BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam bidang teknologi. Oleh karena itu, merupakan tugas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.

BABI I'ENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani. hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

PENGARUH MOTIVASI, POLA KEPEMIMPINAN, KONFLIK PERAN, DAN STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. organisasi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan asset utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan yang dimilikinya. Pendidikan yang berkualitas akan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berhenti ketika nyawa sudah tidak ada lagi di dalam raga manusia.

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang paling menentukan

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berhasil dalam bidang pekerjaan, umumnya mempunyai kedisiplinan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan. Profesi guru

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru sangat penting dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilakukan oleh bangsa indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup dimasa depan.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan. Sebagai bukti adalah pelajaran

Perilaku Kepemimpinan Transpormasional Kepala SMA di Kabupaten Karawang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara dalam mengembangkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Daya Manusia yang baik merupakan kunci sukses tercapainya tujuan instansi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang cerdas di era seperti sekarang ini sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tenaga guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan kontribusi terhadap rata-rata hasil pendidikan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. manusianya atau tenaga kerja yang dimiliki oleh Perusahaan tersebut.

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE KEEP ON LEARNING SKRIPSI

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB V PENUTUP. a. Bahwa Kepemimpinan Transformasional yang berlangsung pada. Kepala Madrasah menjadi pemimpin yang kharismatik.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencapai tujuannya yaitu sebagai pengelola sistem yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mungkin sehingga kinerja karyawan meningkat. tersebut sudah memiliki financial yang kuat, bahan baku yang terpenuhi, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. unsur pelaksanaan / penyelenggara tugas tugas / pekerjaan guna pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha pengusaha yang bergerak dalam bidang perdagangan baik usaha baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakekatnya merupakan sebuah proses berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perwujudan manusia yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. lakukan apabila sumber daya manusia menunjang dan berkualitas, artinya

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai agar warga negara terhindar dari kebodohan. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Pada dasarnya kinerja merupakan sesuatu hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia, yaitu berupa standar nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

Bab 1. Pendahuluan. Dalam sebuah organisasi, pengakuan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan karyawan

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

MEMOTIVASI PIHAK YANG DIAUDIT. Kebutuhan Menjadi Bagian dari Organisasi Menghormati Diri Sendiri dan Orang Lain

PENGARUH GAJI, INSENTIF, DAN FASILITAS TERHADAP DISIPLIN KERJA KARYAWAN PD BPR BANK PASAR KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2007/2008

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya sesuai dengan UU RI No. 20

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin ketatnya persaingan antar perusahaan khususnya yang bergerak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. pendidikan. Guru merupakan kunci keberhasilan pendidikan, sebab dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

PENGARUH KOMITE, PENGAWAS DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMAN 7 PURWOREJO TESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB I PENDAHULUAN. optimalkan sesuai dengan fungsi masing. Hal ini akan dapat di lakukan apabila

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai salah satu komponen dari pendidikan yang eksistensinya

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkompetensi di era global. Upaya yang tepat untuk meningkatkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Instansi Pemerintah adalah organisasi yang merupakan kumpulan orangorang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dalam menjalankan tugasnya dapat mencapai hasil dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam bidang pekerjaannya. Oleh karena itu keberadaan suatu. perusahaan tidak terlepas dari unsur sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. operasional manajemen yang berisi kegiatan-kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. penelitian yang berjudul Pengaruh Disiplin Kerja dan Kepemimpinan Kepala

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tugas yang dikerjakan sehingga tujuan organisasi tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. tanggal 1-5 Oktober 2012, rerata hasil belajar peserta didik di SD Negeri 1

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sangat vital, meskipun berbagai faktor lain yang dibutuhkan itu telah

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi

( PTK pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gunem ) SKRIPSI

B A B I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia selalu berperan aktif dalam setiap kegiatan. suatu organisasi. Keberadaan sumber daya manusia dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan berperan untuk meningkatkan kualitas

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA JAWA DI SMP NEGERI 6 MAGELANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dan kemajuan jaman dewasa ini demikian pesat, terutama perkembangan dalam bidang teknologi. Oleh karena itu, merupakan tugas berat bagi dunia pendidikan, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia untuk dapat membina dan membawa anak didik kearah kemajuan. Pendidikan harus dapat menghasilkan manusia yang cakap, aktif, dan kreatif. Guru dalam pelaksanaan kurikulum baru dituntut agar menjadi guru yang profesional. Guru dipaksa untuk meninggalkan cara-cara mengajar yang konservatif dan menggantinya dengan cara yang kreatif. Selama ini guru lebih banyak menampakkan wajahnya sebagai perpanjangan dari wajah birokrasi, guru harus patuh pada apa yang disebut dengan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan dalam mengajar (Irawan, 2007: 18). Profesionalisme guru dibangun melalui penguasaan kompetensikompetensi yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensi-kompetensi penting jabatan guru tersebut adalah: kompetensi bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta kompetensi bidang hubungan dan pelayanan atau pengabdian pada masyarakat. Pengembangan profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi. peningkatan kinerja (performance) dan kesejahteraannya. Guru sebagai orang yang profesional 1

2 dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreativitasnya. Profesionalitas guru dapat dicapai dengan penanggulangan stres, disiplin kerja yang tinggi, yang dialami guru serta mengikuti program sertifikasi yang telah dianjurkan oleh pemerintah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, membawa perubahan pula dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan itu membawa akibat yaitu tuntutan yang lebih tinggi terhadap setiap individu untuk lebih meningkatkan kinerja mereka sendiri dan masyarakat luas. Agar eksistensi ini tetap terjaga, maka setiap individu akan mengalami stres terutama bagi individu yang kurang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut. Adanya perkembangan tersebut, mengakibatkan guru harus mengubah pola dan sistem kerjanya sesuai dengan tuntutan yang ada sekarang. Guru adalah profesi pekerjaan yang tugasnya melayani peserta didik. Peserta didik yang dihadapai guru memiliki karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, hal ini membuat guru harus meningkatkan kompetensi pengajarannya. Dalam menjalankan kegiatan profesionalnya, mereka sangat rawan stress. Kondisi ini dipicu karena interaksinya dengan pekerjaan, yang seringkali mendatangkan perasaan konflik atas apa yang dilakukan dengan hasil yang diharapkan, dalam arti aktivitas yang dilakukan secara kasat mata seringkali terjadi kontra produktif. Seorang guru sekolah luar biasa bagian C (tunagrahita) yang ingin mengajarkan konsep dasar operasi bilangan kepada peserta didik penyandang

3 lemah mental (mental retardation). Untuk menanamkan konsep operasi bilangan 1 s/d 20 misalnya, pada anak normal barangkali cukup diperlukan waktu sekitar 1-2 minggu untuk menjelaskan operasionalisasinya secara tuntas. Namun, tidak demikian halnya bagi peserta didik yang menyandang keterbelakangan mental, waktu yang diperlukan bisa mencapai 2 sampai 3 bulan, atau bahkan lebih, itu pun hasilnya tidak dijamin permanen menetap dalam memorinya. Tambahan lagi, mereka harus mengajarkan materi-materi lain yang tak kalah sulitnya untuk dapat dipersepsi dengan baik oleh peserta didik (Anonim, 2008: 1). Stres merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya berakibat pada ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara positif dengan lingkungan, baik dalam arti lingkungan pekerjaan maupun di luarnya (Gumilang, 2008: 4). Setiap orang di manapun ia berada dalam suatu organisasi, dapat berperan sebagai sumber stres bagi orang lain. Mengelola stres diri sendiri berarti mengendalikan diri sendiri dalam kehidupan (Utomo, 2009: 3). Dalam organisasi sekolah, kepala sekolah sebagai seorang manajer, mengelola stres pekerja ditempat kerja, lebih bersifat pemahaman akan penyebab stres orang lain dan mengambil tindakan untuk menguranginya dalam rangka pencapain tujuan organisasi. Stres yang dialami guru jika dapat diantisipasi akan memperlancar kegiatan pembelajarannya sehingga profesionalitas guru dapat ditingkatkan.

4 Atas dasar kenyataan tersebut, bukan suatu hal yang mustahil jika pada kurun waktu tertentu muncul stress, karena apa yang dikerjakan nampak siasia alias tidak menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya maupun orang lain. Terlebih lagi, jika kondisi ini dibarengi dengan faktor eksternal lainnya, seperti imbalan yang kurang memadai dibandingkan dengan pengorbanan yang diberikan, kurang mendapat penghargaan, tuntutan pengembangan diri kurang, situasi lingkungan kerja yang kurang kondusif dan lain-lainnya. Semakin banyak tuntutan yang tidak terpenuhi, semakin meningkat kualitas stress yang dihadapi oleh seseorang yang berprofesi sebagai guru. Guru yang mengalami stres akan terganggu dalam melaksanakan tugasnya dan akan mempengaruhi profesionalitasnya sebagai seorang pendidik. Di samping masalah stres yang melekat pada guru, dunia pendidikan di Indonesia ternyata senantiasa mendapat sorotan, kritikan dan kadang menjadi kambing hitam penyebab berbagai krisis, seperti ekonomi, kepercayaan, moral, yang melanda bangsa Indonesia saat ini. Dalam laporan Badan PBB untuk Program Pembangunan (UNDP), disebutkan bahwa kualitas SDM Indonesia berada diurutan ke-109 dari 174 negara, setingkat lebih tinggi dari Vietnam dan jauh di bawah negara miskin, Banglades. Malaysia yang pernah mengimpor guru dari Indonesia berada diurutan ke-77 (Hadiyanto, 2005: 18). Salah satu hal penting yang sangat berkaitan dengan pendidikan adalah kualitas guru di Indonesia. Bangsa Indonesia belum mampu menghargai guru sebagaimana mestinya. Karena penghargaan yang rendah terhadap guru itu, maka pekerjaan guru di Indonesia menjadi pilihan terakhir setelah tidak

5 memperoleh pekerjaan lain, dan pendidikan guru tidak pernah disentuh oleh putra-putra terbaik bangsa. Akibat dari penghargaan masyarakat terhadap guru yang rendah itu maka guru tidak mampu bangkit untuk mengupdate ilmunya untuk meningkatkan profesionalitasnya sebagai seorang pendidik (Hadiyanto, 2005: 27). Menurut Nana Sudjana dalam Usman (2008: 2), rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru disebabkan oleh beberapa faktor berikut. 1. Adanya pandangan sebagai masyarakat, bahwa siapapun dapat menjadi guru asalkan ia berpengalaman. 2. Kekurangan guru didaerah terpencil, memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru. 3. Banyak guru yang belum menghargai profesinya, apalagi berusaha mengembangkan profesinya itu. Perasaan rendah diri karena menjadi guru, penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan kepentingan pribadinya, sehingga wibawa guru semakin merosot. Faktor lain yang mengakibatkan rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru yakni kelemahan yang terdapat pada diri guru itu sendiri, diantaranya, rendahnya tingkat kompetensi profesionalisme mereka. Penguasaan guru terhadap materi dan metode pengajaran masih di bawah standar (Syah dalam Usman 2008: 2). Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian Balitbang Depdikbud RI diantaranya menunjukkan bahwa kemampuan membaca para siswa kelas VI SD di Indonesia masih rendah.

6 Kegagalan tersebut disebabkan pengajaran guru hanya mementingkan penguasaan huruf tanpa penguasaan makna (Balitbang Depdikbud dalam Usman 2008: 2). Berdasarkan informasi di atas terlihat sumber daya manusia pendidikan indonesia masih rendah. Sumber daya manusia merupakan investasi jangka panjang untuk organisasi pendidikan. Sumber daya manusia yang berkualitas tidak akan bisa terbentuk tanpa adanya sikap disiplin. Kondisi kedisiplinan guru cukup memprihatinkan, seperti guru yang datang terlambat dan pulang lebih awal, mencari sumber-sumber tambahan di luar penghasilannya yang secara tidak langsung menyita waktu, guru yang hanya menstransfer ilmu pengetahuan saja kepada siswa tanpa membelajarkan siswa untuk mampu mengelola ilmu pengetahuan tersebut, dan rendahnya minat baca guru (Triyono, 2007: 1) Dari kenyataan-kenyataan di atas sekalipun pahit bagi guru, sudah saatnya kompetensi profesionalitas guru ditingkatkan. Selain penanggulangan stres dalam diri guru cara yang dapat dilakukan dengan meningkatkan disiplin kerja guru dan upaya dari pemerintah untuk meningkatkan profesionalitas guru. Kedisiplinan kerja merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan karena kedisiplinan karyawan merupakan sesuatu yang penting bagi suatu organisasi sebab dengan kedisiplinan akan membuat pekerjaan yang dilakukan semakin efektif dan efesien. Bila kedisiplinan tidak

7 dapat ditegakkan, kemungkinan tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi tidak akan tercapai (Choiriyah, 2009: 5). Seorang guru yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi akan tetap bekerja dengan baik walaupun tanpa diawasi oleh atasan. Seorang guru yang disiplin tidak akan mencuri waktu kerja untuk melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Demikian juga guru yang mempunyai kedisiplinan akan mentaati peraturan yang ada dalam lingkungan kerja dengan kesadaran yang tinggi tanpa adanya paksaan. Pada akhirnya guru yang mempunyai kedisiplinan kerja yang tinggi akan mempunyai kinerja yang baik karena waktu dimanfaatkan sebaik mungkin untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan peran dan kompetensinya. Menurut Rivai dalam Choiriyah (2009: 6), kedisiplinan merupakan fungsi operatif Manajemen Sumber Daya Manusia yang terpenting. Semakin baik disiplin guru pada sebuah sekolah, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapai. Sebaliknya tanpa disiplin guru yang baik, sulit bagi perusahaan sekolah mencapai hasil yang maksimal. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya guru yang profesional. Melalui disiplin akan mencerminkan kekuatan, karena seorang guru yang profesional, akan melakukan tugasnya dengan baik dan penuh disiplin. Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan

8 yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan. Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Djamarah (2002: 15) berpendapat bahwa baik mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional. Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi. Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, untuk itu mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Menurut Aqib (2007: 145) guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar. Lebih lanjut dinyatakan bahwa guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa

9 kemampuan atau kompetensi profesional dari seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan. Kompetensi profesional guru dalam hal ini guru matematika SMP Negeri di wilayah Kabupaten Pandeglang masih relatif rendah. Berdasarkan hasil Tes Kompetensi Guru yang dilakukan Depertemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutran Pertama yang bekerja sama dengan Pusat Penilaian Pendidikan pada Tahun 2003, menunjukkan bahwa rata-rata nilai kompetensi guru matematika di Kabupaten Pandeglang hanya mencapai 42,25 %. Angka ini masih relatif jauh di bawah standar nilai kompetensi minimal yang diharapkan yaitu 75 %. Pada dasarnya tingkat kompetensi profesional guru dipengaruhi oleh factor dari dalam guru itu sendiri yaitu bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan yang diemban. Sedangkan faktor luar yang diprediksi berpengaruh terhadap kompetensi profesional seorang guru yaitu kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan pemimpin guru di sekolah. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan mengungkapkan sejauh mana pengaruh stres kerja, disiplin kerja, dan kompetensi guru terhadap profesionalitas guru di SD Negeri se-kecamatan Cawas Klaten. Hal tersebut menarik untuk diteliti, sebab dengan mengetahui stres kerja guru, akan diketahui pula sejauh mana stres kerja tersebut akan mempengaruhi profesionalitas guru. Demikian pula mengetahui disiplin kerja guru diketahui pula sejauh mana disiplin kerja ini akan mempengaruhi profesionalitas guru

10 serta sejauh mana kompetensi guru akan berpengaruh terhadap profesionalitas guru. B. Identifikasi Masalah 1. Guru yang mengalami stres akan terganggu dalam melaksanakan tugasnya dan akan berpengaruh dalam profesionalitasannya sebagai pendidik. 2. Kedisiplinan guru dalam kegiatan pembelajaran masih sangat rendah. 3. Rendahnya kompetensi guru dalam proses pembelajaran mengakibatkan kurangnya keprofesionalitasan guru dalam pembelajaran. 4. Tuntutan pada guru untuk meningkatkan keprofesionalan guru. C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut. 1. Adakah pengaruh stres kerja guru, disiplin kerja guru, dan kompetensi guru terhadap profesionalitas guru di SD se-kecamatan Cawas Klaten? 2. Adakah pengaruh stres kerja guru terhadap profesionalitas guru di SD se- Kecamatan Cawas Klaten? 3. Adakah pengaruh disiplin kerja guru terhadap profesionalitas guru di SD se-kecamatan Cawas Klaten? 4. Adakah pengaruh kompetensi guru terhadap profesionalitas guru di SD se-kecamatan Cawas Klaten?

11 D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui pengaruh stres kerja guru, disiplin kerja guru, dan kompetensi guru terhadap profesionalitas guru di SD se-kecamatan Cawas Klaten. 2. Untuk mengetahui pengaruh stres kerja guru terhadap profesionalitas guru di SD se-kecamatan Cawas Klaten. 3. Untuk mengetahui pengaruh disiplin kerja guru terhadap profesionalitas guru di SD se-kecamatan Cawas Klaten. 4. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi guru terhadap profesionalitas guru di SD se-kecamatan Cawas Klaten. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Bagi pengembangan ilmu, sebagai sumbangan pemikiran bagi para ilmuwan dibidang Sumber Daya Manusia khususnya mengenai sumber daya manusia pendidikan. Lebih khusus lagi sebagai acuan untuk mengembangkan kompetensi guru di SD. 2. Manfaat Praktis 1. Bagi para guru, sebagai landasan untuk menentukan langkah penyempurnaan diri, dalam meningkatkan kompetensi profesionalitasnya untuk peningkatan mutu pendidikan. 2. Bagi para kepala sekolah, sebagai pedoman untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang akan dipergunakan diunit kerjanya dalam rangka

12 mengoptimalkan disiplin guru dan membina guru yang mengalami stres. 3. Bagi para penentu kebijakan dapat dipergunakan sebagai acuan peningkatan profesionalitas sumber daya pendidikan Sekolah Menengah Atas.