EFEKTIVITAS DEEP BREATHING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS DEEP BREATHING"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS DEEP BREATHING DAN SLOW STROKE BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI (The Effectiveness of Deep Breathing and Slow Stroke Back Massage to Decrease the Blood Pressure on A Patient with Hypertension) Maria Anita Yusiana, Heru suwardianto STIKES RS Baptis Kediri stikes_rsbaptis@yahoo.co.id ABSTRAK Pendahuluan: Banyak pasien hipertensi yang belum mendapatkan penatalaksanaan yang tepat dalam mengontrol tekanan darah (TD). Tujuan penelitian ini menganalisis efektivitas deep breathing (DB) dan slow stroke back massage (SSBM) dalam penurunan TD pada pasien hipertensi. Metode: Desain penelitian adalah True Experiment The Solomon Three-Group Design. Sampling dengan teknik rancangan acak kelompok sebanyak 60 orang. Perlakuan yang diberikan yaitu DB dan SSBM. Pengambilan data tekanan darah menggunakan spigmomanometer air raksa. Hasil: Penelitian nilai ρ DB (sistolik) 0,000, sedangkan nilai ρ (diastolik) 0,000. Sedangkan nilai ρ SSBM (sistolik) 0,000 sedangkan nilai ρ (diastolik) 0,001. Hasil statistik efektivitas penurunan TD sistolik terdapat perbedaan signifikan pada kedua perlakuan dengan kelompok kontrol dengan ρ = 0,000 dan yang paling efektif adalah DB dibandingkan SSBM ρ = 0,05 (4,0 mmhg). Sedangkan penurunan TD diastolik terdapat perbedaan signifikan pada kedua perlakuan dengan kelompok kontrol dengan ρ = 0,000 dan yang paling efektif adalah deep breathing dibandingkan SSBM ρ = 0,01 (6,6 mmhg). Diskusi: Disimpulkan DB dan SSBM efektif menurunkan TD (selisih mean sistolik deep breathing 9,3 mmhg dan SSBM 5,3 mmhg, sedangkan mean diastolik DB 11,2 mmhg dan SSBM 4,6 mmhg) dan Deep breathing lebih efektif menurunkan TD. Kata kunci: breathing, slow stroke back massage, tekanan darah, hipertensi ABSTRACT Introduction: Many patients with hypertension have not got the proper treatment in controlling blood pressure (BP). The purpose of this study was to analyze the effectiveness of deep breathing (DB) and slow-stroke back massage (SSBM) in BP reduction to patients with hypertension. Method: The design was a True Experiment the Solomon Three-Group Design. Sampling technique was group randomized plan as many as 60 people. The treatment given was BP and SSBM. Blood pressure data retrieval used mercury spigmomanometer. Results: The results were ρ of BP values (systolic) was 0,000, while the value of ρ (diastolic) was 0,000. The value ρ of SSBM (systolic) was while the value of ρ (diastolic) was The statistical results of the effectiveness BP systolic reduction was the significant difference in both interventions with a control group with ρ = and the most effective was the DB compare to SSBM with ρ = 0.05 (4.0 mmhg). While there are differences in BP diastolic reduction significantly in both interventions with the control group with ρ = and the most effective was DB than SSBM with ρ = 0.01 (6.6 mmhg). Discussion: It can be concluded DB and SSBM are effective to lower BP (systolic mean difference of 9.3 mm Hg of DB and SSBM 5.3 mmhg, while diastolic mean DB 11.2 mmhg and SSBM. Keywords: deep breathing, slow stroke back massage, blood pressure, hypertension PENDAHULUAN Hipertensi merupakan tekanan tinggi di dalam arteri-arteri (Muhammadun, 2010). Menurut ISH/WHO dan JNC 7 Report 2009, Seseorang dikatakan hipertensi apabila memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmhg. Hipertensi merupakan penyakit akibat gangguan sirkulasi darah yang masih menjadi masalah dalam kesehatan di masyarakat (Muttaqin, 2009). Banyak pasien hipertensi belum mendapatkan penatalaksanaan yang tepat dalam mengontrol tekanan darah, sehingga angka morbiditas akan semakin meningkat dan masalah kesehatan dalam masyarakat semakin sulit untuk diperbaiki. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang berdasarkan pengukuran dan riwayat penyakit adalah 32,2% (Rahajeng, 2009). Prevalensi hipertensi di Pulau Jawa adalah 41,9% (Setiawan, 2011). Data pasien hipertensi Dinas Kesehatan Kota Kediri di Puskesmas Kota Wilayah Selatan pada tahun 2011 terdapat 4805 orang, tahun 2012 terdapat 4807 orang, pada bulan Januari 2013 terdapat 540 orang penderita hipertensi. Data tersebut 31

2 Jurnal INJEC Vol. 1 No. 1 April 2014: memperlihatkan bahwa begitu besar prevalensi pasien hipertensi yang masih memerlukan penatalaksanaan yang tepat. Hipertensi dapat terjadi karena peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup akibat aktivitas susunan saraf simpatis (Corwin, 2009). Sehingga mengakibatkan peningkatan kontraktilitas serat-serat otot jantung dengan cara vasokontriksi selektif pada organ perifer (Muttaqin, 2009). Apabila hal tersebut terjadi terus menerus maka otot jantung akan menebal (hipertrofi), fungsi jantung sebagai pompa menjadi terganggu, akibatnya bisa terjadi kerusakan pembuluh darah otak, mata (retinopati), dan gagal ginjal (Muhammadun, 2010). Jika tekanan darah pada pasien hipertensi dapat dipertahankan dalam nilai normal maka pasien hipertensi dapat memperoleh kesehatan yang optimal, terhindar dari risiko komplikasi penyakit kardiovaskuler, dan kualitas hidup pasien meningkat. Peran perawat adalah membantu pasien hipertensi mempertahankan tekanan darah pada tingkat optimal dengan cara memberi intervensi asuhan keperawatan, yaitu terapi relaksasi nafas dalam (deep breathing) (Izzo, 2008). Mekanisme relaksasi nafas dalam (deep breathing) berupa suatu keadaan inspirasi dan ekspirasi pernapasan dengan frekuensi pernapasan menjadi 6-10 kali permenit sehingga terjadi penurunan curah jantung, kontraksi serat-serat otot jantung, dan volume darah membuat tekanan darah menjadi menurun (Muttaqin, 2009). Mekanisme slow stroke back massage (pijat lembut pada punggung) yaitu meningkatkan relaksasi dengan menurunkan aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis sehingga terjadi vasodilatasi diameter arteriol. Hasil penelitian Meek didapatkan bahwa implikasi keperawatan masase punggung dengan pijatan lambat dapat menurunkan tekanan darah, frekuensi jantung dan suhu tubuh (Smeltzer, 2008). Maka peneliti tertarik untuk meneliti efektivitas deep breathing dan slow stroke back massage terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. BAHAN DAN METODE Pada penelitian ini desain atau rancangan penelitian yang digunakan adalah berdasarkan rancangan penelitian True Experiment The Solomon Three-Group Design di mana semua kelompok dilakukan pretest dan 2 kelompok diberi perlakuan eksperimen setelah diberi perlakuan semua kelompok dilakukan post test, dan 1 kelompok kontrol. Variable pada penelitian ini adalah tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, penurunan tekanan darah sistolik, dan penurunan tekanan darah diastolik. Populasi dalam penelitian adalah semua pasien dengan hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota. Kediri. Rata-rata populasi penelitian pasien hipertensi Januari tahun 2013 sejumlah 540 pasien. Sampel penelitian ini berjumlah 60 responden. Pengumpulan data untuk menganalisis variabel penelitian (tekanan darah) dengan menggunakan alat spigmomanometer air raksa. Data hasil perlakuan deep breathing diuji statistik menggunakan wilcoxon (sistolik) dan Paired T-test (diastolik), sedangkan data slow stroke back massage diuji statistik menggunakan Paired T-test (sistolik) dan wilcoxon (diastolik). Untuk melihat perlakuan yang paling efektif dalam menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik dilakukan uji statistik Post Hoc Mann Whitney. HASIL Data Umum Karakteristik pasien Hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri yang menjadi responden dalam penelitian ini dibedakan: Jenis Kelamin berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan, Kemungkinan Penyebab Hipertensi dan karakteristik Keluhan. Pasien hipertensi dengan prevalensi 50% paling banyak berjenis kelamin perempuan (76,7%) sedangkan yang berusia > 55 tahun sebanyak 58,3%. Perbandingan jumlah penderita hipertensi pada usia > 55 tahun menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan yaitu 9:35 atau 1: 4, yang berarti pada usia > 55 tahun seseorang yang berjenis 32

3 Efektivitas Deep Breathing dan Slow Stroke Back Massage (Maria Anita Yusiana, dkk) Tabel 1. Jenis Kelamin Berdasarkan Umur pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri pada Tanggal 10 Juni 10 Agustus 2013 Jenis Kelamin Umur Laki-laki Perempuan Jumlah % % % Tahun Tahun Tahun Tahun > 55 Tahun Jumlah Tabel 2. Karakteristik Pendidikan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri pada Tanggal 10 Juni 10 Agustus 2013 Pendidikan Jumlah % Tidak Sekolah 11 18,3 Tidak tamat SD 22 36,7 Tamat SD/sederajat 9 15,0 Tamat SMP/sederajat 9 15,0 Tamat SMA/sederajat 8 13,3 Tamat PT 1 1,7 Total kelamin perempuan 4 kali lebih berisiko terkena hipertensi. Tingkat Pendidikan pasien hipertensi paling banyak tidak tamat SD sebanyak 36,7% dan sebagian besar mempunyai pendidikan di bawah SMP sebanyak 70%, dapat disimpulkan bahwa pasien hipertensi paling banyak mempunyai pendidikan rendah. Riwayat pencetus pasien hipertensi dengan prevalensi kejadian > 50% pada pasien hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri, berdasarkan persentase terbesar adalah genetik (71,7%), asupan garam (58,3%) konsumsi jelantah (66,7%) dan riwayat menggunakan kontrasepsi pil (54,3%). Keluhan pasien dengan prevalensi > 50% pada pasien hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri berdasarkan persentase terbesar adalah pusing (90,0%) dan kaku leher (73,3%). Data Khusus Hasil uji analisis Wilcoxon (sistolik) dan uji analisis Paired T-test (diastolik) sebelum dan sesudah perlakukan ρ deep breathing adalah 0,000 dengan mean sistolik awal = 153,9 mmhg, mean sistolik akhir 144,2 mmhg, dengan mean diastolik awal = 95,1 mmhg, mean diastolik akhir 84,3 mmhg dengan mean penurunan sistolik 9,7 mmhg dan diastolik 10,8 mmhg. Jadi pemberian deep breathing dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri dengan penurunan rata-rata sistolik 9,7 mmhg dan diastolik 10,8 mmhg. Hasil uji analisis Paired T-test (sistolik) dan uji analisis Wilcoxon (diastolik) sebelum dan sesudah perlakukan ρ slow stroke back massage adalah 0,000 dan 0,001 dengan mean sistolik awal = 160,9 mmhg, mean sistolik akhir 155,7 mmhg, dengan mean diastolik awal = 98,2 mmhg, mean diastolik akhir 93,6 mmhg dengan mean penurunan sistolik 5,25 mmhg dan diastolik 4,6 mmhg. Jadi pemberian slow stroke back massage dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan 33

4 Jurnal INJEC Vol. 1 No. 1 April 2014: Kota Kediri dengan penurunan rata-rata sistolik 5,25 mmhg dan diastolik 4,6 mmhg. Hasil uji statistik terhadap perubahan tekanan darah sistolik terhadap ketiga kelompok perlakuan didapatkan ρ = 0,000, ρ<α menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tersebut memiliki perbedaan tekanan darah sistolik yang signifikan. Hasil uji Post Hoc Mann Whitney untuk melihat perlakuan yang paling efektif dalam menurunkan tekanan darah sistolik didapatkan bahwa: 1. Deep breathing dan slow stroke back massage ρ = 0, Deep breathing dan kelompok kontrol ρ = 0, Slow stroke back massage dan kelompok kontrol ρ = 0,000. Semua nilai ρ menunjukkan kurang dari α dan lebih khusus melihat efektivitas deep breathing dan slow stroke back massage menunjukkan deep breathing lebih efektif daripada slow stroke back massage dengan selisih penurunan lebih rendah yaitu 4 mmhg. Hasil uji statistik terhadap perubahan tekanan darah diastolik terhadap ketiga kelompok perlakuan didapatkan ρ = 0,000, ρ < α menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tersebut memiliki perbedaan tekanan darah diastolik yang signifikan. Hasil uji Post Hoc Mann Whitney untuk melihat perlakuan yang paling efektif dalam menurunkan tekanan darah sistolik didapatkan bahwa: 1. Deep breathing dan slow stroke back massage ρ = 0, Deep breathing dan kelompok kontrol ρ = 0, Slow stroke back massage dan kelompok kontrol ρ = 0,001 Semua nilai ρ menunjukkan kurang dari α dan lebih khusus melihat efektivitas deep breathing dan slow stroke back Tabel 3. Karakteristik Pencetus Hipertensi pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri pada Tanggal 10 Juni 10 Agustus 2013 Hasil Kemungkinan Penyebab Hipertensi Ya Tidak Jumlah % % % Riwayat Keluarga Hipertensi 43 71, , Riwayat Gangguan Ginjal 9 15, , Konsumsi Pil KB (Perempuan) 25 54, , Riwayat Peminum alkohol 2 3, , Suka makan makanan rasa asin (garam) 41 68, , Sering banyak pikiran (stress) 22 36, , Konsumsi makanan yang diolah dengan jelantah 40 66, , Riwayat/Perokok Rutin Olahraga 43 71, , Tabel 4. Karakteristik Keluhan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri pada Tanggal 10 Juni 10 Agustus 2013 Kejadian Keluhan Keluhan Ya Tidak Jumlah Frek % Frek % Frek % Pusing 54 90,0 6 10, Leher Kaku 44 73, , Pandangan Kabur 13 21, , Gangguan BAK Rasa tidak nyaman di dada 22 36, , Nyeri dada 17 28, , Nyeri/panas menjalar ke lengan kiri dan raham 9 15,

5 Efektivitas Deep Breathing dan Slow Stroke Back Massage (Maria Anita Yusiana, dkk) Perbandingan perbedaan = Mean penurunan tekanan darah kelompok x 1 Mean penurunan tekanan darah kelompok x 2 Tekanan darah sistolik = 9,3 (Deep breathing) 5,3 (Slow Stroke Back Massage) = 1,8 atau (2: 1) 1 Tekanan darah diastolik = 11,2 (Deep breathing) 4,6 (Slow Stroke Back Massage) = 2,4 atau (2: 1) 1 massage menunjukkan deep breathing lebih efektif daripada slow stroke back massage dengan selisih penurunan lebih rendah yaitu 6,6 mmhg. Nilai perbandingan nilai mean penurunan tekanan darah antara deep breathing dengan slow stroke back massage menggunakan rumus (Suwardianto, 2011); Hasil penelitian menunjukkan bahwa deep breathing 2 kali lebih efektif menurunkan tekanan darah dari pada slow stroke back massage selama 15 menit perlakuan pada responden hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. PEMBAHASAN Pengaruh Deep breathing terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri Hasil penelitian didapatkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Hasil pengukuran tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah deep breathing pada penderita hipertensi semua mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik. Setelah dilakukan analisis menggunakan uji berpasangan Wilcoxon pada tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah dilakukan deep breathing dan uji berpasangan Paired T-test pada tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah dilakukan deep breathing didapatkan hasil ρ (sistolik) = 0,000, dan ρ (diastolik) = 0,000. Karena hasil ρ < α yang berarti ada pengaruh yang signifikan yaitu sebuah penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah dilakukan deep breathing pada penderita hipertensi kelompok eksperimen di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. Mean TD sistolik awal= 153,9 mmhg, mean TD sistolik akhir 144,2 mmhg, mean TD diastolik awal= 95,1 mmhg, mean TD diastolik akhir 84,3 mmhg). Deep breathing merupakan kecepatan pernapasan diman ipulasi kira-kira menjadi 6 kali pernapasan per menit (0,1 Hz), hal ini akan membebani secara fluktuasi spontan di dalam perjalanan saraf simpatis dan pembuluh darah perifer. Pernapasan pada 0,1 Hz (satu kali pernapasan setiap 10 detik atau 6 kali pernapasan per menit) dapat menunjukkan penyamaan keadaan secara spontan keadaan tekanan darah dan frekuensi detak jantung, deep breathing (4-6 atau maksimal 10 kali pernapasan per menit) biasanya terjadi pembebanan dan juga dapat berhubungan dengan suatu penurunan PO 2 dan meningkatkan PCO 2, yang mana akan mengaktif kan kemoreseptor untuk akselerasi frekuensi pernapasaan. Baroreseptor aktivitasnya meningkat bila kecepatan pernapasan 3 12 kali pernapasan per menit di pertinggi selama ekspirasi. Pada pernapasan yang frekuensinya 6 kali pernapasan per menit, amplitudo dari pernapasan mempengaruhi perubahan tekanan darah yang menyesuaikan agar sebanding dengan kecepatan pernapasan. Terapi nafas dalam akan merespons meningkatkan aktivitas baroreseptor dan dapat mengurangi aktivitas keluarnya saraf simpatis dan terjadinya vasodilatasi sistemik (Izzo, 2008). Penurunan transmisi impuls akan menurunkan 35

6 Jurnal INJEC Vol. 1 No. 1 April 2014: denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung. Terapi nafas dalam (deep breathing) selama 15 menit dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan mean (minimum-maxmum) penurunan yaitu 9,0 (6,0 16,0) mmhg dan 10,0 (4,0-20,0) mmhg (Suwardianto, 2011). Jadi dalam proses fisiologi terapi nafas dalam (deep breathing) akan merespons meningkatkan aktivitas baroreseptor dan dapat mengurangi aktivitas keluarnya saraf simpatis dan terjadinya penurunan kontraktilitas, kekuatan pada setiap denyutan berkurang, sehingga volume sekuncup berkurang, terjadi penurunan curah jantung dan hasil akhirnya yaitu menurunkan tekanan darah (Muttaqin, 2009). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan deep breathing pada penderita hipertensi di Puskesmas Kota wilayah Selatan Kota Kediri. Perubahan tekanan darah dipengaruhi oleh dindingdinding arteri yang dapat bervasodilatasi dan respons stimulasi baroreseptor Deep breathing memanipulasi frekuensi pernapasan yaitu 6 kali per menit. Dengan frekuensi pernapasan kira-kira 6 kali per menit dapat meningkatkan aktivitas baroreseptor dan merangsang peregangan atau tekanan yang berlokalisasi di arkus aorta dan sinus karotis, peningkatan aktivitas baroreseptor akan merangsang aktivitas parasimpatis dan melepaskan asetilkolin sehingga meningkatkan permeabilitas ion kalium di SA node akibat menurunkan denyutan di SA node. Tekanan darah berubah sejalan dengan perubahan sistem pernapasan yang mempengaruhi pada kecepatan detak jantung. Perubahan kecepatan detak jantung mengidentifikasikan terjadinya penurunan curah jantung dan hasil akhirnya adalah penurunan tekanan darah, hasil penelitian didapatkan terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan mean (minimum-maximum) penurunan tekanan darah yaitu 9,3 (4,0 20,0) mmhg dan 11,2 (4,0 20,0) mmhg. Pengaruh Slow Stroke Back Massage terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 2 hasil yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik. Hasil pengukuran tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah slow stroke back massage pada penderita hipertensi semua mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik. Setelah dilakukan analisis menggunakan uji berpasangan Paired T-test pada tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah dilakukan slow stroke back massage dan uji berpasangan Wilcoxon pada tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah dilakukan slow stroke back massage didapatkan hasil ρ (sistolik) = 0,000, dan ρ (diastolik) = 0,001. Karena hasil ρ < α yang berarti ada pengaruh yang signifikan yaitu sebuah penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah dilakukan slow stroke back massage pada penderita hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. Hasil penelitian nilai ρ slow stroke back massage adalah 0,000 (mean TD sistolik awal = 160,9 mmhg, mean TD sistolik akhir 155,7 mmhg, mean TD diastolik awal = 98,2 mmhg, mean TD diastolik akhir 93,6 mmhg). Stimulasi pada kulit ataupun tekanan pada kulit membuat otot, tendon, dan ligamen menjadi rileks. Vasodilatasi perifer pada area yang dimasase membuat peredaran darah menjadi baik, respons massage juga dapat meningkatkan aktivitas parasimpatis untuk mengeluarkan neurotransmiter asetilkolin untuk menghambat aktivitas saraf simpatis di otot jantung yang bermanifestasi pada penurunan tekanan darah. Masase memberi keuntungan pada organ seperti organ muskuloskeletal dan kardiovaskuler yang memberi efek positif pada organ. Slow stroke back massage dapat membuat vasodilatasi pembuluh darah dan getah bening, dan meningkatkan respons refleks baroreseptor 36

7 Efektivitas Deep Breathing dan Slow Stroke Back Massage (Maria Anita Yusiana, dkk) yang mempengaruhi penurunan aktivitas sistem saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatis. Mekanisme ini menyebabkan terjadinya vasodilatasi sistemik dan penurunan kontraktilitas otot jantung, selanjutnya mempengaruhi terjadinya penurunan kecepatan denyut jantung, curah jantung, dan volume sekuncup dan pada akhirnya terjadi perubahan tekanan darah yaitu penurunan tekanan darah (Healey, 2011). Pengaruh slow stroke back massage terbukti dan sesuai dengan teori bahwa slow stroke back massage juga dapat meningkatkan level dari serotonin, mengurangi efek psikis dari stres dan mengurangi risiko seperti hipertensi. Terapi masase membuat jaringan otot menjadi rileks, menurunkan kesakitan, dan spasme pada otot. Masase juga dapat menurunkan respons saraf kompresi. Mekanisme ini dapat dijelaskan ketika jaringan otot kontraksi saat masase akan membuat sistem saraf di sekitar area yang dimasase juga ikut tertekan, dan jaringan otot rileks maka saraf juga akan teregang dan dapat menjalankan aktivitas kerja dengan normal melalui respons yang dihasilkan ke otak. Hasil penelitian menyatakan ada pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan slow stroke back massage terhadap perubahan tekanan darah dengan semua klasifikasi tahap hipertensi pada penderita hipertensi, hal tersebut sesuai dengan teori bahwa penatalaksanaan slow stroke back massage dapat digunakan sebagai terapi nonfarmakologi hipertensi dengan meningkatkan aliran darah, limfe dan dapat meningkatkan aktivitas baroreseptor sebagai prosesnya memberi impuls aferen mencapai pusat jantung, selanjutnya meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatis dan melepaskan hormon asetilkolin sehingga terjadi penurunan transmisi impuls akan menurunkan denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung. Selain melakukan terapi farmakologi dapat melakukan terapi nonfarmakologi yaitu slow stroke back massage. Slow stroke back massage merupakan cara yang sederhana, murah, dapat dilakukan sewaktu-waktu dan dapat dilakukan oleh keluarga, sehingga dapat meningkatkan relaksasi. Efektivitas Deep breathing dan Slow Back Massage terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada responden. Efektivitas penurunan tekanan darah sistolik terdapat perbedaan signifikan pada kedua perlakuan dengan kelompok kontrol dengan ρ = 0,000 dan deep breathing lebih efektif dibandingkan slow stroke back massage (mean penurunan deep breathing 9,3 mmhg dan slow stroke back massage 5,3 mmhg). Efektivitas penurunan tekanan darah sistolik terdapat perbedaan signifikan pada kedua perlakuan dengan kelompok kontrol dengan ρ = 0,000 dan deep breathing lebih efektif dibandingkan slow stroke back massage (mean penurunan deep breathing 11,2 mmhg dan slow stroke back massage 0,6 mmhg). Kejadian hipertensi pada usia kurang dari 50 tahun lebih banyak ditemukan pada laki-laki dari pada perempuan karena pada perempuan mempunyai hormon estrogen yang mencegah hipertensi dan setelah 55 atau 60 tahun (menopausal stage) hipertensi lebih banyak ditemukan pada perempuan (kehilangan hormon estrogen yang bersifat mencegah hipertensi) dari pada laki-laki. Hipertensi esensial 90% penyebab hipertensi belum diketahui secara pasti, sedang kan hipertensi sekunder disebabkan oleh proses penyakit lain seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal, karena obat-obatan misalnya pil KB, penyalahgunaan alkohol. Faktor dilihat dari cepat atau lambatnya terjadinya penyakit hipertensi di antaranya adalah, makanan yang berlebih, merokok, terlalu banyak minum alkohol, kelainan pada ginjal, konsumsi garam, stres, penggunaan jelantah, lain-lain (konsumsi kafein, pil KB, dan pola hidup pasif) (Muhammadun, 2010). Deep breathing merupakan teknik memanipulasi pernapasan kira-kira menjadi 6 kali pernapasan per menit. Pada pernapasan yang frekuensinya 6 kali pernapasan permenit, mempengaruhi amplitudo dari pernapasan dan merujuk pada perubahan tekanan darah dengan penyesuaian agar sebanding dengan kecepatan pernapasan. Respons ini juga mengurangi 37

8 Jurnal INJEC Vol. 1 No. 1 April 2014: aktivitas keluarnya saraf simpatis dan terjadinya vasodilatasi sistemik (Izzo, 2008). Depresi saraf simpatis menurunkan sekresi neurotrasmiter norepineprin dan meningkatkan sekresi neurotrasmiter asetilkolin sehingga terjadi penurunan kecepatan denyutan pada jantung dan terjadi penurunan tekanan darah. Terapi nafas dalam (deep breathing) selama 15 menit dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan mean (minimum-maksimum) penurunan yaitu 9,0 (6,0 16,0) mmhg dan 10,0 (4,0 20,0) mmhg (Suwardianto, 2011). Pengaruh slow stroke back massage meningkatkan level dari serotonin, mengurangi efek psikis dari stres dan mengurangi risiko seperti hipertensi. Terapi masase membuat jaringan otot menjadi rileks, menurunkan kesakitan, dan spasme pada otot. Masase juga dapat menurunkan respons saraf kompresi. Mekanisme ini dapat dijelaskan ketika jaringan otot kontraksi saat masase akan membuat sistem saraf di sekitar area yang dimasase juga ikut tertekan, dan jaringan otot rileks maka saraf juga akan teregang dan dapat menjalankan aktivitas kerja dengan normal melalui respons yang dihasilkan ke otak (Retno, 2011). Hasil penelitian terdapat perbedaan selisih perubahan (penurunan) tekanan darah sistolik dan diastolik pada responden pada kelompok eksperimen deep breathing dan slow stroke back massage dan kelompok kontrol (kelompok pembanding). Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan maka dilakukan analisis Post Hoc menggunakan uji Mann-Whitney didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada selisih perubahan (penurunan) tekanan darah pada kelompok responden yang dilakukan deep breathing dengan slow stroke back massage, kelompok responden yang dilakukan deep breathing dengan kelompok kontrol, dan kelompok responden yang dilakukan slow stroke back massage dengan kelompok kontrol. Dapat disimpulkan bahwa intervensi keperawatan deep breathing dan slow stroke back massage efektif dilakukan untuk menurunkan tekanan darah. Untuk mengetahui mana yang lebih baik dilakukan antara deep breathing atau slow stroke back massage dapat dilihat dari mean penurunan slow stroke back massage 2 kali lebih baik dari pada slow stroke back massage. Deep breathing lebih mudah dilakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Deep breathing dapat dilakukan tanpa biaya, dapat dilakukan di mana saja, saat kapan saja berbeda dengan slow stroke back massage yang harus dilakukan oleh orang lain dan membutuhkan biaya walaupun relative terjangkau dan membutuhkan tempat yang tertutup (privasi). Namun deep breathing tidak dapat dilakukan pada pasien yang mempunyai gangguan pernapasan sehingga slow stroke back massage merupakan alternative yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan darah. Responden sejumlah 60 orang yang menderita hipertensi dapat diidentifikasi yaitu paling banyak berjenis kelamin wanita berusia > 55 tahun. Pada wanita usia > 55 tahun yang berada pada masa menopause mempunyai arteri yang relatif sempit dan kaku karena terjadi penurunan hormone estrogen yang mempunyai efek metabolik yang menurunkan kadar LDL sehingga pada wanita usia > 55 tahun mempunyai kemungkinan peningkatan progresifitas plak aterosklerosis. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dengan usia >55 tahun di mana pada usia > 55 tahun 4 kali lebih berisiko dari pada laki-laki pada umur yang sama. Faktor pendidikan dapat mempengaruhi seseorang untuk menghindari pencetus atau penyebab dari hipertensi dibuktikan dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pendidikan yang rendah (tidak sekolah 18,3% dan tidak taman SD 36,7%). Jika seseorang mengetahui penyebab dan bahaya dari hipertensi maka dapat dimungkin seseorang dapat mengendalikan tekanan darahnya dan tidak sampai terjadi kerusakan yang bermakna seperti gangguan pada jantung, ginjal, bahkan mata, dibuktikan hasil penelitian bahwa ada beberapa responden yang mempunyai riwayat gangguan pada ginjal (15,0% responden), gangguan buang air kecil (10% responden), pandangan kabur (15,0% responden). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden hipertensi mengalami gangguan seperti kepala 38

9 Efektivitas Deep Breathing dan Slow Stroke Back Massage (Maria Anita Yusiana, dkk) pusing (90% responden), leher terasa kaku (73,3% responden), rasa tidak nyaman di dada (36,7% responden), rasa nyeri atau panas di dada (28,3% responden), bahkan nyeri yang menjalar dari dada ke lengan kiri dan raham (15,0% responden). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian yang dilakukan pada 60 responden tanggal 10 Juni 10 Agustus 2013 di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri dapat disimpulkan bahwa: pemberian deep breathing terbukti efektif menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi dengan mean penurunan sistolik dan diastolik 9,3 mmhg dan 11,2 mmhg, pemberian slow stroke back massage terbukti efektif menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi dengan mean penurunan sistolik dan diastolik 5,3 mmhg, dan 4,6 mmhg, perlakuan pemberian deep breathing terbukti lebih efektif dibandingkan pemberian slow stroke back massage dengan selisih penurunan lebih besar (4 mmhg). Saran Hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasi dalam meningkatkan pelayanan di posyandu lansia serta dapat menjadi input dalam mengembangkan bahan ajar Keperawatan Gerontik, Keperawatan Medikal Bedah dan Keperawatan Komunitas, melalui pemberian deep breathing pada pasien hipertensi mampu menurunkan tekanan darah sehingga menjadi metode alternative unggulan sebagai kompetensi khusus dalam keperawatan. KEPUSTAKAAN Corwin, Elizabeth J., Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Healey, Dale DC How Daes Massage Work?. edu/explore-healing-practices/massagetherapy/how-does-massage-work. Tanggal 8 April Jam WIB. Izzo, Joseph L,. Sica, Domenic,. & Black, Hendry R., Hypertension Primer: The essentials of High Blood Pressure Basic Science, Population Science, and Clinical Management, Edisi ke-4. Philadelphia. USA. Lippincott Williams & Wilkins. Muhammadun AS, Hidup Bersama Hipertensi: Serangan Darah Tinggi Sang Pembunuh Sekejap. Yogyakarta. In-Books. Muttaqin, Arif, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika. Rahajeng, Ekowati & Sulistyowati Tuminah, Prevalensi Hipertensi dan Deter minannya di Indonesia. RINKESDAS 2007.pdf. Diakses Tanggal 8 April 2013, Jam 20:15 WIB. Retno, Anastasi Widyo, Tindakan Slow Stroke Back Massage dalam Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri, Volume 5. No. 2 Desember 2012, hal Setiawan, Zamhir, Prevalensi dan Determinan Hipertensi di Pulau Jawa. volume 1. Hal 56 Smeltzer, Suzanne C & Brenda G Bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah, Edisi 8, Volume 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGD. Suwardianto, Heru, Pengaruh Terapi Relaksasi Napas Dalam (Deep breathing) terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri Volume 4, No 1, Juli 2011, l

TINDAKAN SLOW STROKE BACK MASSAGE DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

TINDAKAN SLOW STROKE BACK MASSAGE DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI TINDAKAN SLOW STROKE BACK MASSAGE DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI THE IMPLEMENTATION OF SLOW STROKE BACK MASSAGE IN DECREASING BLOOD PRESSURE ON HYPERTENSION S PATIENT Anastasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai oleh penduduk dunia yang mengalami pergeseran pola pekerjaan dan aktivitas. Dari yang sebelumnya memiliki pola kehidupan agraris berubah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini sangat kompleks sehingga banyak masalah kesehatan yang muncul. Saat ini masyarakat modern banyak mengalami berbagai perkembangan

Lebih terperinci

Terapi Relaksasi Napas Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pasien Hipertensi

Terapi Relaksasi Napas Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Terapi Relaksasi Napas Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Rita Dwi Hartanti, Desnanda Pandu Wardana, Rifqi Ari Fajar STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, Jl.Raya Ambokembang No.8 Kedungwuni

Lebih terperinci

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta Perbedaan Pengaruh Pemberian Meditasi Sederhana Dan Latihan Deep Breathing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Mentari Senja Semanggi Surakarta Nur Annisa 1, Maryatun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,

Lebih terperinci

General Relaxation Effect On Blood Pressure Of Hypertension Patients In The Department Of Healthy City Madiun

General Relaxation Effect On Blood Pressure Of Hypertension Patients In The Department Of Healthy City Madiun PENGARUH GENERAL RELAXATION TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI Desi Kusumawati*, Novi Ayuwardani**, Anita Diah**, 1. Program D3 Akademi Keperawatan dr. Soedono Madiun, Jawa Timur 63117, Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI TIDUR MIRING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

PENGARUH POSISI TIDUR MIRING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK PENGARUH POSISI TIDUR MIRING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG Wely 1), Rita Yulifah 2), Novita Dewi 3) 1) Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan darah presisten dimana tekanan darah nya diatas 140/90 mmhg. Pada manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistoliknya

Lebih terperinci

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia. PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT PADA LANSIA DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUNAN LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG Yasinta Asana,c*, Maria Sambriongb, dan Angela M. Gatumc

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Relaksasi Autogenik, SDB dan Tekanan Darah Referensi (118: ) vii

ABSTRAK. Kata kunci : Relaksasi Autogenik, SDB dan Tekanan Darah Referensi (118: ) vii ABSTRAK Penggunaan terapi farmakologi secara berkepanjangan dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya. Terapi non farmakologi merupakan terapi pelengkap untuk mendapatkan efek samping pengobatan yang

Lebih terperinci

PENGARUH MASSAGE TEKNIK EFFLEURAGE TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA KALIREJO KABUPATEN PURWOREJO

PENGARUH MASSAGE TEKNIK EFFLEURAGE TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA KALIREJO KABUPATEN PURWOREJO 1 PENGARUH MASSAGE TEKNIK EFFLEURAGE TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA KALIREJO KABUPATEN PURWOREJO THE EFFECT OF MASSAGE EFFLEURAGE TECHNIQUE ON BLOOD PRESSURE TO THE HYPERTENSIVES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer sampai saat ini. Berdasarkan data dari Riskesdas (Pusdatin Kemenkes RI 2013), hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat sendiri dan masyarakat global yang merupakan suatu kesepakatan dan kemitraan global untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas normal terjadi pada seseorang yang ditunjukkan oleh systolic dan diastolic pada pemeriksaan tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Berdasarkan data Global Burden of

Lebih terperinci

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014 PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014 Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan OLEH : I KETUT ERI DARMAWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan kejadian yang akan dialami oleh semua orang yang diberi umur panjang, dan tidak dapat dihindari oleh siapapun. Proses menghilangnya secara perlahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di negara-negara maju maupun berkembang. Diseluruh dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada peningkatan usia harapan hidup (life expectancy) seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologi. Perubahan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TERAPI NAFAS DALAM DAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI

EFEKTIVITAS TERAPI NAFAS DALAM DAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI 104 Seminar Nasional dan Workshop Publikasi Ilmiah ISSN. 2579-7719 Strategi Pengembangan Profesionalisme Perawat Melalui Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Publikasi Ilmiah EFEKTIVITAS TERAPI NAFAS DALAM

Lebih terperinci

INTERVENSI SLOW STROKE BACK MASSAGE

INTERVENSI SLOW STROKE BACK MASSAGE SKRIPSI INTERVENSI SLOW STROKE BACK MASSAGE LEBIH MENURUNKAN TEKANAN DARAH DARIPADA LATIHAN DEEP BREATHING PADA WANITA MIDDLE AGE DENGAN PRE-HYPERTENSION NI PUTU HARYSKA WULAN DEWI KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

Disusun Oleh : MIA JIANDITA PENGARUH PEMBERIAN JUS ALPUKAT DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU EDELWEIS DUSUN SERUT PALBAPANG BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Yuni Novianti Marin Marpaung NIM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN

SKRIPSI. Oleh: Yuni Novianti Marin Marpaung NIM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN SKRIPSI PERBEDAAN EFEKTIVITAS INTERVENSI SLOW DEEP BREATHING EXERCISE DENGAN DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PRE-HIPERTENSI PRIMER Oleh: Yuni Novianti Marin Marpaung NIM.

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik PERBANDINGAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH LANSIA PENDERITA HIPERTENSI SETELAH DILAKUKAN TERAPI MUSIK KLASIK DAN RELAKSASI AUTOGENIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEMBINA PALEMBANG 1 Dewi Ismarina, 2* Herliawati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi tekanan darah didalam pembuluh darah yang meningkat secara kronis. Hal ini disebabkan oleh kerja jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Pasien Hipertensi di Puskesmas Kraton dan Yogyakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antihipertensi yang dapat mempengaruhi penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat (Bandiyah, 2009). dunia. Penduduk lansia di indonesia mencapai 9,12% (BPS, 2014). Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat (Bandiyah, 2009). dunia. Penduduk lansia di indonesia mencapai 9,12% (BPS, 2014). Jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari harapan hidup penduduknya (Martono & Kris, 2011). Keberhasilan pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WREDA DARMA BHAKTI KELURAHAN PAJANG SURAKARTA

PENGARUH SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WREDA DARMA BHAKTI KELURAHAN PAJANG SURAKARTA PENGARUH SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WREDA DARMA BHAKTI KELURAHAN PAJANG SURAKARTA Totok Hernawan 1, Fahrun Nur Rosyid 2 1,2 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah lansia meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Lansia mengalami proses menua (aging process) secara alami yang tidak dapat dihindari (Hawari, 2007). Namun pengaruh proses menua sering menimbulkan bermacam-macam

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016 PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU DUSUN JELAPAN SINDUMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: INDAH RESTIANI

Lebih terperinci

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi merupakan penyakit asimptomatik yaitu seringnya tidak menunjukkan tanda gejala sebelum menyerang organ lain seperti serangan jantung atau stroke. Hal ini

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH SLOW-STROKE BACK MASSAGE

SKRIPSI PENGARUH SLOW-STROKE BACK MASSAGE SKRIPSI PENGARUH SLOW-STROKE BACK MASSAGE DENGAN MINYAK ESENSIAL YLANG-YLANG (Cananga odorata) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI Studi Ini Dilakukan di PSTW Jara Mara Pati

Lebih terperinci

PERBEDAA EFEKTIFITAS TEK IK RELAKSASI OTOT PROGRESIF DA RELAKSASI AFAS DALAM TERHADAP TEKA A DARAH PADA PASIE HIPERTE SI

PERBEDAA EFEKTIFITAS TEK IK RELAKSASI OTOT PROGRESIF DA RELAKSASI AFAS DALAM TERHADAP TEKA A DARAH PADA PASIE HIPERTE SI PERBEDAA EFEKTIFITAS TEK IK RELAKSASI OTOT PROGRESIF DA RELAKSASI AFAS DALAM TERHADAP TEKA A DARAH PADA PASIE HIPERTE SI Amalia Noviyanti* ) Sri Widodo** ) Shobirun*** ) * ) Mahasiswa S1Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan munculnya berbagai masalah kesehatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI Sutomo Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto ABSTRAK Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah 1. Definisi Tekanan Darah Menurut Guyton, tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PRIA DEWASA

ABSTRAK. EFEK DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PRIA DEWASA ABSTRAK EFEK DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PRIA DEWASA Reddy Nasa Halim, 2011, Pembimbing 1: Dr. Diana K Jasaputra, dr, M.Kes Pembimbing 2: Jo Suherman, dr, MS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan nasional yang berlangsung beberapa tahun terakhir telah menimbulkan pergeseran pola penyebab kematian dan masalah kesehatan. Sunaryo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Penelitian mengambil tempat di dalam ruangan kerja karyawan kantor dan ruang guru di sekolah-sekolah negeri. Responden dalam penelitian ini terdiri

Lebih terperinci

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat 2 Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, penyakit jantung koroner, pembuluh darah jantung dan otot jantung.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN ALPUKAT TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI BANGUNTAPAN BANTUL

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN ALPUKAT TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI BANGUNTAPAN BANTUL PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN ALPUKAT TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI BANGUNTAPAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

MEKANISME PENGATURAN KARDIOVASKULAR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KARDIAK OUTPUT DAN HUKUM STERLING

MEKANISME PENGATURAN KARDIOVASKULAR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KARDIAK OUTPUT DAN HUKUM STERLING MEKANISME PENGATURAN KARDIOVASKULAR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KARDIAK OUTPUT DAN HUKUM STERLING Anggi Faizal Handuto 22020111130034 Nunung Hidayati 22020111130086 Nurul Imaroh 22020111130044 Nur Alifah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Proses menua dapat diartikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,

Lebih terperinci

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A.

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A. Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : 09.30 A. LATAR BELAKANG Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH LABU SIAM (Sechium edule Swartz) TERHADAP TEKANAN DARAH

ABSTRAK. PENGARUH LABU SIAM (Sechium edule Swartz) TERHADAP TEKANAN DARAH ABSTRAK PENGARUH LABU SIAM (Sechium edule Swartz) TERHADAP TEKANAN DARAH Stella Belinda Tjoawirawan, 2012. Pembimbing I : Dr. Iwan Budiman, dr., MS, MM, MKes, AIF. Pembimbing II : Ellya Rosa Delima, dr.,

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH NORMAL

ABSTRAK. PENGARUH BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH NORMAL ABSTRAK PENGARUH BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH NORMAL Lidya Lustoyo Putrajaya, 2012 Pembimbing I : Dr. Iwan Budiman, dr., M.S., M.M., M.Kes., AIF. Pembimbing II : Ellya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena klien sering tidak merasakan adanya gejala dan baru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN Intan Pratika M *) Abstrak Desain penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 20 responden pada kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam tekanan darah setiap hari. Tekanan darah merupakan. faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam tekanan darah setiap hari. Tekanan darah merupakan. faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masyarakat modern, semua orang akan berhadapan dengan berbagai macam tekanan darah setiap hari. Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler yang banyak mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas dunia. Hipertensi kini menjadi masalah global,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembunuh sejati, tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the silent killer

BAB 1 PENDAHULUAN. pembunuh sejati, tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the silent killer BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi memang bukan pembunuh sejati, tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the silent killer (Myrank, 2009). Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minuman pahit (Soeria, 2013). Coklat berasal dari tanaman kakao dan proses

BAB I PENDAHULUAN. minuman pahit (Soeria, 2013). Coklat berasal dari tanaman kakao dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Coklat berasal dari kata xocoatl (bahasa suku Aztec) yang memiliki arti minuman pahit (Soeria, 2013). Coklat berasal dari tanaman kakao dan proses pengolahan biji kakao

Lebih terperinci

BEDA PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI KAKI DAN DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA PENDERITA HIPERTENSI PRIMER

BEDA PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI KAKI DAN DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA PENDERITA HIPERTENSI PRIMER BEDA PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI KAKI DAN DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA PENDERITA HIPERTENSI PRIMER Naskah Publikasi Oleh : I MADE SIDI PRAYOGA (J120110046)

Lebih terperinci

TOUCH THERAPY PADA KAKI DENGAN ESSENSIAL OIL LAVENDER DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI PADA USIA TAHUN

TOUCH THERAPY PADA KAKI DENGAN ESSENSIAL OIL LAVENDER DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI PADA USIA TAHUN TOUCH THERAPY PADA KAKI DENGAN ESSENSIAL OIL LAVENDER DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI PADA USIA 50-75 TAHUN Yuli Widyastuti dan Anik Enikmawati STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta Jl.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan jaman dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Banyak masyarakat saat ini sering melakukan pola hidup yang kurang baik

Lebih terperinci

TERAPI GUIDED IMAGERY DAN DEEP BREATHING EFEKTIF MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

TERAPI GUIDED IMAGERY DAN DEEP BREATHING EFEKTIF MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI Jurnal STIKES Vol. 8, No.2, Desember 2015 TERAPI GUIDED IMAGERY DAN DEEP BREATHING EFEKTIF MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI GUIDED IMAGERY AND DEEP BREATHING THERAPY IS EFFECTIVE TO DECREASE

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO Oleh: dr. Budi T. Ratag, MPH, dkk. Dipresentasikan dalam

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN NAFAS DALAM TERHADAP SENSITIVITAS BARORFLEKS ARTERI PADA KLIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RSUD LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR

PENGARUH LATIHAN NAFAS DALAM TERHADAP SENSITIVITAS BARORFLEKS ARTERI PADA KLIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RSUD LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR PENGARUH LATIHAN NAFAS DALAM TERHADAP SENSITIVITAS BARORFLEKS ARTERI PADA KLIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RSUD LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR Fadli STIKES Muhammadiyah Sidrap Alamat Korespondensi: fadli.hanafi88@yahoo.com/085342707077

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan komplikasi dan kematian terbesar di dunia (Kristina, 2012). Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

Mengetahui Hipertensi secara Umum

Mengetahui Hipertensi secara Umum Mengetahui Hipertensi secara Umum Eldiana Lepa Mahasiswa Kedokteran Universitas Krida Wacana Jakarta, Indonesia Eldiana.minoz@yahoo.com Abstrak Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistole, yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi dihasilkan dari dua faktor utama yaitu jantung yang memompa

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Saat ini penyakit kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arterial abnormal yang berlangsung terus-menerus (Brashers, 2007). Hipertensi adalah peningkatan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakti yang mengakibatkan angka kesakian yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang mengalami

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI PIJAT PUNGGUNG DAN DZIKIR TERHADAP TEKANAN DARAH

PENGARUH KOMBINASI PIJAT PUNGGUNG DAN DZIKIR TERHADAP TEKANAN DARAH JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOLUME V NO 1 AGUSTUS 2017 1 PENGARUH KOMBINASI PIJAT PUNGGUNG DAN DZIKIR TERHADAP TEKANAN DARAH Rudi Haryono 1, Iman Permana 2, Nur Chayati 2 1. Dosen Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, membuat usia harapan hidup manusia relatif bertambah panjang. Menurut United Nations: World Population

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat sangat sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, banyak stresor dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

PENURUNAN TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN DIASTOLIK PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER MELALUI LATIHAN SLOW DEEP BREATHING

PENURUNAN TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN DIASTOLIK PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER MELALUI LATIHAN SLOW DEEP BREATHING PENURUNAN TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN DIASTOLIK PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER MELALUI LATIHAN SLOW DEEP BREATHING DI PUSKESMAS BINONG KABUPATEN TANGERANG Fike Leleh 1, Dame Elysabeth 2, Deby Kristiani 3

Lebih terperinci

The 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta

The 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta Pengaruh Pemberian Terapi Jus Buah Tomat terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Primer Stage 1 di Desa Monggot Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah

Lebih terperinci

MUSIK KLASIK LEBIH EFEKTIF DIBANDINGKAN RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH

MUSIK KLASIK LEBIH EFEKTIF DIBANDINGKAN RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Jurnal Penelitian Keperawatan Volume 1, No. 1, Januari 2015 MUSIK KLASIK LEBIH EFEKTIF DIBANDINGKAN RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH CLASSICAL MUSIC THERAPY MORE EFFECTIVE THAN DEEP

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH JUS BEET (Beta vulgaris L.) TERHADAP TEKANAN DARAH

ABSTRAK. PENGARUH JUS BEET (Beta vulgaris L.) TERHADAP TEKANAN DARAH ABSTRAK PENGARUH JUS BEET (Beta vulgaris L.) TERHADAP TEKANAN DARAH Stevanie Suherman Halim, 2011 Pembimbing I : Dr. Iwan Budiman, dr., MS, MM, MKes, AIF Pembimbing II : Ellya Rosa Delima, dr., MKes Latar

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK WORTEL (DAUCUS CAROTA L.) TERHADAP TEKANAN DARAH PEREMPUAN DEWASA

ABSTRAK EFEK WORTEL (DAUCUS CAROTA L.) TERHADAP TEKANAN DARAH PEREMPUAN DEWASA ABSTRAK EFEK WORTEL (DAUCUS CAROTA L.) TERHADAP TEKANAN DARAH PEREMPUAN DEWASA Olivia Ardini, 1110154 Pembimbing : Ellya Rosa Delima, dr., M.Kes. Latar belakang Hipertensi merupakan penyakit kelainan pembuluh

Lebih terperinci