wujud yang dapat ditangkap secara konkret. Jadi, seni adalah suatu imajinasi maupun pikiran

dokumen-dokumen yang mirip
mewujudkannya. Demikian halnya dengan pembuatan seni lukis prasi menggunakan alat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar.

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Dalam survey lapangan yang dilakukan di Museum Wayang Jakarta, dapat dilihat

Tema-tema Pewayangan Dan Ceritera Rakyat Dalam Seni Lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang kaya dengan keanekaragaman etnik, banyak

merupakan transpormasi dari naskah/kitab sastra, seeperti: kakawin, kidung dan sebagainya,

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB V. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1).

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

PERSEPSI BENTUK. Bahasa Rupa Modul 13. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB IV WIMBA, CARA WIMBA, DAN TATA UNGKAPAN DALAM GAMBAR 2D ANAK. Setelah melakukan penelitian, pada satu kelas Sekolah Dasar (SD)

BAB IV KONSEP VISUAL DAN KONSEP KOMUNIKASI. : Silu meminta Ayus menjaga kéncéng dan Ayus tidak boleh membuka kéncéngnya, Ayus menyanggupinya

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

Bab I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Layout. Dalam buku The Fundamentals of Creative Design

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR. I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi

BEELAJAR MENCIPTAKAN RUANG MELALUI GAMBAR ANAK-ANAK Oleh: Taswadi. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

3. Karakteristik tari

BAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya dalam berbagai hal, termasuk dalam segi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membuat kalangan lain merasa dirugikan.

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kata komik berasal dari bahasa Inggris comic yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

menganggap bahwa bahasa tutur dalang masih diperlukan untuk membantu mendapatkan cerita gerak yang lebih jelas.

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa

BAB III DATA DAN TEORY

BAB IV VISUALISASI. Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

tersebut antara lain: garis, bentuk, warna, komposisi, kedalaman, keseimbangan, kesatuan/ keutuhan, kontras, dan fokus perhatian (focus of interest).

DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts.

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa

Contoh lukisan daerah Bali. Contoh lukisan daerah kalimatan

PEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah suatu keterampilan yang diwariskan secara turun temurun dari

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut masalah sosial, budaya, religi, pendidikan, politik, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Tugas Akhir ~~ PERANCANGAN BUKU VISUAL DEWA RUCI ~~ Mahasiswa / RijalMuttaqin pembimbing / RahmatsyamLakoro,S.Sn,MT.

Bab VI Simpulan & Saran

PADEPOKAN DAN GEDUNG PERTUNJUKAN WAYANG ORANG DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO VERNAKULER

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

DESKRIPSI KARYA PRASI DEWI SARASWATI IDA AYU KADE SRI SUKMADEWI, S.SN.,M.ERG

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB III TATA DEKORASI. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami Unsur-unsur Tata Dekorasi (Scenery)

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

Pengaruh Menyimak Cerita terhadap Kemampuan Bercerita Fiksi pada Anak

Transkripsi:

Bentuk Seni Lukis Prasi I Oleh Drs. I Nyoman Wiwana, dosen PS Seni Rupa Murni Bentuk merupakan syarat mutlak dalam karya seni. Khususnya seni rupa, yang merupakan kesenian yang hanya dapat dinikmati dengan indra pengelihatan, sangat tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa bentuk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 119), bentuk diartikan sebagai bangun, gambaran, rupa atau wujud, sistem atau susunan, serta wujud yang ditampilkan. Selanjutnya dalam buku Filsafat Keindahan dinyatakan seni adalah bentuk (Significant form) dan bentuk itu adalah suatu ciri obyektif dari imajinasi alam maupun pikiran manusia yang dibangun oleh struktur titik, garis, warna, bidang dan komposisi membentuk suatu wujud yang dapat ditangkap secara konkret. Jadi, seni adalah suatu imajinasi maupun pikiran manusia yang berwujud secara konkret dapat dinikmatai oleh panca indra. Khusus mengenai seni rupa adalah seni yang bisa dinikmati oleh indra penglihatan. (Gie, 2004: 60-63). Demikian halnya dengan seni lukis prasi, bentuk merupakan bagian yang utama, merupakan wujud yang nyata, dapat dinikmati secara konkrit (kasat mata). Bentuk berupa gambar yang terkesan klasik karena keterikatannya kepada teknik, bahan dan peralatan serba tradisional. Hal ini pula membuat seni lukis prasi kelihatan sangat spesifik. Dari penyajian, seni lukis prasi juga sangat khas layaknya penyajian komik harus dinikmati lembar demi lembar. Sebagai seni yang ilustratif, seni lukis prasi merupakan karya rupa yang sarat dengan makna simbolis dari suatu cerita yang ingin disampaikan oleh penciptanya. Tampilannya sepintas terkesan sangat sederhana, hanya berupa lembaran daun lontar yang dipenuhi dengan goresangoresan berwarna hitam, namun setelah diamati dan diteliti betul baru akan tampak ekspresi bentuk yang sesungguhnya. Ternyata menyimpan suatu keindahan bercampus kesan magis, yang dimunculkan dari totalitas seninya sendiri.

Seni prasi adalah karya seni rupa yang mempunyai keunikan tersendiri, karena penterapannya pada daun lontar yang dihiasi dengan bentuk- bentuk yang klasik, terkadang disertai teks singkat menggunakan huruf (sastra) Bali. Seni lukis prasi diperkirakan sudah ada dan berkembang pada jaman kerajaan Bali. Hal ini didukung oleh sejarah sastra di Bali, oleh Agastia (1994) yang dikutip oleh Suardana, seni sastra Bali berkembang pada akhir abad ke-15, kemudian tumbuh subur pada abad ke-16, pada pemerintahan dalem Gelgel di Klungkung (Suardana, 2001: 27). Karena seni prasi adalah salah satu hasil karya seni rupa yang merupakan bentuk visual seni sastra, dimanfaatkan sebagai media informasi tentang ajaran keagamaan, maka sangat mungkin pula berkembang saat itu. Terkait dengan fungsi, maka bentuk umumnya menyesuaikan. Sehingga seni lukis prasi yang merupakan tranformasi yang merupakan transformasi dari lontar teks kakawin yang diresepsi, maka seni lukis prasi pada dasarnya mengambil bentuk-bentuk dari apa yang dapat dipersepsi sesuai cerita yang dikomunikasikan. Sebagai contoh untuk kakawin Ramayana, dibuat gambar prasi sesuai dengan kisah Ramayana beserta tokoh yang lainnya. Wayang maupun obyek-obyek lain yang memiliki nilai relegius, magis, dan simbolis merupakan obyek-obyek yang disenangi dan diminati oleh banyak orang. Di Tenganan Pegringsingan perkembangan mengenai betuk, kemasan, dan cara-cara kreatif lainnya, sudah menjadi hal yang biasa. Karena terkadang tamu yang ingin memiliki satu karya dengan pesan agar membuatkan tokoh tertentu diluar kebiasaan. Untuk mendapatkan gambaran secara lebih detail, tentang bentuk-bentuk seni lukis prasi yang berkembang di Tenganan Pegringsingan dapat diklasifikasikan sesuai judul lukisan yang ditampilkan sebagai berikut:

Seni Lukis Prasi Ramayana (karya: I Wayan Mudita Adnyana) Seperti telah disinggung pada pendahuluan, bahwa seniman yang satu ini merupakan orang yang pertama memperkenalkan seni lukis di atas daun lontar di desanya Tenganan Pegringsingan. Dalam pengakuan yang bersangkutan proesi utamanya adalah Dalang, kemudian senang mewirama, (bertutur dengan bahasa lagu cerita pewayangan). Membuatanya disegani dan dihormati oleh masyarakat. Salah satu dari ratusan karya yang dibuat oleh I Wayan Mudita Adnyana adalah seperti foto di bawah ini. Seni Lukis Perasi Ramayana (karya: I Wayan Mudita Adnyana)

Karya I Wayan Mudita Adnyana, yang mengambil cerita Ramaayana, dalam foto hanya tampak sebagian saja. Sesungguhnya gambar lontar ini mempunyai ukuran yang tergolong besar, karena panjang dan tebalnya terdiri dari 20 lembar (halaman). Tampak antara gambar dan keterangan (berupa Tulisan) diatur formal pada sebelah kiri menggunakan bahasa dan aksara Bali. Karya Mudita, kelihatan lebih bebas bila dibandingkan dengan karya-karya prasi sebelumnya. Walau komposisi terlihat bebas dalam hal cerita, namun pakem pewayanggan tidak mau dia tinggalkan. Karena dia percaya kekayaan dari warisan leluhur sudah merupakan pilihan yang terbaik pada zamannya dan terbukti tidak bisa disaingi oleh siapa saja. Bentuk- bentuk yang diambil dalam seni lukis prasi Mudita adalah tokoh-tokoh utama dalam certa pewayangan seperti Hanoman dan Dewi Sita. Tokoh yang lainnya dibuat sebagai pelengkap sesuai dengan alur cerita untuk mendukung ide dan suasana yang ingin ditampilkan. Misalnya; pada lembar pertama terlihat Hanoman terbang menuju kerajaan Alengka, dilengkapi dengan hiasan untuk mendukung kesan suasana yang membawa penonton untuk ikut pergi kesana. Adegan pada lembar berikutnya Hanoman terkesan marah dan mengamuk dengan merusak segala yang ada didekatnya. Pada adegan berikut terlihat para raksasa pengawal taman Alengka, semua tidak berdaya. Hanoman masuk menemui Dewi Sita. Sampai akhirnya Meganada anak dari Rahwana yang terkenal sakti, datang menangkap Hanoman. Hanoman menyerah tetapi dengan lihai kemudian lari sambil membakar istana dan merusak segala yang ditemui. Seni Lukis Prasi Lelintangan (karya: Komang Pasek) Seni Lukis prasi Lelintangan karya Komang Pasek, tergolong karya yang kreatif, inovatif, karena dengan cerman mengubah bentuk tampilan seni lelintangan (ilmu perbintangan

Bali) kedalam bentuknya yang baru. Lelintangan yang secara konvensi merupakan bentuk tulisan terkait ilmu perbintangan Bali, kemudian divisualisasikan ke dalam bentuk-bentuk tokoh pewayangan, terutama tokoh para dewa yang menurut kepercayaan mendiami masing-masing lokasi maupun arah perputaran bumi (buana agung). Bentu yang ditampilkan dapat dilihat pada foto di bawah ini. Seni Lukis Prasi Lelintangan (karya Komang Pasek) Prasi lelintangan, terdiri dari enam lembar daun lontar yang dibagi menjadi 12 adegan, sesuai dengan jumlah bulan dalam satu tahun, yaitu mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember. Sebagai teks (penjelasan) menggunakan bahasa Inggris dengan huruf latin, yang dibuat sedemikian rupa menyerupai huruf Bali. Keterangan dibuat berturut-turut mulai dari

nama bulan, nama dewa beserta kekuasaan (simbolisasi), dan nama Raksasa/Kala sebagai penjaga. Penjelasan sebagai berikut: 1) January; Iswara God; God of Nature; Followed by Timbakol; yang digambarkan dan artinya: Dewa Iswara dengan kendaraan Kala; sebagai penguasa alam (Buana Agung); dengan Pengikutnya Batara Kala. 2) February; Wisnu God; God of Water; Followed by Ngaduada; yang digambarkan dan artinya: Dewa Wisnu yang mengendarai Garuda; sebagai penguasa alam (jagat raya); dengan Pengikutnya Raksasa dalam sikap menantang. 3) Match; Brahma God; God of Fire; Followed by Banaspati; yang digambarkan dan artinya: Dewa Brahma mengendarai Angsa; sebagai penguasa api; dengan Pengikutnya Banaspati. 4) April; Maha Dewa God; God of Leader; Followed by Bsul; yang digambarkan dan artinya: Dewa Maha Dewa dengan kendaraan se ekor Empas; sebagai penguasa dan pemimpin para dewa; dengan pengikutnya Raksasa Basul. 5) May; Mahesoro God; God of Sea; Followed by Uluwaku; yang digambarkan dan artinya: Dewa Mahesoro dengan kendaraan Empas bersayap; Sebagai penguasa Samudra; dengan pengikutnya Uluwuku (Raksasa bersisik). 6) June; Sangkara God; God of Mountain; Followed by Andir; yang digambarkan dan artinya: Dewa Sangkara mengendarai Naga; sebagai penguasa Gunung; dengan pengikutnya Andir. 7) July; Ludra God; God of Fores; Followed by Ulad alid; yang di gambarkan dan artinya: Dewa Ludra; Sebagai penguasa hutan; dengan pengikutnya Ulad-alid.

8) Agustust; Sambu God; God of Animal; Followed by Angsih; yang digambarkan dan artinya: Dewa Sambu; Sebagai penguasa semua binatang; dengan pengikutnya Angsih. 9) September; Pramana God; God of Breah; Followed by Tampuba; yang digambarkan dan artinya: Dewa Pramana; Sebagai penguasa nafas; dengan pengikutnya Tampuba. 10) October; Akasa God; God of Sky; Followed by Beser; yang digambarkan dan artinya: Dewa Akasa; Sebagai penguasa langit; dengan pengikutnya Beser. 11) November; Pratiwi God; God of Earth; Followed by Geledag; yang digambarkan dan artinya: Dewa Pratiwi; Sebagai penguasa bumi; dengan pengikutnya Geledag. 12) December; Siwa God; God of Frotector; Followed by Aru-aru; yang digambarkan dan artinya: Dewa Siwa; Sebagai dewa pelindung; dengan pengikutnya Aru-aru.