BAB IV PENUTUP. Hasil analisis yang penulis lakukan tehadap novel Namaku Hiroko karya N.H.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan

PEREMPUAN YANG MERESISTENSI BUDAYA PATRIARKI

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk marginalisasi yang terdapat dalam novel Adam Hawa karya. Muhidin M. Dahlan terdapat 5 bentuk. Bentuk marginalisasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan cerita pendek Le

BAB VI PENUTUP. rumah tangga sering dicurigai sebagai penyebab munculnya jenis incest yang seperti ini.

BAB V. Refleksi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

MENEMUKAN & MENGGUNAKAN KEKUATAN NEGOSIASI

BAB I PENDAHULUAN. lurus. Mereka menyanyikan sebuah lagu sambil menari. You are beautiful, beautiful, beautiful

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM NOVEL ADAM HAWA KARYA MUHIDIN M. DAHLAN (ANALISIS KRITIK SASTRA FEMINIS) SKRIPSI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

Gender, Interseksionalitas dan Kerja

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB IV KESIMPULAN. publik. Secara lebih khusus, Mansfield Park menceritakan posisi perempuan pada

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 6.1 Perempuan Berdaya Bukanlah Mitos Belaka

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB IV KESIMPULAN. Sebagai sistem yang memihak kepada laki-laki, patriarki telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lahirnya sejumlah karya yang menghadirkan eksistensi perempuan.

BAB III KESIMPULAN. digunakan sebagai acuan dasar adalah teori Alan Swingewood. Dalam teorinya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah

BAB IV KESIMPULAN. Pada bab analisis dipaparkan bagaimana tokoh utama melakukan penolakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

117 Universitas Indonesia

Opini Edisi 5 : Tentang Seksualitas: Masyarakat Sering Menggunakan Standar Ganda

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-02/MEN/ 1993 TAHUN 1993 TENTANG KESEPAKATAN KERJA WAKTU TERTENTU

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

PANDANGAN MENGENAI SEKS, DOSA, DAN PERNIKAHAN DALAM NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI (Kajian Kritik Sastra Feminis Eksistensialis)

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial kemasyarakatan (Fatimah, 2006, h. 188). Menurut Soebekti (dalam Sulastri, 2015, h. 132) perkawinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Hasil analisis yang penulis lakukan tehadap novel Namaku Hiroko karya N.H. Dini mengenai kepemilikan tubuh perempuan yang dikaji dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Simone de Beauvoir menghasilkan beberapa temuan. Tubuh selama ini dimaknai sebagai fakta biologis dan dibentuk dengan pemahaman sosialkultural masyarakat menyebabkan tubuh kehilangan eksistensinya. Tubuh perempuan seringkali dikatakan sebagai hal yang dapat menimbulkan kekacauan, untuk itulah berbagai peraturan mengenai tubuh perempuan pun diciptakan untuk membatasi tubuh tersebut. Isu mengenai tubuh perempuan dalam perspektif karya sastra dapat ditemui dalam novel Namaku Hiroko karya N.H. Dini. Hubungan antara laki-laki dan perempuan digambarkan sebagai hubungan antara subjek dan objek, hubungan antara Sang Diri dengan Sang Liyan. Relasi subjek dan objek ini terlihat dari kedudukan laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Laki-laki dianggap sebagai makhluk yang esensial, mkhluk yang sempurna, sedangkan perempuan dikatakan sebagai jenis kelamin kelas dua, sesuatu yang tidak sempurna. Dalam konteks budaya 116

patriaki, laki-laki memiliki kekuasaan yang lebih dari perempuan sehingga laki-laki memiliki kesempatan yang lebih untuk mengobjektivikasi perempuan. Hubungan antara subjek dan objek dikatakan Beauvoir sebagai hubungan yang tidak tetap. Tidak ada subjek yang absolut, selalu ada risiko pembalikan terhadap keadaan tersebut. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat N.H. Dini. Dalam penelitian ini, peneliti tidak menemukan adanya subjek yang absolut, selalu ada resiko pembalikkan. N.H. Dini memperlihatkan keinginan perempuan untuk mampu membalikkan posisi dari subjek menjadi objek. Hiroko berusaha melakukan pembalikan tersebut, ia berusaha menjadi subjek dalam beberapa hal yang mampu dicapainya. Hiroko mampu menjadi subjek dalam hal seksualitas dan kemandirian ekonomi namun hal yang lain ia adalah liyan, ia dalah objek. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada subjek yang mampu absolut, selalu terjadi risiko pembalikkan. Hiroko menjadi subjek pada hal seksualitas dan kemandirian ekonomi namun dalam hal yang lain, yaitu dalam lingkungan sosial masyarakat, perempuan tidak dapat melepaskan diri dari hegemoni sistem patriarki, terbukti pada Hiroko yang memilih untuk tidak menikah dan memilih untuk tidak kembali ke desanya. Bagi Hiroko, kembali ke desa dan menikah adalah dua ruang yang terlanjur dikuasai oleh sistem patriarki, suatu keadaan yang membuat ia tidak mampu menjadi subjek absolut. Konsep mengenai tubuh dan penubuhan adalah hal yang juga menjadi sorotan yang serius dalam penelitian ini. Tubuh selama ini dimaknai sebagai sebuah penanda 117

biologis, sebagai hal yang membedakan antara jenis kelamin yang satu dengan jenis kelamin yang lain namun ternyata tubuh memiliki arti yang lebih dari sekadar jenis kelamin. Tubuh adalah eksistensi individu, perwujudan dari harapan-harapan yang ingin dicapai oleh individu. Jika tubuh dikatakan sebagai sebuah proyeksi terhadap mimpi-mimpi manusia maka penubuhan adalah cara seseorang untuk memaknai tubuhnya tersebut. Simone de Beauvoir menyatakan bahwa tubuh dan pikiran adalah satu kesatuan yang sama. Dua hal yang kemudian menjadi satu kesatuan yang saling memengaruhi. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan adanya kesamaan pendapat antara Simone de Beauvoir dengan N.H. Dini. Pikiran dan tubuh adalah satu kesatuan yang sama. Tubuh melakukan hal yang diperintahkan atau yang diinginkan oleh pikiran. Hal yang dilakukan oleh tubuh adalah cerminan dari pikiran individu tersebut. Seperti yang terjadi pada Hiroko, Hiroko memiliki pemikiran bahwa ia hanya ingin berhubungan dengan laki-laki yang menarik secara jasmani, laki-laki yang menarik hatinya sehingga ketika ia berhubungan dengan seorang laki-laki maka pikiran dan hatinya harus menyetujui hal tersebut. Namun di sisi lain, diceritakan ketika majikan laki-laki Hiroko yang memiliki rupa jasmani yang tidak sesuai dengan kehendak Hiroko memaksa Hiroko untuk berhubungan seksual dengannya, Hiroko tidak mampu menolak keinginan majikan laki-lakinya tersebut. Hiroko mengutuki kelemahan hatinya namun di sisi lain tubuhnya menikmati hubungan tersebut. Hal ini menggambarkan adanya pertentangan namun yang bertentangan di sini bukanlah 118

tubuh dengan pikiran melainkan pikiran dengan pikiran. Tubuh adalah sebuah fakta biologis yang netral yang dipengaruhi oleh pikiran tersebut. ketika terjadi pertentangan antara pikiran dengan pikiran maka tubuh akan bertindak mengikuti pikiran yang lebih kuat. Dalam hal ini pikiran Hiroko untuk menikmati hubungan seksualitas dengan majikannya sebagai sebuah pengalaman yang baru dapat mengalahkan pikirannya untuk melakukan hubungan seksualitas dengan laki-laki yang sesuai dengan standarnya sehingga tubuh pun mengikuti kemauan pikiran tersebut. Konsep penubuhan perempuan terhadap tubuhnya akan menghasilkan berbagai upaya untuk menghasilkan sebuah subjektivitas. Upaya yang dilakukan Hiroko untuk mencapai subjektivitasnya, yaitu melalui seksualitas dan kemandirian ekonomi. Seksualitas yang selama ini dianggap sebagai domain laki-laki, wilayah kekuasaan laki-laki mampu ditundukkan oleh Hiroko, ia mampu menjadi sosok yang dominan. Masalah seksualitas, selama ini, dianggap sebagai suatu hal yang ditabukan bagi perempuan. Perempuan dilarang untuk menunjukkan seksualitasnya. Perbuatan menunjukan keinginan atau hasrat seksualitas bagi perempuan dianggap sebagai hal yang memalukan dan tidak pantas. Melalui Hiroko, N.H. Dini mengkritik aturanaturan yang mengharuskan perempuan untuk bertindak sesuai dengan kebiasaankebiasaan yang ada di masyarakat. Dalam penelitian ini terlihat bahwa perempuan yang memiliki inisiatif dalam seksualitas, yang tidak hanya bersifat menerima, tetapi 119

juga mampu memulai dan memberi pengalaman yang berbeda adalah perempuan yang diinginkan. Ketika perempuan dapat menubuhi dirinya dan menjadi subjek dalam seksualitasnya maka ia dapat menjadi subjek. Selain seksualitas, subjektivitas perempuan juga dapat dilihat dalam hal kemandirian ekonomi. Perempuan yang mampu mandiri secara ekonomi adalah perempuan yang mampu untuk lepas dari objektivasi laki-laki. Subjektivitas yang dilakukan perempuan menyebabkan laki-laki merasa terancam. Hal ini ketika perempuan menjadi subjek maka terjadi bentuk perlawanan antara subjek dengan subjek. Keberadaan perempuan sebagai subjek yang bebas akan mengancam keeksistensian laki-laki dan salah satu cara agar laki-laki dapat mengamankan posisinya adalah dengan melimpahi perempuan dengan kemandirian ekonomi dan mengikatnya dalam ketergantungan terhadap laki-laki. Isu ekonomi ini tenyata memiliki implikasi terhadap hal lainnya, yaitu mengenai konsep pekerja perempuan. Penelitian ini menemukan adanuya wacana mengenai pekerja perempuan yang diangkat dalam hal kemandirian ekonomi. Perempuan sejak kecil telah dibentuk untuk menjadi pekerja perempuan. Hal yang telah dirancang untuk mengontrol kebebasan tubuh perempuan tersebut. Perempuan dilembagakan dalam pekerjaan-pekerjaan rendahan, ia diburuhkan. Dengan mempekerjakan perempuan maka ini berarti laki-laki dapat mengontrol perempuan 120

melalui sistem upah. Pekerja perempuan menjadi tergantung dengan upah sehingga kebebasannya menjadi tercabut. Namun dalam konsep pekerja perempuan, selalu ada perempuan yang bisa menembus sistem tersebut, selalu ada pengecualian. Perempuan-perempuan yang memiliki kesempatan dan dapat membuktikan kecakapannya dalam bekerja dapat melampaui batasan yang mengontrolnya sebagai pekerja perempuan. perempuan mampu melepaskan diri dari ketergantungan sistem upah dan dia bisa menjadi subjek yang bebas. Subjektivitas perempuan pastinya akan berdampak pada kepemilikan tubuh yang lain. Kebebasan yang dimiliki Hiroko terhadap tubuhnya pastinya akan berdampak pada kebebasan tubuh yang lain. Perjuangan yang dilakukan perempuan untuk mendapatkan kebebasan atas tubuhnya mampu menjadikan perempuan kehilangan rasa empatinya terhadap tubuh yang lain. Perempuan yang memiliki kesempatan menjadi subjek maka ia memiliki kemampuan untuk melakukan objektivikasi terhadap subjek yang lain. Melalui Hiroko, N.H. Dini memberikan cara berpikir yang baru dalam melihat persoalan tubuh, bahwa tubuh adalah alat bagi perempuan untuk melawan dan mengimbangi domionasi laki-laki dalam berbagai hal. Selain itu, N.H Dini menggunakan strategi naratif melalui simbol-simbol tubuh secara eksplisit yang dapat 121

dimaknai sebagai gerakan penyadaran terhadap perempuan terkait arti pentingnya tubuh perempuan dalam hubungannya dengan laki-laki. 4.2 Kritik dan Saran Persoalan tentang tubuh adalah persoalan yang akrab dalam dunia sastra termasuk dalam novel-novel Indonesia. Perempuan dan semua hal yang melingkupinya adalah hal yang menarik untuk dikaji. Permasalahan mengenai perempuan telah banyak dibahas dengan menggunakan berbagai teori sastra namun pembahasan mengenai tubuh perempuan dan subjektivitas perempuan masih sedikit. Peneliti menyadari bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, peneliti berharap akan ada penelitian-penelitian selanjutnya yang membahas mengenai tubuh perempuan sehingga dapat memperkaya referensi penelitian feminis di Indonesia. 122