BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai oleh penduduk dunia yang mengalami pergeseran pola pekerjaan dan aktivitas. Dari yang sebelumnya memiliki pola kehidupan agraris berubah menjadi kehidupan industri, sehingga manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan terhadap pekerjaan menyebabkan manusia rentan terhadap stress. Stres merupakan suatu keadaan yang bersifat internal, yang dapat disebabkan oleh tuntutan fisik, lingkungan, dan situasi sosial yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol (Sriati, 2007). Prevalensi kejadian stres cukup tinggi dimana hampir lebih dari 350 juta penduduk dunia mengalami stres dan merupakan penyakit dengan peringkat ke-4 di dunia menurut WHO (Waningsiha, 2012). Studi prevalensi stres yang dilakukan oleh Health and Safety Executive di Inggris melibatkan penduduk Inggris sebanyak 487.000 orang yang masih produktif dari tahun 2013-2014. Didapatkan data bahwa angka kejadian stres lebih besar terjadi pada wanita (54,62%) dibandingkan pada pria (45,38%). Sedangkan insiden tertinggi terjadi pada kelompok umur 45-54 tahun. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Hasurungan pada tahun 2002 yang bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah pada lansia di Kota Depok dengan mengambil sampel 1
2 dalam penelitian sebanyak 310 orang lansia (181 perempuan dan 129 laki-laki) berumur 55-93 tahun didapatkan proporsi peningkatan tekanan darah sebesar 50,0% dan berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki sebesar 41,9% sedangkan pada perempuan 57,4%. Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah pada penelitian tersebut adalah stres. Responden dengan derajat stres tinggi berpeluang mendapatkan peningkatan tekanan darah 3,02 kali dibandingkan dengan derajat stres rendah dan responden dengan derajat stres sedang berpeluang memiliki peningkatan tekanan darah 2,47 kali dibandingkan dengan derajat stres rendah (Hasurungan, 2002). Stres memberikan dampak pada peningkatan tekanan darah melalui peningkatan denyut jantung dan cardiac output. Peningkatan kadar aldosteron, endorpin, vasopresin, kortisol, dan katekolamin juga terjadi pada kondisi stres akut dimana sebagian berhubungan dengan mekanisme peningkatan tekanan darah (Dewi, 2014). Tekanan darah merupakan daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh. Bila seseorang mengatakan bahwa tekanan dalam pembuluh adalah 100 mmhg hal itu berarti bahwa daya yang dihasilkan cukup untuk mendorong kolom air raksa melawan gravitasi sampai setinggi 100 mm (Guyton dan Hall, 2008). Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer dan Bare, 2001). The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure mengklasifikasikan tekanan darah menjadi 4 kategori, yaitu: normal, pre-hypertension, hipertensi tahap 1, dan hipertensi
3 tahap 2 (Yu, et al.,2008). Kondisi pre-hypertension dengan tekanan darah sistolik berkisar 120-139 mmhg dan tekanan darah diastolik berkisar 80-89 mmhg biasanya tidak disadari oleh seseorang karenatidak terlihat jelas gejalanya dan hanya mengalami sedikit peningkatan pada tekanan darahnya (Wibowo, 2011). Dalam sebuah studi kohort yang dilakukan di Amerika, mengenai hubungan pre-hypertension dan morbiditas kardiovaskular melibatkan 14.407 responden dengan rentang umur 25-74 tahun. Dari keseluruhan responden didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 47%, prevalensi pre-hypertension 33% dan prevalensi normotensi 20%. Dari hasil studi tersebut didapatkan data bahwa 93% individu dengan prehypertension memiliki sedikitnya satu faktor risiko untuk terkena penyakit kardiovaskular. Studi tersebut juga menyatakan bahwa individu dengan kondisi prehypertension memiliki risiko untuk mengidap penyakit kardiovaskuler 1,37 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang memiliki tekanan darah normal (Liszka, et al., 2005). Usia dan jenis kelamin sangat berpengaruh pada peningkatan tekanan darah. Pengaruh usia terhadap tekanan darah terjadi akibat penurunan elastisitas pembuluh darah arteri perifer sehingga meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan berdampak pada peningkatan tekanan darah (Guyton dan Hall, 2008). Wanita lebih cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dari pria. Hal ini diakibatkan oleh adanya perubahan terhadap hormonal (Miller, 2010).Pria dan wanita memiliki resiko untuk menderita pre-hypertension. Pada usia 45 tahun resiko menderita prehypertension pada pria dan wanita relatif sama. Akan tetapi pada usia >55 tahun wanita
4 menjadi lebih beresiko menderita pre-hypertension daripada pria. Perbedaan resiko ini dipengaruhi oleh faktor psikologi, faktor prilaku, faktor pekerjaan dan hormon (Dewi, 2014). Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi, seperti yang tercantum dalam KEPMENKES 1363 tahun 2001 (Silka, 2013). Oleh karena itu fisioterapis sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk memaksimalkan potensi gerak yang berhubungan dengan mengembangkan, mencegah, mengobati dan mengembalikan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) gerak dan fungsi seseorang. Hal ini menandakan peran seorang fisioterapis tidak hanya pada tindakan kuratif saja tetapi juga berperan pada tindakan promotif dan preventif pada orang yang rentan terhadap sakit. Saat ini lebih banyak orang yang menganggap kondisi ini tidak perlu diobati, sedangkan pre-hypertensionmerupakan gejala awal dari hipertensi yang akan berujung pada suatu target organ. Dari segi fisioterapi, penatalaksanaan pada kondisi prehypertension dapat dilakukan melalui terapi non-farmakologis diantaranya latihan deep breathing dan stimulasi kutaneus slow stroke back massage. Latihan deep breathing merupakan latihan pernapasan dengan tehnikbernapas secara perlahan dan dalam, menggunakan otot diafragma,sehingga memungkinkan
5 abdomen terangkat perlahan dan dadamengembang penuh (Smeltzer, et al., 2008). Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Suwardianto pada tahun 2011 mengenai pengaruh latihan deep breathing terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di Kota Kediri. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasy experiment non equivalent control group design. Sampel penelitian berjumlah 44 responden dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan tekanan darah sistolik sebesar 9,00 mmhg dan tekanan darah diastolik sebesar 10 mmhg. Penurunan tekanan darah dengan latihan deep breathing terjadimelalui mekanisme peningkatan refleks baroreseptor akibat regangan kardiopulmonari. Peningkatan refleks baroreseptor ini kemudian merangsang aktivitas saraf parasimpatis dan menghambat aktivitas saraf simpatis yang nantinya berdampak pada penurunan tekanan darah (Suwardianto, 2011). Terapi non-farmakologis lain yang dapat diberikan yaitu stimulasi kutaneus slow stroke back massage. Intervensi ini diberikan dengan cara memberikan usapan secara perlahan, tegas, berirama dengan kedua tangan menutup area selebar 5 cm diluar tulang belakang yang dimulai dari kepala hingga area sacrum (Potter dan Perry, 2005). Penelitian pendahuluan telah dilakukan oleh Dewi pada tahun 2014 mengenai pemberian intervensi slow stroke back massage dapat menurunkan tekanan darah pada kondisi pre-hypertension di Kota Denpasar. Jenis penelitian yang digunakan pre eksperimental design dengan rancangan one group pre test post test design. Sampel berjumlah 21 responden dan menggunakan teknik purposive sampling. Uji hipotesis menggunakan uji Wilcoxon dengan hasil yaitu menunjukkan ada pengaruh slow stroke
6 back massage dalam menurunkan tekanan darah pada kondisi pre-hypertension dengan penurunan tekanan sistolik sebesar 9,09% dan tekanan diastolik sebesar 10,42%. Penurunan tekanan darah dengan slow stroke back massage melalui adahpa aksis yang berdampak pada penurunan AVP dan ACTH, pelepasan endorphin, vasodilatasi sistemik, penurunan kontraktilitas dan menunjang proses penurunan tekanan darah(valentino dan Bockstaele, 2008). Berdasarkan pemaparan singkat terkait intervensi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedua intervensi memiliki konsep yang berbeda dalam penerapannya pada kondisi pre-hypertension. Akan tetapi, belum ada penelitian yang membandingkan antara kedua intervensi ini pada kondisi pre-hypertension. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui intervensi slow stroke back massage lebih menurunkan tekanan darah daripada intervensi latihan deep breathingpada wanita middle age dengan pre-hypertension. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang disampaikan sebagai berikut : 1. Apakah intervensi latihan deep breathing dapat menurunkan tekanan darah pada wanita middle age dengan pre-hypertension? 2. Apakah intervensi slow stroke back massage dapat menurunkan tekanan darah pada wanita middle age dengan pre-hypertension?
7 3. Apakah intervensi slow stroke back massage lebih menurunkan tekanan darah daripada intervensi latihan deep breathingpada wanita middle age dengan prehypertension? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran umum mengenaiintervensi latihan deep breathing dengan slow stroke back massage terhadap penurunan tekanan darah pada wanita middle age dengan pre-hypertension. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui intervensi latihan deep breathing dapat menurunkan tekanan darah pada wanita middle age dengan pre-hypertension. 2. Untuk mengetahui intervensi slow stroke back massagedapatmenurunkan tekanan darah pada wanita middle age dengan pre-hypertension. 3. Untuk mengetahui intervensi slow stroke back massage lebih menurunkan tekanan darah daripada intervensi latihan deep breathingpada wanita middle age dengan pre-hypertension. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat ilmiah Membuktikan bagaimana pengaruh pemberian terapi non farmakologi berupa intervensi latian deep breathing danslow stroke back massage terhadap penurunantekanan darah wanitamiddle age denganpre-hypertension.
8 1.4.2 Bagi institusi pendidikan 1. Digunakan sebagai bahan acuan atau referensi tambahan bahwa intervensi fisioterapi latihan deep breathing dan slow stroke back massage dapat menurunkan tekanan darah wanita middle age dengan pre-hypertension. 2. Untuk mengetahui dan memahami teori dalam menurunkan tekanan darah pada kondisi pre-hypertension. 1.4.3 Manfaat praktisi 1. Sebagai metode baru bagi fisioterapis dalam penanganan hipertensi khususnya pada wanitamiddle age dengan pre-hypertension. 2. Sebagai pengganti terapi farmakologi yang menggunakan obat dengan terapi non-farmakologi berupa intervensi latihan deep breathing danslow stroke back massage dalam penanganan kondisi pre-hypertension pada wanita middle age.