STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR DI KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAEN

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAENG

STRATEGI PENINGKATAN PENGELOLAAN PRASARANA SANITASI DI WILAYAH PERMUKIMAN PESISIR KOTA KUPANG

EVALUASI UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA DARI SEGI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN

EVALUASI SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANDA RAYA, JAYA BARU DAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KABUPATEN GIANYAR

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS SUMILLAN KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG

STRATEGI PENGELOLAAN ASET SISTEM PERSAMPAHAN DI KOTA POSO

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

KAJIAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN MATARAM

EVALUASI PELAYANAN PERSAMPAHAN DENGAN OPTIMASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MEMPAWAH

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum

BAB III METODE PENELITIAN. Mamuju, mengambil fokus peningkatan kualitas SDM. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU)

STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN PENGANGKUTAN SAMPAH KOTA LIWA, KABUPATEN LAMPUNG BARAT

OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN SISTEM SANITASI SKALA LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI KOTA BATU JAWA TIMUR

PROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENGADAAN DAN PENERAPAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) DI TPA km.14 KOTA PALANGKA RAYA

EVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA

Matriks SWOT Merumuskan Strategi Pengelolaan Drainase Perkotaan Kabupaten Luwu

STRATEGI PENGELOLAAN ASET SISTEM PERSAMPAHAN DI KOTA POSO

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III : STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

EVALUASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MALANG

EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN GUGUK PANJANG KOTA BUKITTINGGI

Kata kunci : Sampah, Reduksi, daur ulang, kawasan komersial dan Malioboro

STRATEGI PENGELOLAAN PEMELIHARAAN FASILITAS GEDUNG KANTOR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN SISTIM SANITASI SKALA LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI KOTA BATU JAWA TIMUR

EVALUASI TEKNIK OPERASIONAL PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KABUPATEN TANAH LAUT ( Studi Kasus : Kecamatan Pelaihari )

EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO)

KAJIAN PENINGKATAN UMUR PAKAI TPA TANAH GROGOT DAN PEMANFAATAN SAMPAH DI KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

Kata kunci : analisa kesetimbangan massa, peran serta masyarakat, lembaga motivator dan lembaga pengelola sampah mandiri.

Rute Pengangkutan Eksisting Kendaraan Arm Roll Truck

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

Hasil Analisa SWOT Kabupaten Grobogan tahun 2016

PERENCANAAN TEKNIS OPERASIONAL PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN JATIASIH, KOTA BEKASI

LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PASAR PURING DI KOTA PONTIANAK

BAB III METODE PENELITIAN

STRATEGI PENANGANAN GENANGAN DI KOTA MATARAM (STUDI KASUS KECAMATAN AMPENAN)

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

3. METODE PENELITIAN

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

Jarak tangki septik ke sumber air bersih 10 m, ke bangunan 1,5 m. Ada bidang resapan. Ada jaringan pipa air limbah.

Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KOTA

STRATEGI PEMINDAHAN PEDAGANG DI LOKASI PELELANGAN IKAN KE BANGUNAN PASAR LABORA KABUPATEN MUNA

Lampiran 2: Hasil analisis SWOT

PENYUSUNAN STRATEGI PENGELOLAAN SANITASI PERMUKIMAN KUMUH ( Studi Kasus Kawasan Kumuh Malabero dan Sentiong, Kota Bengkulu )

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

APLIKASI TEKNOLOGI DAUR ULANG DALAM RANGKA MEREDUKSI VOLUME SAMPAH DI KAWASAN KUTA KABUPATEN BADUNG

Kata kunci : manajemen sampah, sistem pengangkutan, Kecamatan Tabanan dan Kecamtan Kediri, kebutuhan armada pengangkut sampah

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEREDUKSI SAMPAH DI KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO, SURABAYA TIMUR

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY KECAMATAN ARJASA, KABUPATEN JEMBER MATERIAL RECOVERY FACILITY DESIGN FOR ARJASA DISTRICT, JEMBER REGENCY

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

KAJIAN EFEKTIFITAS OPERASIONAL TERMINAL MADYOPURO MALANG

Tabel Skor Air Limbah Domestik Skor

Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari, Surabaya

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

ANALISIS PENGELOLAAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG

Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis deskriptif dimana dalam metode ini penelitan bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

STRATEGIC ASSET MANAGEMENT WASTE SYSTEM IN THE POSO CITY

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH B3 RUMAH TANGGA DI KECAMATAN TANDES KOTA SURABAYA

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH KAWASAN KECAMATAN JEKULO-KUDUS

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY SECARA MANUAL DI TPA BULUSAN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Optimisasi pengalokasian sampah wilayah ke tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Surakarta dengan model integer linear programming

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ

Transkripsi:

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR DI KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAEN Suryanarti Sultan, Joni Hermana, I.D. A. A. Warmadewanthi Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP Program Pascasarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Email: : s_narts@yahoo.co.id ABSTRAK Pengelolaan persampahan di kawasan pesisir Kelurahan Lembang masih belum tertangani secara baik. Hal ini disebabkan antara lain kebiasaan penduduk yang membuang sampah sembarang tempat, tidak tersedianya prasarana persampahan dan perhatian pemerintah masih kurang baik dari penyediaan anggaran maupun koordinasi antara instansi yang terkait dalam pengelolaan persampahan. Hal ini mengakibatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat setempat juga rendah. Tujuan penelitian ini adalah menyusun strategi peningkatan kinerja pengelolaan persampahan di pesisir Kelurahan Lembang yang ditinjau dari aspek teknis,, pembiayaan dan kelembagaan. Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode survei yang dikumpulkan dari responden secara langsung, kemudian dianalisa menggunakan analisa faktor untuk menginterpretasikan dan mengelompokkan seluruh sub variabel dengan menyederhanakan menjadi beberapa faktor utama. Selanjutnya dilakukan penyebaran kuesioner tahap kedua. Metode yang digunakan yaitu analisa deskriptif dengan cara identifikasi permasalahan, mengevaluasi kondisi eksisting dari data yang diolah dan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) untuk merumuskan strategi yang dapat meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan khususnya di pesisir Kelurahan Lembang. Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh suatu konsep strategi yaitu memanfaatkan teknologi yang sesuai, memantapkan kapasitas kelembagaan dengan prinsip goodgovernance, meningkatkan peranserta masyarakat sebagai penunjang terjadinya peningkatan kapasitas pengelolaan, mengantisipasi anggaran yang terbatas, dan meningkatkan kerjasama dengan pihak lain. Kata kunci : peningkatan kinerja pengelolaan persampahan, analisa faktor, kawasan pesisir kelurahan lembang. PENDAHULUAN Kabupaten Bantaeng terletak di bagian selatan jasirah Sulawesi dan berjarak kurang lebih 120 kilometer dari Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayah Kabupaten Bantaeng adalah 395,83 km 2 atau sekitar 0,87 % dari luas wilayah Sulawesi Selatan (BPS Kabupaten Bantaeng, 2007a). Jika ditinjau berdasarkan kondisi geografis dan topografi wilayah, bentang wilayah Kabupaten Bantaeng terdiri dari pegunungan, dataran rendah dan pantai. Salah satu kelurahan yang memiliki topografi wilayah pantai adalah Kelurahan Lembang.

Sebagai salah satu kelurahan yang sedang berkembang pengelolaan sampah di wilayah pesisir Kelurahan Lembang belum tertangani secara baik. Latar belakang penyebabnya antara lain kebiasaan penduduk yang membuang sampah sembarang tempat, tidak tersedianya prasarana persampahan dan perhatian pemerintah masih kurang baik dari penyediaan anggaran maupun koordinasi antara instansi yang terkait dalam pengelolaan persampahan. Hal ini mengakibatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat setempat juga rendah. Tujuan penelitian ini adalah menyusun strategi peningkatan kinerja pengelolaan persampahan di pesisir Kelurahan Lembang yang ditinjau dari aspek teknis, pembiayaan dan kelembagaan. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode survei yang dikumpulkan dari responden secara langsung, kemudian dianalisa menggunakan teknik statistik dengan analisa faktor untuk menginterpretasikan dan mengelompokkan seluruh sub variabel dengan menyederhanakan menjadi beberapa faktor utama. Selanjutnya dilakukan penyebaran kuesioner tahap kedua. Metode yang digunakan yaitu analisa deskriptif dengan cara identifikasi permasalahan, mengevaluasi kondisi eksisting dari data yang diolah dan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) untuk merumuskan strategi yang dapat meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan khususnya di pesisir Kelurahan Lembang. Penentuan Ukuran Sampel Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus Lwanga dan Lemeshow (1991), yaitu : 2 z 1 / 2 P(1 P) N n 2 2 d ( N 1) z 1 / 2P(1 P) (.1) Dimana : n = Jumlah responden z = Standard score untuk nilai (1-α ) N= Jumlah populasi d = Sampling error (5 10 %) P = Proporsi dalam populasi ( 5 99 %) Berdasarkan Formula 3.1 diatas Jika jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 3661 orang, Derajat keofisien konfidensi digunakan 95% sehingga besarnya z 1 / 2 = 1,96. Sampling error 5% dan proporsi dalam populasi yang ingin diteliti adalah 10 % maka diperoleh jumlah responden sebanyak 134 orang. Pengambilan sampel secara proportionate stratified random sampling didasarkan adanya perbedaan tingkat pelayanan dari responden memakai rumusan alokasi proporsinal dari Sugiyono (1999) dengan Rumus : n N N i i. n Dimana : n = Jumlah responden ni = Jumlah responden dalam strata N = Jumlah populasi = Jumlah populasi dalam strata Ni Berdasarkan rumus 2 di atas maka jumlah responden pada tiap strata dapat dilihat pada tabel berikut. (2) D-12-2

Analisa Data Tabel 1. Data Jumlah Populasi dan Sampel TINGKAT PELAYANAN JUMLAH UKURAN SAMPEL BAIK 628 23 CUKUP 1,064 39 KURANG 1,967 72 JUMLAH 3,661 134 Sumber : Hasil Perhitungan Analisa faktor dilakukan untuk mereduksi data sehingga data-data menjadi lebih sedikit. Dalam penelitian ini, analisis faktor dilakukan atas jawaban responden terhadap faktor-faktor penyebab rendahnya kinerja pengelolaan persampahan di Kelurahan Lembang. Hasil dari analisis ini adalah untuk menyederhanakan atau meminimalkan sub variabel dari sejumlah sub variabel yang ditanyakan kepada responden. Analisa deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi eksisting (data sekunder dan primer) diolah secara deskriptif dan digunakan didalam menganalisis situasi dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau hubungan permasalahan yang diteliti dengan kondisi yang ideal. Sehingga didapatkan suatu konsep strategi dengan dasar sasaran (goals) yang telah ditetapkan. HASIL DAN DISKUSI Analisa Faktor Analisa faktor dilakukan dengan menggunakan program SPSS 13.0 dengan hasil sebagai berikut : a. Untuk Tingkat Pelayanan Baik 1. Faktor 1 Faktor 1 didukung oleh 5 sub variabel serta mampu menjelaskan 37,959% variasi dari total nilai variasi yang diperhitungkan oleh ke-3 faktor. Nilai variasi faktor 1 ini sangat besar, sehingga hal ini berarti antara sub variabel terdapat suatu korelasi yang cukup erat. Sub variabel pewadahan individu yang mempunyai nilai loading tertinggi yaitu sebesar 0,878. Ini berarti bahwa sub variabel pewadahan inidividu merupakan sub variabel yang mendominasi faktor 1 atau dengan kata lain sub variabel tersebut memiliki korelasi yang erat terhadap faktor 1. 2. Faktor 2 Faktor 2 didukung oleh 4 sub variabel serta mampu menjelaskan 23,979% variasi dari total nilai variasi yang diperhitungkan oleh ke-3 faktor. Sub variabel koordinasi antara lembaga yang mempunyai nilai loading tertinggi yaitu sebesar 0,883. Ini berarti bahwa sub variabel koordinasi antara lembaga merupakan sub variabel yang mendominasi faktor 2 atau dengan kata lain sub variabel tersebut memiliki korelasi yang erat terhadap faktor 2. 3. Faktor 3 Faktor 3 didukung oleh 1 sub variabel serta mampu menjelaskan 13,719% variasi dari total nilai variasi yang diperhitungkan oleh ke-3 faktor. Sub variabel kualitas dan kuantitas SDM mempunyai nilai loading sebesar 0,911 ini berarti hanya sub variabel kualitas dan kuantitas SDM yang mendominasi faktor 3. b. Untuk Tingkat Pelayanan cukup Baik 1. Faktor 1 Faktor 1 didukung oleh 3 sub variabel serta mampu menjelaskan 43,653% variasi D-12-3

dari total nilai variasi yang diperhitungkan oleh ke-3 faktor. Sub variabel struktur organisasi yang mempunyai nilai loading tertinggi yaitu sebesar 0,833 ini berarti bahwa sub variabel struktur organisasi merupakan sub variabel yang mendominasi faktor 1 atau dengan kata lain sub variabel tersebut memiliki korelasi yang erat terhadap faktor 1. 2. Faktor 2 Faktor 2 didukung oleh 2 sub variabel serta mampu menjelaskan 18,373% variasi dari total nilai variasi yang diperhitungkan oleh ke-3 faktor. Sub variabel prioritas alokasi anggaran mempunyai nilai loading tertinggi yaitu sebesar 0,831 Ini berarti bahwa sub variabel prioritas alokasi anggaran merupakan sub variabel yang mendominasi faktor 2 atau dengan kata lain sub variabel tersebut memiliki korelasi yang erat terhadap faktor 2. 3. Faktor 3 Faktor 3 didukung oleh 3 sub variabel serta mampu menjelaskan 13,087% variasi dari total nilai variasi yang diperhitungkan oleh ke-3 faktor. Sub variabel pengangkutan mempunyai nilai loading tertinggi yaitu sebesar 0,904. Ini berarti bahwa sub variabel pengangkutan merupakan sub variabel yang mendominasi faktor 3 atau dengan kata lain sub variabel tersebut memiliki korelasi yang erat terhadap faktor 3. c. Untuk Tingkat Pelayanan Kurang 1. Faktor 1 Faktor 1 didukung oleh 5 sub variabel serta mampu menjelaskan 36,082% variasi dari total nilai variasi yang diperhitungkan oleh ke-3 faktor. Nilai variasi faktor 1 ini sangat besar, sehingga hal ini berarti antara sub variabel terdapat suatu korelasi yang cukup erat. Sub variabel koordinasi antara lembaga; kualitas, kuantitas SDM dan alternatif sumber dana yang mempunyai nilai loading tertinggi yaitu sebesar 0,985 ini berarti bahwa sub variabel koordinasi antara lembaga; kualitas, kuantitas SDM dan alternatif sumber dana merupakan sub variabel yang mendominasi faktor 1 atau dengan kata lain sub variabel tersebut memiliki korelasi yang erat terhadap faktor 1. 2. Faktor 2 Faktor 2 didukung oleh 3 sub variabel serta mampu menjelaskan 25,056% variasi dari total nilai variasi yang diperhitungkan oleh ke-3 faktor. Sub variabel pewadahan individu mempunyai nilai loading tertinggi yaitu sebesar 0,828 sedangkan yang terendah adalah sub variabel pewadahan komunal dengan nilai loading sebesar 0,719. Ini berarti bahwa sub variabel pewadahan individu merupakan sub variabel yang mendominasi faktor 2 atau dengan kata lain sub variabel tersebut memiliki korelasi yang erat terhadap faktor 2. 3. Faktor 3 Faktor 3 didukung oleh 2 sub variabel serta mampu menjelaskan 12,121% variasi dari total nilai variasi yang diperhitungkan oleh ke-3 faktor. Sub variabel pengangkutan mempunyai nilai loading tertinggi yaitu sebesar 0,846. Ini berarti bahwa sub variabel pengangkutan merupakan sub variabel yang mendominasi faktor 3 atau dengan kata lain sub variabel tersebut memiliki korelasi yang erat terhadap faktor 3. Aspek Teknis Jumlah timbulan sampah diambil berdasarkan klasifikasi kota sedang (SNI 19-3242-1994,BSN,2007), yaitu sebesar 2,75 liter/orang/hari. Sehingga jumlah timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat sebesar 8,59 m 3 /hr. Dari timbulan sampah D-12-4

No. tersebut untuk domestik 75% (6,44 m 3 /hr) dan non domestik 25% (2,15 m 3 /hr). Dari data eksisting diketahui bahwa tingkat pelayanan untuk sampah yang terangkut sebesar 13,80% dan tidak terangkut sebesar 86,20%. Sehingga jika dihitung untuk satu tahun jumlah sampah yang terangkut 432,45 m 3 /tahun dan yang tidak terangkut 2.701,26 m 3 /tahun dari total timbulan setahun sebesar 3.308,43 m 3 /tahun. Target Cakupan Pelayanan Sampah. Berdasarkan metode geometri, maka jumlah timbulan sampah pada tahun 2015 diprediksi sebesar 10,96 m 3 /hr atau 4.000,32 m 3 /tahun, dengan target pelayanan (lihat Tabel 2). Potensi Reduksi Sampah. Karakteristik komposisi sampah di Kabupaten Bantaeng yang terbesar adalah sampah basah/organik (63,83%). Selain itu sampah basah berpotensi dapat dimanfaatkan untuk komposting. Dengan menggunakan recovery factor sebesar 0,80 (Tchobanoglous, dk,1993), maka timbulan sampah dapat direduksi. Potensi reduksi tersebut dapat meningkatkan cakupan pelayanan persampahan sampai 51,06% dan mengurangi jumlah yang belum terlayani seperti yang terlihat pada Tabel 2 berikut. Tahun Tabel 2. Cakupan Pelayanan Sampah Setelah Dilakukan Reduksi Sebelum Reduksi Setelah Reduksi Target Terlayani Belum Terlayani Keterangan m 3 /tahun m 3 /hari m 3 /tahun Pelayanan m 3 /tahun m 3 /tahun 1 2008 3,308.43 4.44 1,619.01 23.38% 378.49 1,240.52 Eksisting 2 2009 3,399.41 4.56 1,663.54 28.17% 468.56 1,194.97 3 2010 3,492.90 4.68 1,709.28 32.96% 563.30 1,145.98 4 2011 3,588.95 4.81 1,756.29 37.74% 662.90 1,093.39 5 2012 3,687.65 4.94 1,804.59 42.53% 767.55 1,037.04 6 2013 3,789.06 5.08 1,854.21 47.32% 877.46 976.76 7 2014 3,893.26 5.22 1,905.20 52.11% 992.86 912.38 8 2015 4,000.32 5.36 1,957.60 56.90% 1,113.87 843.72 Target MDGs Sumber Perhitungan Aspek Biaya Analisis biaya, dibagi menjadi 3 bagian yang berpengaruh terhadap pengelolaan persampahan, antara lain, biaya operasional dan investasi serta biaya potensi retribusi. (lebih lengkap lihat Tabel 3-4) Tabel 3. Operasional dan Pemeliharaan. Biaya OM Sebelum Reduksi No Keb. Fasilitas Jumlah Harga Sat. Total Biaya Operasional (unit) Fasilitas (Rp/Jam) Dalam 1 tahun 1 Truck 1 26.379,17 Rp 63.310.000 2 Gerobak Sampah 9 1.458,96 Rp 31.513.500 3 Wadah Komunal 9 1.972,10 Rp 42.597.378 Jumlah Rp 137.420.878 Biaya OM Setelah Reduksi No Keb. Fasilitas Jumlah Harga Sat. Total Biaya Operasional (unit) Fasilitas (Rp/Jam) Dalam 1 tahun 1 Dump Truck 1 26.379,17 Rp 63.310.000 2 Gerobak Sampah 4 1.458,96 Rp 14.006.000 3 Wadah Komunal 4 1.972,10 Rp 18.932.168 Jumlah Rp 96.248.168 Sumber Perhitungan D-12-5

Tabel 4. Investasi Sarana Persampahan Biaya Investasi Sebelum Reduksi No Keb. Fasilitas Jumlah Harga Sat. Total Biaya Operasional (unit) Fasilitas (Rp) Dalam 1 tahun (Rp) Truck 1 250,000,000 250,000,000 2 Gerobak Sampah 9 1,750,000 15,750,000 3 Wadah Komunal 9 2,138,000 19,242,000 4 Wadah Individual 625 75,000 46,875,000 Jumlah 331,867,000 Biaya Investasi Sesudah Reduksi No Keb. Fasilitas Jumlah Harga Sat. Total Biaya Operasional (unit) Fasilitas (Rp) Dalam 1 tahun (Rp) Truck 1 250,000,000 250,000,000 2 Gerobak Sampah 4 1,750,000 7,000,000 3 Wadah Komunal 4 2,138,000 8,552,000 4 Wadah Individual 625 75,000 46,875,000 Jumlah 312,427,000 Potensi retribusi berdasarkan golongan ditarik dari golongan sosial khusus, rumah tangga A dan B. Besar dari potensi retribusi sampah untuk di Kelurahan Lembang berdasarkan pelayanan saat ini adalah sebesar Rp. 18.966.000/tahun. Aspek Kelembagaan Didalam kerangka meningkatkan kapasitas kelembagaan prinsip-prinsip good governance dijadikan tolok ukur. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengelolaan struktur kelembagaan dengan komitmen yang kuat, bermitra dengan masyarakat, meningkatkan pelatihan dan pendidikan dan responsive terhadap masukan-masukan. Menggali lebih dalam potensi yang ada di masyarakat dan memberi peran yang lebih besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sanitasi. Salah satu contohnya adalah dengan membentuk kelompok kelompok masyarakat berdasarkan profesi. Pemerintah sebagai pengatur harus terus memberi bimbingan dan pembinaan pada kelompok ataupun perorangan yang ada di Kawasan Kumuh sebagai proses pemantapan kader dalam masyarakat, sehingga akan tumbuh kesadaran dan inisiatif dari masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam program perbaikan lingkungan. Pembinaan ini dilakukan secara instansional melalui instansi terkait ataupun dengan memanfaatkan aparat kelurahan melalui kegiatan kegiatan sosial dan rapat rapat desa. KONSEP STRATEGI Diagram strategi digunakan untuk mengetahui posisi strategi yang telah dirumuskan dari hasil interaksi matrik evaluasi faktor-faktor internal dan eksternal. Dasar penentuannya adalah dari hasil penghitungan skor masing-masing sub variabel, yang terdapat dalam matrik evaluasi faktor-faktor internal dan eksternal. Adapun diagram strategi, dapat dilihat pada Gambar berikut. D-12-6

Peluang Eksternal Kuadran III Strategi turn around Meminimalkan kelemahan 0,05 1,454 internal untuk 0,718 memanfaatkan peluang Kuadran I Strategi agresif menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang \ Kelemahan Internal 1,371 1,322 Kekuatan Internal Kuadran IV Strategi defensif meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman 0,736 Ancaman Eksternal Kuadran II Strategi diversifikasi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Gambar 1. Diagram Strategi Dari Gambar diatas terlihat bahwa posisi strategi peningkatan kinerja pengelolaan persampahan menunjukan strategi turn around (Kuadran III), yaitu berupaya meminimalkan kelemahan internal untuk memanfaatkan peluang yang ada. Dengan demikian, strategi yang sebaiknya diterapkan, adalah : 1. Meningkatkan perencanaan dengan memanfaatkan teknologi yang sesuai dan tepat guna. 2. Memantapkan kapasitas manajemen kelembagaan dengan menerapkan prinsipprinsip good governance, Membuat kebijakan dan prioritas program pembangunan yang jelas dan lebih terarah dan meningkatkan program program pelatihan dan pendidikan bagi aparatur pemerintah. 3. Meningkatkan peranserta dan pemberdayaan masyarakat untuk mengantisipasi anggaran yang terbatas dan meningkatkan program program kerjasama dengan pihak swasta KESIMPULAN 1. Peningkatan pelayanan dapat tercapai sampai 56,90% pada tahun 2015 dari kondisi saat ini 13,80%. 2. Jika tidak memperhitungkan potensi reduksi, diperlukan penambahan fasilitas persampahan. 3. Jika memperhitungkan potensi reduksi, dapat mengurangi timbulan sampah dengan jumlah reduksi sebesar 51,06% dari total timbulan setahun dan residu sebesar 12,77%. 4. Jika memperhitungkan potensi reduksi, fasilitas eksisting seperti armada truk dan wadah komunal tidak perlu ada penambahan, hanya diperlukan penambahan gerobak sampah dan wadah individual. 5. Strategi untuk meningkatkan kinerja pelayanan pengelolaan persampahan di pesisir Kelurahan Lembang yaitu memanfaatkan teknologi yang sesuai, memantapkan kapasitas kelembagaan dengan prinsip goodgovernance, meningkatkan peranserta masyarakat sebagai penunjang terjadinya peningkatan kapasitas pengelolaan, mengantisipasi anggaran yang terbatas, dan meningkatkan kerjasama dengan pihak lain. D-12-7

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik dan Bappeda Kabupaten Bantaeng, (2008), Kabupaten Bantaeng Dalam Angka 2008, BPS dan Bappeda Kabupaten Bantaeng, Bantaeng Badan Standarisasi Nasional (1994), Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia, SNI 19-3983-1995, LPMB, Bandung. Departemen Kimpraswil, (2002), NSPM Tata Cara Survey dan Pengkajian Kondisi Sosial dan Budaya, Balitbang Kimpraswil, Jakarta. Direktorat Jenderal Cipta Karya, (1999), Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Prasarana Lingkungan Permukiman Perkotaan dan Pedesaan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Rangkuti, F., (2006), A nalisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, cetakan keduabelas, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Tchobanoglous, G., Theisen, H., Vigil, S., (1993), Integrated Solid Waste Management, Mc.Graw Hill lnc, International Editions, New York. Pemerintah Republik Indonesia, (2002), Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990, Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, Jakarta. D-12-8