GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN SENDIRI PADA MASYARAKAT DI DESA JIMUS POLANHARJO KLATEN NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK ANTIPIRETIK SEBAGAI UPAYA PENGOBATAN SENDIRI DI KELURAHAN PONDOK KARANGANOM KLATEN NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Purworejo terdiri atas 16 Kecamatan, yang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh RIMA BUNGA MERDEKAWATI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMUR DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak)

PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA OLEH ORANG TUA UNTUK KESEHATAN ANAK DI DUWET NGAWEN KLATEN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

Obat tradisional 11/1/2011

Karateristik Masyarakat Yang Melakukan Swamedikasi Di Beberapa Toko Obat Di Kota Makassar. Program Studi Diploma III Farmasi Yamasi.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal. Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata baik di pusat daerah,

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : GALIH SETIA ADI NIM.

INTISARI PROFIL SWAMEDIKASI OBAT BATUK PILEK BEBAS PADA ANAK DI APOTEK AMANDIT FARMA BANJARMASIN

BAB I. Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang. yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG. suatu usaha dalam pemilihan dan penggunaan obat obatan oleh individu UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

DRA. HELNI, APT, M.KES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan bagian dari upaya

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG TAMAN OBAT KELUARGA DI NGLINGGI, KLATEN SELATAN

PENGGUNAAN TANAMAN HERBAL UNTUK KESEHATAN. Susilo Yulianto Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Jamu

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

Lampiran 1. Surat Kesediaan menjadi Responden UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) yaitu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN UMUR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG OBAT TRADISIONAL DI APOTEK AULIA BANJARMASIN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK PANASEA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seperti tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun tumbuhan liar. Obat herbal

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INVENTARISASI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT SECARA TRADISIONAL OLEH SUKU OSING BANYUWANGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia, 2012, Gambaran Pengetahuan Sendiri Mahasiswa Jurusan Farmasi dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN

TINGKAT PENGETAHUAN SWAMEDIKASI DALAM PENANGANAN DEMAM PADA ANAK OLEH IBU DI RW 08 DUSUN WONOREJO SARIHARJO NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. promosi / iklan obat melalui media massa dan tingginya biaya pelayanan kesehatan,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PEMILIHAN OBAT INFLUENZA PADA MASYARAKAT KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN jenis pengobatan tradisional dari desa. Pengobatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN PERILAKU PENGOBATAN SENDIRI (SELF-MEDICATION)

Kuesioner Penelitian. Gambaran Perilaku Pencarian Pengobatan Pada. Masyarakat Dusun V Desa Patumbak. Kabupaten Deli Serdang.

BAB I PENDAHULUAN. menerima pengakuan ini adalah Imhotep dari Mesir yang jauh lebih tua

Obat Diabetes Basah Serta Gejala Komplikasi HHNS Penderita Diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam yang tinggi. Kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia diperkirakan

DAFTAR ISI PERNYATAAN...

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT RW.IV KELURAHAN FONTEIN KOTA KUPANG TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK. Ni Nyoman Yuliani, Carolina Wijaya, Geryana Moeda

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat

obat-obat tradisional yang telah menggunakan cara-cara modern. Umumnya masyarakat jaman dahulu menggunakan daun sirih merah masih dalam cara yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kontroversi Pemakaian Obat Alami Untuk Diabetes

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi

Hidup sehat dimulai dari kebiasaan sehari-hari. Nenek moyang kita. Bugar Berkat Secangkir Herbal. 1 Obat Tradisional

Tabel 1. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat No Nama Tumbuhan. Bagian yang Dimanfaatkan

Temanggung. Persetujuan Studi Pendahuluan RSUD Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK KIMIA FARMA NO.61 VETERAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Heru Sasongko, M.Sc.,Apt. 3/24/2015 Farmasi UNS

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Konsumsi Obat Tanpa Resep Dokter di Apotek Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang Tahun 2013

Lampiran 1: Jenis Tumbuhan Obat untuk Kesehatan Reproduksi oleh Masyarakat Samin Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

Ana Hidayati, Dyah Aryani Perwitasari. Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Abstrak

Disajikan di Simposium Nasional Herbal Medik, Bandung, 12 Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman obat keluarga (disingkat TOGA) adalah tanaman

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Asam Mefenamat, Pasien Poli Gigi

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PENGGUNAAN JAMU DI WILAYAH KERJA PESKESMAS KAIT-KAIT

Tanaman Obat Keluarga TOGA

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya sebagai mahasiswa program studi D III keperawatan, Fakultas ilmu

Dian Rahayu Muliani D3 Farmasi Politeknik Medica Farma Husada Mataram ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan teknik total sampling. Penelitian ini dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

AKFAR ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan III NO. 7B Telp Fax KAYU TANGI BANJARMASIN 70123)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah pengobatan sendiri, meskipun belum terlalu populer, namun

Transkripsi:

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN SENDIRI PADA MASYARAKAT DI DESA JIMUS POLANHARJO KLATEN NASKAH PUBLIKASI Oleh : FARIZA ISMIYANA K 100 070 015 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2013 1

2

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN SENDIRI PADA MASYARAKAT DI DESA JIMUS POLANHARJO KLATEN TRADITIONAL DRUG USAGE PICTURE FOR THE SELF MEDICATION SOCIETY COUNTRY SIDE JIMUS POLANHARJO KLATEN Fariza Ismiyana*, Arief Rahman Hakim**, Tanti Azizah Sujono*, *Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta **Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan obat tradisional untuk pengobatan sendiri pada masyarakat di Desa Jimus Polanharjo Klaten. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian non eksperimental terhadap responden yang berdomisili di Desa Jimus dengan jumlah responden 35 orang menggunakan alat bantu kuisioner. Pengambilan sampel dilakukan secara quota sampling. Analisis penggunaan obat tradisional untuk pengobatan sendiri dilakukan secara deskriptif. Gambaran penggunaan obat tradisional di Desa Jimus adalah obat tradisional digunakan dalam berbagai bentuk sediaan untuk mengatasi penyakit ringan, penyakit degeneratif dan ada yang menggunakan untuk mengatasi infeksi. Obat tradisional yang digunakan kebanyakan tidak memunculkan efek samping (42,8 %), ketika muncul efek samping beberapa responden tetap melanjutkan obat tradisional, tetapi ada yang pergi kedokter atau beralih ke obat modern. Dosis pemakaian di dasarkan atas pengalaman pribadi atau turun temurun dari keluarga. Kata kunci : pengobatan sendiri, obat tradisional, masyarakat di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten. ABSTRACT This study aims to describe the use of traditional medicine to treat yourself to the community in the village of Klaten Polanharjo Jimus. Type of research is non-experimental research with respondents who live in the village with a number of respondents Jimus 350 people using questionnaire 1

tool. Sampling was done by quota sampling. Analysis of the use of traditional medicine for the treatment themselves be descriptive. Overview of the use of traditional medicine in the village Jimus is a traditional remedy used in a variety of dosage forms to overcome ailments, degenerative disease and no use to overcome the infection. Traditional medicine is used mostly not bring side effects (42.8%), when side effects appear some respondents continued to traditional medicine, but there is go to a doctor or switch to modern medicine. Dosage is based on personal experience or down through generations of the family. Keywords: self-medication, traditional medicine, the people in the village Jimus, Polanharjo, Klaten. PENDAHULUAN Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti : demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Obat-obat yang termasuk dalam golongan obat bebas dan bebas terbatas relatif aman digunakan untuk pengobatan sendiri (Depkes, 2006). Pengobatan tradisional masih banyak digunakan sebagai alternatif dalam masyarakat, hal ini menjadi bukti bahwa masyarakat masih mengakui khasiat dari pengobatan tradisional, dengan demikian jenis-jenis tanaman yang dapat dijadikan obat harus tetap dilestarikan dan dijaga agar dapat dimanfaatkan sebagai resepresep tradisional warisan orang tua terdahulu dalam upaya menunjang pelayanan kesehatan (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2001). Pengobatan tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat, digunakan dalam mengatasi masalah kesehatan. Kemampuan masyarakat untuk mengobati sendiri, mengenai gejala penyakit dan memelihara kesehatan perlu ditingkatkan dalam rangka menjaga kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk ini obat tradisional dan jamu merupakan potensi yang besar karena sudah dikenal masyarakat, mudah diperoleh, harga relatif murah, serta merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat (Agoes dan Jacob, 1996). 2

Hasil penelitian yang dilakukan di masyarakat Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Jawa Barat menunjukkan masyarakat melakukan pengobatan sendiri dengan alasan sakit masih ringan, hemat biaya, hemat waktu serta sifatnya sementara yaitu penanggulangan pertama sebelum berobat ke puskesmas atau mantri. Pengobatan sendiri yang benar masih rendah karena umumnya masyarakat membeli obat secara eceran sehingga tidak dapat membaca keterangan yang tercantum pada kemasan obat. Pada penelitian ini data yang diperoleh berasal dari: ketua RT, ketua RW, pengajar, kader kesehatan dan ibu rumah tangga. (Supardi & Notosiswoyo, 2005). METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian non eksperimental dengan metode survei, data dianalisis secara deskriptif. Data yang diperlukan dalam rangka penelitian ini diperoleh melalui survei lapangan (observasi). Datadata diperoleh langsung dari responden yang berada di daerah yang telah ditentukan peneliti. Untuk menggali informasi dari responden, digunakan kuisioner yang memuat beberapa pertanyaan bentuk semi terbuka yaitu ada yang berupa multiple choice yang bisa dipilih oleh responden serta essay yang bisa dijawab sesuai keinginan. Data ini nantinya akan menjadi data primer karena didapat langsung dari narasumber atau responden. Data kuesioner yang berupa jawaban yang diisi oleh responden dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui persentase keberadaan kuesioner tersebut di dalam populasi (Sugiyono, 2003). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh masyarakat yang berada di Desa Jimus Polanharjo Klaten. Dari data kependudukan desa, diperoleh jumlah populasi sebanyak 1593 orang, data ini terdiri dari 780 laki-laki dan 813 perempuan (Subroto, 2012). Besaran sampel untuk penelitian swamedikasi obat tradisional ini sebesar 350 responden, pengambilan sampel dilakukan dengan cara memberikan kuota atau jumlah yang diinginkan pada masing-masing padukuhan yang berada di Desa Jimus. Setiap Padukuhan mendapatkan kuota sebesar 22% dari jumlah keseluruhan penduduk. Dari 10 Padukuhan yang berada di Desa Jimus maka 3

didapatkan 350 responden yang bersedia menjadi responden dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan peneliti. Pengambilan sampel untuk penelitian ini dapat dilakukan dengan cara teknik quota sampling. Penyebaran kuisioner dilakukan dari tanggal 24 Februari 2012 sampai 24 April 2012 sebanyak 350 responden. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari 350 responden terdapat 25 responden yang drop out karena belum pernah melakukan swamedikasi dengan menggunakan obat tradisional sehingga jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 325 responden. Berdasarkan hasil jawaban dari 325 responden yang telah mengisi kuisioner secara sukarela yang diambil dari 10 Padukuhan di Desa Jimus, yang meliputi Padukuhan Kradenan, Demangan, Nglembu, Kahuman, Mranggen, Sawahan, Pucangan, Pilangan, Jetisan, dan Cangkring, diperoleh demografi responden yang meliputi umur, jenis kelamin, status, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan tingkat penghasilan. Karakteristik responden pada penelitian dengan judul gambaran penggunaan obat tradisional untuk pengobatan sendiri pada masyarakat di Desa Jimus Polanharjo Klaten dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Responden Di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten Pada Tahun 2012 (n=325) No Karakteristik Responden Jumlah Persentaase (%) 1. Umur (th) 20-30 133 40,9 31-50 145 44,6 51-60 47 14,5 2. Jenis Kelamin Laki-Laki 166 51,1 Perempuan 159 48,9 3. Status Menikah 219 67,4 Belum Menikah 71 21,8 Tidak Ada Keterangan 35 10,8 4. Pekerjaan Wiraswasta 108 33,2 Buruh 64 19,7 IRT 47 14,5 Petani 19 5,8 Mahasiswa 12 3,7 Guru 14 4,3 Pegawai swasta 44 13,5 Pegawai Negeri 4 1,2 Sopir 4 1,2 Perawat 1 0,3 4

Lanjutan (Tabel 1) No Karakteristik Responden Jumlah Persentaase (%) Dosen 1 0,3 Tidak ada keterangan 7 2,2 5. Pendidikan Terakhir SD 37 11,4 SLTP 65 20,0 SLTA 155 47,7 Perguruan Tinggi 68 20,9 SD 37 11,4 6. Tingkat Penghasilan Rp. 1.000.000 141 43,4 Rp. 1.001.000-Rp. 2.000.000 98 30,2 Rp. 2.001.000-Rp. 3.000.000 30 9,2 Rp. 3.001.000-Rp. 4.000.000 5 1,5 Rp. 4.000.000 8 2,5 Tidak ada keterangan 43 13,2 Total 325 100 Jenis penyakit yang paling banyak diderita masyarakat dideskripsikan dalam tabel 2. Tabel 2. Jenis Penyakit Yang Pernah Diderita Dan Diobati Sendiri Oleh Responden Di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten Pada Tahun 2012 (n=325) No Jenis Penyakit Jumlah Persentase (%) 1. Batuk 221 68 2. Panas/demam 195 60 3. Diare 144 44,3 4. Gatal-gatal 81 24,9 5. Reumatik 44 13,5 6. Hipertensi 30 9,2 7. Kencing manis/diabetes 17 5,2 8. Pusing 4 1,2 9. Darah rendah 4 1,2 10. Sakit gigi 1 0,3 11. Tipus 1 0,3 12. Infeksi saluran kemih 1 0,3 13. Asam urat 1 0,3 Jumlah 744 228,7 Umumnya penyakit yang sering diobati sendiri adalah : batuk, flu, masuk angin, pusing, gangguan pencernakan, dan gangguan gigi. batuk biasanya diobati dengan rebusan daun sirih atau jeruk nipis dengan kecap, untuk diabetes menggunakan temulawak, untuk diare menggunakan daun lidah buaya atau jambu biji, sedangkan untuk demam pada anak menggunakan bawang merah yang dibalurkan keseluruh tubuh. 5

Jangka waktu menderita sakit berdasarkan hasil survei yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Jangka Waktu Menderita Sakit Yang Dialami Oleh Responden Di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten Pada Tahun 2012 (n=325) No Jangka Waktu Jumlah Persentase (%) 1. Kurang dari satu minggu 207 63,7 2. Satu minggu-satu bulan 109 33,5 3. Lebih dari satu bulan 9 2,8 Jumlah 325 100 Dari data tersebut menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan kesehatan cukup tinggi terbukti bahwa pada saat mereka sakit, mereka berupaya untuk mengobatinya sehingga sakit yang diderita hanya sebentar selain itu penyakit yang diderita masyarakat hanya penyakit-penyakit ringan dengan keluhan sakit bersifat selflimiting. Tindakan yang dilakukan ketika sakit yang paling banyak dilakukan responden dideskripsikan pada dalam tabel 4. Tabel 4. Tindakan Yang Dilakukan Ketika Sakit Oleh Responden Di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten Pada Tahun 2012 (n=325) No Tindakan Jumlah Persentase (%) 1. Minum obat tradisional 325 100 2. Periksa kedokter, puskesmas atau rumah sakit 14 4,3 3. Minum obat secara bebas 5 1,5 4. Membiarkan sampai sembuh 3 0,9 Jumlah 347 106,7 Penggunaan obat tradisional meningkat mungkin disebabkan adanya intervensi pemerintah melalui promosi pemanfaatan obat asli Indonesia dan penggalakkan TOGA (Taman Obat Keluarga) secara lintas sektor di jajaran Depkes dan tim penggerak PKK. Peningkatan penggunaan obat tradisional mungkin berkaitan juga dengan peningkatan jumlah industri obat tradisional dan industri kecil obat tradisional (Notoatmodjo, 2007). Tujuan terbanyak responden menggunakan obat tradisional diperlihatkan pada tabel 5. 6

Tabel 5. Tujuan Penggunaan Obat Tradisional Yang Dilakukan Oleh Responden Di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten Pada Tahun 2012 (n=325) No Tujuan Jumlah Persentase (%) 1. Menyembuhkan penyakit yang mendadak/ringan 162 49,8 2. Mencegah penyakit 84 25,8 3. Perawatan tubuh 78 24 4. Menyembuhkan penyakit menahun (kronis) 71 21,8 5. Menyembuhkan penyakit yang parah 17 5,2 Jumlah 412 126,6 Masyarakat beranggapan bahwa pada saat mereka sakit mereka menginginkan pengobatan yang murah dan mudah didapat sehingga mereka menggunakan pengobatan tradisional untuk mengobati penyakit yang mendadak, penyakit mendadak yang dimaksud disini adalah penyakit-penyakit mendadak yang bersifat ringan sebelum yang bersangkutan memeriksakan diri ke petugas kesehatan atau dokter. tabel 6. Cara mendapatkan obat tradisional paling banyak dideskripsikan dalam Tabel 6. Cara Mendapatkan Obat Tradisional Yang Dilakukan Oleh Responden Di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten Pada Tahun 2012 (n=325) No Tempat atau cara memperoleh Jumlah Persentase (%) 1. Penjual jamu gendong 149 45,8 2. Apotek 90 27,7 3. Toko kelontong 85 26,2 4. Meracik sendiri 63 19,4 5. Resep obat tradisional dari orang tua 51 15,7 6. Tenaga kesehatan 18 5,5 7. Penjual obat keliling 12 3,7 Jumlah 468 144 Cara yang paling sering untuk mendapatkan obat tradisional adalah dari penjual jamu gendong. Alasan ini sangat umum terjadi, karena dari penjual jamu gendong tersebut biasanya responden dapat memperoleh obat tradisional dengan mudah. Selain itu, adanya anggapan oleh masyarakat bahwa obat tradisional yang berasal dari penjual jamu gendong tersebut adalah obat tradisional yang diracik secara sederhana dan terbuat dari bahan-bahan alami tanpa ada campuran dengan bahan kimia (Notoatmodjo, 2007). Pada umumnya masyarakat Desa Jimus menggunakan bentuk sediaan yang dapat dilihat pada tabel 7. 7

Tabel 7. Bentuk Sediaan Obat Tradisional Yang Dipakai Oleh Responden Di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten Pada Tahun 2012 (n=325) No Bentuk sediaan Jumlah Persentase (%) 1. Jamu 161 49,5 2. Rebusan atau seduhan 94 28,9 3. Serbuk ekstrak kering yang dikapsul 82 25,2 4. Ekstrak kering 51 15,7 5. Dalam keadaan segar 47 14,5 Jumlah 435 133,8 Pengolahan obat tradisional sangat bervariasi, mulai dari yang masih dilakukan dengan cara sederhana seperti direbus, dipipis atau diseduh sampai dengan yang menggunakan teknologi maju yang dikemas. Agar jamu punya image yang modern tidak terasa pahit dan aromanya tidak menyengat serta difungsikan seperti obat dibuatlah sediaan jamu jadi kapsul, kaplet dan sirup yang manis. Masyarakat Desa Jimus sendiri lebih banyak menggunakan sediaan berupa jamu karena jamu mudah didapat yaitu dengan cara menggunakan tanaman yang ada disekitar ataupun membeli dari penjual jamu gendong. Jenis obat tradisional yang pernah digunakan paling banyak dideskripsikan pada tabel 8. Tabel 8. Jenis Obat Tradisional Yang Pernah Digunakan Oleh Responden Di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten Pada Tahun 2012 (n=325) No Jenis Obat Jumlah Persentase (%) 1. Jamu 173 53,2 2. Obat herbal terstandar 168 51,7 Jumlah 341 104,9 Jamu yang dimaksud disini adalah semua sediaan obat tradisional baik yang dibeli secara bebas maupun hasil racikan sendiri. Contoh OHT adalah diabmeneer, diapet, kiranti, fitolac, lelap. Untuk contoh fitofarmaka adalah Nodiar, Stimuno, Rheumaneer, Tensigard Agromed. Rata-rata lama penggunaan obat tradisional dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Rata-Rata Lama Menggunakan Obat Tradisional Yang Dilakukan Oleh Responden Di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten Pada Tahun 2012 (n=325) No Lama rata-rata Jumlah Persentase (%) 1. 1hari saja 23 7,1 2. 2-3 hari 146 44,9 3. 1minggu 30 9,2 4. Sebulan 5 1,5 5. Sampai sembuh 122 37,5 Jumlah 326 100,2 8

Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang telah dilakukan Khusna Di Pondok Pesantren Islam Assalam Sukoharjo-Surakarta yang menyatakan bahwa lama penggunaan obat tradisional oleh responden biasanya selama satu minggu yang merupakan distribusi terbesar (Khusna, 2006). Sumber informasi obat tradisional dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Sumber Informasi Obat Tradisional Yang Diperoleh Oleh Responden Di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten Pada Tahun 2012 (n=325) No Sumber informasi Jumlah Persentase (%) 1. Tradisi nenek moyang 144 44,3 2. Keluarga 108 33,2 3. Media cetak atau elektronik 55 16,9 4. Tetangga atau teman 50 15,4 5. Tenaga kesehatan 13 4 Jumlah 370 113,8 Sedangkan keluarga memiliki peran yang penting dalam memberikan informasi mengenai obat tradisional. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal yang sama. Keluarga merupakan pihak terdekat bagi reponden, sehingga dari keluarga inilah responden memperoleh informasi tentang obat tradisional. Alasan masyarakat Desa Jimus menggunakan obat tradisional dideskripsikan dalam tabel 10. Tabel 10. Alasan Menggunakan Obat Tradisional Yang Dilakukan OlehResponden Di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten Pada Tahun 2012 (n=325) No Alasan Jumlah Persentase (%) 1. Terbuat dari bahan alami 168 51,7 2. Harganya lebih murah 122 37,5 3. Efek samping yang ditimbulkan relatif kecil 83 25,5 4. Terdapat kandungan tanaman herbal 82 25,2 5. Tidak perlu menggunakan resep 74 22,8 6. Dapat diperoleh dengan mudah 55 16.9 Jumlah 584 179,6 Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Supardi yang menyatakan bahwa alasan menggunakan obat tradisional paling banyak adalah praktis sebesar 92,2%, kemudian 90,6% karena dapat diperoleh dengan mudah, 89,7% karena aman, 87,2% karena murah harganya, 80,3% karena untuk penyakit ringan dan 67,5% karena manjur (Supardi b, 1997). 9

Waktu penggunaan paling banyak dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Waktu Penggunaan Obat Tradisional Terbanyak Oleh Responden Di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten Pada Tahun 2012 (n=325) No Waktu Jumlah Persentase (%) 1. Pagi 138 42,5 2. Siang 15 4,6 3. Sore 79 24,3 4. Malam 69 21,2 5. Tidak tentu 48 14,8 Jumlah 349 107,4 Digunakan di sore hari karena adanya asumsi masyarakat bahwa pada sore hari sudah tidak banyak aktifitas sehingga efek obat akan cepat tercapai, sedangkan pada pagi hari karena pada pagi hari perut belum terisi makanan sehingga obat akan langsung bekerja dan terasa khasiatnya. tabel 12. Banyaknya obat tradisional untuk satu kali pemakaian diperlihatkan dalam Tabel 12. Banyaknya Obat Tradisional Untuk Satu Kali Pemakaian Yang Dilakukan Oleh Responden Di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten Pada Tahun 2012 (n=325) No Takaran Jumlah Persentase (%) 1. Satu sendok teh 12 3,7 2. Satu sendok makan 40 12,3 3. Setengah gelas 99 30,5 4. Satu gelas 152 46,8 5. Tidak terukur 24 7,4 Jumlah 327 100,7 Takaran yang tepat dalam penggunaan obat tradisional memang belum banyak didukung oleh data hasil penelitian. Peracikan secara tradisional menggunakan takaran sejumput, segenggam atau pun seruas yang sulit ditentukan ketepatannya. Penggunaan takaran yang lebih pasti dalam satuan gram dapat mengurangi kemungkinan terjadinya efek yang tidak diharapkan karena batas antara racun dan obat dalam bahan tradisional amatlah tipis. 10

Efek samping yang ditimbulkan paling banyak dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Efek Samping Yang Dirasakan Oleh Responden Di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten Pada Tahun 2012 (n=325) No Efek samping Jumlah Persentase (%) 1. Tidak muncul efek samping 139 42,8 2. Mengantuk 91 28 3. Mual 55 16,9 4. Nafsu makan turun 28 8,6 5. Pusing 26 8 6. Timbul gatal pada kulit 11 3,4 7. Jantung berdebar-debar 7 2,2 8. Sesak nafas 6 1,8 9. Kejang 3 0,9 Jumlah 366 112,6 Kebanyakan responden tidak muncul efek samping obat yang membahayakan selama menggunakan obat tradisional, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa obat tradisional dianggap aman dalam penggunaannya karena efek sampingnya relatif sangat kecil. Tindakan yang dilakukan apabila setelah menggunakan obat tradisional tetapi belum juga sembuh diperlihatkan dalam tabel 14. Tabel 14. Tindakan Yang Dilakukan Oleh Responden Di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten Pada Tahun 2012 Apabila Setelah Menggunakan Obat Tradisional Tetapi Belum Juga Sembuh (n=325) No Tindakan Jumlah Persentase (%) 1. Masih tetap melanjutkan pemakaian obat tradisional 144 44,3 2. Periksa ke dokter 142 43,7 3. Menghentikan pemakaian obat tradisional 36 11,1 4. Dibiarkan 13 4 5. Beralih pengobatan dengan menggunakan obat 12 3,7 modern 6. Pergi ke dukun 1 0,3 Jumlah 348 107,1 Masyarakat masih menggunakan obat tradisional walaupun belum sembuh karena mereka beranggapan bahwa obat tradisional mengandung bahan-bahan alami maka efeknya lambat, obat tradisional digunakan untuk menguatkan kondisi tubuh atau meningkatkan daya tahan, berbeda dengan obat medik yang berfungsi untuk mengobati langsung pada penyakit. 11

Hubungan antara efek samping yang ditimbulkan obat tradisional dengan tindakan yang dilakukan responden apabila belum sembuh dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 15. Hubungan Antara Efek Samping Dengan Tindakan yang Dilakukan Oleh Responden Di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten Pada Tahun 2012 (n=325) Stop OT Lanjut OT Pergi ke dukun Pergi ke dokter Dibiarkan Alih obat modern Mual 16 19-22 5 3 Gatal 1 2-7 2 - Sesak nafas 2 1-3 - 1 Kejang - 1 1 - - 1 Pusing 6 7-16 4 2 Mengantuk 15 34-39 3 5 Nafsu makan turun 7 23-8 3 2 Jantung berdebar 2 2-4 1 1 Tidak muncul ESO 5 74-58 3 2 Keterangan: OT : Obat tradisional Untuk efek samping kejang ada 1 orang responden tetap melanjutkan pemakaian obat tradisional, responden merasa kejang bukan merupakan efek samping dari obat tradisional sementara responden lain ada yang mendatangi dukun ketika muncul efek samping kejang. KESIMPULAN Gambaran penggunaan obat tradisional di Desa Jimus adalah obat tradisional digunakan dalam berbagai bentuk sediaan untuk mengatasi penyakit ringan, penyakit degeneratif dan ada yang menggunakan untuk mengatasi infeksi. Obat tradisional yang digunakan kebanyakan tidak memunculkan efek samping (42,8 %), ketika muncul efek samping beberapa responden tetap melanjutkan obat tradisional, tetapi ada yang pergi kedokter atau beralih ke obat modern. Dosis pemakaian di dasarkan atas pengalaman pribadi atau turun temurun dari keluarga. SARAN 1. Mengingat masih besarnya peran obat tradisional didalam pengobatan sendiri, maka masih perlu ditingkatkan adanya penyuluhan tentang penggunaan obat tradisional. 12

2. Dari hasil penelitian ini semoga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan obat tradisional ke arah fitofarmaka. 3. Untuk menghindari tindakan-tindakan yang tidak rasional maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk efek samping kejang. DAFTAR ACUAN Agoes, A., dan Jacob T, 1996, Antropologi Kesehatan Indonesia, Jilid I, ECG, Jakarta. Depkes, 2006, Acuan Sediaan Herbal, Cetakan Pertama, Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Khusna, N., 2006, Penggunaan Obat Tradisional Di Pondok Pesantren Islam Assalam Sukoharjo-Surakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Notoatmodjo, S., 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, hal. 106-162, Rineka Cipta, Jakarta. Subroto D. A., 2012, Profil Desa Jimus, Polanharjo, Klaten. Sugiyono, 2003, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Jakarta. Supardi S., Muktiningsih S. R, Handayani R. S. b, 1997, Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan obat atau obat tradisional dalam upaya pengobatan sendiri di pedesaan, Buletin Penelitian Kesehatan, Hal 26-33. Supardi S., dan Notosiswoyo, M., 2005, Pengobatan Sendiri Sakit Kepala, Demam, Batuk dan Pilek pada Masyarakat di Desa Ciwalen, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.II, No.3, 134-144. Wijayakusuma, H., dan Dalimartha, S., 2001, Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi, Cetakan ke-7, Penebar Swadaya, Jakarta. 13