BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang bertanggung jawab

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Quran menjelaskan bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. dan Hadis dan merancang segenap kegiatan pendidikannya. 2. madrasah, yakni pendidikan Islam yang diselenggarakan di lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk pulalah masyarakat muslim. Dengan terbentuknya masyarakat muslim

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. baik di dunia maupun di Akhirat. Islam mendorong umatnya untuk berilmu dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

Daftar Pustaka. A. Buku Al-Syaibani, O. (1979). Falsafah Pendidikan. Terj. Hasan Langgulung. Jakarta: Bulan Bintang.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya mendapatkan perlakuan yang sama seperti siswa normal. Siswa SLB

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INTEGRASI SISTEM PENDIDIKAN MADRASAH DAN PESANTREN TRADISIONAL (STUDI KASUS PONDOK PESANTREN AL-ANWAR KECAMATAN SARANG KABUPATEN REMBANG)

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya lembaga pendidikan keagamaan Islam yang paling tua. 1 Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang metodologi penelitian yang dilakukan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tradisional pertama yang bergerak dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan yang awalnya sangat berperan penting dalam proses penyebaran agama Islam di Indonesia. Menurut Rahardjo (1988: 10) sebelum Belanda datang ke Nusantara, pesantren merupakan suatu lembaga yang berfungsi sebagai pusat perubahanperubahan dalam masyarakat lewat kegiatan penyebaran agama. Pertumbuhan dan penyebaran Islam di Indonesia salah satunya banyak dilakukan di dalam lembagalembaga pendidikan Islam yang dikenal dengan Pesantren di Jawa, Dayah di Aceh dan Surau di Minangkabau (Yatim, 2003: 300-301). Keberadaan pesantren memegang peranan yang penting dalam perkembangan masyarakat Indonesia. Pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan yang eksis di Indonesia dari segi historisnya identik dengan makna ke- Islaman dan juga mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia (Madjid, 1997:3). Hal tersebut yang kemudian membuat pesantren tetap memiliki nilai dan peran yang cukup penting dalam mempelopori pendidikan Islam di Indonesia. Dalam proses pembelajarannya, pesantren mengajarkan kepada para santrinya disiplin ilmu agama yang umumnya mengenai bahasa Arab, Fikih, Tasawuf, Tauhid, hadis, dan Tafsir Al quran. Proses pembelajaran yang disebut di atas sangat kental dengan kelompok pesantren tradisional. Menurut Dhofier (1982 : 41) lembaga pesantren dapat dikelompokkan pada 2 kategori, yaitu pesantren tradisional (salafi) dan pesantren modern (khalafi). Sistem belajar yang digunakan di pesantren tradisional adalah sistem individual yang dikenal dengan sorogan dan bandongan, namun tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik sebagai inti dari proses pendidikannya. Pondok pesantren modern kemudian dikenal sebagai pondok pesantren yang menggabungkan ilmu keduniaan dengan ilmu 1

2 agama sebagai bekalnya. Pesantren modern ini menggunakan sistem belajar klasikal dengan penjenjangan kelas (Dhofier, 1985: 41-45). Seiring dengan makin berkembangnya masyarakat di Indonesia, maka semakin berkembang pula pola pendidikan pesantren. Perubahan ini salah satunya dapat dilihat dari pola pendidikan yang dikembangkan sendiri, yang mengalami pergeseran baik dari visi dan misi pendidikannya (Noer, 1982 : 15). Meskipun demikian tidak semua pesantren memiliki dan mengalami perubahan yang sama. Sebagai sarana pendidikan Islam yang dituntut untuk menghadapi tantangan zaman, pesantren harus mampu untuk menghadapinya demi mewujudkan masyarakat madani. Salah satu hal yang dilakukan adalah membentuk pesantren dengan tidak hanya mengajarkan ilmu agama saja, melainkan mengajarkan ilmuilmu lainnya ke dalam kurikulumnya. Tidak terikatnya pola dan sistem pendidikan umum yang diberlakukan oleh pemerintah memberikan ciri yang khas dalam perkembangan suatu pesantren. Independensi ini menyebabkan pesantren memiliki keleluasaan dan kebebasan yang relatif untuk mengembangkan model pendidikannya tanpa harus mengikuti standarisasi dan kurikulum ketat. Ditambah dengan kecenderungan sentralistik yang berpusat di tangan kiai (Rahim, 2001: 158). Independensi ini disesuaikan dengan tujuan yang akan dikembangkan oleh masing-masing pesantren dan melihat prospek masa depan pesantren itu sendiri. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah melakukan pembaruan terhadap sistem yang dipakainya, dengan tidak mengesampingkan nilai keagamaan yang menjadi nilai pokok yang diembannya. Upaya ini dilakukan demi membentuk manusia yang dapat bermanfaat bagi perkembangan masyarakat yang berlandaskan atas nilai luhur keagamaan. Berbeda dengan tujuan awal berkembangnya lembaga pendidikan pesantren, yang pada awalnya hanya memberikan pengetahuan tentang agama bukan untuk memberikan pengetahuan umum (Djumhur, 1974: 112). Pada masa modern ini meskipun kebanyakan pesantren mengajarkan pengetahuan umum sebagai bagian penting dalam pendidikan pesantren, namun upaya pesantren dalam mengembangan pendidikan di Indonesia memiliki hal yang sangat menarik untuk di eksplorasi khususnya

3 pendidikan yang berdasar pada sinergi antara ilmu keagamaan dan ilmu pengetahuan umum. Salah satu pondok pesantren yang melakukan pembaruan dalam program pembelajarannya adalah Pondok Pesantren Mansyaul Huda yang terletak di Desa Heuleut Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka. Pondok Pesantren ini merupakan lembaga pendidikan Islam yang didirikan oleh Kiai Haji Sarkosi Subki pada tahun 1966. Secara geografis wilayah ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Majalengka. Berlokasi di Desa Heuleut Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka yang masih bernuansa pedesaan yang cukup asri dengan lingkungan budaya dan pergaulan pedesaan. Program yang mulai dikembangkan dalam sistem pendidikannya adalah penyelenggaraan pendidikan dengan membuka pendidikan formal. Pendidikan yang diselenggarakan seperti penyetaraan pendidikan dengan membuka program wajib pendidikan dasar pondok pesantren tingkat wustho (pendidikan tingkat menengah), program penyetaraan pendidikan Paket C dan Paket B, Madrasah Islamiah Mansyaul Huda (MIMMA) tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, hingga Sekolah Tinggi Agama Islam. Namun pengajaran di Pondok Pesantren Mansyaul Huda tetap mementingkan kitab-kitab klasik yang menjadi sumber pembelajarannya. Hal ini bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan tradisi pesantren yang sudah mengakar. Pada awalnya penyelenggaraan Program Paket B dan Program Paket C di Pondok Pesantren Mansyaul Huda Desa Heuleut Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka ditujukan bagi para santri (putra dan putri) yang bermukim di pesantren, namun pada perkembangan selanjutnya juga dapat menampung warga belajar yang berasal dari kalangan masyarakat sekitar pesantren (Data Umum Pondok Pesantren Mansyaul Huda, ). Pembaruan penyelenggaraan pendidikan ini sesuai dengan tujuan pendidikan pesantren yang tercantum dalam Undang-undang RI tahun 1989 (1992: 4) yang dijelaskan bahwa: Tujuan pendidikan pesantren mempunyai segi-segi kesamaan dengan tujuan pendidikan nasional yakni dalam segi penanaman keimanan dan kemandirian di samping intelektualitas, lebih jelasnya tujuan pendidikan nasional bertujuan mencetuskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

4 manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dalam menghadapi tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks, peran serta santri di tengah-tengah masyarakat sebagai penyeimbang, penyaring dan pelopor pembangunan setelah menimba ilmu di Pondok Pesantren Mansyaul Huda sangat dirasakan dan dibutuhkan, baik di bidang keagamaan, sosial, ekonomi, politik dan lain-lain. Memperhatikan posisi strategis Pondok Pesantren Mansyaul Huda dan santri saat ini, maka penyelenggaraan pendidikan kegamaan menjadi kebutuhan yang sangat penting. Namun yang terjadi, penyelenggaraan pendidikan keagamaan di bawah Pondok Pesantren Mansyaul Huda pada umumnya tidak mendapatkan respons yang baik dari peserta didik khususnya usia remaja. Hal tersebut terlihat dari semakin menurunnya jumlah santri yang belajar di pesantren, khususnya santri kalong (santri yang tidak menetap). Menurunnya minat belajar di pesantren terjadi sekitar tahun 2000-an, hal tersebut dikarenakan semakin berkembangnya paradigma masyarakat terhadap keberadaan sekolah umum yang merupakan satusatunya lembaga pendidikan yang paling baik, sehingga mereka yang tidak menjalani studi di sekolah umum dianggap tidak berpendidikan serta semakin gencarnya arus modernisasi yang mengubah pola pikir masyarakat menjadi pragmatis. Kondisi seperti ini lambat laun akan mengakibatkankan nilai keagamaan dan moral sebagai benteng perkembangan zaman kurang berkembang pada diri peserta didik, khususnya di Desa Heuleut sendiri umumnya di Kabupaten Majalengka. Pesantren Mansyaul Huda dan sistemnya kini dihadapkan pada tantangan zaman yang sangat berat untuk dilalui. Jika tidak mampu menjawab respons yang berkembang pada saat ini maka pesantren akan kehilangan eksistensi dan relevansinya dalam masyarakat, dan segala bentuk upaya yang sudah mengakar dari awal pendiriannya dapat tercerabut dengan sendirinya. Sungguh ironis apabila hal tersebut terjadi pada Pondok Pesantren Mansyaul Huda. Oleh karena

5 itu ada beberapa hal yang menarik untuk dikaji dalam perkembangan Pondok Pesantren Mansyaul Huda, di antaranya pertama Pondok Pesantren Mansyaul Huda mampu bertahan di tengah kondisi masyarakat yang semakin modern dan mementingkan kebutuhan jasmani, sehingga kebutuhan agama ditinggalkan. Kedua, Pondok Pesantren Mansyaul Huda diakui keberadaannya di Kabupaten Majalengka, dengan ditetapkannya sebagai Pusat Informasi Pesantren (PIP) Kabupaten Majalengka pada tahun 1988 oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka. Hal ini dapat diasumsikan bahwa Pondok Pesantren Mansyaul Huda dipercaya sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang berpengaruh khususnya di Kabupaten Majalengka. Lantas, bagaimana peran masyarakat, pengelola dan pemerintah dalam menjaga eksistensi lembaga ini dan pembaruan seperti apa yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Mansyul Huda sehingga mampu bertahan di tengah geliat masyarakat yang semakin maju. Melalui pemamparan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Pondok Pesantren Mansyaul Huda untuk bisa menjawab apakah Pondok Pesantren Mansyaul Huda ini dikategorikan sebagai pesantren yang modern melalui perkembangannya dari tahun 1980-. Penelitian ini mengangkat judul Pondok Pesantren Mansyaul Huda Desa Heuleut Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka 1980-. Pengamatan dimulai dari tahun 1980, diasumsikan pada tahun 1980 merupakan periode keemasan pesantren dilihat dari indikator kualitas dan kuantitas santri yang berkembang secara signifikan. Antara lain para santri alumninya menjadi orang yang berpengaruh di daerahnya masing-masing, sedangkan pada tahun digunakan sebagai batas waktu penelitian dikarenakan pada tahun tersebut pesantren mulai membuka pendidikan formal dengan mendirikan Rombongan Belajar Mahasiswa STAI Shalahuddin Al Ayubi Jakarta yang diperuntukan bagi santri dan masyarakat luar yang ingin menuntut ilmu dan perkembangan fasilitas yang memadai.

6 I.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Masalah pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Bagaimana Perkembangan Pondok Pesantren Mansyaul Huda Kabupaten Majalengka pada tahun 1980-? Untuk lebih memfokuskan masalah, maka rumusan masalah tersebut diuaraikan kedalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Mansyaul Huda di Desa Heuleut Kabupaten Majalengka? 2. Bagaimana gambaran kehidupan Pondok Pesantren Mansyaul Huda dalam bidang pendidikan Islam di Desa Heuleut Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka kurun waktu 1980-? 3. Bagaimana respon masyarakat terhadap pendidikan Islam yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Mansyaul Huda di Desa Heuleut Kabupaten Majalengka? 4. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh pengelola pesantren, masyarakat dan pemerintah untuk mengembangkan dan mempertahankan Pondok Pesantren Mansyaul Huda? 5. Apa nilai-nilai yang dapat digali dari penelitian ini untuk pembelajaran sejarah? I.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan dan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penulisan skripsi Pondok Pesantren Mansyaul Huda Desa Heuleut Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka Tahun 1980- ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan gambaran mengenai latar belakang historis berdirinya Pondok Pesantren Mansyaul Huda di Desa Heuleut Kabupaten Majalengka. 2. Mendeskripsikan gambaran kehidupan Pondok Pesantren Mansyaul Huda dalam bidang pendidikan Islam dari tahun 1980 sampai, yang meliputi perkembangan pelaku pendidikan, kurikulum, maupun pola pembelajaran yang dilaksanakan.

7 3. Mengidentifikasi respon masyarakat terhadap keberadaan Pondok Pesantren Mansyaul Huda di Desa Heuleut Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka, terutama mengenai dampak yang ditimbulkan dengan adanya pesantren tersebut dilihat dari pandangan masyarakat sekitar baik secara langsung maupun tidak langsung dan kendala yang dihadapi oleh pesantren dalam proses pengembangannya.. 4. Mengidentifikasi upaya-upaya yang dilakukan oleh pengelola Pondok Pesantren Mansyaul Huda masyarakat maupun pemerintah untuk mengembangkan dan mempertahankan pesantren. 5. Mengidentifikasi nilai-nilai yang dapat digali dari Pondok Pesantren Mansyaul Huda untuk memperkaya penulisan sejarah sehingga dapat diaplikasikan untuk pembelajaran sejarah di sekolah. I.4. Manfaat Penelitian Adapaun manfaat yang diperoleh dari penelitian ilmiah ini adalah: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penulisan sejarah lokal di Indonesia pada umumnya dan sejarah pendidikan Islam pada khususnya 2. Memberikan kontribusi dalam penulisan sejarah mengenai perkembangan pesantren dalam bidang pendidikan Islam. 3. Dapat dijadikan acuan untuk penelitian mengenai pesantren-pesantren di Indonesia umumnya dan khususnya di Kabupaten Majalengka secara lebih luas dan mendalam. 4. Menanamkan nilai-nilai sejarah kepada peserta didik sebagai perluasan materi pembelajaran sejarah di Madrasah Aliyah yang ada pada standar kompetensi kelas XII semester 2, dalam materi memahami perkembangan Islam di Indonesia. I.5 Metodologi Penelitian I.5.I Metode Penelitian Menurut Helius Sjamsudin (2007:60) metode merupakan prosedur, teknik atau cara-cara yang sistematis dalam melakukan suatu penyelidikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Metode ini merupakan

8 proses menguji dan menjelaskan serta menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lalu dan menuliskan hasilnya berdasarkan fakta-fakta yang telah diperoleh, dan hasilnya disebut Historiografi (Gottschalk, 1986: 32). Pada tahapan penulisan skripsi ini, teknik yang digunakan adalah teknik studi kepustakaan atau studi literatur, yaitu dengan cara mempelajari dan meneliti bukubuku, sumber-sumber tertulis maupun dokumen lainnya yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Secara umum ada empat tahapan dalam metode ini, yaitu: 1. Heuristik, merupakan tahapan awal penulis mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang relevan dengan pokok bahasan yang akan dikaji. Sumbersumber yang dikumpulkan baik berupa sumber primer maupun sumber sekunder, sumber lisan atau tulisan. Dalam penelitian karya ilmiah ini langkah pertama yang diambil oleh penulis adalah mencari sumber yang relevan seperti buku-buku, dokumen-dokumen, jurnal, artikel di internet, maupun penelitian terdahulu yang penulis dapatkan dari perpustakaan. Selain itu juga didapatkan beberapa informasi dari beberapa narasumber yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang menjadi kajian penulis. 2. Kritik Internal dan Eksternal, yakni tahapan lanjutan dari heuristik, dalam tahapan ini penulis melakukan penilaian atau menyelidiki apakah sumbersumber yang didapatkan sesuai atau tidak untuk dipergunakan. Semua sumber yang didapatkan dipilih melalui kritik eksternal, yaitu dengan cara menguji aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang digunakan, sedangkan kritik internal dilakuakan untuk menguji aspek dalam berupa isi dari sumber sejarah tersebut. 3. Interpretasi, merupakan langkah untuk menafsirkan keterangan dari berbagai sumber yang terkumpul dengan mengolah fakta yang telah dikritisi melalui proses kritik eksternal maupun internal. 4. Historiografi, tahapan ini dilakukan untuk menyusun dan membahas sumbersumber yang telah diperoleh yang telah dianalisis dan ditafsirkan untuk selanjutnya ditulis menjadi rangkaian cerita yang ilmiah.

9 I.5.2 Teknik Pengumpulan Data Untuk mempermudah dalam pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Studi literatur, yaitu dengan mengkaji dan menelaah secara mendalam bukubuku sumber yang berkaitan dengan tema dan judul yang penulis angkat. Buku-buku yang ditelaah secara mendalam mengenai sejarah pondok pesantren, sistem dan pola pendidikan yang digunakan di pondok pesantren termasuk dokumen-dokumen yang dapat memperkuat analisis penulis dalam mengkaji penelitian ini. 2. Studi dokumentasi, merupakan penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam arsip, baik gambar maupun tulisan atau dalam bentuk rekaman. Studi dokumentasi yang dilakukan oleh penulis yaitu ke Kantor Desa Heuleut dan Kantor Pondok Pesantren Mansyaul Huda. 3. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada narasumber. Hal ini dilakukan dengan berkomunikasi dan berdiskusi dengan pihak yang terlibat secara langsung, sebagai upaya untuk memperoleh data-data yang tidak tercantum dalam sumber tertulis. Narasumber yang diikutsertakan adalah pimpinan pondok pesantren, staf pengajar, santri hingga masyarakat sekitar yang mendapatkan kontribusi dengan adanya pesantren. I.6 Struktur Organisasi Skripsi Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang dibagi kedalam lima bab, antara lain sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, merupakan gambaran dasar penelitian yang akan digunakan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan penulisan, penjelasan judul, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka, merupakan pemaparan mengenai tinjauan pustaka yang menjadi rujukan penulis dalam mengkaji topik permasalahan yang akan dibahas. Penulis mengkaji beberapa sumber literatur maupun penelitian

10 terdahulu yang digunakan untuk membantu dalam menjawab permasalahan. Pembahasan pada bab ini difokuskan pada pentingnya literatur-literatur tersebut dalam penyusunan penelitian ini. Bab III Metodologi Penelitian, memaparkan langkah-langkah yang diambil oleh penulis dalam melakukan penelitian serta menjalankan proses penyusunan karya ilmiah. Adapun psosesnya dimulai dari pencarian sumber, interpretasi sumber dan pelaporan hasil kegiatan penelitian yang dituangkan dalam skripsi ini. Bab IV Perkembangan Pondok Pesantren Mansyaul Huda tahun 1980-, pada bab ini penulis menguraikan pembahasan-pembahasan mengenai informasi yang telah didapatkan dari hasil penelitian secara deskripsi dalam bentuk tulisan. Untuk Bab V Kesimpulan dan rekomendasi, pada bab ini dilakukan penarikan kesimpulan dari intisari jawaban dan analisis dari permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini. Hasil temuan ini merupakan interpretasi penulis tentang inti penulisan dari pembahasan yang telah diuraikan.