BAB I PENDAHULUAN. bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PERAWAT DI RUANG MPKP DAN BUKAN MPKP DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2013

METODE PENUGASAN TIM DALAM ASUHAN KEPERAWATAN. Oleh : Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

PEDOMAN PELAKSANAAN MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena tenaga keperawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan semakin kritis

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk selalu melakukan perbaikan dan penyempurnaan guna

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan (Arwani, 2006). perawat merasa puas dalam bekerja (Aditama,2006).

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, identifikasi konseptual pernyataan riset dan variabel riset dan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI DENGAN KINERJA PERAWAT MENURUT PERSEPSI KEPALA RUANG DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi dan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan (Depkes RI, 2009). Salah satu pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan tatanan pemberi jasa layanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif,

PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KEPERAWATAN DI UNIT KEPERAWATAN. Oleh : Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang paling lama kontak dengan pasien (Aditama, 2010). Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

HUBUNGAN PENERAPAN METODE TIM DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2017 MANUSKRIP

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

Oleh : Andan Firmansyah

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. memelihara dan meningkatkan kesehatan klien, dimana pemberian layanan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termaktub dalam UUD 1945 (Depkes RI, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

HUBUNGAN PENERAPAN METODE TIM DENGAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP

Metode Penugasan. Sumijatun Maret 2008

BAB I PENDAHULUAN. profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara akan menjadi kawasan perdagangan bebas dan tahun-tahun

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. World Health Organization (WHO) telah mencanangkan World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. profesionalisme staf rumah sakit (Hasibuan, 2002). Sebuah RS. pencegahan, penyembuhan dan pemulihan bagi pelanggan (pasien dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan. penelitian dan manfaat penelitian.

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di

15. komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim disebut:

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan, dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2009). untuk mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai

HUBUNGAN PENERAPAN METODE TIM DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI IRINA C RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN. Yulianto

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari sejarah kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan nasional untuk peningkatan mutu dan kinerja pelayanan. kuantitas. Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. dan kebutuhan pelayanan kesehatan secara maksimal dan global (Yani 2001

BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kiat keperawatan. Berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. yang memilki peran dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit di

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu menjelaskan bahwa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tertentu. Menurut Robbins (2006) bahwa kinerja pegawai adalah. untuk mengelola proses kerja selama periode tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses. perawat Indonesia harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang

BAB II. Tinjauan Teori

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan

ANALISIS MOTIVASI PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP ) DI PUSKESMAS RAWAT INAP KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. baik yang bersifat bedah maupun non bedah.(aditama,2002:6) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. pada pasien (Gillies, 1989). Rumah Sakit Jiwa Derah Provsu telah menerapkan

BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya berkembang dengan cepat jika menciptakan kepuasan dan kesetiaan

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan dalam kandungan sampai umur lanjut (GBHN, 1999). yang terus berkembang (Depkes RI, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

SUPERVISI KEPERAWATAN ENI WIDIASTUTI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan dituju kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat baik sehat maupun sakit (UU Keperawatan no 38 tahun 2014). Pelayanan keperawatan profesional dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh tenaga keperawatan yang profesional sehingga dapat berkontribusi dalam peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit khususnya pelayanan keperawatan (sumijatun, 2010). Menurut Kusnanto (2004) pelayanan keperawatan profesional adalah rangkaian upaya melaksanakan sistem pemberian asuhan keperawatan kepada masyarakat sesuai dengan kaidah-kaidah keperawatan sebagai profesi. Mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit juga ditentukan oleh mutu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan terutama diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Kuntoro, 2010). Pelayanan keperawatan sebagai bentuk kegiatan utama dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat belum dapat diwujudkan sebagai pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keadaan aktual pelayanan keperawatan menunjukan bahwa banyak tenaga keperawatan lebih berkonsentrasi dan terlibat dengan tindakan

pengobatan dan penggunaan teknologi yang berorientasi medik untuk mengatasi kompleksitas penyakit (Sitorus & Panjaitan, 2011). Pelaksanaan layanan keperawatan tidak terlepas dari fungsi-fungsi manajemen keperawatan yang dilaksanakan secara efisien dan efektif. Ada lima fungsi manajemen keperawatan yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), ketenagaan (staffing), pengarahan (actuating), pengawasan (controling) (Marquis dan Huston, 2013). Masing-masing fungsi manajemen tersebut saling keterkaitan satu sama lain dan dapat diterapkan baikoleh mamajer tingkat atas, menengeh maupun bawah. Dalam jajaran keperawatan dapat diterapkan mulai dari Kepala bagian keperawatan sampai kepala ruangan (Swansburg, 2000). Kepala ruangan menjalakan fungsi manajemen keperawatan yaitu meliputi manajemen pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan didukung oleh pengorganisasian asuhan keperawatan melalui metode pemberian asuhan keperawatan sebagai bagian dari fungsi pengorganisasian. Adapun komponen fungsi pengorganisasian meliputi struktur organisasi, metode pemberian asuhan keperawatan, pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan, bekerja dalam organisasi dengan memahami kekuatan dan otoritas (Marquis dan Huston, 2013). Metode penugasan merupakan suatu sistem yang akan diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien untuk

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan meningkatkan derajat kesehatan pasien. Metode penugasan keperawatan menurut Grant dan maseey (1997) dalam Marquis dan Huston (2013) terdapat lima metode asuhan keperawatan yaitu: Metode kasus, metode fungsional, metode keperawatan primer, metode keperawatan tim,metode modifikasi: keperawatan tim-primer. Menurut laughin, Thomas dan Barterm (1995) dalam Nursalam (2015) model yang lazim digunakan di rumah sakit hanya 3 yaitu asuhan keperawatan total, keperawatan tim dan keperawatan primer. Masing-masing metode pemberian asuhan keperawatan memiliki kelebihan dan kekurangannya. Metode keperawatan yang sering digunakan adalah asuhan keperawatan metode tim. Asuhan keperawatan metode tim dikenal di Indonesia pada tahun 1996 yang telah diterapkan dibeberapa rumah sakit. Metode ini merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984 dalamsimamora, 2013). Keuntungan menggunakan metode tim adalah memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan memungkinkan pencapaian proses keperawatan. Kerugiannya adalah rapat tim memerlukan waktu, sehingga mengganggu komunikasi dan koordinasi anggota tim dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien (Simamora, 2013). Pelaksanaan metode tim menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

kelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/group yang terdiri dari perawat profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu tim kecil yang saling membantu. Metode ini didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi (Tussaleha, 2014). Menurut Arwani dan Supriyatno (2006) pemberian metode tim pada asuhan keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa puas. Metode tim juga dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan motivasi perawat karena dalam metode ini ada kerjasama antar sesama perawat dan transfer of knowledge.untuk tercapainya tujuan tersebut maka tugas dan tanggung jawab dari tim keperawatan harus diarahkan dan benar-benar direncanakan serta memiliki ketua tim yang profesional. Menurut Huber (2010), Marquis & Huston (2012) dikutip dalam Rusmianingsih (2012) dan Swansbrug (2000) Faktor yang mempengaruhi dari metode tim yaitu kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, penugasan, motivasi dan supervisi. Sitorus (2006) mengatakan ketua tim sebagai perawat profesional, harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan dan harus dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, serta evaluasi asuhan keperawatan. Ketua tim harus mampu mengontrol setiap perkembangan pasien,

keberhasilan asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh ketua tim yang profesional. Hasil penelitian yang di lakukan oleh Sari, C tahun 2014 di ruang rawat inap RSUD Dr. Muhammad zein Painan menyatakan bahwa pelaksanaan peran dan tugas kepala ruangan berdasarkan penerapan metode pemberian asuhan keperawatan tim baik 66,67%. Pelaksanaan metode pemberian asuhan keperawatan tim oleh ketua tim kurang baik 81,82%. Pelaksanaan metode pemberian asuhan keperawatan tim oleh perawat pelaksana dilakukan dengan baik 54,84%. Penelitian yang dilakukan oleh Herwina (2012) dengan judul Hubungan pelaksanaan metode tim dengankesalahan pemberian obat di RSUD Gunung Jati Cirebon. Kesimpulan yang diperoleh sebagian besar pelaksanaan manajemen dalam pelaksanaan metode tim keperawatan menurut persepsi perawat pelaksana adalah 57% baik dan 43% mempersepsikan kurangnya pelaksanaan metode tim keperawatan. Penelitian yang dilakukanoleh Adriani (2012) denganjudul kepuasan kerja perawat pada aplikasi metode tim dalam pelaksanaan asuhan keperawatan (Studi kuantitatif di Rumah sakit Dr Saiful Anwar Malang). Dari hasil penelitian penerapan metode tim di ruang 21 Rumah sakit Dr Saiful Anwar Malang, diperoleh hasil bahwa kondisi kerja sangat mempengaruhi kepuasan kerja, hal ini terbukti dari hasil penelitian pre dan postpenerapan metode tim, indikator kondisi kerja mendapat nilai rata-rat kepuasan tertinggi dengan kepuasan kerja

(64,3%). Sedangkan kepuasan terendah terdapat pada indikator pekerjaasn sendiri dengan nilai kepuasan kerja (57,1%). Faktor yang mempengaruhi motivasi dan pelaksanaan asuhan keperawatan menentukan kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan keperawatan (Bahtiar & Suarli, 2010). Menurut Handoko (2005), mengatakan makin kuat motivasi seseorang, makin kuat pula usahanya untuk mencapai tujuan apabila tujuan itu dianggap penting, makin kuat pula usaha dan motivasi untuk mencapainya. Motivasi termasuk sebagai faktor penentu dalam pelaksanaan metode keperawatan tim. Motivasi merupakan energi untuk membangkitkan dorongan dari dalam diri perawat yang berpengaruh, membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berkaitan dengan lingkungan kerja, memenuhi kebutuhan stimulasi berorientasi pada tujuan individu untuk mencapai kepuasan. Motivasi dalam penelitian ini didasarkan atas teori Mc.Clelland Achievement Motivation Theory yang mempunyai tiga faktor atau dimensi dari motivasi kerja yaitu motif, harapan dan insentif (Hasibuan, 2014). Hasil penelitian Amin tahun 2014 di RS Labuang Baji Makasar mengatakan bahwa ada hubungan bermakna antara motivasi dengan pelaksanaan MPKP metode tim. Penelitian Rohmiyati (2012) mengatakan bahwa hambatan dalam penerapan dengan metode tim disebabkan antara lain kurangnya perawat, dukungan manajemen yang kurang,

kurang supervisi, kurang motivasi, belum ada penghargaan serta kurangnya fasilitas. PenelitianGinting (2012) dalam pengaruh pola kepemimpinan dan metode penugasan tim terhadap motivasi perawat pelaksana di RSUD Kaban jahe mengatakan bahwa pola kepemimpinan dan metode penugasan tim berpengaruh terhadap motivasi perawat pelaksana. Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang didesain sebagai rumah sakit kelas B non pendidikan, merupakan rujukan dari kabupaten/ kota se- Provinsi Kepulauan Riau. Beroperasi sejak 29 Februari 2012. Struktur organisasi dan tata kerja RSUD ditetapkan melalui perda Provinsi Kepulauan Riau No.5 tahun 2011 (Profil RSUD Provinsi Kepri Tanjungpinang, 2014). Kapasitas tempat tidur dari tiga ruang rawat inap (Mawar, Dahlia A, Dahlia B) sebanyak 99 tempat tidur, dan jumlah ketenagaan sebanyak 64 orang dengan latar belakang pendidikan Ners 3 orang S1 keperawatan 5 orang, D3 keperawatan56 orang. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di RSUD Provinsi Kepulauan Riau, didapatkan bahwa metode penugasan yang digunakan adalah metode tim. Pelaksanaan metode tim dilaksanakan belum optimal. jumlah tenaga perawat yang masi kurang serta komposisinya,fungsi manajer kepala ruangan belum efektif dilaksanakan, kepala ruangan belum tegas dalam upaya pembagian tugas, uraian tugas katim masi sering dilimpahkan kepada anggota tim.

Masih ada ketua tim dengan latar belakang pendidikan tamatan DIII. Hasil wawancarakepada 10 orang perawatpelaksana didapatkan informasi: 4 orang mengatakanmetode tim dalam pelaksanaannya berat dikarenakan terbatasnya petugas. 5 orang perawat mengatakan kepala ruangan/ketua tim tidak menunjuk penanggungjawab dinas sore dan malam kecuali dinas pagi, 4 orang perawat mengatakan tugas yang mereka lakukan tidak sesuai dengan uraian tugas dan kemampuan mereka, 5 orang perawat mengatakan bahwa pelaksanaan metode tim yang diterapkan didapat dari sebatas pengarahan kepala ruangan belum adanya pelatihan, Hasil observasi dan wawancara kepada kepala bagian bidang keperawatan SK metode tim belum ada, uraian tugas belum jelas, namun pelayanan keperawatan dirawat inap diarahkan padapelaksanaan metode tim dengan alasan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan. Berdasarkan data tersebut peneliti menganalisa bahwa pelaksanaan metode tim di Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Riau masi belum sepenuhnya dilaksanakan Berdasarkanwawancara yang dilakukanpada10 orang perawattentangmotivasi, beberapa perawat mengatakan 5 diantaranya mengatakan mereka kurang paham dari konsep pelaksanaan penugasan metode tim,4 orang perawat mengatakan mereka masih merasa melakukan tugas non keperawatan yang tidak sesuai dengan profesinya, 6 di antaranya mengatakan rumah sakit tidak memberikan insentif berdasarkan peran dan tanggungjawab perawat.

Berdasarkan latar belakang danfenomena yang terjadi di tempat penelitian, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan motivasi dengan pelaksanaan metode tim keperawatan di rawat inap dewasa, bedah dan anak RSUD ProvinsiKepulauan Riau TanjungpinangTahun 2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat di rumuskan permasalahan yang mendasari penelitian ini yaitu: adakah Hubungan antara motivasi perawat dengan pelaksanaan metode tim keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan motivasi perawatdengan pelaksanaan metode tim keperawatandi Ruang Rawat Inap RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang. 2. Tujuan Khusus

a. Diketahui karakteristik berdasarkan umur, masa kerja, jenis kelamin dan pendidikan perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang tahun 2016. b. Diketahui distribusi frekuensi pelaksanaan metode tim di Ruang Rawat Inap RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang tahun 2016. c. Diketahui distribusi frekuensi motivasi perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang tahun 2016. d. Menganalisa distribusi frekuensi Hubungan motivasi perawat dengan pelaksanan metode tim keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang tahun 2016. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang Dapatmemberikan gambaran tentang motivasiperawat dengan pelaksanaan metode tim keperawatan, yang nantinya dapat memberikan masukan dan pertimbangan untuk rumah sakit untuk mengoptimalkan layanan keperawatan dalam meningkatkan kepuasan perawat dan juga klien. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi ilmu keperawatan, serta wacana pemikiran untuk

pengembangan ilmu keperawatan terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan metode tim keperawatan. 3. Bagi Peneliti Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan tambahan pada penelitian selanjutnya tentang faktor lainnya selain motivasi perawat.