BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan setiap kelahiran anak yang dilakukan oleh pemerintah berasas non

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. ini banyak dijumpai pasangan yang lebih memilih untuk melakukan nikah siri

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kadang-kadang naluri ini terbentur pada Takdir Illahi, di mana kehendak

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. tersebut belum mempunyai kemampuan untuk melengkapi serta. kepentingan pribadi mereka masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. yang sekaligus juga merupakan harapan bangsa. Orang tua adalah orang pertama

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. sayang keluarga, tukar pikiran dan tempat untuk memiliki harta kekayaan. 3 apa yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Negara. Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara yang berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

JURNAL ILMIAH PROSES PELAKSANAAN PENETAPAN PENGADILAN TERHADAP PERMOHONAN AKTA KELAHIRAN ANAK LUAR KAWIN. ( Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Mataram )

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

BAB III METODE PENELITIAN. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, ctk Ketiga, UI Press, Jakarta, 2012, hlm. 42 2

EFEKTIVITAS UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI WILAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

PROSES PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN BAGI ANAK YANG TERLAMBAT MENDAFTARKAN KELAHIRANNYA DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB III METODE PENELITIAN. masalah-masalah yang ditimbulkan oleh fakta tersebut. 33 Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara alamiah menghendaki agar dalam kehidupannya dapat dijalani dengan layak dan serba

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Masyarakat Indonesia tergolong heterogen dalam segala aspeknya. Dalam

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat, eksistensi institusi ini adalah melegalkan hubungan hukum antara seorang laki-laki dengan seorang wanita (Salim HS, 2013: 61). Peraturanperaturan berkaitan dengan hidup bersama sebagai pasangan yang sah dan diakui oleh hukum di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Perkawinan). Pengertian perkawinan berdasarkan ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan adalah, Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasar pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Tujuan perkawinan dilihat dari bunyi pasal diatas adalah membentuk keluarga/rumah tangga yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan keberadaan anak dalam keluarga merupakan sesuatu yang sangat berarti. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan dinyatakan bahwa, perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, kemudian berdasarkan ketentuan dalam ayat (2) dinyatakan bahwa, tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan demikian perkawinan tersebut dikatakan sah menurut hukum negara apabila telah memenuhi Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Perkawinan. Tanpa adanya pencatatan secara hukum negara, maka anak-anak yang lahir dari perkawinan tersebut tidak dapat dibuktikan secara hukum merupakan anak sah dari ayahnya. Akibatnya, si anak hanya memiliki hubungan hukum/hubungan keperdataan dengan ibu yang melahirkannya dan keluarga ibunya. Anak adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa harus memperoleh perlindungan karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan 1

2 bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak (Ahmad Zaenal Fanani, 2015: 68). Anak adalah potensi, generasi muda, unsur yang terpenting sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis yang dapat menjamin kelangsungan eksistensi Bangsa dan Negara di masa depan. Oleh karenanya kepada setiap anak perlu diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial dan mempunyai akhlak yang mulia. Orang tua, keluarga, dan masyarakat mempunyai tanggung jawab dalam menjaga dan memelihara hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang dibebankan oleh hukum. Demikian pula negara dan pemerintah juga mempunyai tanggung jawab dan peran dalam rangka penyelenggaraan perlindungan anak dan menyediakan fasilitas serta aksesbilitas bagi anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak terjamin secara optimal dan terarah. Seiring berkembangnya zaman fakta yang terjadi adalah pergaulan bebas antara muda-mudi banyak terjadi, dan seringkali membawa kepada hal-hal yang negatif yang tidak dikehendaki, seperti hubungan seksual luar nikah yang kemudian hamil di luar nikah yang melahirkan anak. Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Julianto Witjaksono mengatakan bahwa jumlah remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah mengalami tren peningkatan. Pada tahun 2013 diketahui menunjuk pada angka 20,9% - 35,01% sedangkan pada tahun 2014 mengalami peningkatan menunjuk pada angka 47% - 54%, sedangkan pada tahun 2015 telah mencapai pada angka 63% remaja berusia 15-19 tahun sudah berhubungan seksual, (http://www.bkkbn.go.id/viewberita.aspx?beritaid=1761. diakses tanggal 19 Desember 2015). Ketentuan Pasal 42 Undang-Undang Perkawinan menyatakan bahwa, Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah, dan dijelaskan pula dalam ketentuan Pasal 43 ayat (1) bahwa, Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan

3 perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya, selanjutnya yang dimaksud dengan anak tidak sah adalah anak-anak yang tidak dilahirkan di dalam atau sebagai akibat dari suatu perkawinan yang sah, demikian merupakan tafsiran secara a contrario dari Pasal 250 KUHPerdata dan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (J. Satrio, 2000: 103). Dalam skripsi ini, pengertian sah yang dimaksud penulis adalah sah secara hukum negara, bukan secara hukum agama. Pengertian anak luar kawin digunakan dalam dua arti oleh undang-undang, yaitu (R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, 2000: 180): 1. Dalam arti luas, adalah anak-anak yang dilahirkan di luar perkawinan termasuk di dalamnya anak-anak zinah (overspelig) dan sumbang (bloedschennig); 2. Dalam arti sempit, adalah anak-anak yang dilahirkan di luar perkawinan yang bukan anak-anak zinah atau sumbang. Bahwa sah diartikan secara hukum negara bukan secara hukum agama, maka dikaitkan dengan ketentuan Pasal 50 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (selanjutnya disebut Undang-Undang Administrasi Kependudukan) dan ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Perkawinan, maka seorang anak yang dilahirkan oleh orang tuanya yang baru melakukan pernikahan secara agama (nikah siri) dan perkawinan tersebut belum dicatatkan maka status anak tersebut juga anak yang hanya mempunyai hubungan keperdataan dengan ibunya dan keluarga ibunya saja. Selama ini kedudukan anak tidak sah yang merupakan anak luar kawin yang bukan merupakan anak sumbang ataupun anak zina masih lemah dimata hukum karena sesuai dengan Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan anak tersebut hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Anak tersebut tidak akan memperoleh hak yang menjadi kewajiban ayahnya, karena ketidakabsahan pada anak tersebut dan sebaliknya anak itu pun tidak dapat menuntut ayahnya untuk memenuhi kewajibannya yang dipandang menjadi hak anak tersebut. Adanya permasalahan tersebut

4 menyebabkan hak anak terhadap ayah biologisnya tidak terpenuhi, untuk itu diperlukan adanya perlindungan hukum terhadap anak agar anak mendapatkan perlakuan yang adil. Perlindungan terhadap anak merupakan suatu usaha yang mengadakan kondisi dimana setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dan merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat (Citra Widi Widiawati dkk, 2012: 5). Bentuk perlindungan terhadap hak anak dapat dilakukan dengan cara mengubah status anak tersebut menjadi anak sah, dimana hal tersebut pastilah memerlukan adanya suatu tindakan hukum yang berupa pengesahan dan pencatatan melalui Pejabat Pencatatan Sipil pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Membahas mengenai masalah tersebut maka terlebih dahulu penulis mendeskripsikan mengenai pengertian pengakuan dan pengesahan anak tidak sah menjadi anak sah. Masyarakat awam selama ini masih menganggap bahwa tindakan hukum yang berupa pengakuan dan pengesahan tersebut pada dasarnya memiliki pengertian yang sama, namun sebenarnya kedua hal tersebut mempunyai pengertian yang berbeda. Penjelasan Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Administrasi Kependudukan menjelaskan bahwa pengakuan anak mengandung arti yaitu pengakuan seorang ayah terhadap anaknya yang lahir dari perkawinan yang telah sah menurut hukum agama dan disetujui oleh ibu kandung anak tersebut, sedangkan menurut Penjelasan Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Administrasi Kependudukan pengesahan anak merupakan pengesahan status seorang anak yang lahir dari perkawinan yang telah sah menurut hukum agama, pada saat pencatatan perkawinan dari kedua orang tua anak tersebut telah sah menurut hukum negara. Penulisan hukum ini hanya akan mengkaji lebih mendalam mengenai permasalahan pengesahan dan pencatatan anak tidak sah menjadi anak sah sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 50 Undang-Undang Administrasi Kependudukan. Pengesahan merupakan sarana hukum, dengan mana seorang anak luar kawin diubah status hukumnya sehingga mendapatkan hak-hak seperti yang diberikan oleh undang-undang kepada seorang anak sah. Selanjutnya menurut KUHPerdata pengesahan anak luar kawin adalah suatu upaya hukum

5 (rechtsmiddel) untuk memberikan suatu kedudukan (status) sebagai anak sah melalui perkawinan yang dilakukan oleh orang tuanya. Tindakan hukum pengesahan anak sebagai salah satu peristiwa penting adalah merupakan peristiwa kependudukan yang dialami oleh penduduk yang harus dilaporkan karena akan membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan dokumen kependudukan. Pencatatan anak tersebut merupakan tindakan lanjutan dari adanya tindakan hukum berupa pengesahan anak tidak sah menjadi anak sah oleh Pegawai Pencatat pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang akan mencatat pada register akta pengesahan anak dan menerbitkan kutipan akta pengesahan anak. Pengesahan dan pencatatan anak tidak sah menjadi anak sah tersebut tentulah harus sesuai dengan aturan hukum yang berlaku di Indonesia. Mengenai pengesahan dan pencatatan tersebut aturan hukum yang dijadikan pedoman adalah salah satunya Pasal 50 Undang-Undang Administrasi Kependudukan. Menjadi sebuah permasalahan seandainya pengesahan anak tersebut tidak memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan dalam aturan hukum tersebut, dimana hal tersebut mengakibatkan proses pengesahan dan pencatatan terhadap anak dimaksud dapat dilakukan setelah adanya penetapan pengesahan anak dari Pengadilan Negeri. Dari penelitian yang penulis lakukan di Pengadilan Negeri Surakarta menunjukkan bahwa dalam kurun waktu sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yaitu dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 telah ditemukan ada 3 (tiga) Penetapan Pengadilan Negeri Surakarta mengenai pengesahan anak yang masing-masing dengan nomor perkara: 443/Pdt.P/2013/PN. Ska, Nomor: 60/Pdt.P/2015/PN. Skt. dan Nomor: 239/Pdt.P/2015/PN. Skt. Tiga penetapan yang penulis dapatkan merupakan sebuah kasus nyata yang terjadi di Kota Surakarta, dimana tiga penetapan tersebut adalah penetapan yang bertujuan untuk mendaftarkan atau mencatatkan pengesahan anak yang lahir dari hasil hubungan biologis dalam perkawinan yang baru sah menurut hukum agama dan menjadi anak yang sah setelah perkawinan orang tua anak tersebut dicatatkan sesuai dengan hukum negara.

6 Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam mengenai permasalahan tersebut dalam sebuah penulisan hukum (skripsi) yang berjudul IMPLEMENTASI PENGESAHAN DAN PENCATATAN ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG- UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KOTA SURAKARTA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi pengesahan dan pencatatan anak berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kota Surakarta? 2. Apa hambatan-hambatan dan bagaimana penyelesaiannya dalam implementasi pengesahan dan pencatatan anak berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kota Surakarta? 3. Apa akibat hukum pengesahan dan pencatatan anak berdasarkan Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kota Surakarta? C. Tujuan Penelitian Dalam suatu penelitian dikenal ada dua macam tujuan, yaitu tujuan objektif dan subjektif. Tujuan yang hendak dicapai penulis adalah: 1. Tujuan Objektif a. Mengetahui implementasi pengesahan dan pencatatan anak berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-

7 Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kota Surakarta. b. Mengetahui hambatan-hambatan dan penyelesaiannya dalam implementasi pengesahan dan pencatatan anak berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kota Surakarta. c. Mengetahui akibat hukum pengesahan dan pencatatan anak berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kota Surakarta. 2. Tujuan Subjektif a. Memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam menyusun penulisan hukum (skripsi) agar dapat memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret. b. Menambah, memperluas, dan mengembangkan wawasan serta pengetahuan penulis mengenai aspek ilmu hukum dalam teori dan praktik, khususnya mengenai hukum keluarga. c. Menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang telah penulis peroleh agar dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan masyarakat pada umumnya. D. Manfaat Penelitian Penelitian dalam penulisan hukum (skripsi) ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengetahuan terutama ilmu hukum baik secara teoritis maupun praktik. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penulisan hukum (skripsi) ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum perdata pada umumnya dan bidang hukum keluarga pada khususnya.

8 b. Hasil penulisan hukum (skripsi) ini diharapkan dapat memberikan dan menambah referensi bagi penelitian mengenai hukum keluarga terutama tentang pengesahan dan pencatatan anak tidak sah menjadi anak sah. c. Hasil penulisan hukum (skripsi) ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk penelitian atau penulisan karya ilmiah di bidang hukum sejenis di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan pola pikir ilmiah sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan masukan kepada semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat yang membutuhkan pengetahuan terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini. E. Metode Penelitian Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya (Soerjono Soekanto, 2014: 43). Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran (Lexy J. Moleong, 2009: 49). Oleh sebab itu, dalam menjawab isu hukum yang akan dianalisis diperlukan penggunaan metode penelitian yang mendukung dalam penulisan hukum ini. Adapun metode yang digunakan penulis dalam penulisan hukum (skripsi) ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum (skripsi) ini adalah penelitian empiris. Penelitian hukum empiris atau penelitian hukum sosiologis yaitu penelitian hukum yang memperoleh datanya dari data primer atau data yang diperoleh langsung dari masyarakat (Mukti Fajar, 2010: 154). Penelitian ini dilakukan penulis untuk meneliti mengenai implementasi

9 pengesahan dan pencatatan anak berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di kota Surakarta. 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum (skripsi) ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainnya (Soerjono Soekanto, 2014: 10). Data yang dikumpulkan digunakan untuk meningkatkan pemahaman akan permasalahan yang terjadi. Penulis menekankan catatan dengan deskripsi kalimat yang rinci, lengkap dan mendalam, yang menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data. Oleh sebab itu, penelitian kualitatif secara umum sering disebut sebagai pendekatan kualitatif deskriptif (H.B. Sutopo, 2006: 40). 3. Pendekatan Penelitian Penelitian dalam penulisan hukum (skripsi) ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada, dan metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen (Lexy J. Moleong, 2009: 4-5). Pendekatan kualitatif mengarahkan kegiatannya secara dekat dengan masalah kekinian, dengan demikian penelitian kualitatif bersifat empirik dengan sasaran penelitiannya yang berupa beragam permasalahan yang terjadi pada masa kini (H.B. Sutopo, 2006: 36-37). 4. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dalam penulisan hukum (skripsi) ini berada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kota Surakarta, Kantor Pengadilan Agama Surakarta dan Kantor Pengadilan Negeri Surakarta.

10 5. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Pada penelitian ini penulis menggunakan data primer. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan: 1) Bapak Eko Purnomo, S.H., M.Si., yang menjabat sebagai Kepala Seksi Kelahiran, Kematian, Pengakuan dan Pengesahan Anak di Bidang Pencatatan Sipil pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kota Surakarta, yang menangani kasus pengesahan anak mulai tahun 2013 sampai dengan sekarang, 2) Bapak Drs. Arief Rokhman selaku Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Surakarta, dan Ibu Mila Edyun Safitri, S.H. selaku Bagian Laporan di Kepaniteraan Pengadilan Agama Surakarta, serta Bapak Drs. Jayin, S.H., yang menjabat sebagai Hakim di Pengadilan Agama Surakarta. 3) Bapak Winarso, S.H., Panitera Muda Perdata Pengadilan Negeri Surakarta yang menangani tehnis adminitrasi mulai pendaftaran perkara permohonan, dan setelah perkara diputus menangani masalah minutasi sampai dengan pengiriman berkas manakala ada upaya hukum, dan Bapak Maximianus Daru Hermawan, S.H., yang menjabat sebagai Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta yang memeriksa dan memutus permohonan pengesahan anak sebanyak 2 (dua) permohonan pada tahun 2015 yang menjadi obyek penelitian. b. Data Sekunder Data sekunder pada umumnya dalam keadaan siap, dapat dipergunakan dengan segera dan tidak terbatas pada waktu maupun tempat (Soerjono Soekanto, 2014: 12). Data sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku dan data-data lain yang erat

11 kaitannya dengan permasalahan yang dibahas. Data sekunder yang penulis gunakan antara lain: 1) Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat. Bahan hukum primer yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini menggunakan: a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata); c) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan; d) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan; 2) Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer berupa pendapat ahli. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu bukubuku, jurnal hukum internasional maupun nasional, paper ilmiah, artikel, kasus-kasus yang berhubungan dengan masalah pengesahan anak dan pencatatan anak di Kota Surakarta, serta informasi yang dimuat di internet (website, e-journal, e-news) dan sumber lainnya yang memiliki korelasi untuk mendukung penelitian ini. 3) Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder meliputi Kamus Hukum. 6. Teknik Pengumpulan Data Pada umumnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan dan observasi, dan wawancara atau interview (Soerjono Soekanto, 2014: 21). Dalam penelitian ini pengambilan data utama dari wawancara yang disertai dengan studi dokumen-dokumen pendukung. a. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang

12 mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Maksud dari diadakannya wawancara antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatankebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota (Lexy J. Moleong, 2009: 186). Metode wawancara yang penulis lakukan adalah dengan narasumber yang mempunyai bidang terkait dengan permasalahan yang dibahas yaitu pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kota Surakarta, Kantor Pengadilan Negeri Surakarta dan Kantor Pengadilan Agama Surakarta. b. Studi dokumen atau bahan pustaka Studi dokumen atau bahan pustaka dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan peraturan perundang-undangan, buku, jurnal, artikel, makalah, internet dan bahan-bahan lain yang erat kaitannya dengan permasalahan yang dibahas. 7. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis Data Kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Lexy J. Moleong, 2009: 248). Teknik analisis data yang akan digunakan penulis dalam penelitian hukum ini adalah metode deduktif. Pendekatan deduktif dalam analisis data

13 dimaksudkan untuk mengetahui implementasi dari pengesahan anak dihubungkan dengan norma atau aturan hukum yang berlaku pada saat ini. F. Sistematika Penulisan Hukum (Skripsi) Sistematika penulisan hukum terdiri dari 4 (empat) bab, dimana tiaptiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan isi penulisan hukum ini. Sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, penulis menguraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penulisan, dan sistematika penulisan hukum. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis memaparkan dua sub bab berisi kerangka teori dan kerangka pemikiran. Dalam kerangka teori memuat tinjauan umum tentang perkawinan, tinjauan tentang anak dan tinjauan tentang pengesahan dan pencatatan anak. Sedangkan, dalam kerangka pemikiran penulis memberikan gambaran paradigma berpikir (mindset) dalam melakukan penulisan hukum, yang telah dikonstruksikan dalam bentuk bagan. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis menguraikan hasil penelitian yang telah didapat dari proses penelitian serta menganalisis permasalahannya seperti yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Dalam penulisan hukum ini yang menjadi pokok permasalahan adalah implementasi pengesahan dan pencatatan anak tidak sah menjadi anak sah, hambatan-hambatan dan penyelesaiannya dalam proses pelaksanaan pengesahan dan pencatatan anak tidak sah menjadi anak sah serta akibat hukum terhadap anak tidak sah menjadi anak sah yang telah memperoleh pengesahan dan pencatatan anak tidak sah menjadi anak sah.

14 BAB IV : PENUTUP Pada bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan hukum yang berisi tentang simpulan dari pembahasan sebelumnya disertai dengan saran atau rekomendasi terhadap hal-hal yang harus dilakukan dan diperbaiki terhadap permasalahan dalam penelitian hukum ini. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN