Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

dokumen-dokumen yang mirip
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

Persepsi Masyarakat terhadap Kirab Budaya dalam Nawu Sendhang Seliran di Mataram Islam Sayangan Jagalan Banguntapan Bantul

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo

Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor)

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI)

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen

ANALISIS SOSIOLOGI BUDAYA DALAM KESENIAN TRADISIONAL JATHILAN TRI TUNGGAL MUDA BUDAYA DUSUN GEJIWAN DESA KRINJING KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

PERSEPSI MASYARAKAT DAN PERKEMBANGAN KESENIAN TRADISIONAL JARAN KEPANG MUDO LANGEN BUDOYO DI DESA KEDUNG PUCANG KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON (Studi Kasus di desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB V PENUTUP. untuk mendeskripsikan setting, asal-usul, prosesi, sesaji, makna simbolik, serta

LAKU NENEPI DI MAKAM PANEMBAHAN SENOPATI KOTAGEDE

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM TRADISI RASULAN (Studi Kasus di Dukuh Ngadipiro Desa Grajegan Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo)

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

ASPEK NILAI-NILAI SOSIAL PADA TRADISI BERSIH DESA JULUNGAN. (Studi Kasus Pada Pelaksanaan Tradisi Bersih Desa Julungan di desa Kalisoro

Oleh: Ratna Lestari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Sejarah Perkembangan Makna dan Nilai Filosofis Batik Srikit Khas Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

RITUAL MALEM MINGGU WAGE PAGUYUBAN TUNGGUL SABDO JATI DI GUNUNG SRANDIL, DESA GLEMPANG PASIR, KECAMATAN ADIPALA, KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

: Klinggen Rt.05/II, Guwokajen, Sawit, Boyolali.

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

UPACARA ADAT LEGU DOU GAM DJAI DI TIDORE. Pembimbing : Drs. Joni Apriyanto M.Hum*, H. Lukman D. KATILI S.Ag.,M.ThI* Oleh: Sofyan S.A.

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen

NILAI PENDIDIKAN RELIGI PADA UPACARA SELAPANAN DALAM TRADISI ADAT JAWA (Studi Kasus di Desa Talang Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten)

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

II. Tinjauan Pustaka. masyarakat (Johanes Mardimin, 1994:12). Menurut Soerjono Soekanto, tradisi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

Cerita Rakyat Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen (Kajian Folklor)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial

MITOS DI GUNUNG SLAMET DI DUSUN BAMBANGAN, DESA KUTABAWA, KECAMATAN KARANG REJA, KABUPATEN PURBALINGGA. SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BENTUK DAN MAKNA SIMBOLIK KESENIAN KUBRO DI DESA BANGSRI KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

Pola Perilaku Agama Kejawen Padepokan Bedogol Desa Sidaurip Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

ANALISIS BENTUK DAN NILAI KESENIAN NDOLALAK PUTRI DWI LESTARI DESA PLIPIR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

Tradisi Nyadran sebagai Komunikai Ritual

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

DAWET. Disusun oleh: A

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB V PENUTUP. keluarga serta orang lain atau anggota masyarakat yang lain. Salah satu tradisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan upacara adat 1 Sura dalam pelaksanaanya terdapat dua

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

Pola Perilaku Kesurupan Endhang Mayit dalam Kesenian Kuda Kepang Turangga Mudha di Desa Banioro Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh

BAB III TRADISI TINGKEPAN PARI DI DESA PANDAN. tidak dapat dengan detail mengetahui semua fenomena-fenomena alam yang

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak ini, Indonesia mempunyai potensi kekayaan yang sangat beraneka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB V PENUTUP. A. Simpulan Penelitian Sajen Peturon di desa Rowodadi, Kecamatan Grabag,

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan nenek moyang yang sangat berbeda latar belakangnya. Keragaman

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa termasuk agamapun banyak aliran yang berkembang.

TRADISI NYADRAN DI DESA GROGOLAN, KEC. NOGOSARI, KAB. BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Indonesia memiliki beragam budaya dan tradisi yang masih

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

BAB III HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan diri dan keluarganya. Secara sosial ekonomi masyarakat sekarang

Transkripsi:

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Oleh : Muhamad Arif Susanto Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa MuhamadArif347@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap: (1) prosesi upacara tradisi nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, (2) makna yang terkandung dari sesaji atau uborampe yang digunakan dalam tradisi nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, (3) persepsi masyarakat terhadap tradisi nyadran di desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian berada di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Adapun hasil dari penelitian dari prosesi tradisi nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, yaitu: (1) prosesi meliputi: (a) berseh makam, (b) metokan Sodakohan, (c) nyadran tenongan di pemakaman umum Desa Ketundan dan punden mbah Citro gati, (d) punggahan, (2) makna dari sesaji yang digunakan dalam tradisi nyadran berupa: (a) nasi tumpeng yang mempunyai makna sebuah tujuan atau cita-cita yang mulia, (b) nasi ambeng sebagai wujud dari kebulatan tekad dari yang melakukan hajatan, (c) ayam ingkung mempunyai makna sebagai sikap pasrah terhadap kekuatan Allah YME, (d) kembang telon mempunyai makna bahwa orang mati adalah orang yang telah suci dan mempunyai aroma wangi (3) persepsi masyarakat mengenai tradisi nyadran sebagian besar dari dari informan mendukung dan melestarikan adanya tradisi nyadran dan sebagian kecil kurang menyetujui diadakannya tradisi nyadran. Kata kunci: folklo, nyadran Pendahuluan Upacara tradisional sebagai warisan leluhur masih memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, sebagai sebuah hasil kebudayaan yang mempunyai makna filosofis tentunya masih dipatuhi oleh masyarakat pendukungnya (Purwadi, 2005: 1). Tradisi nyadran sebagai kebudayaan yang sudah lama dan sudah menjadi warisan turun-temurun dilaksanakan oleh generasi ke generasi di desa Ketundan karena tradisi nyadran mempunyai fungsi dan makna tersendiri bagi masyarakat setempat. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini karena dengan adanya kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan seperti saat ini masih ada masyarakat yang masih melakukan tradisi yang di jaman seperti sekarang banyak orang yang berfikir realistis dan menganggap hal tersebut sebagai wujud dari ketertinggalan. Selain itu, masyarakat yang memegang teguh agama Islam mengetahui bahwa dalam Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 13

agama mereka sendiri (Islam) tidak disebutkan untuk dilaksanakan tradisi tersebut dalam kehidupan mereka. Tradisi ini memiliki perbedaan dengan yang lainnya, karena tradisi nyadran merupakan adat atau kebiasaan dari turun temurun atau dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 1069) Tata pelaksanaan tradisi nyadran mempunyai perbadaan dengan tradisi di daerah lainya, namun masyarakat setempat tetap memenuhinya. Seperti saat kejayaan kerajaan Majapahit yang tinggal dalam lapisan tertinggi dan masuk dalam kehidupan mewah dengan upacara-upacara megah dan merembet ke masyarakat bawahan seperti petani melakukan berbagai upacara sebagai wujud dari tradisi (Koentjaraningrat, 2010: 24). Sama halnya dengan tata cara pelaksanaan yang pada umumnya tradisi nyadran hanya sekali dalam satu waktu, namun di daerah setempat melakukannya dua kali yaitu di pemakaman umum desa dan Punden setempat dan tradisi ini tetap dilakukan rutin setiap tahunnya. Metode Penelitian Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian tentang Persepsi Masyarakat terhadap tradisi nyadran adalah penelitian deskriptif kualitatif. metodologi kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi yang berupa data tertulis maupun data lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Kirk dan Miller dalam Moleong, 2011: 4). Penelitian ini dilakukan di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi karena salah satu kegiatan pokok dalam penelitian adalah kegiatan mengumpulkan data penelitian sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Maryaeni, 2008: 60). Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri (human instrument) dan dibantu dengan alat berupa kertas, alat-alat tulis, alat perekam dan kamera. teknis analisis data telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian (Nasution Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 14

dalam Sugiyono, 2011: 245). Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis perbandingan tetap sehingga data yang sudah diperoleh peneliti akan sesuai dengan harapan peneliti. Hasil Penelitian 1. Sejarah dan prosesi tradisi nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Lokasi penelitian terletak di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Tradisi nyadran merupakan tradisi peninggalan leluhur yang dilestarikan dan diadakan setiap tahunnya. Tradisi ini untuk memperingati bulan Ruwah dimana bulan ini digunakan sebagai bulan masyarakat desa untuk merawat leluhur mereka dan sebagai wujud syukur untuk hasil bumi yang ada. Prosesi tradisi nyadran dapat disimpulkan sebagai berikut. Bersih Makam Bersih makam merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan masyarakat setempat atau masyarakat umum sebelum melaksanakan tradisi nyadran di pemakaman umum desa maupun di punden desa, bersih makam ini dilaksanakan oleh masyarakat setempat agar saat waktu pelaksanaan nyadran tenongan pemakaman ini sudah bersih dan nyaman digunakan untuk acara nyadran tenongan. Metokan (Sodakohan) Metokan ini dimaksudkan untuk memperingati salah satu bulan Jawa yaitu bulan Ruwah, dimana masyarakatnya melakukan sodakohan sebagai wujud dari rasa sayang mereka terhadap leluhur mereka. Selain itu sodakohan ini dimaksudkan kepada nabi kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan yang sesuai untuk umatnya, sehingga sodakohan ini juga disebut sebagai Rasullan yang artinya untuk mewujudkan rasa cinta kasih kepada Rasullulah. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 15

Nyadran tenongan di pemakaman umum desa Ketundan Warga yang biasa merawat pemakaman desa dan para jamaah masjid pun berkumpul di area makam nyai Kuru untuk membantu jalanya tradisi nyadran ini, setelah bingkisan yang dikumpulkan warga sudah selesai akan dibawa ke makam nyai Kuru untuk di pisah-pisah, setelah kemenyan dibakar oleh bapak kaum desa melakukan tahlilan di dalam area makam nyai Kuru dilanjutkan dengan pembacaan ijab-ijab dan doa bersama. Nyadran tenongan di punden mbah Citro Gati Tradisi nyadran di punden ini berbeda dengan tradisi nyadran yang dilakukan di pemakaman umum desa, nyadran di punden ini terdapat masyarakat dari daerah lain yang ikut melaksanakan tradisi nyadran. lambat laun banyak orang yang melakukan tirakat di punden ini dengan tujuan mereka masing-masing, namun semua itu tidak lepas dari kuasa Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk kepada mereka. Punggahan Acara punggahan merupakan acara penutup dari keseluruhan acara yang ada, acara ini berupa gelar sesaji yang kemudian di doakan dan setelah itu selesai. 2. Makna Sesaji yang Digunakan dalam Setiap Prosesi Upacara Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Berikut merupakan beberapa sesaji yang digunakan dalam tradisi nyadran. Nasi Tumpeng Nasi tumpeng ini mempunyai makna yang melambangkan suatu tujuan atau cita-cita yang mulia, seperti gunung yang sifatnya besar memiliki puncak yang menjulang tinggi dan mengerucut ke atas. Nasi Ambeng Nasi ambeng ini mempunyai fungsi hampir sama dengan nasi golong yang mewujudkan kebulatan tekad dari orang yang punya hajad yang melakukan sodakohan, dan apa yang diingkan dapat tercapai. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 16

Lauk Pauk Ayam ingkung berupa ayam kampung pejantan yang dimasak utuh. Selain ayam ingkung yang digunakan untuk tradisi nyadran masih ada lagi yaitu ayam yang sudah dipotong-potong yang digunakan dalam acara Ruwahan Rasullan dan acara punggahan. Sebagai wujud yang sama namun beda bentuk, ayam potong ini menggantikan fungsi dari ayam ingkung. Janganan (sayuran) Tradisi nyadran ini terdiri dari beberapa runtutan acara, dan di setiap acara yang dilakukan oleh warga selalu menggunakan janganan ataupun sayuran yang digunakan sebagai salah satu uborampe yang mereka pakai. Krupuk Krupuk sendiri mempunyai makna filosofis bagi masyarakat setempat, mereka berharap bahwa perkembangan manusia saat menjalani hidup dapat seperti krupuk setelah digoreng yang mampu berkembang dan menjadi bentuk yang lebih sempurna dibanding bentuk sebelumnya. Bergedel dan Rempah Rempah sendiri mempunyai bentuk sama sisi yang apabila didirikan maka akan ada satu sudut yang menghadap ke atas, walaupun diputarputar salah satu sudut tersebut akan tetap mengarah keatas. menjelaskan tentang bentuk dari rempah bahwa sesungguhnya manusia hidup karena telah diciptakan oleh Allah SWT dan dengan kuasa-nya manusia dapat menjalani kehidupanya. Sehingga sebagai mahluk ciptaan-nya hendaknya untuk patuh dalam menjalani segala perintah-nya dan menjauhi laranganlarangan-nya. Jajan Pasar Jajanan pasar ini berupa aneka jajanan yang dibeli di pasar tradisional, hal ini dimaksudkan agar pasar tradisional tetap berjalan dan dapan hidup dan berkembang menjadi pasar yang lebih baik. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 17

Kembang telon Digunakan sebagai uborampe karena mempunyai wangi-wangian yang enak dan sedap, dan membuat harum Kemenyan dan wajib (Tindih) kemenyan ini tidak diwajibkan dalam setap acara, kemenyan digunakan saat membacakan ijab-ijab maupun doa agar dirinya tidak berbicara sambil nganggur sehingga sambil membakar kemenyan. 3. Persepsi masyarakat terhadap tradisi nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Persepsi masyarakat tentang Tradisi Nyadran sebagai berikut. Setuju Dari kaum aparat desa, anak muda, dan sesepuh desa setuju adanya tradisi nyadran, karena tradisi ini dimaksudkan sebagai salah satu cara untuk membersihkan makam leluhur desa yang mungkin mempunyai keturunannya jauh dan tidak bisa berkunjung setiap hari atau setiap minggunya, selain itu sebagai upaya pelestarian budaya yang sudah ada di daerah tersebut. Kurang setuju Dari golongan wong cilik atau rakyat biasa kurang setuju adanya tradisi ini karena biaya untuk melakukan acara ini tidaklah murah dan memerlukan sesaji yang banyak dalan setiap prosesi yang ada sehingga memberatkan sebagian orang yang mengikuti tradisi ini. Tidak setuju Dari golongan masjid ada yang tidak setuju dikarenakan menganggap bahwa punden bukanlah dari makam leluhurnya, sehingga dirinya tidak melaksanakan tradisi nyadran. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 18

Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sejarah munculnya tradisi nyadran merupakan bawaan dari ajaran Sunan Kalijaga dan prosesinya meliputi bersih makam, metokan (sodakohan), nyadran tenongan di pemakaman umum desa Ketundan, nyadran tenongan di Punden mbah Citro Gati, punggahan. Adapun sesaji yang digun akan berupa nasi tumpeng, nasi ambeng, lauk pauk, bergedel dan rempah, kerupuk, janganan (sayuran), jajan pasar, kembang telon, kemenyan dan tindih (wajib). Sedangkan persepsi masyarakat terhadap tradisi nyadran dari golongan sesepuh desa, aparat desa, golongan muda menyetujui adanya tradisi nyadran, dari golongan rakyat biasa keberatan adanya tradisi nyadran dan dari golongan masjid tidak setuju adanya tradisi nyadran. Daftar Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Koentjaraningrat. 2010. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambangan. Purwadi. 2005. Upacara Tradisional Jawa. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Sugiyono. 2011.Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D.Bandung: Alfabeta. Moleong, lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Maryaeni. 2008. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 19