Mendorong Komitmen Indonesia Meratifikasi Statuta Roma untuk Memperkuat Perlindungan Hak Asasi Manusia

dokumen-dokumen yang mirip
MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945:

BAB V PENUTUP. 1. Yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional dalam Pasal 17 Statuta Roma

4/8/2013. Mahkamah Pidana Internasional

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap

MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL, KEADILAN BAGI GENERASI MENDATANG

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

MENGENAL ICC. Mahkamah Pidana International. Koalisi Masyarakat Sipil untuk Mahkamah Pidana Internasional. Seri Buku Saku

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA...

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

PEDOMAN PENGADUAN (KELUHAN) INDIVIDU BERDASARKAN PERSETUJUAN INTERNASIONAL

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

MAKALAH INDONESIAN HUMAN RIGHTS LEGISLATION. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh: Dr. Makarim Wibisono Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Seminar KOMNAS Perempuan Hotel Kartika Chandra, 12 Maret 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain yang yang diderita oleh banyak orang di negara-negara lain

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 1998 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK-HAK ASASI MANUSIAINDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX. By Malahayati, SH, LLM

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN. tuntutan. Jadi peradilan internasional diselenggarakan untuk mencegah pelaku

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kursus Hak Asasi Manusia untuk Pengacara XIX

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. enforcement system (sistem penegakan langsung) dan indirect enforcement

kliping ELSAM KLP: RUU KKR-1999

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

INDEKS KINERJA PENEGAKAN HAM 2011

Dalam dua dekade terakhir, tren jumlah negara yang melakukan eksekusi hukuman mati menurun

BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL

Mengawal Komitmen Pemerintah dalam Implementasi SDGs

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

BAB VI PENUTUP. 1. Imunitas Kepala Negara dalam Hukum Internasional. Meski telah diatur dalam hukum internasional dan hukum kebiasaan

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

POKOK-POKOK HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DPR Rl TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang menganut sistem Demokrasi, kata tersebut

KERANGKA ACUAN KEGIATAN Rangkaian Kegiatan Perayaan Hari Internasional Penyandang Disabilitas

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

HAK ASASI MANUSIA DAN KEHIDUPAN BERBANGSA MEMPERINGATI ULANG TAHUN ELSAM KE-20

Penyiksaan dalam RUU KUHP: Beberapa catatan kritis

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)

PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

Temu Ilmiah Nasional Ikatan Psikologi Sosial Indonesia. Tema:

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Menyongsong Perspektif Baru Perlindungan Saksi dan Korban dalam Revisi Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

BAB III PENUTUP. aktif, Gereja mendukung dan ikut memperjuangkan usaha-usaha badan dunia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015

Bola Panas Putusan Pengujian Undang-Undang Pengesahan Piagam ASEAN oleh: Ade Irawan Taufik *

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

Perlindungan dari Kejahatan Penghilangan Paksa Oleh Zainal Abidin (Deputi Direktur Direktorat Pengembangan Sumber Daya HAM ELSAM)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PIAGAM KERJASAMA PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TAHUN

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

Transkripsi:

Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Mahkamah Pidana Internasional Coalition for the International Criminal Court Kerangka Acuan Seminar Nasional Memperingati Hari Keadilan Internasional Sedunia 17 Juli 2012 Mendorong Komitmen Indonesia Meratifikasi Statuta Roma untuk Memperkuat Perlindungan Hak Asasi Manusia Tanggal 17 Juli merupakan sebuah hari bersejarah bagi masyarakat dunia yang menjunjung tinggi penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia. Pada tanggal tersebut, melalui sebuah Konferensi Diplomatik di Roma, disepakati sebuah Statuta yang membentuk suatu mekanisme permanen untuk mengadili para pelaku kejahatan paling serius, yaitu kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan agresi. Statuta itu kemudian dikenal dengan Statuta Roma yang menjadi landasan mekanisme dalam Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC). Oleh karenanya, setiap tanggal 17 Juli diperingati sebagai hari keadilan internasional sedunia, atau world day of international justice. Dalam proses pengadopsian Statuta Roma, Indonesia terlibat secara aktif dengan mengirimkan delegasi untuk mengikuti Konferansi Diplomatik di Roma pada bulan Juli 1998, ketika Statuta Roma disahkan. Pada saat itu, Indonesia menyatakan dukungannya atas pengesahan Statuta Roma dan pembentukan Mahkamah Pidana Internasional. Indonesia juga menyatakan niatnya untuk meratifikasi Statuta Roma. Tahun 1999, Indonesia menyampaikan pernyataan positif kepada Komite Ke-6 Majelis Umum PBB dalam pandangannya mengenai Statuta Roma, yang menyatakan bahwa partisipasi universal harus menjadi ujung tombak ICC dan bahwa Pengadilan menjadi bentuk hasil kerjasama seluruh bangsa tanpa memandang perbedaan politik, ekonomi, sosial dan budaya. Dalam pernyataan yang sama, Indonesia menyatakan bahwa Statuta Roma menambah arti penting pada nilai-nilai yang terkandung dalam Piagam PBB yang meliputi persepakatan, imparsialitas, non-diskriminasi, kedaulatan negara dan kesatuan wilayah. Dalam hal ini, Indonesia menegaskan bahwa Mahkamah Pidana Internasional berusaha untuk melengkapi dan bukan menggantikan mekanisme hukum nasional. Pada tahun 2004, dalam Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) 2004-2009, direncanakan bahwa Indonesia bermaksud meratifikasi Statuta Roma pada tahun 2008 dan untuk melaksanakan Rancangan tersebut, Presiden membentuk sebuah Komite Nasional. Dalam beberapa kesempatan, Pemerintah juga menyatakan bahwa Statuta Roma sedang dipelajari dan bahwa legislasi nasional perlu dibuat demi keperluan kerjasama dengan 1

Mahkamah sebelum ratifikasi dilaksanakan. Pada Agustus 2006, perwakilan parlemen Indonesia berpartisipasi dalam konferensi regional dengan seluruh parlemen Asia tentang Mahkamah Pidana Internasional dan berjanji akan bekerja untuk mengupayakan ratifikasi/aksesi pada tahun 2008 atau lebih cepat. Tahun 2007 telah didirikan pula Parliamentarian for Global Action (PGA) Indonesia Chapters, dimana sekretariat internasional PGA selama ini sangat aktif mendukung universalitas Mahkamah Pidana Internasional. 1 Namun, upaya ratifikasi sebagaimana direncanakan pada tahun 2008 urung dilaksanakan. Dalam Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) Periode 2011-2014, Indonesia berkomitmen kembali untuk meratifikasi pada Tahun 2013. Dalam RANHAM tersebut, rencana aksi dilakukan dengan tersusunnya Naskah Akademis dan RUU Pengesahan Ratifikasi Statuta Roma. Merujuk pada kegagalan ratifikasi pada tahun 2008, Indonesia perlu bersungguh-sungguh untuk menjalankan janjinya pada dunia internasional dan melaksanakan komitmennya unruk meratifikasi Statuta Roma pada tahun 2013. Ratifikasi Statuta Roma akan akan memberikan kesempatan luas bagi Indonesia untuk terlibat aktif dalam perdamaian dunia dan pencapain keadilan global, serta memastikan adanya perlindungan Hak Asasi Manusia bagi seluruh warga negara. Indonesia juga akan mempunyai kedudukan setara dengan bangsa-bangsa lainnya yang sudah terlebih dahulu meratifikasi Statuta Roma. Saat ini telah lebih dari 120 negara yang meratifikasi Statuta Roma, termasuk negara-negara ASEAN yakni Kamboja dan Filipina. Selama ini, terdapat kekhawatiran dikalangan pemerintah bahwa dengan meratifikasi ICC maka dapat berarti akan adanya intervensi internasional terhadap proses hukum dan proses pengadilan Indonesia. Kekhawatiran ini jelas tidak mungkin terjadi, karena kalaupun Indonesia menjadi negara pihak dari ICC maka tetap ICC tidak dapat secara bebas masuk dalam sistem hukum Indonesia. ICC merupakan mekanisme pelengkap ketika Negara tidak mau (unwilling) dan tidak mampu (unable) melaksanakan kewajiban penghukuman terhadap pelaku kejahatan yang termasuk dalam jurisdiksi ICC. Selain itu, Indonesia telah memiliki mekanisme hukum yang untuk proses peradilan terhadap kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusia berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, yang secara terbatas telah mengadopsi ketentuan-ketentuan dalam Statuta Roma. Berdasarkan sejumlah regulasi yang telah dibentuk, juga menunjukkan kesiapan Indonesia dan kompetensi Indonesia dalam meratifikasi Statuta Roma dan segera menjadi negara pihak dalam ICC. Ratifikasi Statuta Roma juga dapat memperkuat peranan Indonesia di dunia internasional, terutama untuk menjembatani dan menjadi penghubung antara negara-negara yang masih berjuang mengembangkan sistem hukumnya dengan negara-negara yang sudah lebih maju dan berkembang. Hal ini sejalan dengan visi diplomasi Indonesia untuk menjadi bridgemaker di komunitas internasional, seperti yang selama ini ditunjukkan dalam forum-forum internasional, seperti di Perserikatan Bangsa-Bangsa, World Trade Organization, ASEAN dan 1 Kertas Kerja, Indonesia Menuju Ratifikasi Statuta Roma Tentang Mahkamah Pidana Internasional Tahun 2008, Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Mahkamah Pidana Internasional, 2008. 2

United Nations Department for Peacekeeping Operations (UNDPKO). Indonesia berkesempatan untuk menjadikan ratifikasi ini sebagai misi diplomasi damai demi memperjuangkan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan, termasuk di hadapan negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang saat ini banyak menghadapi masalah dalam negeri. Pemerintah melalui Kementrian Hukum dan HAM, sejak lama juga telah merumuskan Naskah Akademis dan RUU Pengesahan Statuta Roma. Hal ini juga disertai dengan dukungan dari berbagai kalangan baik dari lembaga-lembaga negara, diantaranya Komnas HAM, agar Indonesia segara meratifikasi Statuta Roma. Berbagai upaya dan dukungan tersebut, seharusnya tidak ada lagi keraguan untuk segera meratifikasi Statuta Roma segera. Dalam rangka mengajak semua pihak yang berkepentingan (Pemerintah, Parlemen, LSM, akademisi, dan komunitas korban) untuk duduk bersama menyepakati pentingnya ratifiasi Statuta Roma dan bekerja sama mewujudkannya, Koalisi Masyarakat Sipil Indonesia Untuk Mahkamah Pidana Internasional bekerja sama Coalition for the International Criminal Court (CICC) dan dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia akan menyelenggarakan Seminar Nasional memperingati Hari Keadilan Internasional. Seminar ini sekaligus sebagai momentum untuk kembali menegaskan komitmen Indonesia untuk meratifikasi Statuta Roma. Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk Seminar Nasional yang bertemakan Mendorong Komitmen Indonesia Meratifikasi Statuta untuk Memperkuat Perlindungan Hak Asasi Manusia. Tujuan Kegiatan Seminar Nasional ini bertujuan: 1. Memperingati hari keadilan internasional; 2. Mendiskusikan Pentingnya meratifikasi Statuta Roma dalam rangka memperkuat perlindungan hak asasi manusia di Indonesia; 3. Mendiskusikan kesiapan pemerintah dalam meratifkasi Statuta Roma, hambatan dan tantangannya; 4. Mendiskusikan upaya-upaya untuk mengimplementasikan Ratifikasi Statuta Roma sesuai dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia. Waktu dan Tempat Kegiatan Kegiatan Seminar akan dilaksanakan pada : Hari, Tanggal : Selasa, 17 Juli 2012 Jam : 09.00-14.00 WIB Tempat : Ruang Sumba B, Hotel Borobudur Jalan Lapangan Banteng Selatan, Jakarta 10710- Indonesia. 3

Keynote Speaker dan Pembicara Seminar Keynote Speaker dalam Seminar ini adalah Prof. Dr. Moh. Machfud MD (Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia ), dengan tema Ratifikasi Statuta Roma untuk Memperkuat Perlindungan HAM di Indonesia. Pembicara pada Seminar : 1. Prof. Soetandyo Wignjosoebroto, MPA. (Guru Besar Universitas Airlangga) Sejarah Perkembangan Pemikiran HAM untuk Pencapaian Keadilan Global 2. Prof. Dr. Harkristuti Harkrisnowo, SH.,MA.,PhD. (Direktur Jenderal Hak Asasi Manusia, Kementrian Hukum dan HAM) Kesiapan Pemerintah Indonesia dalam Ratifikasi Statuta Roma 3. Mohammad Anshor, SH. (Kementrian Luar Negeri) Ratifikasi Statuta Roma dan Posisi Indonesia di Dunia Internasional 4. Dr. Marzuki Darusman, SH (Direktur Human Rights Resource Centre) Ratifikasi Statuta Roma, Belajar dari Pengalaman Negara-Negara ASEAN yang telah meratifikasi Statuta Roma 5. Ifdhal Kasim, SH. (Ketua Komnas HAM) Pentingnya Ratifikasi Statuta Roma dalam Perlindungan HAM di Indonesia 6. Bhatara Ibnu Reza, SH., LLM. (Koalisi Masyarakat Sipil untuk Mahkamah Pidana Internasional) Dukungan dan Peranan Masyarakat Sipil dalam Mendorong Ratifikasi Statuta Roma Peserta Seminar Peserta Seminar merupakan perwakilan dari Pemerintah, Lembaga-Lembaga Negara, Parlemen, Akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat, Kelompok Korban, Wartawan, Perwakilan Negara-negara lain, dan Masyarakat Umum. Pelaksana Kegiatan : Kagiatan Seminar ini dilaksanakan oleh Koalisi Masyarakat Sipil Indonesia Untuk Mahkamah Pidana Internasional bekerja sama Coalition for the International Criminal Court (CICC) dan dengan Komnas HAM dengan dukungan European Union. 4

Susunan Acara Seminar Nasional Mendorong Komitmen Indonesia Meratifikasi Statuta Roma untuk Memperkuat Perlindungan Hak Asasi Manusia Jakarta, 17 Juli 2012 Waktu 09.00 10.00 Wib Registrasi Peserta 10.00 10.15.00 Wib Pembukaan 10.15.-11.00 Wib Keynote Speech 11.00 13.30 Wib Pemaparan Pembicara Acara Para Peserta yang menghadiri acara ini dipersilahkan mengisi buku tamu yang disediakan panitia Acara dibuka oleh Ibu Indriaswati D. Saptaningrum, SH, LLM. (Direktur Eksekutif Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat/ELSAM) Oleh Bapak Prof. Dr. Moch. Mahfud MD. (Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia), dengan tema Ratifikasi Statuta Roma untuk Memperkuat Perlindungan HAM di Indonesia. Para Pembicara : 1. Prof. Soetandyo Wignjosoebroto, MPA. (Guru Besar Universitas Airlangga) Sejarah Perkembangan Pemikiran HAM untuk Pencapaian Keadilan Global 1. Prof. Dr. Harkristuti Harkrisnowo, SH.,MA., PhD. (Direktur Jenderal Hak Asasi Manusia, Kementrian Hukum dan HAM) Kesiapan Pemerintah Indonesia dalam Ratifikasi Statuta Roma 2. Mohammad Anshor, SH. (Kementrian Luar Negeri) Ratifikasi Statuta Roma dan Posisi Indonesia di Dunia Internasional 3. Dr. Marzuki Darusman, SH. (Direktur Human Rights Resource Centre) Ratifikasi Statuta Roma, Belajar Pengalaman Negara-Negara ASEAN yang telah meratifikasi Statuta Roma 4. Ifdhal Kasim, SH. (Ketua Komnas HAM) Pentingnya Ratifikasi Statuta Roma dalam Perlindungan HAM di Indonesia 5. Bhatara Ibnu Reza, SH., LLM. (Koalisi Masyarakat Sipil untuk Mahkamah Pidana Internasional) Dukungan dan Peranan Masyarakat Sipil dalam Mendorong Ratifikasi Statuta Roma 13.30 13.45 Wib Penutupan oleh Panitia dan pemberian kenang-kenangan kepada Penutupan para pembicara seminar 13.45 - Makan Siang Bersama 5

Sekretariat Kepanitiaan Seminar: LEMBAGA STUDI DAN ADVOKASI MASYARAKAT (ELSAM) Jl. Siaga II No.31, Pejaten Barat, Pasar Minggu Jakarta Selatan, INDONESIA - 12510 Tel: +62 21 7972662, 79192564 Fax: +62 21 79192519 E-mail : office@elsam.or.id Contact Person : Zainal Abidin (08128292015) Sekretariat Koalisi: KOALISI MASYARAKAT SIPIL UNTUK MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL Sekretariat: Jl. Gugus Depan No. 2 Palmeriam Jakarta Timur Indonesia Telp/fax: +6221 8502226, email: icc.indonesia@gmail.com Contact Person : Mugiyanto (081399825960) 6