BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance. komisaris independen, dan komite audit terhadap nilai perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik. Penerapan corporate governance dalam dunia usaha merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB V KESIMPULAN & SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP (Kantor Akuntan Publik) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari sebuah kegiatan manajemen di

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan secara berkelanjutan (sustainable). Nilai perusahaan merupakan. menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perusahaan memiliki kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN. meneliti mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pengertian LQ Kriteria Indeks LQ Daftar Perusahaan Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu

BAB 1 PENDAHULUAN. direflesikan dalam kondisi keuangan, namun juga harus memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan operasionalnya. Saat ini semua perusahaan wajib membuat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Manajemen pihak

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai kegiatan investasi serta memberikan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perencanan yang baik perlu adanya tata kelola yang baik di dalam suatu sektor

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kondisi perekonomian negara Indonesia saat ini telah mengalami

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba dan implikasinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Governance mulai menjadi isu yang hangat dibicarakan sejak terbukanya

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah di Indonesia. Pengembangan perbankan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana

BAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maretha dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, isu mengenai Good Corporate Governance (GCG) mulai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan, khususnya perusahaan yang telah go public. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants,

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

Oleh: Inayah B

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyejahterakan para stakeholder dan shareholder, yang lainnya yaitu untuk

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. dan diawasi, misalnya melalui penetapan tujuan perusahaan dan monitoring terhadap

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Like Monisa (2012) Menurut Tri & Ferry (2012)

BAB I PENDAHULUAN. keuangan harus menyajikan informasi yang berintegritas tinggi (PSAK no. 1,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen, terutama kepada pemilik saham. Laporan keuangan juga merupakan alat untuk menyampaikan informasi keuangan perusahaan kepada investor. Perusahaan publik diwajibkan menyusun laporan keuangan maupun laporan tahunan yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik. Pada umumnya kinerja sebuah perusahaan diukur dari besarnya tingkat profitabilitas yang dipublikasikan melalui laporan keuangan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal. Profitabilitas digunakan sebagai alat pengendalian bagi manajemen, dan juga dapat dimanfaatkan oleh pihak intern untuk menyusun target, budget, evaluasi hasil pelaksanaan operasi perusahaan dan dasar pengambilan keputusan. Profitabilitas yang diperoleh perusahaan merupakan peningkatan nilai ekonomis yang akan diterima melalui pembagian dividen kepada pemilik perusahaan. Profitabilitas perusahaan juga digunakan sebagai alat ukur kinerja manajemen perusahaan selama periode tertentu yang bisa menjadi perhatian pihak-pihak tertentu dalam menilai pertanggungjawaban manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaan. Profitabilitas yang diperoleh perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain terkonsentrasi atau tidak terkonsentrasinya kepemilikan, manipulasi laba, serta pengungkapan laporan keuangan. Kepemilikan yang banyak

terkonsentrasi oleh institusi akan memudahkan pengendalian sehingga akan meningkatkan kinerja perusahaan. Pencapaian hasil-hasil tersebut secara langsung menggambarkan tidak terjadinya pemborosan, penyelewengan, manipulasi pemanfaatan sumber-sumber daya perusahaan, dan lemahnya tata kelola perusahaan. Peningkatan kinerja dicapai melalui pengawasan kinerja manajemen dan jaminan akuntabilitas manajemen kepada stakeholder berdasarkan kerangka aturan tertentu. Harapan Investor dalam menginvestasikan modalnya di sebuah perusahaan adalah memperoleh profitabilitas. Kepentingan para pemilik modal perlu memperoleh kepastian dan terlindungi. Artinya modal yang diserahkan dapat dikelola dengan baik dan menghasilkan hasil imbalan yang memuaskan. Kondisi ini menjadi salah satu alasan, perlunya pengelolaan perusahaan yang baik, yang memungkinkan perusahaan terkelola secara efisien, efektif dan mencapai tujuannya. Tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) merupakan proses untuk merubah atau melakukan pembaharuan dalam sistem pengelolaan organisasi. Penerapan GCG adalah upaya mengajak dan mendorong suatu organisasi seperti perusahan negara, perusahaan swasta, maupun koperasi melakukan penataan sistem pengelolaan untuk menghasilkan organisasi yang terkelola dengan baik, menghasilkan efisiensi, efektivitas dalam pencapaian tujuan perusahaan. Komponen GCG yang harus dipenuhi perusahaan untuk memaksimalkan profitabilitas perusahaan yaitu pemegang saham, direksi, dewan komisaris, manajer, karyawan/serikat pekerja, sistem renumerasi berdasarkan kinerja, komite audit, sekretaris perusahaan dan lain sebagainya.

Perusahaan yang go publik seperti perusahaan sektor perkebunan merupakan jenis perusahaan yang membutuhkan modal yang sangat besar, dan berjangka panjang sehingga dana pihak ketiga sangat dibutuhkan untuk membantu perusahaan dalam mengembangkan perusahaan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sejumlah emiten perkebunan yang sudah merilis laporan keuangan kuartal ketiga tahun 2013, sekitar enam emiten perkebunan mencatatkan penurunan laba perusahaan dari 45% - 86% untuk periode Januari sampai dengan September 2013. Beberapa perusahaan yang mengalami penurunan profitabilitas selama kuartal ketiga tahun 2013 dijabarkan dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1 Penurunan Profitabilitas Perusahaan Tahun 2013 No. Nama Perusahaan Persentase Penurunan Profitabilitas 1 PT. BW Plantation, Tbk 51,61 % 2 PT. Gozco Plantation, Tbk 10,00 % 3 PT. Astra Agro lestari 45,50 % 4 PT. Salim Ivomas, Tbk 82,00 % 5 PT. PP London Sumatera, Tbk 53.00 % 6 PT. Sampoerna Agro, Tbk 86,00 % Sumber : http://bisnis.liputan6.com PT. BW Plantation, Tbk mengalami penurunan profitabilitas sebesar 51,61%, PT. Gozco Plantation, Tbk mengalami penurunan sebesar 10%, profitabilitas PT. Astra Agro lestari, Tbk menurun sebesar 45,5%. Selain itu, perusahaan perkebunan group Salim juga mencatatkan penurunan profitabilitas hingga sembilan bulan pertama tahun 2013 yaitu PT. Salim Ivomas, Tbk yaitu 82%. Sementara PT. PP London Sumatera, Tbk membukukan profitabilitas turun sebesar 53%. Sedangkan PT. Sampoerna Agro, Tbk mencatatkan penuruan laba sebesar 86% dari periode yang sama tahun 2012.

Penurunan profitabilitas perusahaan pada sektor perkebunan dapat menurunkan nilai perusahaan di mata investor. Hal ini tentunya akan menyebabkan penurunan minat investor untuk menginvestasikan dananya dalam perusahaan sehingga akan berdampak pada penurunan nilai saham perusahaan. Berdasarkan informasi tersebut, optimalisasi profitabilitas perusahaan merupakan salah satu cara yang digunakan perusahaan untuk menarik dana (modal) pihak ketiga agar mau menginvestasikan modalnya. Fenomena lain yang ada yaitu keberadaan perusahaan yang ada menggambarkan bahwa tidak semua direksi yang terdapat di dalam perusahaan menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak berjalan dan atau tidak beroperasi sebagaimana yang diharapkan. Selain itu kompetensi dan integritas dewan komisaris yang ada di perusahaan yang lemah. Lemahnya posisi dan peranan dewan komisaris ini dikarenakan pengangkatan komisaris diberikan sebagai rasa penghargaan semata maupun berdasarkan hubungan keluarga atau kenalan dekat. Seringkali pula mantan pejabat pemerintah ataupun yang masih aktif, biasanya diangkat sebagai komisaris suatu perusahaan dengan tujuan agar mempunyai akses ke instansi pemerintah yang bersangkutan. Pengangkatan dewan komisaris sama sekali mengabaikan kriteria kompetensi dan integrigas. Hal inilah yang berimbas pada kualitas independensi komisaris. Padahal independensi komisaris merupakan hal yang sangat fundamental dalam melakukan fungsi pengawasan agar tercipta perusahaan yang corporate governance. Masalah tersebut ditekan dengan menggunakan cara atau mekanisme sistem pengawasan internal. Untuk mengawasi jalannya perusahaan yang

dilakukan oleh manajemen, para pemilik modal menugaskan dewan pengawas yang membawahi para pengelola perusahaan. Dewan pengawas dalam hal ini komisaris independen yaitu anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan dengan direksi, dewan komisaris dan pemegang saham, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat memengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Kecenderungan meningkatnya atau meluasnya kewenangan komisaris independen, apalagi dengan membawahi komite audit yang akan membuat tanggung jawab komisaris independen semakin besar dari anggota komisaris lainnya. Hal ini akan memunculkan sikap pesimis terhadap efektivitas dan keberadaan komisaris independen dalam rangka terciptanya penerapan GCG yang lebih baik. Permasalahan lain yang timbul dalam GCG adalah akibat adanya masalah keagenan yaitu ketidakselarasan kepentingan dua kelompok pemilik perusahaan, yaitu antara controlling (pihak manajemen) dan minority shareholders (pemilik saham minoritas). Seringkali controlling mengendalikan keputusan manajemen yang merugikan minority shareholders. Selain itu, struktur kepemilikan yang menyebar (manager-controlled) juga memberikan kontribusi lebih terhadap terjadinya masalah keagenan dari pada struktur kepemilikan yang terkonsentrasi. Penelitian yang dilakukan oleh Husnan (2000), menemukan bahwa perusahaan yang kepemilikannya lebih menyebar memberikan imbalan yang lebih besar kepada manajemen dibanding dengan perusahaan yang kepemilikannya lebih terkonsentrasi. Xu and Wang (1997) menemukan bahwa kepemilikan saham perusahaan oleh legal person shareholder dapat memonitor manajemen dengan

efektif melalui pengendalian oleh board of directors, pemilihan karyawan perusahaan dan pemberian kompensasi terhadap chief corporate officer. Melihat fenomena ini, maka menjadi suatu kewajiban bagi perusahaan untuk mengaplikasikan GCG agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Untuk itu, perusahaan melaksanakan berbagai aktivitas baik aktivitas operasional, pendanaan dan investasi. Dalam pelaksanaan ketiga aktivitas tersebut, perusahaan akan menggunakan modalnya dengan efektif dan efisien agar mampu menghasilkan profitabilitas yang maksimal. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikian institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia? 2. Apakah komisaris independen dapat memoderasi hubungan dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikian institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen secara simultan dan parsial terhadap profitabilitas perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia.

2. Untuk menganalisis pengaruh dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia dengan komisaris independen sebagai variabel moderating. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut ; 1. Perusahaan perkebunan. Memberikan kontribusi pemikiran kepada manajemen perusahaan perkebunan dan para pemakai laporan keuangan dalam memahami dan menyikapi fenomena yang terkait dengan Good Corporate Governance sehingga dapat memaksimalkan profitabilitas perusahaan. 2. Pengembangan bidang akademik. Sebagai sarana dalam menambah ilmu pengetahuian di bidang akuntansi khususnya tentang Good Corporate Governance dan profitabilitas perusahaan. 3. Peneliti Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang dijadikan sebagai bahan masukan dan referensi untuk penelitian lebih lanjut oleh calon peneliti berikutnya. 1.5. Originalitas Penelitian Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Yonnedi & Sari (2009) yang melakukan penelitian dengan judul Impact of Corporate Governance Mechanisms on Firm Performance ; Evidence from Indonesia s State

Owned Enterprises (SOEs). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yonnedi & Sari (2009) adalah: 1. Penambahan variabel independen. Dalam penelitian yang dilakukan Yonnedi & Sari (2009) menggunakan tiga variabel independen yaitu ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris dan kepemilikan pemerintah. Sedangkan dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan yaitu dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen. 2. Pengukuran variabel dependen yang digunakan. Variabel dependen penelitian yang buat Yonnedi & Sari yaitu kinerja perusahaan yang diukur dengan Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Sales Employe Ratio (SER). Pada penelitian ini variabel dependennya yaitu kinerja perusahaan yang berfokus pada profitabilitas perusahaan yang menggunakan alat ukur Return On Equity (ROE). Penulis memilih pengukuran profitabilitas dengan menggunakan ROE dengan alasan sesuai dengan variabel dalam penelitian ini yaitu struktur kepemilikan yang berhubungan dengan modal yang diinvestasikan oleh investor dalam sebuah perusahaan. 3. Objek yang dijadikan sampel. Perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian Yonnedi & Sari adalah perusahaan BUMN sedangkan dalam penelitian ini adalah berfokus pada perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia. 4. Perbedaan lainnya adalah penambahan variabel moderating. Dalam penelitian ini komisaris independen digunakan sebagai variabel moderating yang juga merupakan bagian dari variabel independen lainnya.