I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

I. PENDAHULUAN. komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur petani berpengaruh terhadap tingkat produktivitas kerja dari petani tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

I. PENDAHULUAN. perdagangan antar wilayah, sehingga otomatis suatu daerah akan membutuhkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN. berkurang, ditambah lagi semakin besarnya impor pangan, pakan, dan bahan baku

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pekerjaan sampingan dan pengalaman bertani. Berdasarkan umur, usia antara tahun adalah usia produktif, sementara usia

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam

ANALISIS USAHATANI SAYURAN DI DATARAN TINGGI KERINCI PROVINSI JAMBI. Suharyon Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

Tahun Bawang

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel

I. PENDAHULUAN. sayuran terutama sawi. Hal ini terjadi karena sawi memiliki kandungan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan kedelai di Indonesia selalu mengalami peningkatan seiring

TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH. S u w a n d i

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi kebutuhan pangan, penyerapan tenaga kerja, pemasok bahan baku industri bahkan sebagai penyumbang devisa negara. Hortikultura memberikan peluang usaha agribisnis, sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi petani. Hortikultura mencakup buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat yang sangat berpotensi dalam kegiatan usaha agribisnis. Kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berpotensi dikembangkan di Indonesia. Menurut Bambang (2010) kentang merupakan tanaman hortikultura yang berpotensi dikembangkan di Indonesia dan mempunyai arti penting dalam perwujudan ketahanan pangan. Hal tersebut karena sebagai bahan pangan kandungan karbohidrat pada kentang mencapai sekitar 18%, protein 2,4% dan lemak 0,1%. Selain itu dibandingkan dengan umbi-umbian lain seperti singkong, ubi jalar dan talas, komposisi gizi kentang masih relatif lebih baik. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (2015) produksi kentang di Jawa Tengah terbesar adalah Kabupaten Banjarnegara sebesar 1.244.840 ku, Kabupaten Wonosobo sebesar 563.462 ku dan Kabupaten Brebes 545.880 ku. Kabupaten Wonosobo menduduki peringkat kedua sebagai penghasil kentang terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Luas panen dan produksi kentang di Kabupaten Wonosobo selama 10 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 1.1. Luas panen merupakan luasan hasil produksi suatu komoditas, artinya semakin luas dari luas panen suatu komoditas maka produksi yang dihasilkan akan semakin tinggi, sedangkan semakin sempit luas panen dari komoditas maka hasil komoditas tersebut akan semakin rendah. Hal tersebut terjadi apabila tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar yang tidak diinginkan misalnya serangan hama dan penyakit. Produksi kentang dari tahun 2005-2014 mengalami fluktuasi, berfluktuasinya produksi dipengaruhi oleh penggunaan faktorfaktor produksi meliputi bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Penggunaan faktor produksi yang kurang tepat dosisnya akan mempengaruhi hasil produksi sehingga kurang maksimal. Faktor lainnya yang mempengaruhi fluktuasi produksi kentang tiap tahunnya adalah keadaan cuaca yang buruk. Cuaca berhubungan dengan tingkat curah hujan yaitu di Kecamatan Kejajar penanaman kentang dilakukan 3 kali dalam setahun 1

dimana terdapat tiga musim yaitu Musim Tanam I (MT I) ; Musim Tanam II (MT II) yang meruapakan musim kemarau dan Musim Tanam III (MT III) yang merupakan musim hujan. Selain itu faktor hama dan penyakit sebagai organisme pengganggu tanaman juga berpengaruh terhadap produksi kentang. Kentang yang terserang hama dan penyakit tidak tumbuh dengan baik dan kentang yang dihasilkan akan cacat atau bopeng. Kondisi kentang yang kurang baik akan berpengaruh terhadap nilai jual kentang yang rendah. Tabel 1.1 Luas panen dan produksi kentang di Kabupaten Wonosobo tahun 2005-2014 Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) 2005 3.418 53.053 15,52 2006 3.000 47.969 15,99 2007 2.639 39.676 15,03 2008 2.862 44.767 15,64 2009 3.013 44.466 14,76 2010 3.187 48.166 15,11 2011 3.088 46.797 15,15 2012 3.190 47.390 14,86 2013 3.263 49.440 15,15 2014 3.650 56.346 15,44 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo (2005-2014) Harga merupakan salah satu komponen yang berpengaruh terhadap kentang yang akan ditawarkan, harga kentang tahun sebelumnya berpengaruh terhadap produksi kentang pada tahun mendatang, artinya saat harga kentang tinggi petani akan meningkatkan produksinya sedangkan saat harga kentang rendah petani akan menurunkan produksinya (Huq et.al., 2010). Harga kentang tinggi petani berharap akan mendapatkan keuntungan yang tinggi, sehingga mereka berusaha meningkatkan produksinya. Saat harga kentang rendah, petani beranggapan keuntungan yang diperoleh akan lebih sedikit sehingga mereka akan mengurangi produksi kentang dan beralih menanam tanaman lainnya yang akan memberikan keuntungan yang lebih tinggi. Tabel 1.2 menunjukkan harga kentang mengalami fluktuasi setiap tahunnya, berfluktuasinya harga dipengaruhi oleh pasokan kentang di pasar dan pasokan kentang di pasar dipengaruhi oleh produksi kentang oleh petani. Hal tersebut berkaitan dengan 2

perilaku petani dalam memberikan respon terhadap harga kentang, saat harga tinggi petani meningkatkan produksi kentang dan saat harga rendah mengurangi produksi kentang sehingga mengakibatkan harga kentang di pasaran juga berfluktuasi setiap tahunnya. Fluktuasi harga pada komoditas kentang tidak berbanding jauh setiap tahunnya dan cenderung stabil, sehingga faktor tersebut yang memotivasi petani untuk menanam kentang. Tabel 1.2 Perkembangan rata-rata harga kentang ditingkat produsen Provinsi Jawa Tengah tahun 2007-2012 Tahun Harga Kentang (Rp/Kg) 2007 3.516 2008 3.283 2009 4.010 2010 3.784 2011 4.057 2012 4.033 Sumber : Kementerian Pertanian (2013) Gambar 1.1 menunjukkan bahwa trend produktivitas kentang yang menurun ditandai dengan slope yang negatif, artinya produktivitas kentang mengalami penurunan sebesar 0,051 ton setiap kenaikan periode tahun. Penurunan produktivitas berpengaruh terhadap penurunan penawaran kentang, hal tersebut karena penawaran kentang dipengaruhi oleh produksi kentang yaitu ketika produksi kentang meningkat maka penawaran kentang akan meningkat sebaliknya saat produksi kentang menurun penawaran kentang juga akan menurun. Penawaran kentang yang menurun di pasar akan berakibat harga kentang yang melonjak naik karena jumlah kentang yang ditawarkan di pasar berkurang, sebaliknya penawaran kentang yang meningkat di pasar akan berakibat harga kentang menurun karena jumlah kentang yang ditawarkan di pasar bertambah banyak. Penurunan produktivitas disebabkan oleh penggunaan lahan marginal untuk budidaya kentang. Menurut Yuwono (2009) lahan marginal dapat diartikan sebagai lahan yang memiliki mutu rendah karena memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan untuk budidaya suatu pertanaman tertentu. Faktor-faktor pembatas tersebut dapat diatasi dengan masukan dari faktor-faktor produksi, misalnya adalah pupuk. Pupuk sebagai salah satu faktor produksi diharapkan mampu menggantikan unsur-unsur 3

hara yang hilang. Tanpa masukan budidaya pertanian di lahan marginal tidak akan memberikan keuntungan. Di Kabupaten Wonosobo lahan marginal tersebut berupa daerah bergunung-gunung dengan intensitas curah hujan yang tinggi sehingga resiko terjadinya erosi. Erosi tersebut menyebabkan unsur-unsur hara tanah yang penting menjadi berkurang atau bahkan hilang sehingga kurang baik jika digunakan sebagai lahan pertanian. Kebiasaan petani dalam berusahatani kentang dengan bedenganbedengan yang sejajar dengan kemiringan lahan mengakibatkan erosi yang berdampak unsur hara tanah hilang sehingga tingkat kesuburan tanah berkurang. Gambar 1.1 Trend produktivitas kentang di Kabupaten Wonosobo tahun 2005-2014 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo (2005-2014) (Diolah) Peningkatan produktivitas kentang dapat dilakukan dengan memperluas luasan lahan budidaya kentang, namun berdasarkan informasi petani sebagian besar lahan tegalan merupakan milik sendiri, sehingga perluasan lahan dapat dilakukan dengan menyewa lahan. Hanya beberapa petani yang menyewa lahan, hal tersebut karena biaya sewa yang mahal sebagai faktor pembatas untuk melakukan sewa. Hal ini menyebabkan perlunya penggunaan faktor-faktor produksi lainnya untuk meningkatkan produktivitas kentang. Penggunaan faktor-faktor produksi yang sering digunakan oleh petani kentang di Kecamatan Kejajar diantaranya adalah bibit, pupuk NPK, pupuk CM (Chicken Manure), pestisida dan tenaga kerja. Bibit merupakan faktor produksi utama sebagai bahan tanam untuk menumbuhkan kentang. Pupuk NPK digunakan karena mengandung 4

unsur N, P dan K. Pupuk CM merupakan pupuk organik yang terbuat dari kotoran ayam. Pestisida digunakan sebagai obat pemberantas hama penyakit. Tenaga kerja digunakan untuk membantu pemeliharaan kentang. Menurut Sartika et.al., (2013) tiga faktor dominan yang mempengaruhi hasil produksi kentang adalah pemeliharaan kentang, faktor modal dan luas lahan, serta pemupukan sehingga penggunaan faktorfaktor produksi tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi yang berdampak pada peningkatan penawaran kentang. Tabel 1.3 Analisis Usahatani Kentang Tanpa Mulsa Tahun 2014 I No Uraian Jumlah Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) Biaya Produksi Persentase (%) 1 Sewa Tanah 1 musim 8.000.000 14,88 2 Biaya Saprodi a. Bibit 1.500 kg 15.000 22.500.000 41,85 b. Pupuk Pupuk anorganik 600 kg 2.170 1.300.000 2.42 Organik CM 15.000 kg 400 6.000.000 11,16 c. Pestisida Insektisida 1.5 L 1.500.000 2,79 Fungisida 5 kg 2.500.000 4,65 3 Tenaga Kerja Olah tanah dan tanam borongan 3.000.000 5,58 Pembumbuman I 40 HOK 20.000 800.000 1,49 Pembumbuman II 25 HOK 20.000 500.000 0,93 Aplikasi pestisida 3 HOK x 18 30.000 1.620.000 3,01 Jaga malam 2 HOK x 10 50.000 1.000.000 1,86 Panen 60 HOK 20.000 1.200.000 2,23 Angkut 68 HOK 30.000 2.059.700 3,83 4 Jumlah biaya lain (bensin, oli, penyusutan alat, dll.) 1.720.000 3,20 II Jumlah 53.759.700 100,00 Penerimaan Kentang kualitas I (ABC) 12.286 kg 5.300 65.115.800 Kentang kualitas II (DN) 2.310 kg 3.200 7.392.000 Kentang kualitas III (Rindil) 605 kg 1.700 1.028.500 Jumlah 73.536.300 III Pendapatan Rp 19.776.600 IV R/C Ratio Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kejajar (2014) 1,37 5

Struktur biaya dengan luas lahan 10.000 m 2 tabel 1.3 usahatani kentang, biaya produksi yang paling banyak dikeluarkaan petani kentang adalah biaya pembelian bibit yaitu 41,85 % disusul biaya sewa tanah 14,88% dan biaya pemupukan 13,58%. Hal tersebut yang mengakibatkan sebagian besar petani menggunakan bibit hasil musim panen sebelumnya daripada harus membeli karena harga bibit yang mahal. Pupuk CM merupakan pupuk yang paling banyak digunakan petani. Penggunaan pupuk CM relatif lebih banyak dikarenakan kandungan hara pupuk ini lebih rendah dibandingkan pupuk anorganik pada dosis yang sama. Pupuk CM merupakan pupuk organik tidak bersubsidi. Meskipun demikian, pupuk CM tergolong pupuk organik yang penting sebagai perbaikan kadar hara dalam tanah serta memiliki sifat ramah lingkungan dibandingkan pupuk anorganik. Selain itu, harga pupuk CM lebih murah sehingga penggunaan faktor produksi ini cukup banyak. Penggunaan pupuk CM digunakan untuk mengimbangi penggunaan pupuk anorganik. Pupuk anorganik yang biasa digunakan adalah pupuk NPK. Berbeda dengan pupuk CM, pupuk NPK merupakan pupuk anorganik bersubsidi. Harga NPK relatif lebih mahal dibandingkan pupuk CM. Faktor produksi tenaga kerja digunakan untuk membantu pemeliharaan budidaya kentang. Tenaga kerja yang digunakan adalah Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK). Penggunaan TKLK dipengaruhi oleh besaran upah sehingga mempengaruhi besaran biaya produksi. Pestisida sebagai obat pemberantas hama penyakit penting dalam budidaya kentang karena berdasarkan informasi petani kentang merupakan tanaman yang rentan terhadap hama penyakit. Selain itu, terdapat beberapa petani yang menggunakan mulsa dalam budidaya kentang namun sebagian besar tidak menggunakan mulsa. Petani yang menggunakan mulsa menyatakan bahwa penggunaan mulsa dilakukan guna menekan pertumbuhan rumput liar yang dapat mengganggu pertumbuhan kentang. Penggunaan mulsa juga akan menambah biaya bagi petani sehingga ini menjadi permasalahan, oleh karena itu ada beberapa petani memilih tidak menggunakan mulsa. Banyak sedikitnya penggunaan faktor-faktor produksi dipengaruhi oleh harga faktor-faktor produksi tersebut, yang akan mempengaruhi biaya produksi dalam usahatani. Harga faktor produksi tersebut diantaranya harga bibit, harga pupuk NPK, harga pupuk CM, harga pestisida dan upah tenaga kerja. Penggunaan mulsa juga akan mempengaruhi biaya produksi, petani akan mengeluarkan biaya lebih bila 6

menggunakan mulsa dalam budidaya kentang. Biaya produksi yang tinggi, petani akan merespon mengurangi produksi kentang sehingga penawaran kentang berkurang begitu pula sebaliknya. Selain itu keadaan cuaca karena ketersediaan air yang berbeda setiap musimnya akan memperngaruhi respon petani dalam memproduksi kentang musim berikutnya. Oleh karena itu, analisis terhadap faktor-faktor produksi dan penawaran penting untuk dikaji dalam penelitian ini. B. Perumusan Masalah Kentang merupakan tanaman hortikultura yang menjadi unggulan di Kabupaten Wonosobo khususnya di Kecamatan Kejajar sebagai sentral budidayanya. Penanaman kentang dilakukan pada lahan marginal yang telah mengalami penurunan unsur hara akibat erosi. Erosi tersebut mengakibatkan hilangnya sebagian unsur-unsur hara penting bagi pertanaman kentang dan erosi membawa lapisan tanah bagian atas yang subur. Selain faktor kemiringan lahan sebagai penyebab erosi, manajemen budidaya petani yang kurang baik juga menyebabkan meningkatnya erosi karena pembuatan bedengan yang sejajar lereng sehingga air hujan akan langsung membawa unsur hara. Kondisi tersebut yang terus menerus, secara perlahan mengakibatkan produktivitas kentang menurun. Penurunan produktivitas tersebut akan mempengaruhi penawaran kentang di pasaran, yaitu saat produktivitas kentang meningkat maka penawaran kentang meningkat sedangkan saat produktivitas kentang turun maka penawaran kentang menurun. Penambahan faktor-faktor produksi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas kentang. Faktor-faktor produksi yang digunakan petani kentang di Kecamatan Kejajar meliputi bibit, pupuk NPK, pupuk CM, pestisida dan tenaga kerja. Bibit merupakan faktor produksi utama sebagai bahan tanam. Umumnya petani menggunakan bibit kentang dari hasil panen musim sebelumnya. Pupuk anorganik yang umum digunakan petani adalah pupuk NPK. Menurut Soelarso (1997) pupuk NPK digunakan karena mengandung nitrogen 16%, fosfor 15% dan kalium 15% yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan kentang. Selain pupuk anorganik petani juga menggunakan pupuk organik yaitu pupuk CM. Pupuk CM adalah pupuk yang terbuat dari kotoran ayam dan digunakan untuk menyeimbangi penggunaan pupuk anorganik. Pestisida sebagai faktor produksi berguna untuk memberantas hama dan 7

penyakit. Pestisida menjadi penting karena tanaman kentang rentan terhadap hama dan penyakit. Tenaga kerja dalam usahatani sebagai faktor produksi yang berguna membantu dalam kegiatan budidaya kentang yaitu penanaman, penyemprotan, penyiangan, pemanenan dan lain-lain. Penggunaan teknologi yang baik menjadi faktor pendukung dalam budidaya kentang. Beberapa petani menggunakan mulsa sebagai salah satu bentuk teknologi yang digunakan, bermanfaat untuk menekan pertumbuhan rumput liar. Sebelum menggunakan faktor-faktor produksi petani memperhatikan hargaharga dari faktor-faktor tersebut yaitu harga bibit, harga pupuk NPK, harga pupuk CM, harga pestisida, upah tenaga kerja. Harga faktor produksi yang rendah akan mendorong petani untuk meningkatkan penggunaan faktor produksi sehingga diharapkan produksi meningkat yang berakibat penawaran meningkat pula dan sebaliknya. Selain memperhatikan harga faktor produksi, keputusan dalam memproduksi kentang dimusim berikutnya dipengaruhi harga kentang yaitu harga kentang tinggi maka petani meningkatkan produksinya. Selain itu, petani juga memperhatikan kondisi cuaca dalam pengambilan keputusan memproduksi kentang. Kentang dapaat diproduksi 3 kali dalam setahun yaitu MT I dan MT II untuk musim kemarau dan MT III yaitu musim hujan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat curah hujan karena kentang merupakan tanaman dengan kebutuhan air cukup. Permasalahan yang dapat dikaji dalam penelitian ini berdasarkan uraian tersebut yaitu: 1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kentang? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kentang? 3. Bagaimana elastisitas penawaran kentang? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kentang. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kentang. 3. Mengetahui elastisitas penawaran kentang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi peneliti dan merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 8

2. Bagi petani kentang, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan yang berkaitan dengan peningkatan produksi dan penawaran kentang. 3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan tambahan pengetahuan serta sumber wacana bagi pembaca yang berminat pada pembahasan mengenai permasalahan penawaran dan sebagai referensi dalam penelitian penawaran dimasa yang akan datang. 9