PEMBERIAN LATIHAN AEROBIK MENINGKATKAN KAPASITAS KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA PEROKOK AKTIF DI DENPASAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

SKRIPSI PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR

INTERVENSI SLOW STROKE BACK MASSAGE

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

PERBEDAAN INTERVENSI MUSCLE ENERGY TECHNIQUE DAN INFRARED

SKRIPSI PENGARUH LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN MASSA OTOT PECTORALIS MAYOR DAN BICEPS PADA USIA REMAJA DAN DEWASA GDE RABI RAHINA SOETHAMA

SKRIPSI PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN INTERVAL

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

INTERVENSI FOUR SQUARE STEP

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

SKRIPSI GOVINDA VITTALA

PENAMBAHAN SHAKING MASSAGE

PERBEDAAN PERMAINAN ORIGAMI DAN MEWARNAI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PEREMPUAN PRASEKOLAH DI TK GRAND BALI BEACH SANUR

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S.

ABSTRAK PERBANDINGAN PENINGKATAN KAPASITAS VITAL PARU ANTARA PEROKOK DAN NON PEROKOK SETELAH LATIHAN FISIK AEROBIK

I G P Ngurah Adi Santika*, I P G. Adiatmika**, Susy Purnawati***

SKRIPSI AUTO STRETCHING

PENGARUH PEDAL EXERCISE

PERBEDAAN LATIHAN FISIK DUA DAN EMPAT KALI PER MINGGU TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI ANGKATAN 2009

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

SKRIPSI 011 NI PUTU PURNAMAWATI

HUBUNGAN MINUMAN ISOTONIK DENGAN KONSUMSI OKSIGEN MAKSIMAL PADA MAHASISWA JPOK UNLAM BANJARBARU

PENAMBAHAN BALLISTIC STRETCHING

NI MADE AYU SRI HARTATIK

ABSTRAK ABSTRACT. Kata kunci : Senam aerobik, persentase lemak subkutan.

PERBEDAAN PENGARUH FREKUENSI LATIHAN SENAM AEROBIK TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DAN BERAT BADAN PADA MEMBERS

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERESETUJUAN SIDANG SKRIPSI. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii ABSTRAK iv

SKRIPSI NYOMAN HARRY NUGRAHA

SKRIPSI. Oleh: Yuni Novianti Marin Marpaung NIM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN HEXAGON DRILL DAN ZIG-ZAG RUN

KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

FREKUENSI LATIHAN 3 KALI SEMINGGU PADA TARI BARIS MODERN DAPAT MENURUNKAN PRESENTASE LEMAK TUBUH

SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK PADA KELOMPOK LANSIA PEREMPUAN DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN OKSIGEN KALENG TERHADAP WAKTU ISTIRAHAT SETELAH BEROLAHRAGA

INTERVENSI DYNAMIC REVERSALS

PELATIHAN VISUAL CUE TRAINING

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG

SKRIPSI PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK PADA KELOMPOK LANSIA PEREMPUAN DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT

HUBUNGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU DENGAN DAYA TAHAN CARDIORESPIRATORY PADA CABANG OLAHRAGA SEPAK BOLA

SKRIPSI. Komang Dhyanayuda P.

Putu Asti Wulandari 1, Susy Purnawati 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBERIAN PELATIHAN KEKUATAN AYUNAN LENGAN (ARM SWING)

PENAMBAHAN RESISTANCE EXERCISE PADA SENAM AEROBIK LEBIH BAIK TERHADAP PENURUNAN DENYUT NADI 2 MENIT SETELAH LATIHAN PADA REMAJA PUTRI USIA TAHUN

Govinda Vittala, 2 I Putu Sutha Nurmawan, 3 Dedi Silakarma, 4 I Wayan Gede Sutadarma

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KLOROFIL TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN DAN PENURUNAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PASCA OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

SKRIPSI ANAK AGUNG GEDE ANGGA PUSPA NEGARA

HUBUNGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU DENGAN DAYA TAHAN KARDIOVASKULER PADA MAHASISWA KELAS D ANGKATAN 2014 JURUSAN PENJASKESREK UNP KEDIRI TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan dan pemulihan kardio-respirasi selama latihan fisik. Hal ini

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW

PERSETUJUAN TINDAKAN KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

SKRIPSI. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA FISIOTERAPI. Oleh : AYU RIESKY NIM.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

Pengaruh Pemberian Teh Hitam terhadap VO 2 max dan Pemulihan Denyut Nadi Pasca Melakukan Latihan Treadmill

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

Perbedaan Kadar Hemoglobin yang Berolahraga Futsal dan Tidak Berolahraga. Jl. Hariangbangga No.20 Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN FORCE VITAL CAPACITY (FVC) PERENANG DAN BUKAN PERENANG PADA ANAK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA DENPASAR, BALI

BAB IV METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Pre and Post

Jurnal Siliwangi Vol.3. No.1, 2017 ISSN Seri Pendidikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK KONSUMSI AKUADES DAN MINUMAN ISOTONIK TERHADAP FREKUENSI DENYUT NADI PADA PRIA DEWASA SETELAH TES LARI 12 MENIT

PERBEDAAN GAMBARAN EKG DAN TEKANAN DARAH ANTARA MAHASISWA PEROKOK DENGAN BUKAN PEROKOK SAAT LATIHAN DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH LATIHAN STEP UP TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA TUGU MUDA SEMARANG USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

PERBEDAAN NORMALITAS TEKANAN DARAH PADA WANITA MIDDLE AGE YANG MENGIKUTI SENAM DAN TIDAK SENAM DI KELURAHAN BANDUNGREJOSARI MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang

PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika p

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan

PERBEDAAN NILAI VO 2 MAX ANTARA AKTIVITAS FISIK RENDAH DAN AKTIVITAS FISIK TINGGI PADA LANSIA PENDERITA OSTEOARTHRITIS LUTUT

Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana 2,5,6. Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3,4

PENGARUH AKTIVITAS FISIK SENAM AEROBIK LOW IMPACT TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI LINGKUNGAN KELURAHAN TONJA

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

ABSTRAK. Kata kunci : Endurance Kardiorespirasi, Vo 2 max, heart rate, Inspirasi Maksimal, Jalan intesitas sedang, static bicycle intesitas sedang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH LATIHAN AEROBIK TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (V MAKS) PADA REMAJA USIA TAHUN

LEBIH BAIK DARIPADA LATIHAN SWISS BALL

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

Transkripsi:

PEMBERIAN LATIHAN AEROBIK MENINGKATKAN KAPASITAS KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA PEROKOK AKTIF DI DENPASAR 1 Ni Kadek Rieska Dewi Apsari Putri, 1 Ni Wayan Tianing, 2 I Made Muliarta 1. Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali 2. Bagian Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali ABSTRAK Perokok aktif adalah orang yang mempunyai kebiasaan menghisap rokok atau mengkonsumsi rokok. Penurunan oksigen (O2) karena merokok menyebabkan perokok memiliki tingkat jantung istirahat yang lebih tinggi daripada bukan perokok yang berarti jantung mereka selalu bekerja keras untuk memompa darah dan oksigen (O2) ke tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa latihan aerobik dapat meningkatkan kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif. Latihan aerobik yang diberikan adalah jogging dan sepeda. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan pre dan post test control group design. Sampel penelitian berjumlah 30 orang yang dibagi ke dalam dua kelompok. 1 diberikan latihan jogging sedangkan 2 diberikan latihan sepeda. Pengukuran kapasitas kardiorespirasi menggunakan tes cooper (lari 12 menit). Setelah memperoleh data hasil penelitian, dilakukan uji normalitas dengan Shapiro Wilk Test dan uji homogenitas dengan Levene s Test. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan Paired Sample t-test untuk mengetahui perbedaan rerata sebelum dan sesudah latihan pada masing-masing kelompok. Pada 1 diperoleh hasil p=0,000 dengan beda rerata 11,66±2,25 dan pada 2 diperoleh hasil p=0.000 dengan beda rerata 11,46±2,23. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kapasitas kardiorespirasi yang bermakna pada setiap kelompok. Pada uji beda selisih antara 1 dengan 2 yang menggunakan Independent Sample T-test diperoleh p=0,809 (p>0,05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian latihan aerobik dapat meningkatkan kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif di Denpasar. Kata Kunci: latihan, aerobik,, kapasitas, kardiorespirasi, perokok aktif AEROBIC EXERCISE IMPROVES CARDIORESPIRATORY CAPACITY AMONG ACTIVELY- SMOKING STUDENTS IN DENPASAR ABSTRACT Active smokers are people who have the habit of sucking or consuming cigarettes. Oxygen depletion due to smoking causes smokers have resting heart rates are higher than in non-smokers, which means they are always the heart work harder to pump blood and oxygen to the body. The purpose of this study was to prove that aerobic exercise can improve cardiorespiratory capacity in students active smokers. Aerobic exercise is jogging and bike given. This research is an experimental research design with pre and post test control group design. These samples included 30 people who were divided into two groups. One group was given exercises jogging while Group 2 was given an exercise bike. Cardiorespiratory capacity measurement using cooper test (running 12 minutes). After receiving the result of the research, conducted by Shapiro Wilk normality test and homogeneity test with Levene's test. Furthermore test the hypothesis by paired sample t-test to determine the differences between the mean before and after exercise in each group. In the first Group 1 obtained the value p = 0.000 with a mean difference 11,66±2,25, while the second Group 2 obtained the value p = 0.000 with a mean difference 11,46±2,23. The results showed that there was a significant increase in cardiorespiratory capacity in each group. At different test the difference between Group 1 with Group 2 that using independent sample t-test obtained by value p = 0,809 (p > 0.05). Based on these results, it can be concluded that the administration of aerobic exercise can improve cardiorespiratory capacity in students active smokers in Denpasar Keywords: aerobic, exercise,, cardiorespiratory, capacity, active smokers

PENDAHULUAN Perkembangan zaman di Indonesia saat ini membawa banyak perubahan bagi lingkungan maupun masyarakatnya. Perubahan yang sering terjadi ialah perubahan perilaku pada seseorang. Ada perilaku yang menguntungkan dan juga merugikan diri sendiri serta orang lain. Salah satu contoh perilaku yang merugikan diri sendiri dan juga orang lain ialah merokok. Merokok cenderung dilakukan oleh orang dewasa, namun seiring dengan perkembangan zaman merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Saat ini prevelansi perokok umur 15 tahun ke atas mengalami kenaikan dari 27% (1995) mencapai 34,7% (2010). Jumlah perokok laki-laki dewasa pada tahun 1995 sebesar 53% dan meningkat menjadi 66% 1. Pada tahun 2009 Indonesia menempati peringkat ke-4 di dunia dengan jumlah rokok yang dikonsumsi sebesar 260.800 rokok (4%) 2. Banyak dampak negatif yang disebabkan oleh kebiasaan merokok, salah satunya terjadi perubahan struktur dan fungsi saluran pernafasan dan jaringan paru 3. Hal ini menyebabkan seorang perokok memiliki keterbatasan saat melakukan aktivitas karena struktur dan fungsi organ jantung dan paru yang menurun mengakibatkan kebugaran fisiknya juga menurun. Kebugaran fisik adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugasnya sehari-hari dengan mudah tanpa merasa lelah yang berlebihan serta masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluankeperluan mendadak 4. Pada prinsipnya latihan adalah memberikan tekanan fisik secara teratur, sistematik dan berkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan fisik dalam melakukan aktivitas 3. Seseorang dengan kapasitas aerobik yang baik memiliki jantung yang efisien, paruparu yang efektif serta peredaran darah yang baik sehingga dapat mensuplai otototot agar mampu bekerja secara kontinu tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan 6. Merokok menyebabkan kapasitas kardiorespirasi menurun sehingga kebugaran fisiknya juga menurun. Hal ini terjadi karena suplai oksigen (O2) berkurang sehingga hemoglobin (Hb) (Hb)akan lebih berikatan dengan karbon monoksida (CO) daripada dengan oksigen (O2) sehingga suplai oksigen (O2) bagi jantung maupun paruparu menjadi tidak optimal 7. VO2 maks erat kaitannya dengan kerja paru dan jantung yang berfungsi untuk mengatur pengangkutan oksigen (O2) oleh hemoglobin (Hb). Pada seorang perokok aktif suplai oksigen (O2) dibutuhkan lebih tinggi dibandingkan bukan perokok aktif untuk daya tahan tubuh. Jika seseorang merokok 10-12 batang sehari, maka kadar oksigen (O2) yang disuplai ke jaringan-jaringan tubuh akan menurun kurang lebih 5%. Penurunan kadar oksigen (O2) ini memang tidak begitu tampak tanda-tandanya pada waktu perokok beristirahat. Dengan latihan dan berolahraga yang cukup dan teratur, pada perokok aktif kemampuannya untuk mengambil oksigen (O2) secara maksimal dapat dinaikkan 10-12 % 7. METODE PENELITIAN Desain Telaah Desain telaah yang dipakai adalah eksperimental dengan desain pre dan post test control group design. Pemberian latihan dalam penelitian ini dilakukan pada April sampai Mei 2015. Sampel yang ditargetkan yaitu seluruh mahasiswa perokok aktif di Denpasar yang berumur 20-25 tahun. Dalam pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling didasarkan atas adanya kriteria inklusi, kriteria eksklusi dengan sampel sebanyak 30 orang dan nantinya akan dibagi secara acak dan sama rata menjadi 2 kelompok. Pada 1 diberikan latihan jogging sedangkan 2 diberikan latihan sepeda.

Instrumen Penelitian Tes lari 12 menit (tes Cooper) merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur kapasitas kardiorespirasi. Tes ini dilakukan dengan menginstruksikan pada subjek untuk berlari selama 12 menit dan mengukur jarak yang ditempuh selama 12 menit. Setelah diperoleh jarak yang ditempuh selanjutnya dihitung nilai VO2maks untuk memperoleh nilai kapasitas kardiorespirasi. Selanjutnya subjek diberikan latihan inti yaitu jogging dan sepeda dalam waktu yang berbeda agar subjek tidak mengalami kelelahan yang berlebihan. Ketika peneliti sudah memberikan perlakuan pada masingmasing kelompok dan telah memperoleh data yang diperlukan secara lengkap, dilakukan uji Paired Sample T-test untuk komparasi data dan mengetahui apakah terdapat peningkatan kapasitas kardiorespirasi sebelum dan sesudah pemberian latihan pada kedua kelompok tersebut. Kemudian dilakukan uji Independent Sample T-test yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan kapasitas kardiorespirasi pada setiap kelompok. HASIL PENELITIAN Karakteristik sampel yaitu umur Table 1. Keterangan Sampel Berdasarkan Umur Mean±SD Ciri-ciri KP1 (tahun) KP2 (tahun) Umur 21,8±1,37 21,9±1,09 Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa subjek penelitian 1 memiliki rerata umur (21,8±1,37) tahun dan pada 2 memiliki rerata umur (21,9,3±1,09) tahun. Data Sebelum Latihan Sesudah Latihan Uji Normalitas dengan Shapiro Wilk Test KP1 KP2 Statistik P Statistik P Dari Tabel 3 didapatkan hasil bahwa data berdistribusi normal dan homogen (p >0,05). Tabel 3. Hasil Uji Paired Sample T-Test Sebelum Latihan Setelah Latihan Beda Rerata KP1 22,00 33,66 11,66±2,25 0,000 KP2 22,40 33,86 11,46±2,23 0,000 Berdasarkan Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa pengujian hipotesis yang dianalisis dengan menggunakan Paired Sample T-test diperoleh hasil pada 1 untuk kapasitas kardiorespirasi p=0,000 (p<0,05) diberikan latihan jogging dan 2 kapasitas kardiorespirasi p=0,000(p<0,05) diberikan latihan sepeda yang artinya terdapat peningkatan kapasitas kardiorespirasi yang bermakna sebelum dan sesudah latihan pada kedua kelompok. Gambar 1. Grafik Rerata Nilai Tekanan Darah SistolikSebelum dan Sesudah Intervensi Uji Homogenitas (Levene s Test) 0,892 0,072 0,923 0,213 0,745 0,926 0,237 0,919 0,187 0,994 P Tabel 2. Hasil Uji Normalitas (Shapiro-Wilk Test) dan Homogenitas (Lavene s Test)

Berdasarkan persentase rerata peningkatan kapasitas kardiorespirasi pada Tabel 5 membuktikan bahwa persentase rerata peningkatan kapasitas kardiorespirasi pada 1 dan 2 sama besar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latihan jogging dan latihan sepeda sama baik dalam meningkatkan kapasitas kardiorespirasi. KP1 KP2 Keterangan: KP1 : Latihan Jogging KP2 : Latihan Sepeda Sebelum Latihan Sesudah Latihan Selisih Tabel 4. Hasil Uji Independent T-test N Rerata±SB p 1 2 1 2 1 2 15 22,00±4,56 15 22,40±4,15 15 33,66±6,74 15 33,86±6,37 15 11,66±2,25 15 11,46±2,23 0,804 0,934 0,809 Berdasarkan Tabel 4 di atas terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara 1 dan 2. Hal ini dibuktikan dengan nilai p=0,000 (p < 0,05). Tabel 5. Persentase Penurunan Tekanan Darah Rerata Kapasitas Awal 22,00 22,40 Hasil Analisis Rerata Kapasitas Akhir 33,66 33,86 Beda Rerata Kapasitas 11,66 11,46 Persentase Peningkatan Kapasitas (%) 53 % 51 % Selisih 2 % PEMBAHASAN Karakteristrik Sampel Pada penelitian ini keseluruhan sampel memiliki umur 20-25 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada 1 dengan pemberian latihan jogging memiliki rerata umur(21,8±1,37) tahun dan pada 2 dengan pemberian latihan sepeda memiliki rerata umur (21,9±1,09) tahun. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki dan umur remaja hingga dewasa rentan mengalami perubahan perilaku seperti di sekitar lingkungannya. Umur tersebut merupakan fase dimana seorang anak mengalami perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman, disengaja, bertujuan/terarah baik secara kualitatif maupun kuantitatif 5. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku merokok terjadi karena penagalaman yang ada disekitar mereka. Pada umur tersebut seorang anak cenderung mencari sebuah pengakuan dari orang lain dan rasa ingin tahu yang begitu besar membuat mereka ingin mencoba berbagai hal tanpa mengetahui sebab akibat yang akan ditimbulkan. Oleh sebab itu, perilaku merokok terjadi pada anak berumur 15 tahun ke atas dalam hal ini remaja hingga dewasa yang tergolong sebagai pelajar maupun mahasiswa 5. Latihan aerobik dapat Meningkatkan Kapasitas kardiorespirasi pada Mahasiswa Perokok Aktif Menurut hasil uji Paired Sample T- test pada 1 diperoleh rerata nilai kapasitas kardiorespirasi sebelum latihan

sebesar 22,00 dan rerata setelah latihan sebesar 33,66. Selain itu, diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,005) yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara nilai kapasitas kardiorespirasi sebelum dan setelah pemberian latihan aerobik. Sama halnya dengan hasil uji Paired Sample T-test pada 2 diperoleh rerata nilai kapasitas kardiorespirasi sebelum latihan sebesar 22,40 dan rerata setelah latihan sebesar 33,86. Hal ini membuktikan bahwa latihan aerobik dapat meningkatkan kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif. Latihan aerobik adalah kemampuan dari sistem sirkulasi dan respirasi untuk mengatur atau menyesuaikan dari latihan yang berat dan untuk memulihkan efek dari latihan itu sendiri. Latihan aerobik melibatkan fungsi jantung, paru-paru dan darah serta kapasitasnya untuk membawa oksigen (O2), pembuluh darah dan kapiler dalam memasok darah ke seluruh jaringan tubuh dan sel otot, yang menggunakan oksigen (O2) dalam menyediakan energi untuk latihan daya tahan 14. Latihan aerobik mengarah kepada jenis latihan yang merangsang aktivitas jantung dan paru dalam waktu yang cukup lama untuk menghasilkan perubahan yang menguntungkan di dalam tubuh. Jogging dan sepeda adalah contoh dari latihan aerobik. Latihan Jogging dan sepeda dapat Meningkatkan Kapasitas kardiorespirasi pada Mahasiswa Perokok Aktif Menurut hasil uji Paired Sample T- test pada 1 diperoleh rerata nilai kapasitas kardiorespirasi sebelum latihan sebesar 22,00 dan rerata setelah latihan sebesar 33,66. Sama halnya dengan uji paired sample t-test pada 2 diperoleh rerata nilai kapasitas kardiorespirasi sebelum latihan sebesar 22,40 dan rerata setelah latihan sebesar 33,86. Selain itu, diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,005) yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara nilai kapasitas kardiorespirasi sebelum dan setelah latihan jogging. Hal ini menunjukkan bahwa latihan jogging maupun latihan sepeda dapat meningkatkan kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif. Pemberian latihan yang bersifat aerobik dapat meningkatkan kapasitas kardiorespirasi. Pemberian latihan jogging dan sepeda akan membuat tingkat efesiensi yang tinggi pada sistem sirkulasi dan respirasi dalam membawa oksigen (O2) ke otot yang sedang bekerja. Semakin banyak oksigen (O2) yang dapat kita hirup dan kita gunakan, semakin lama juga kemampuan kita untuk bekerja (latihan) sebelum mengalami kelelahan 6. Seseorang terus bernafas dalam dan cepat selama beberapa waktu setelah berhenti berolahraga. Oksigen (O2) diperlukan untuk pemulihan sistem-sistem energi. Selama berolahraga, simpanan keratin fosfat pada otot-otot yang aktif menjadi berkurang, asam laktat menumpuk dan simpanan glikogen terpakai. Selama masa pemulihan, pasokan ATP diberikan oleh proses fosforilasi oksidatif yang menggunakan O2 yang disediakan oleh aktivitas pernafasan yang terus meningkat setelah olahraga berhenti 10. Setiap asam laktat yang tertimbun diubah kembali menjadi asam piruvat, yang sebagian digunakan oleh sistem fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. Asam piruvat sisanya diubah kembali menjadi glukosa oleh hati. Sebagian besar glukosa ini digunakan untuk memulihkan cadangan glikogen di otot dan hati yang telah habis terpakai selama berolahraga 11. Bagi perokok aktif kondisi kebugaran fisiknya tidak akan sebaik dengan yang non perokok. Ketika berlatih frekuensi denyut jantung akan meningkat. Kenaikan frekuensi denyut jantung akan sesuai dengan intensitas latihan. Semakin tinggi intensitas maka denyut jantung akan terasa semakin cepat. Program latihan yang bersifat aerobik akan menyebabkan semakin besarnya ruang pada atrium

maupun ventrikel pada jantung sehingga volume darah sedenyut juga meningkat. Dengan meningkatnya volume darah sedenyut untuk memenuhi kebutuhan oksigen (O2) maupun membuang karbon dioksida jantung tidak perlu memompa dengan frekuensi yang tinggi. Pada bentuk latihan anaerobik yang pemulihannya tidak penuh, lebih dari satu kali per minggu akan memungkinkan menebalnya otot jantung yang belum tentu diikuti membesarnya ruang atrium maupun ventrikel 10. Otot jantung sifatnya hampir sama dengan otot rangka. Dalam keadaan normal penyediaan energi pada jantung terjadi secara aerobik dan menggunakan lemak sebagai bahannya. Akan tetapi ketika intensitas latihan dinaikkan, frekuensi denyut jantung naik secara berangsur-angsur dan bahan penyediaan energi akan menggunakan karbohidrat atau glukosa darah. Suatu saat jika menggunakan oksidasi glukosa tetap tidak cukup maka glikogen yang ada pada sel otot jantung akan digunakan. Dalam suatu latihan jika sering menggunakan glikogen otot jantung atau jantung banyak dipacu dan bertahan pada frekuensi denyut nadi maksimal maka timbunan glikogen otot jantung akan menebal. Orang yang mengalami penyempitan pembuluh koroner juga menglami penebalan otot jantung. Hal ini terjadi karena terganggunnya suplai darah atau oksigen (O2) yang menyebabkan kebutuhan energi otot jantung akan dipenuhi asam lemak dan berpindah ke glukosa darah sehingga banyak menggunakan glikogen otot jantung. Penggunaan glikogen otot jantung tersebut akan diadaptasi dengan memperbanyak timbunannya. Latihan daya tahan aerobik yang dalam hal ini adalah jogging akan mengembangkan ruang ventrikel maupun atrium pada jantung sehingga volume sedenyut maupun curah jantung akan meningkat 14 Selain meningkatnya volume sedenyut juga akan menyebabkan bertambahnya pembuluh-pembuluh pada otot jantung sehingga akan dapat mengurangi terganggunya aliran darah pada otot jantung 10. Dengan banyaknya pembuluh darah jika ada satu atau dua pembuluh yang tersumbat maka perannya akan diambil alih pembuluh-pembuluh darah yang lain. Pada sistem pernafasan, paru-paru merupakan organ yang sangat menentukan dalam sistem pernafasan. Alveoli dalam paru-paru merupakan tempat utama untuk mengambil O2 dan melepaskan CO2. Volume atau besarnya paru-paru (kapasiatas vital) akan berpengaruh terhadap kecepatan pengambilan O2 dan pelepasan CO2. Semakin besar volume paru-paru akan semakin cepat proses terjadinya pertukaran gas (difusi) tersebut. Program latihan daya tahan akan banyak meningkatkan volume paru-paru dan semakin tingginya kualitas pertukaran gas 8. Pada seorang perokok berat saluran pernafasan dan paru-paru banyak tertutup nikotin, akibatnya pertukaran gas menjadi sangat sulit. Sebagai adaptasi dari keadaan tersebut paru-paru berusaha memperluas permukaan atau memperbesar volume. Oleh karena itu perokok berat akan dapat mempunyai kapasitas vital yang besar, tetapi kemampuann pertukaran gas tetap kecil 13. Latihan Jogging dan Sepeda Sama Baik dalam Meningkatkan Kapasitas kardiorespirasi pada Mahasiswa Perokok Aktif Menurut hasil uji Independent T-test yang bertujuan untuk mengetahui komparasi peningkatan kapasitas kardiorepirasi pada tiap-tiap kelompok, diperoleh nilai selisih peningkatan kapasitas kardiorespirasi pada 1 sebesar (11,66±2,25) dan 2 sebesar (11,46±2,23). Selain itu diperoleh nilai p=0,809 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara 1 dan 2. Hal ini menunjukkan bahwa latihan jogging sama baik dengan latihan sepeda jika diaplikasikan dalam meningkatkan

kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa ke dua latihan memiliki efek yang sama baik dalam meningkatkan daya tahan kardiorepsirasi pada mahasiswa perokok aktif. Kedua latihan ini memiliki mekanisme dan reaksi yang sama, peningkatan kapasitas kardiorespirasi juga sama baik dan tidak terdapat efek samping yang dirasakan oleh sampel ketika penelitian ini dil angsungan. Hal tersebut terjadi karena pemberian latihan memiliki frekuensi dan intensitas yang sama sehingga respon fisiologis yang terjadi juga sama. Latihan diberikan sebanyak empat kali dalam seminggu selama empat minggu. Latihan yang diberikan dalam jangka waktu 4-8 minggu akan diperoleh hasil yang konstan. Rokok memiliki efek terhadap aktivitas fisik ditandai dengan penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik secara optimum karena perokok memiliki daya tahan (aerobic endurance) yang rendah, mudah sesak nafas disertai penurunan kinerja fisik dalam melakukan pekerjaan atau tugas sehari-hari dan peningkatan risiko cidera 13. Hal ini terjadi oleh karena sistem imun pada orang tersebut juga menurun. Oleh sebab itu, latihan aerobik sangat tepat jika diberikan bagi perokok aktif dalam memulihkan jaringan-jaringan yang rusak oleh racun yang terkandung di dalam rokok. Dalam penelitian ini, digunakan dua contoh latihan aerobik yang sama baiknya dalam meningkatlan kapasitas kardiorespirasi yaitu latihan jogging dan bersepeda. Alasannya adalah karena latihan jogging dan bersepeda merupakan jenis latihan berintensitas sedang yang tepat jika diberikan bagi perokok aktif mengingat kondisi kebugaran fisiknya tidak sebaik kondisi kebugaran fisik non perokok. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa orang yang melakukan latihan aerobik intensitas sedang meyakinkan bahwa mereka jarang menderita batuk-pilek. Sebaliknya, para atlet top dan pelatih mereka sering mengeluh mengenai serangan-serangan infeksi saluran nafas atas yang nampaknya menyerang atlet tersebut. Hasil dari penelitian ilmiah terakhir menunjang kedua pendapat tersebut 12. Dampak latihan terhadap pertahanan imun bergantung pada intensitas yang diberikan. Penelitianpenelitian terkini semakin menunjang hipotesis bahwa olahraga yang melelahkan akan menekan pertahanan imun, sedangkan olahraga sedang akan merangsang system imun. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa olahraga dengan intensitas tinggi akan diikuti oleh penurunan resistensi terhadap infeksi saluran nafas 1. KONKLUSI DAN PROPOSISI Konklusi Konklusi yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian ini yaitu: 1. Latihan jogging terbukti meningkatkan kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif dengan presentase sebesar 53 %. 2. Latihan sepeda terbukti meningkatkan kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif dengan presentase sebesar 51 %. 3. Latihan jogging dan latihan sepeda sama baik dalam meningkatkan kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif. Proosisi Saran yang diberikan berdasarkan pembahasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah : 1. Latihan jogging dan bersepeda dapat dijadikan pilihan oleh orang yang memiliki kapasitas kardiorespirasi yang rendah 2. Latihan jogging dan bersepeda dapat dilakukan sendiri oleh pasien sesuai dosis yang benar. 3. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian

selanjutnya pada kasus-kasus lain yang menyebabkan menurunnya kapasitas kardiorespirasi. DAFTAR PUSTAKA 1. Ahsan, A. 2012. Mayoritas Perokok Adalah Rakyat Miskin Berpendidikan Rendah. 2. Calvin, J. 2014. Rokok merusak kesehatan mulut. Available at : www.formulaoralcare.com (diakses tanggal 26 Februari 2015). 3. Sumosardjuno, S. 1999. Kesehatan Olahraga. Jakarta : PT. Gramedia 4. Widiyanto.2008. Bulutangkis. Jakarta: Ganeca Exact 5. Papalia, D. E. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Terj. A.K. Anwar, Kencana, Jakakarta, Ed. 9. Brahm U. Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 34. 12. Pollock, M.L. & Wilmore, J.H. 1990 Exercise in Health and Disease : Evaluation and Prescription for Prevention and Rehabilitation. 2nd. Ed. Saunders, Philadelphia. 13. Sitepoe M, 2002. Usaha mencegah bahaya merokok. Jakarta : PT. Gramedia 14. Wilmore J.H., and Costill D.L. 1994. Physiology of Sports and Exercise Human Kinetics. USA: Human Kinetics Publishers. p. 12-14, 28-35, 176-184 15. Weller S.E.M. 2002. Textbook of Clinical Pathology. Eight edition/asian edition. Igaku Shoin, Ltd : Tokyo 6. Cooper,K.H. 1968. Aerobics. Bantam books. USA. 7. Hans Tendra. 2003. Merokok dan Kesehatan. Surabaya : http://www.yahoo.com. 8. Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11 th ed. Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders. 9. Harsono. (1988). Coaching dan Aspek- Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma 10. Rilantono, L. 5 Rahasia Penyakit Kardiovaskular (PKV). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012. 11. Sherwood L, 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, alih bahasa