriksaan isoprostan merupakan baku emas untuk menilai stres oksidatif. Hal ini dinyatakan oleh National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS) di Amerika Serikat melalui multipel penelitian yang disebut Biomarker of Oxidative Stress Study (BOSS) (Christie, 2015; Czerska et al., 2015). Isoprostan komersial yang pertama tersedia dan paling banyak diteliti adalah F 2α -isoprostan. F 2α -isoprostan merupakan bentuk terbanyak isoprostan dalam tubuh dan paling stabil. Kadar normal F 2α -isoprostan pada orang sehat yaitu 5-50 pg/ml pada plasma dan 500-3000 pg/mg kreatinin urine (Montuschi et al., 2007). F 2α -isoprostan diketahui memberikan efek negatif terhadap manusia dan hewan coba, selain sebagai penanda stres oksidatif, antara lain sebagai vasokonstriktor poten vaskular, menginduksi agregasi trombosit, bronkokonstriksi, miogenesis pada otot polos vaskular, yang dapat menyebabkan hipertensi, pembentukan trombus, kegagalan nafas, dan yang lainnya (Montuschi, 2004; Ting & Khasawneh, 2010). Penelitian yang dilakukan Karon et al., dan Spinelli et al., di Amerika Serikat membuktikan peningkatan kadar Hb bebas dan F 2α -isoprostan terjadi selama penyimpanan PRC. Peningkatan tersebut diperkirakan faktor penyebab outcome buruk pada resipien transfusi PRC meskipun mekanisme yang 4

mendasarinya belum sepenuhnya diketahui (Karon et al., 2012; Spinelli et al., 2014). Karon et al., (2012) mendapatkan peningkatan F 2α -isoprostan dari hari ke- 0 sampai hari ke-42 penyimpanan. Spinelli et al., (2014) mendapatkan peningkatan Hb bebas dan isoprostan selama penyimpanan. Penelitian Spinelli et al., tersebut menunjukkan korelasi bermakna antara kadar Hb bebas dan kadar F 2α -isoprostan dengan lamanya penyimpanan. Penelitian tentang korelasi kadar Hb bebas dan F 2α -isoprostan plasma selama penyimpanan PRC belum dilakukan di Indonesia. Rerata pemberian PRC pada pasien rawatan di RSUP Dr. M. Djamil Padang adalah 1500 unit/bulan. Berdasarkan berbagai hal yang dapat menyebabkan storage lesion pada PRC dan parameter yang menunjukkan peningkatan selama penyimpanan PRC dalam beberapa penelitian lain, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang korelasi kadar Hb bebas dan F 2α -isoprostan plasma pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan 28 penyimpanan PRC. Hari ke-28 merupakan rerata hari terakhir PRC yang masih disimpan di Bank Darah RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat korelasi kadar Hb bebas dan F 2α -isoprostan plasma PRC selama penyimpanan di Bank Darah RSUP Dr. M. Djamil Padang? 5

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui korelasi kadar Hb bebas dan F 2α -isoprostan plasma PRC selama penyimpanan di Bank Darah RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui kadar Hb bebas PRC selama penyimpanan di Bank Darah RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2. Mengetahui kadar F 2α -isoprostan plasma PRC selama penyimpanan di Bank Darah RSUP Dr. M. Djamil Padang. 3. Mengetahui korelasi kadar Hb bebas dan F 2α -isoprostan plasma PRC selama penyimpanan di Bank Darah RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Menambah wawasan mengenai korelasi kadar Hb bebas dan F 2α - isoprostan plasma PRC selama penyimpanan di bank darah. 2. Memberi wawasan bagi klinisi tentang kadar Hb bebas dan F 2αisoprostan plasma PRC selama penyimpanan di bank darah dan aplikasinya terhadap pasien terutama critically ill. 3. Menambah wawasan kepada Unit Transfusi Darah (UTD) untuk melakukan pemeriksaan Hb bebas sebagai kontrol kualitas secara rutin pada unit PRC. 6

7