BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ELY ERNAWATI A

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa

Marina Tri Handhani. Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. hanya memberikan informasi saja atau mengarahkan ke satu tujuan saja.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, UII Press, yogyakarta, 2001,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan moralitas yang tinggi. manusia yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang tongkat estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB IV MODEL BIMBINGAN DAN KONSELING KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 8 SEMARANG

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencapai. keseimbangan jasmaniah dan rohani menuju kedewasaan, disinilah untuk

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang. dengan sendirinya, pendidikan harus diusahakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran 1. belajar mengajar, agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN BERFIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 COLOMADU TAHUN AJARAN 2009/ 2010

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

I. PENDAHULUAN. Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa sekarang Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan sumber daya manusia diupayakan melalui pendidikan baik

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Jika dilihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan. sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari sistem pendidikan, sebab

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis (wahdatul anasir), manusia memiliki empat fungsi yaitu manusia sebagai makhluk Allah SWT, manusia sebagai makhluk individu, manusia sebagai makhluk sosial, manusia sebagai makhluk berbudaya dan manusia memilih sifat utama dan hawa nafsu, dan manusia bertanggung jawab atas perbuatannya. 1 Manusia sesuai dengan hakekatnya diciptakan dalam keadaan yang terbaik, termulia, tersempurna, dibandingkan dengan makhluk lainnya, tetapi sekaligus memiliki hawa nafsu lemah, aniaya terburu nafsu, membantah dan lain-lain. 2 Karena manusia dapat terjerumus kedalam lembah kenistaan, kesengsaraan, kehinaan. Dengan kata lain manusia bisa bahagia hidupnya di dunia maupun di akhirat dan bisa pula sengsara atau tersiksa. Mengingat berbagai sifat seperti itu, maka diperlukan adanya upaya untuk menjaga agar manusia tetap menuju kearah bahagia, menuju kecitraannya yang baik, ke arah akhsani taqwim dan tidak terjerumus ke keadaan yang hina atau asfala safilin. 3 Manusia dalam kehidupannya akan mengenal fase-fase yang akan dilalui oleh setiap manusia, mulai fase anak sampai fase tua. Dalam fase-fase manusia 1 Thohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta : UII Press, t.th), hlm. 7-12 2. Thohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta : UII Press, t.th), hlm. 12-13 3 Thohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta : UII Press, t.th), hlm. 12-13 1

akan menghadapi tugas-tugas tertentu, mulai dari anak yang tugasnya belajar yang beranjak dewasa yang tugasnya memantapkan pilihan pekerjaan atau lainnya, dan fase tua yaitu masa produktif. Dan tugas itu akan lancar berkat bantuan yang di berikan orang lain. Pada umumnya semakin tinggi fase kehidupan maka akan semakin tinggi bantuan itu dibutuhkan. Oleh sebab itu, manusia perlu pendidikan, agar manusia dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan tujuan pendidikan, sebagaimana tercantum dalam undang-undang RI no. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 4 Pendidikan merupakan hal terbesar yang selalu diutamakan dan menjadi perhatian pembangunan negara dan bangsa Indonesia. Saat ini masyarakat semakin menyadari pentingnya memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anak mereka sejak dini. Untuk itu, Negara (Pemerintah) memegang peranan yang sangat penting dalam memperhatikan pendidikan demi peningkatan sumber daya manusia seutuhnya. Membangun serta meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, mengejar dan mengatasi kebodohan dan kemiskinan hanya dapat ditempuh dengan penyelenggaraan pendidikan yang baik. Oleh karena itu pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi segenap kehidupan manusia. Dengan pendidikan ini akan membantu membentuk watak 4 Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional), 2003 (UU RI. No. 20. Th 2003), (Jakarta : Sinar Grafika, 2003), hlm. 5 2

dan kepribadian generasi dimasa depan. Di samping itu pendidikan mempunyai fungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), dimana secara mendasar pendidikan mempunyai peranan meningkatkan kemampuan dasar manusia untuk mendapatkan memanfaatkan, mengembangkan, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. SDM berkualitas sangat penting,dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Oleh karenanya, perluasan dan pemerataan kesempatan belajar merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan, baik sarana maupun prasarana pendidikan tingkat dasar, menengah dan atas. Pada awalnya dimulai dengan program wajib belajar 6 tahun, kemudian diperluas 9 tahun, sehingga mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam pendidikan. Dengan demikian, setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengikuti pendidikan sampai ke tingkat atas minimal sampai tamat Sekolah Menengah Atas (SMA). Selain itu, dalam mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang bertaqwa dan berkualitas, maka dengan adanya hal itu bimbingan dan konseling merupakan upaya bantuan untuk mewujudkan perkembangan secara optimal, baik secara kelompok maupun individual sesuai dengan hakekat kemanusiaan dengan berbagai potensi kelebihan dan kekurangan, kelebihan serta permasalahan. 5 5 Prayitno dan Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999), hlm.1 3

Dalam hal ini, bimbingan dan konseling sangat diperlukan lebih-lebih bimbingan konseling Islam. Bimbingan konseling pada saat ini sangat dirasakan kebutuhannya mengingat bahwa dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai persoalan dan permasalahan yang dapat menghambat pengembangan hakikat manusia yang berasal dari kondisi prasarana, sarana dan kelembagaan masyaraka, kelembagaan pendidikan, perkembangan dan teknologi dan kondisi individu itu sendiri. Dari uraian di atas, dapat dijadikan acuan mengapa bimbingan konseling Islam di madrasah sangat diperlukan, karena untuk membantu siswa agar tidak ahli dalam pengetahuan saja, akan tetapi menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa seta bertanggung jawab, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan madrasah, keluarga maupun masyarakat. Untuk mewujudkan itu semua perlu adanya kedisiplinan dari peseta didik. Prijadarminto mengungkapkan bahwa disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian prilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan keteraturan dan ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian prilaku dalam kehidupannya, prilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman. Bila kedisiplinan dikaitkan dengan belajar, maka terbentuklah disiplin belajar yang tidak lain adalah ketaatan dan kepatuhan siswa terhadap tata tertib belajar dan tata tertib sekolah. 6 6 Tulus, Tu'u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grafindo, 2004), hlm. 31 4

Seorang siswa dalam kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Masalah kedisiplinan di sekolah bukan suatu usaha untuk membuat siswa menahan tingkah laku yang tidak diterima oleh sekolah, melainkan suatu usaha untuk memperkenalkan cara atau memberikan pengalaman, yang akhirnya membawa siswa kepada pemilikan suatu disiplin yang timbul dari dirinya sendiri, dengan kata lain memiliki suatu disiplin dari dalam. 7 Dalam dua dasawarsa terakhir ini, kedisiplinan semakin tidak diperhatikan oleh siswa, seperti peristiwa di sekolah menengah atas, siswa bolos sekolah, merokok dan terlambat sekolah. Hal semacam ini belum bisa terpecahkan oleh siswa. Hal ini karena mereka berada dalam masa transisi dan sedang mencari identitas diri sehingga tidak dapat lepas dari persoalan-persoalan yang mengiringi masa pertumbuhan itu. Dalam masa transisi tersebut tidak sedikit siswa yang mengalami kegoncangan batin yang menggelisahkan dirinya, baik itu karena 7 Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaannya, (Jakarta : Rajawali, 1985), hlm. 205 5

faktor internal yang berasal dari individu itu sendiri maupun karena faktor eksternal yaitu berasal dari luar atau lingkungan, masing-masing faktor itu sangat mempengaruhi dan ikut menentukan ciri individu seseorang sebagai pribadi. Pendidikan yang bermutu akan menjadi tolak ukur SDM yang berkualitas. Bila kita berbicara tentang mutu pendidikan, maka kita tidak bisa lepas dari kedisiplinan belajar siswa. Kedisiplinan belajar merupakan suatu hal yang harus diusahakan, diperjuangkan untuk mencapai suatu kualitas yang baik (kredibel). Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara lembaga pendidikan (guru) dan masyarakat (orang tua) dengan kedisiplinan belajar siswa didalamnya. Kedisiplinan diperjuangkan untuk mencapai bagi suatu lembaga pendidikan. Dengan kedisiplinan belajar yang baik yang dapat dicapai oleh siswa diharapkan outputnya mempunyai kemampuan yang mempunyai dan bertujuan pendidikan Nasional seperti yang telah tertera diatas dapat dicapai semaksimal mungkin. Kedisiplinan belajar siswa harus dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Kedisiplinan belajar hari ini, saat ini, mungkin sudah kurang berarti lagi di masa yang akan datang, karena keadaan selalu menuntut kedisiplinan yang lebih tinggi sesuai dengan perkembangan dan kemajuan zaman. Jika kedisiplinan belajar yang dicapai saat ini sama dengan tahun-tahun yang lalu, tanpa mengalami kemajuan dan tentu saja masuk dalam kriteria lembaga yang ketinggalan. Mengingat pentingnya kedisiplinan belajar sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan, maka pemberian motivasi mengikuti bimbingan dan 6

konseling menjadi suatu kebutuhan dalam rangka untuk mengoptimalkan kedisiplinan siswa. Oleh karena itu, sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan formal memerlukan banyak hal yang mendukung tercapainya cita-cita luhur tersebut, antara lain kepedulian dan kualitas yang baik dari kepala sekolah dan guru, peran aktif dinas pendidikan/pengawas sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan terkait dengan pendidikan yang ada di sekolah MA Hasanuddin ini peneliti menemukan masalah-masalah yaitu mengenai kedisiplinan yang sangat kurang dengan siswa, mengenai siswa yang kurang begitu mematuhi aturan misalnya seperti merokok, membolos, hingga siswa yang tidak pernah masuk sekolah. Padahal Siswa adalah sumber daya yang berharga dalam sekolah, sebab melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manusia ini, sekolah dapat mencapai tujuannya. Seiring dengan itu pula siswa sebagai anggota sekolah mengupayakan agar pendidikan tetap berlangsung kehidupannya serta mengembangkannya untuk mencapai kemajuan yang diinginkan, karena sebagai salah satu bentuk kehidupan. Sekolah ini pun terikat dalam proses keberadaan pertumbuhan dan perkembangan. Tetapi siswa di sekolah MA Hasanuddin Siraman ini malah sebaliknya yaitu sangat tidak mematuhi peraturan, makanya ada guru BK yang menangani siswa yang bermasalah ini. Setelah di teliti ada masalah apakah motivasi mereka memilih sekolah akan berpengaruh dengan kenyamanan di sekolah MA tersebut. Adapun pelaksanaan bimbingan konseling di MA. Hasanuddin Siraman diwujudkan dalam program bimbingan, yang mencakup keseluruhan pelayanan 7

bimbingan. Dalam pelaksanaannya, bimbingan konseling di madrasah ini ditangani oleh guru bimbingan konseling (BK) untuk membantu siswa-siswi dalam membuat rencana belajar dan mengambil keputusan sendiri. Bimbingan dilakukan juga melibatkan personil lain, dalam hal ini adalah guru dan wali kelas. Dengan demikian diperlukan adanya hubungan antara bimbingan dan konseling Islam dalam membantu untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Untuk itu seorang konselor atau guru BK dalam menggunakan pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam dapat mengatasi masalah yang dihadapi siswa, terutama masalah kedisiplinan. Atas dasar itulah peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang "Hubungan antara Motivasi Mengikuti Bimbingan Konseling Islam dengan Kedisiplinan Belajar Siswa di MA Hasanuddin Siraman Blitar. Penelitian Terdahulu No Judul dan Tahun Peneliti Temuan Perbedaan Persamaan Hubungan Antara Bimbingan Konseling Islam Dengan Peningkatan Kedisiplinan Belajar Peserta Evi Unviyah NIM. 3101199 Pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam mempunyai hubungan yang positif dengan peningkatan Pemberian motivasi dan pemberian treatment Hubungan antara bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan belajar 8

Didik Di SMP Negeri 23 Semarang Tahun 2006 kedisiplinan belajar siswa di SMPN 23 Semarang dengan bukti : F reg > F t 0,05 siswa dimana F reg =9,936 sedangkan F t 0,05 = 4,04. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang peneliti paparkan, agar penelitian ini terarah dan mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan, maka penelitian merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat motivasi siswa mengikuti bimbingan dan konseling islam? 2. Bagaimana tingkat kedisiplinan belajar siswa di MA Hasanuddin Siraman Blitar? 3. Bagaimana hubungan motivasi mengikuti Bimbingan dan Konseling Islam dengan kedisiplinan siswa MA Hasanuddin siraman? 9

C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat motivasi mengikuti Bimbingan dan Konseling Islam. 2. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan belajar siswa di MA Hasanuddin Siraman Kesamben. 3. Untuk mengetahui hubungan motivasi mengikuti Bimbingan dan Konseling Islam terhadap kedisiplinan belajar siswa di MA Hasanuddin Siraman Kesamben. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian adalah bertujuan untuk : 1. Memberikan masukan bagi guru bimbingan dan konseling akan pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam yang dapat digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan belajar siswa. 2. Menjadikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan kurikulum atas pelaksanaanya. 3. Manfaat pengembangan teori yang di harapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam bidang pendidikan yang relevan terkait dengan motivasi siswa mengikuti bimbingan dan konseling terhadap kedisiplinan belajar siswa. 10