BAB I PENDAHULUAN. tergantikan dengan makanan dan minuman yang lain. Hak setiap bayi untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kelenjar mamae

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

pengenceran dengan air matang dan kemudian diberikan pada bayi sedangkan dalam bahasa Inggris juga terdapat hal yang serupa misalnya artificial

1 BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

1

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

2012, No Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. 2. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanju

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. Inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama diperkirakan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi dengan ibunya, setidaknya selama 1 jam segera setelah lahir (Roesli,2011).

BAB 1 : PENDAHULUAN. individu, dimulai sejak janin masih dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sibela Kota Surakarta yang terletak

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 5 TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui merupakan cara alami memberi makan bayi. Sejak terjadinya pembuahan, tubuh ibu mempersiapkan diri untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI Eksklusif

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2014

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

PEMBENTUKAN KELOMPOK PENDUKUNG AIR SUSU IBU (ASI) MUHAMMADIYAH KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

SUYANI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi ciptaan Tuhan yang tak tergantikan dengan makanan dan minuman yang lain. Hak setiap bayi untuk mendapatkan ASI dan hak ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. World Health Organisation (WHO) telah merekomendasikan standar emas pemberian makanan pada bayi yaitu menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan, didahului dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah lahir, mulai umur 6 bulan diberikan Makanan Pendamping ASI (MP -ASI) dan diteruskan menyusu hingga anak berumur 2 tahun (Kemenkes, 2014). Di Indonesia juga menerapkan peraturan terkait pentingnya ASI Eksklusif yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 33/2012 tentang pemberian ASI Eksklusif yang menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui bayinya sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan (Kemenkes, 2012). Pencapaian ASI eksklusif di Indonesia hingga saat ini belum membuahkan hasil yang diharapkan. Setiap tahun terdapat 1-1,5 juta bayi di dunia yang meninggal karena tidak diberi ASI eksklusif. Diseluruh dunia hanya 39 persen anak-anak di bawah enam bulan mendapatkan ASI eksklusif pada tahun 2012 (Unicef, 2013). Sedangkan untuk nasional pencapaiannya masih dibawah target 80%. Hasil survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 sebesar 32%, pada tahun 2012 sebesar 42%, sedangkan tahun 2013 hanya 54,3%. Dari 33 provinsi di Indonesia hanya 19 provinsi yang

2 pencapaiannya diatas angka Nasional, sedang 14 provinsi masih dibawah angka Nasional, dan belum ada satupun yang mencapai target 80% (Kemenkes, 2014). Akibat tidak tercapainya ASI eksklusif, maka terjadi gizi buruk pada bawah lima tahun (balita) sebesar 5,7%, gizi kurang sebesar 13%, balita yang sangat pendek sebesar 18% dan balita pendek sebesar 19,2% (Kemenkes, 2014). Berbagai data dan fakta yang ada menunjukkan dampak buruk apabila bayi tidak mendapat ASI Ekslusif. Oleh karena itu betapa pentingnya upaya pelaksanaan pemberian ASI Ekslusif yang diberikan pada setiap bayi. Untuk mencapai pemberian ASI eksklusif, di Indonesia telah dilaksanakan upaya melalui penerapan berbagai kebijakan dan peraturan. Menurut Kepmenkes nomor 450 tahun 2004, tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada seluruh ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif melalui penerapan sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM). Berbagai dukungan baik dari pemerintah, keluarga dan masyarakat melalui penyediaan waktu dan fasilitas khusus ditempat kerja maupun di tempat umum (UU Kes, 2009). Penerapan PP nomor 33 tahun 2012 tentang pengaturan tugas dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengembangan program ASI mulai dari menetapkan kebijakan, melaksanan advokasi, sosilalisasi dan pengawasan tentang ASI eksklusif. Selain itu untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif sampai tahun 2013 telah dilatih sebanyak 4.321 konselor ASI dan 415 Fasilitator pelatihan konseling menyusui (Kemenkes, 2014). Bahkan dengan adanya penerapan metode

3 pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif yaitu metode recall 24 jam sesuai dengan rekomendasi World Health Organisation (WHO, 2002), masih belum juga memberikan daya ungkit secara signifikan dalam pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif, dan angka pencapaiannya masih dibawah 80%. Masa bayi menjadi windows of opportunity untuk membentuk sumber daya manusia berkualitas sebagai aset pembangunan nasional dengan meningkatkan derajat kesehatan optimal melalui pemberian ASI eksklusif. Menurut Lawrence Green (1980), faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah faktor karateristik ibu, faktor pelayanan kesehatan, faktor dukungan baik dari petugas kesehatan atau keluarga terdekat. Kebijakan yang ada sampai saat ini hanya difokuskan pada pelayanan kesehatan dengan dukungan petugas kesehatan menggunakan metode recall 24 jam (WHO, 2002), sedang dukungan keluarga terdekat terutama suami belum ada metode yang tepat. Padahal beberapa penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberian ASI eksklusif akan meningkat jika ada dukungan suami. Seperti penelitian di Inggris menyebutkan bahwa suami yang mendorong dan ingin mendukung pasangan mereka untuk menyusui ( Brown, A 2014). Begitu juga penelitian di Calgary, Alberta menyebutkan ibu merasa lebih mampu dan percaya diri tentang menyusui ketika mereka melihat pasangan mereka mendukung dengan cara dorongan verbal dan keterlibatan aktif dalam kegiatan menyusui (Mannion, AC 2009). Penelitian Yuliandarin (2009) menyebutkan bahwa pelaksanaan pemberian ASI eksklusif akan meningkat jika ada dukungan suami. Sebagai suami siap antar jaga (siaga), suami sangat berperan pada pelaksanaan inisiasi menyusui dini (IMD) yang sangat

4 berpengaruh pada keberlangsungan ASI eksklusif (Paramita, 2007). Peran suami yang paling utama adalah menciptakan suasana dan situasi yang kondusif yang memungkinkan pemberian ASI berjalan dengan lancar (Riksani 2012). Kebijakan pemerintah yaitu PP nomor 33 tahun 2012 menyebutkan bahwa suami berperan aktif dalam memberikan dukungan kepada istri berupa materi dan partnering bersama istri dalam kehidupan pra dan pasca persalinan (Kemenkes, 2012). Tetapi penerapannya belum seperti yang diharapkan. Hasil penelitian pendahuluan di Kabupaten Pringsewu tahun 2014 dengan metode penelitian analisa kualitatif dengan informan suami ASI ekslusif melalui Focus Group Discussion didapatkan bahwa rendahnya pemberian ASI eksklusif karena pengetahuan ibu yang rendah, dukungan suami yang kurang, serta harapan informan menginginkan adanya pengawas minum ASI (PMA) dari suami (Budiati, E, 2014). Berdasarkan penelitian pendahuluan tersebut dan beberapa penelitian terkait, dan berbagai upaya yang telah dilaksanakan, agar pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif dapat tercapai, maka diperlukan adanya suatu metode pemantauan pelaksanaan pemberian ASI eksklusif dengan suatu Model PMA yang dilaksanakan oleh suami. Metode yang ada saat ini adalah metode recall 24 jam. Bayi dinyatakan diberikan ASI eksklusif hanya jika dalam 24 jam terakhir bayi disusui/diberi ASI saja. Keterbatasan metode Recall 24 jam adalah periode Recall terlalu singkat hanya 24 jam, dan data yang diperoleh selalu lebih tinggi daripada data aktual di populasi (WHO, 2002).

5 Mengingat belum adanya penelitian tentang Model PMA sebagai suatu metode pemantauan pelaksanaan pemberian ASI eklusif yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan karakteristik, latar belakang budaya dan kemampuan keluarga, maka diperlukan penelitian lebih lanjut dengan membuat Model PMA yang berfokus kepada peran dan dukungan suami dalam memberikan motivasi kepada ibu untuk peningkatan pelaksanaan pemberian ASI eksklusif. Model PMA yang akan disusun dalam penelitian ini berdasarkan modifikasi keberhasilan pengobatan Tuberkulosa yaitu adanya Pengawas Minum Obat (PMO) melalui strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)(Depkes, 2001). Model ini mempunyai ciri-ciri,1) Khusus, karena model ini merupakan metode pemantauan pelaksanaan pemberian ASI eksklusif. Diperlukan adanya PMA yang merupakan hasil dari studi pendahuluan dan merupakan modifikasi dari PMO pada pengobatan Tuberkulosa. Sebagai pembentuk pelaksana PMA dibuat berdasarkan teori Health Beleif Model dan dipengaruhi oleh faktor karakteristik (pengetahuan, sikap, pendidikan, pekerjaan), faktor persepsi (tentang kerentanan tidak ASI ekslusif, dampak tidak ASI eksklusif, manfaat ASI ekslusif, hambatan ASI eksklusif), faktor isyarat untuk bertindak (pengingat). Syarat sebagai pelaksana PMA adalah orang terdekat dari ibu menyusui yaitu suami, ini merupakan modifikasi dari PMO dimana syarat menjadi PMO adalah orang terdekat penderita Tuberculosa (petugas kesehatan, kader, orang terdekat ), dalam hal ini suami merupakan keluarga terdekat, mempunyai peran sebagai kepala keluarga serta dapat memberi dukungan yang lengkap berupa dukungan informasional, penilaian,

6 intrumental, emosional yang mempunyai peran kunci selama kehamilan, persalinan, dan setelah persalinan termasuk pemberian ASI. 2) Normatif, karena dapat memberikan solusi terbaik pada istri yang menghadapi masalah tentang pemberian ASI sehubungan dengan tugas pelaksana PMA adalah mengingatkan dan mengawasi istrinya serta melaporkan hasil pelaksanaan ASI eksklusif melalui media dimana tugas pelaksana PMA ini seperti tugas PMO tuberkulosa yaitu mengingatkan dan mengawasi minum obat penderita tuberkulosa serta melaporkan kepada petugas tentang keberhasilan minum obat dengan membawa bekas bungkus obat yang sudah diminum penderita. 3) Analog, karena untuk melaksanakan tugas sebagai pelaksana PMA diperlukan juga pengingat berupa media. Media dalam penelitian ini mempergunakan media elektronika, karena pada saat ini media elektronik lebih familier daripada media cetak dan media papan, dan media elektronik dapat mengikut sertakan seluruh panca indera, lebih mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar, bertatap muka, dan penyajian dapat dikendalikan (Andri, 2008). Selain itu, hampir semua masyarakat sudah beralih menggunakan media modern dalam mengolah dan mencari berita, itulah yang menyebabkan pola pikir mereka menjadi ikut modern seiring dengan kemajuan teknologi yang didapatnya karena semuanya dapat diakses dengan mudah, serta dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari (Grant, A. E. & Meadows, J. H.,2010). Untuk monitoring PMA diperlukan juga instrumen untuk mengetahaui perubahan perilaku. Ada beberapa instrumen untuk meningkatkan perubahan perilaku. Seperti Instrumen simulator Irene Donuts dengan menggunakan komputer. Keuntungannya adalah mudah

7 penggunaannya, cepat memberikan hasil penilaian faktor risiko karies gigi sehingga dapat melakukan perbaikan sesuai dengan anjuran yang diberikan, tetapi ada beberapa kelemahan yaitu kurang interaktif, karena antara anak atau orang tua dan pelaksanan program hanya bertemu satu bulan sekali untuk tatap muka, menggunakan komputer yang tidak semua orang dapat mengakses. Ada instrumen lain yaitu Media Puzzle dapat juga meningkatkan perubahan perilaku. Terbukti bahwa penggunaan media puzzle meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok B di Taman Kanak-Kanak Siswa Budi I Surabaya. Ada pengaruh pelatihan cuci tangan bersih dengan metode puzzle terhadap kemampuan melakukan cuci tangan bersih anak tunagrahita di Sdlb-C Kabupaten Jember Tahun 2013. Selain itu Puzzle mudah dilaksanakan, sulit untuk dipalsukan dan aman untuk digunakan. Dengan menggunakan Puzzle akan meningkatkan interaksi sosial, saling membantu, saling menghargai, dan meningkatkan komunikasi antara suami istri. Dari beberapa alasan diatas, maka instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Puzzle. Setelah PMA melaksanakan tugas, kemudian akan melaporkan kepada pengelola program dan hasilnya akan diolah dengan aplikasi secara otomatis pada media elektronika pengelola program dan mengolahnya menjadi gambar puzzle sebagai bentuk keberhasilan pelaksanaan ASI eksklusif selama 180 hari. Model ini juga Dinamakan BUDI karena merupakan singkatan dari Bisa Untuk Dampingi Busui. 4) Dinamis, karena keberhasilan model ini memerlukan waktu selama 180 hari. 5) Probabilistic, karena variabel pengetahuan, sikap dan perilaku tentang ASI eksklusif akan mempengaruhi tugas pelaksana PMA. Agar tugas suami

8 sebagai pelaksana PMA dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang ASI Eksklusif. Novelty penelitian ini adalah adanya metode pemantauan pelaksanaan pemberian ASI eksklusif berbasis media elektronika dimana setiap pelaksanaan pemberian ASI akan diproses menjadi aplikasi potongan puzzle sebanyak 180 keping dan akan membentuk suatu gambar lengkap apabila ibu menyusui melaksanakan pemberian ASI tanpa memberi makanan tambahan apapun selama 180 hari. Model ini merupakan indikator keberhasilan pemberian ASI Eksklusif dan metode ini digunakan oleh suami sebagai pelaksana PMA. Untuk menunjang keberhasilan model ini disusun juga Modul pelatihan bagi suami sebagai pelaksana PMA sehingga diharapkan dapat bekerja secara optimal. Novelty ini akan memberikan solusi permasalahan diatas karena model ini murah dan mudah dilaksanakan oleh suami sebagai pelaksana PMA. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung karena ASI eksklusif di Kabupaten Pringsewu tahun 2013 sebesar 52,06% dan masih dibawah Provinsi Lampung sebesar 54,9%. Pendidikan rata-rata adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Terdiri dari bermacam suku bangsa dan agama. (Dinas Kesehatan kabupaten Pringsewu, 2013). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

9 1. Apakah Faktor Karekteristik suami (Pendidikan, pekerjaan), faktor persepsi suami (tentang kerentanan tidak ASI ekslusif, dampak tidak ASI ekslusif, manfaat ASI ekslusif, hambatan ASI ekslusif), faktor isyarat untuk bertindak (pengingat) berhubungan dengan Pengetahuan, Sikap, Perilaku (PSP) suami sebagai pelaksana PMA untuk pelaksanaan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Pringsewu? 2. Bagaimanakah bentuk instrumen penilaian PSP suami sebagai pelaksana PMA untuk pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Pringsewu? 3. Bagaimanakah bentuk Model Puzzle BUDI sebagai PMA berbasis media elektronika untuk meningkatkan pelaksanaan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Pringsewu? 4. Apakah Model Puzzle BUDI sebagai PMA yang dilaksanakan oleh suami dapat meningkatkan pelaksanaan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Pringsewu? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Membuktikan model Puzzle BUDI sebagai PMA untuk suami sebagai pelaksana PMA dapat meningkatkan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Pringsewu. 2. Tujuan Khusus a. Menjelaskan faktor karakteristik suami (Pendidikan pekerjaan), faktor persepsi suami (tentang kerentanan tidak ASI ekslusif, keseriusan /

10 dampak tidak ASI ekslusif, manfaat ASI ekslusif, hambatan ASI ekslusif), faktor isyarat untuk bertindak (pengingat), yang berhubungan dengan PSP suami sebagai pelaksana PMA untuk pelaksanaan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Pringsewu. b. Mendapatkan Instrumen penilaian PSP Suami sebagai pelaksana PMA untuk pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Pringsewu. c. Membentuk Model Puzzle BUDI sebagai PMA berbasis media elektronika untuk pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif. d. Membuktikan Model Puzzle BUDI sebagai PMA untuk suami sebagai pelaksana PMA dapat meningkatkan pelaksanaan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Pringsewu. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pembuat Kebijakan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi kementrian kesehatan antara lain: a. Kebijakan untuk memanfaatkan sumber daya lokal (dalam hal ini suami) sebagai suatu upaya yang strategis dalam membantu meningkatkan pelaksanaan pemberian ASI eksklusif dan tindakan promotif dan sebagai investasi pelaksanaan program kesehatan. b. Model pemberdayaan ini bisa dipakai dengan memodifikasi dan menyesuaikannya untuk program lain yang berkaitan dengan penyelamatan bayi baru lahir (seperti pengenalan tanda baha ya, pemberian makanan tambahan, KB, dll), mengingat peranan suami sangat dekat dengan kelompok ibu hamil dan menyusui.

11 2. Bagi Ilmu Pengetahuan Untuk pengembangan keilmuan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, antara lain: a. Salah satu sarana untuk mempelajari dan mengetahui terjadinya proses perubahan perilaku pada keluarga khususnya dalam hal meningkatkan pelaksanaan pemberian ASI eksklusif. b. Upaya penggalian kearifan lokal, bisa menjadi potensi untuk dikembangkan dalam pembahasan keilmuan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. 3. Bagi Masyarakat (Keluarga, Ibu) a. Memberikan posisi dan peranan yang jelas pada suami yaitu sebagai penyampai pesan-pesan kesehatan khususnya ASI eksklusif dan sebagai motivator pada ibu hamil dan menyusui. b. Kelompok ibu menjadi lebih mudah dalam mengakses pesan kesehatan khususnya ASI eksklusif dengan dukungan suami, karena suami memang tinggal serumah dengan ibu hamil dan menyusui. 1.5 Potensi Kebaharuan / Novelty 1. Model Puzzle BUDI sebagai PMA berbasis media elektronika untuk suami sebagai pelaksana PMA. 2. Modul pelatihan suami sebagai pelaksana PMA. 1.6 Potensi Jurnal 1. Daftar Kompetensi PSP suami sebagai pelaksana PMA.

12 2. Model Puzzle BUDI sebagai PMA berbasis media elektronika untuk suami sebagai pelaksana PMA. 3. Modul pelatihan suami sebagai pelaksana PMA.