BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. merbau pada saat itu disebut Distrik Merbau dengan Ibu Negerinya Teluk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Tentang Desa Tarai Bangun. yaitu Dusun IV Tarai dan Dusun V Rawa Bangun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG HARI

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat. dalam (power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kredit berasal dari bahasa yunani credere yang berarti kepercayaan

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

Sekapur Sirih. Selatpanjang, Juli 2010 Kepala BPS Kabupaten Bengkalis. Ir. BUDIANTO

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 168 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI LOMBOK TENGAH RANCANGAN PERATURAN BUPATI LOMBOK TENGAH NOMOR... TENTANG

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

KEPALA DESA BADAMITA KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN DESA BADAMITA NOMOR : 03 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN DESA MEKAR SARI KECAMATAN MERBAU KABUPATEN BENGKALIS

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :...

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Ranomeeto terbentuk Pada Tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

KELEMBAGAAN BKAD KECAMATAN KARANGSAMBUNG 1

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN ha, terletak pada kordinat 101'21 BT. Batas Kabupaten Rokanbb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

ANGGARAN DASAR DAPM TOMPOBULU

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wirawan, dalam bukunya yang berjudul Evaluasi, Teori, Model, Standar,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

- 1 - KABUPATEN MALANG KECAMATAN WAGIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mahendra Romus Nurlasera. Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Abstrak

SAMBUTAN KEPALA DESA

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kecamatan Merbau Sebelum Indonesia merdeka Kecamatan Merbau berada dalam lingkungan pemerintahaan kerajaan siak yang berdiri sampai dengan tahun 1942. Kecamatan merbau pada saat itu disebut Distrik Merbau dengan Ibu Negerinya Teluk Belitung dibawah Onder Distrik Tebing Tinggi, permulaan kemerdekaan Republik Indonesia Distrik Merbau Menjadi Kecamatan Merbau dibawah kewedanaan Selat Panjang 1. Berdasarkan undang-undang No.12 tahun 1996 lahirlah kabupaten bengkalis yang berada dalam wilayah propinsi sumatera tengah dan setelah propinsi sumatera tengah dipecah menjadi 3 (tiga) propinsi yaitu Sumatera barat, Jambi Dan Riau maka lahir pula propinsi Riau berdasarkan undang-undang nomor 61 Tahun 1958 dan masuklah kabupaten bengkalis kedalam propinsi riau, sejak lahirnya kabupaten bengkalis maka kecamatan merbau lepas dari kewedanaan Selat Panjang langsung dibawah kabupaten bengkalis. B. Letak Geografis dan Demografis 1. Data Geografis Batas wilayah : Utara Selatan : Kabupaten bengkalis : Kecamatan Tebing Tinggi Barat dan Kabupaten Siak 1 Dokumentasi, Profil Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti 2011, h. 3 12

13 Barat Timur : Kabupaten Siak : Pulau Merbau Kecamatan Merbau meliputi secara keseluruhan Pulau Padang seluas 1.348,91 km² atau ± 110.000 ha. Pulau padang merupakan lahan/tanah rawa gambut dengan ketebalan gambut mencapai 6 meter lebih. Di barat Pulau Padang terdapat Sumatera, di timurnya ada Pulau Merbau, di tenggara ada Pulau Rantau, dan di seberang utara ada Pulau Bengkalis. Panjang Pulau Padang dari utara ke selatan adalah (±) 60 km, lebarnya (±)29 km dan seluruhnya dataran rendah. Sebelum pemekaran, Kecamatan Merbau terdiri dari Pulau Padang, Pulau Merbau dan Pulau Dedap. Dan setelah pemekaran Kecamatan Merbau tinggal Pulau Padang dan pulau Dedap. Sedangkan Pulau Merbau menjadi kecamatan Pulau Merbau tersendiri. 2. Data Demografis a. Kependudukan Kecamatan Merbau jumlah jiwa sebanya 47.370 jiwa. Sebaran penduduk Kecamatan merbau dikawasan perencanaan secara administrasi pemerintahan (desa/kelurahan ) menunjukkan pola y ang tidak merata dan terkosentrasi pada daerah-daerah tertentu, seperti di Kelurahan Teluk Belitung dan Desa Bandul. Sementara tingkat kepadatan penduduk rata-rata 32 jiwa/km2 (bruto). Kepadatan tertinggi terdapat di Desa Bandul (141 jiwa/km2) dan terenda h terdapat di Desa Lukit ( 7 jiwa/km2), sedangkan untuk desa -desa lainnya, bervariasi antara 14 45 jiwa/km2.

14 b. Sosial Budaya Kecamatan Merbau terdiri berbagai suku dan etnis antara lain; melayu, jawa, akid/sakai, tionghoa, bugis, batak, dan minang, hidup dalam kerukunan antar sesama dan kedamaian meski berbeda suku dan agama. Golongan tersebut saling membaur, berhubungan dan saling memengaruhi sehingga membentuk suatu persatuan baik sosial maupun budaya yang dicirikan dengan semangat berkompetisi dan sikap kegotongroyongan antar etnis tinggi dan mudah menerima perubahan sejalan dengan perkembangan zaman. 3. Data Administratif Kecamatan Merbau terletak dipulau padang yang terdiri dari 1 kelurahan dan 13 desa dengan wilayah meliputi: a. Kelurahan Teluk Belitung; b. Desa Tanjung Padang; c. Desa Dedap; d. Desa Kudap; e. Desa Bandul; f. Desa Selat Akar; g. Desa Mengkopot; h. Desa Mengkirau; i. Desa Bagan Melibur; j. Desa Mekar Sari; k. Desa Pelantai;

15 l. Desa Meranti Bunting; m. Desa Tanjung Kulim; n. Desa Lukit; C. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)-Mandiri Perdesaan Proses pemberdayaan masyarakat dipilih menjadi suatu alternatif bagi terciptanya perubahan-perubahan yang dimungkinkan timbul dan berkembang dari nilai-nilai kesadaran dari masyarakat dan lingkungan. Proses pemberdayaan membutuhkan waktu yang lama, berjenjang dan berkesinambungan, namun diyakini efektif sebagai metodologi pencapaian perubahan secara konfrehensif, terarah dan tepat sasaran. Pola pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat merubah paradigma, menggugah kesadaran masyarakat, menumbuhkan kembali semangat budaya lokal, menumbuhkan nilai-nilai partisipatif, kerjasama, swadaya, kemandirian dan kedisiplinan dimungkinkan dapat dilakukan secara optimal dengan pola pendampingan melalui pendekatan kultural, pemberian motivasi, transfer ilmu pengetahuan dan pengalaman, serta fasilitasi kelembagaan organisasi masyarakat yang mempunyai kepentingan dan kebutuhan yang sama untuk meningkatkan derajat dan taraf kehidupan masyarakat ke arah yang lebih sejahtera. Program-program partisipatif dengan menggunakan pola pendekatan pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mempercepat penanggulangan kemiskinan yang sudah dilaksanakan sejak tahun 1998 di seluruh Indonesia. Pola pendekatan ini sangat menjunjung tinggi prinsip-

16 prinsip Demokratis, Partisipasi, Transparansi, Akuntabilitas, Keterlibatan orang miskin dan Desentralisasi, sehingga banyak manfaat yang diperoleh masyarakat baik dalam bentuk pembangunan fisik maupun dalam bentuk perubahan nilai budaya. Program-program pembangunan dengan menggunakan metode pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat berkelanjutan sehingga memerlukan peran aktif dari seluruh komponen bangsa untuk mensukseskannya. D. Sejarah Singkat PNPM-Mandiri Perdesaan Kecamatan Merbau. Pelaksanaan program pembangunan dengan pola partisipatif di Kecamatan Merbau telah dilaksanakan sejak tahun 2007 melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Program Pengembangan Kecamatan (PNPM -PPK) dan mulai pada tahun 2008 ditetapkan menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri - Perdesaan hingga sekarang. Untuk menyalurkan, mengadministrasikan dan mengelola dana bantuan program tersebut maka dibentuk suatu lembaga di Kecamatan Merbau dengan nama Unit Pengelola Kegiatan (UPK). E. Visi Dan Misi PNPM Kecamatan Merbau Visi : Tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada dilingkunganya, mampu mengakses sumber daya diluar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan.

17 Misi: 1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; 2. Pelembagaan sistem pembangunan partisitatif; 3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal; 4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar ekonomi masyarakat; 5. Pembangunan jaringan kemitraan dalam pembangunan. F. Tujuan PNPM-Mandiri Perdesaan Kecamatan Merbau 2 1. Tujuan Umum Meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. 2. Tujuan khusus: a. meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan atau pelestarian pembangunan. b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber daya lokal. c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfalisitasi pengelolaan pembangunan partisitatif. d. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat. e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir. 2 Dokumentasi PNPM-Mandiri Perdesaan Kecamatan Merbau

18 f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa. g. Mengembangkan kerjasama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan. G. Prinsip dasar PNPM-Mandiri Perdesaan Dalam pelaksanaannya, PNPM Mandiri Perdesaan menekankan prinsipprinsip pokok SiKOMPAK, yang terdiri dari 3 : 1. Bertumpu Pada Pembangunan Manusia Masyarakat hendaknya memilih kegiatan yang berdampak langsung terhadap upaya pembangunan manusia daripada fisik semata. 2. Otonomi Masyarakat memiliki hak dan kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggungjawab, tanpa intervensi dari luar. 3. Transparansi dan Akuntabilitas. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggungjawabkan, baik secara moral, teknis, legal maupun administratif. 4. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat, sesuai dengan kapasitasnya. 5. Keberpihakan pada Orang/ Masyarakat Miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung. 3 Petunjuk Teknis Operasional PNPM-Mandiri Perdesaan, tahun 2011, h. 2

19 6. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola. 7. Partisipasi/ Pelibatan Masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotongroyong menjalankan pembangunan. 8. Prioritas Usulan. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas. 9. Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut. 10. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antarpemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan 11. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan PNPM Mandiri Perdesaan juga memiliki prinsip lainnya, yakni: a. Bertumpu pada pembangunan manusia. Setiap kegiatan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia seutuhnya. b. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.

20 Prinsip tersebut selain memiliki filosofi yang mencerminkan prinsipprinsip program dalam arti harfiah, juga ingin mengajak masyarakat untuk kompak bersatu padu dalam mendukung upaya penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. Melalui SiKOMPAK ini diharapkan kemandirian desa dapat terwujud. H. Struktur Organisasi PNPM-Mandiri Perdesaan Kecamatan Merbau 4 BKAD Keputusan Tertinggi SUTARNO, S.Fil.I Ketua KAMSIATUN, S.Hum Sekretaris ABU BAKAR, SE Bendahara BP-UPK Pelaksanaan Pengawasan ALI SANIP Ketua ROZALINA Anggota ABDUL GANI Anggota UPK Pelaksana Operasional ZAINAL FITRIADI Sekretaris MELATI Bendahara JULIATI, SH STAFF UPK LEMBAGA TIM VERIFIKASI TIM PENDANAAN TIM PENGAMAT 4 Dokumentasi, Loc.it.

21 I. Tugas, Kewajiban, dan Tanggung Jawab 1. BKAD (Badan Kerjasama Antar Desa) Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) adalah lembaga lintas desa yang dibentuk secara sukarela atas dasar kesepakatan dua atau lebih beberapa desa disuatu wilayah dalam satu kecamatan dan atau antar kecamatan dengan suatu maksud dan tujuan tertentu. BKAD pada awalnya dibentuk untuk melindungi dan melestarikan hasil-hasil program yang terdiri dari kelembagaan UPK, sarana prasarana, hasil kegiatan bidang pendidikan, hasil kegaiatan bidang kesehatan dan perguliran dana. BKAD berkembang sebagai lembaga pengelola pembangunan partiisipatif, pengelola kegiatan masyarakat, pengelola asset produktif dan sumber daya alam serta program/proyek dari pihak ketiga yang bersifat antar desa. Dalam kaitannya dengan Unit Pengelola Kegiatan (UPK), maka fungsi BKAD adalah merumuskan, membahas, dan menetapkan rencana strategis untuk pengembangan UPK dalam bidang pengelolaan dana bergulir, pelaksanaan program, dan pelayanan usaha kelompok. BKAD juga berperan dalam pengawasan, pemeriksaan, serta evaluasi kinerja Unit Pengelola Kegiatan. 2. BP-UPK ( Badan Pengawas Unit Pengelola Kegiatan) BP-UPK berperan dalam mengawasi pengelolaan kegiatan, administrasi, dan keuangan yang dilakukan oleh Unit Pengelola Kegiatan. Badan Pengawas Unit Pengelola Kegiatan dibentuk melalui musyawarah antar desa, sekurang-kurangnya tiga orang terdiri dari ketua dan anggota.

22 BP-UPK menjalankan tugas ini berdasarkan penugasan yang diperoleh oleh Musyawarah Antar Desa (MAD)/ Bada n Kerjasama Antar Desa (BKAD). 3. Tim Verifikasi (TV) Tim Verifikasi adalah tim yang dibentuk dari anggota masyarakat yang memiliki pengalaman dan keahlian khusus, dibidang sarana prasarana, simpan pinjam, pendidikan, kesehatan atau pelatihan keterampilan masyarakat sesuai usulan kegiatan yang diajukan masyarakat dalam musyawarah desa perencanaan. Peran Tim Verifikasi adalah melakukan pemeriksaan serta penilaian usulan kegiatan semua desa peserta PNPM-Mandiri Perdesaan dan selanjutnya membuat rekomendasi kepada musyawarah antar desa sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan. Tim Verifikasi menjalankan tugas ini berdasarkan penugasan yang diperoleh dari Musyawarah Antar Desa/ Badan Kerjasama Antar Desa. 4. Tim Pendanaan Tim Pendanaan sebagai organisasi yang otonom dibawah BKAD harus memiliki SOP (yang disetujui dan ditetapkan MAD) yang mengatur seluruh aspek dan mekanisme kerja organisasi. Tim Pendanaan secara profesional bekerja sebagai mitra dan berdampingan dengan UPK. Tim Pendanaan Kegiatan harus dapat memastikan bahwa seluruh pendanaan yang dilakukan oleh UPK sesuai dengan perencanaan dan ketentuan yang telah ditetapkan BKAD melalui MAD. Kompetensi dan kemampuan Tim

23 Pendanaan Kegiatan meliputi perencanaan penganggaran, pengambilan keputusan, dapat bersikap independent, teliti dan konsisten. 5. Tim Pengamat Tim Pengamat adalah anggota masyarakat yang dipilih untuk memantau dan mengamati jalannya proses musyawarah antar desa, serta memberikan masukan dan saran agar MAD dapat berlangsung secara partifipatif. 6. Unit Pengeloal Kegiatan (UPK) Peran UPK adalah sebagai unit pengelola dan operasional pelaksanaan kegiatan antar desa. Pengurus UPK sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Pengurus UPK berasal dari anggota masyarakat yang diajukan oleh desa berdasarkan hasil musyawarah desa dan selanjutnya dipilih dalam musyawarah antar desa. UPK mendapatkan penugasan MAD/BKAD untuk menjalankan tugas pengelolaan dana program dan tugas pengelolaan dana perguliran.