I. PENDAHULUAN. maupun sebagai sumber mata pencaharian sementara penduduk Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
VI. GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT Sejarah Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat, baik. generasi sekarang maupun yang akan datang.

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan mahkluk hidup di bumi. Kekayaan alam bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

V. GAMBARAN UMUM PERUM PERHUTANI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Madura pada tahun 2012 mencapai ,71 km 2. Hutan tersebut

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

BAB I PENDAHULUAN. hutan. Kegiatan budidaya tersebut diperkirakan akan dapat membawa keuntungan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

PROSPEK TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melampaui dua tahapan, yaitu ekstraksi kayu dan pengelolaan hutan tanaman. mengikuti paradigma baru, yaitu kehutanan sosial.

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. hutan negara, dimana kawasannya sudah dikepung kurang lebih 6000 desa

I. PENDAHULUAN. seperti China Asia Free Trade Area (CAFTA) dapat memperparah keadaan krisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

Transkripsi:

17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu subsektor pertanian, mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional. Baik sebagai sumber penghasil devisa negara, penghasil bahan baku untuk industri dan kesempatan kerja maupun sebagai sumber mata pencaharian sementara penduduk Indonesia. Selain itu, subsektor perkebunan juga mempunyai keunggulan komparatif dalam beberapa komoditas di pasar dunia yang sementara belum dimanfaatkan secara optimal hingga kini. Pengalaman selama krisis ekonomi, terutama pada tahun-tahun awal (1997-1998) ketangguhan subsektor perkebunan selalu menunjukkan pertumbuhan bernilai positif. Di antara berbagai komoditas perkebunan non tradisional, vanili merupakan komoditas ekspor yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi dan telah mempunyai nama cukup baik di pasaran internasional. Ekspor vanili Indonesia yang ditujukan ke beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Hongkong sebagian besar adalah dalam bentuk vanili utuh (vanilla whole) dan dalam bentuk lain (other vanilla) ke negara China, Malaysia, dan Amerika Serikat (Tampubolon, 2004). Perkembangan ekspor vanili Indonesia dalam beberapa tahun terakhir (2000-2006) menunjukkan kecenderungan yang fluktuatif. Meskipun demikian sebagai komoditi non tradisional, vanili tetap mampu memberikan kontribusi yang tinggi bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Perkembangan ekspor vanili Indonesia selama tahun 2000-2006 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

18 Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Vanili Indonesia Tahun 2000 2006 Tahun Ekspor Volume (Ton) Nilai (000 US$) 2000 350 8 503 2001 468 19 309 2002 3 599 19 160 2003 6 363 19 275 2004 741 16 502 2005 278 5 347 2006 499 5 892 Sumber : Departemen Pertanian, 2006. Tabel 1 memperlihatkan pada tahun 2000-2003 volume dan nilai ekspor vanili Indonesia mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi karena tingginya permintaan vanili dunia akibat semakin luasnya pemanfaatan vanili. Di pusat konsumsi vanili seperti negara Amerika Serikat, Kanada, Perancis, dan Jerman, vanili tidak hanya digunakan sebagai bahan standar untuk mengubah aroma pada industri pangan, namun telah meluas ke industri parfum, pembuatan susu, permen, dan es cream. Sementara itu, menurunnya volume dan nilai ekspor vanili Indonesia pada tahun 2004-2005 disebabkan oleh mutu vanili asal Indonesia yang tidak sesuai dengan standar internasional. Dampak dari penolakan ini menyebabkan vanili menumpuk hampir di seluruh daerah sentra vanili di Indonesia sehingga mengakibatkan kerugian bagi sebagian besar petani vanili. Terlepas dari fluktuatifnya ekspor vanili tersebut, tingginya permintaan vanili dunia yang mencapai 2 500 ton memberikan peluang dan kesempatan besar bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor. Selama ini sebagai produsen vanili terbesar ke dua setelah negara Madagaskar, Indonesia baru bisa memasok 25 30 persen dari kebutuhan pasar dunia.

19 Di pasar domestik, permintaan vanili sebagai bahan campuran makanan-jadi, meningkat mencapai 26 persen dari seluruh produksi rempah-rempah seiring dengan meningkatnya makanan olahan yang rata-rata mencapai 41.01 persen per tahun (Tombe, et al, 2002). Untuk memenuhi permintaan vanili (bentuk serbuk) di pasar domestik, Indonesia masih melakukan impor. Ini dilakukan karena Indonesia belum memiliki industri vanillin, baik vanillin alami maupun vanillin sintetis. Lebih lengkap mengenai data impor vanili Indonesia tahun 2000-2006 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Volume dan Nilai Impor Vanili Indonesia Tahun 2000 2006 Tahun Impor Volume (Ton) Nilai (000 US$) 2000 58 766 2001 230 868 2002 1 514 1 346 2003 116 3 732 2004 8.5* 837* 2005 155 636 2006 55.8 282 Sumber : Departemen Pertanian, 2006. Keterangan : * sampai Juli 2004 Tingginya kebutuhan / permintaan vanili baik dari pasar internasional maupun pasar domestik memberikan prospek yang cerah dan peluang yang besar bagi perkembangan vanili Indonesia. Selain itu harga vanili yang cukup tinggi juga sangat besar pengaruhnya terhadap perluasan komoditas vanili di Indonesia. Seperti yang terjadi pada bulan Maret April 2004, harga yang diterima petani untuk buah vanili basah berkisar Rp 250 000 Rp 600 000 per kg dengan kualitas yang tidak ditentukan. Sementara harga buah vanili kering berkisar Rp 1 800 000 Rp 2 500 000 per kg (Suwandi dan Sudibyanto, 2004). Hal ini membuka kesempatan bagi para petani vanili

20 untuk terus meningkatkan produksi vanili. Seperti diketahui, produksi vanili Indonesia selama enam tahun terakhir cenderung fluktuatif. Perkembangan produksi vanili nasional selama enam tahun terakhir disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Vanili Indonesia Tahun 2000 2006 Tahun Luas Areal (ha) Produksi Produktivitas (ton) (ton / ha) 2000 14 692 1 681 0.11 2001 14 749 2 918 0.20 2002 15 922 2 731 0.17 2003 15 653 1 656 0.11 2004 24 251 2 252 0.09 2005 25 486 2 366 0.09 2006 25 429 2 584 0.10 Sumber : Departemen Pertanian, 2006. Tabel 3 memperlihatkan produksi vanili yang cenderung fluktuatif selama tahun 2000-2006. Salah satu penyebab terjadinya fluktuasi produksi vanili ini adalah adanya penyakit busuk batang yang menyerang tanaman vanili. Serangan penyakit busuk batang ini mengakibatkan penurunan produktivitas vanili dan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi para petani vanili di seluruh Indonesia. Terkait dengan fluktuatifnya produksi vanili nasional maka upaya-upaya yang lebih diarahkan pada peningkatan produksi khususnya pengendalian terpadu dan penyediaan bibit tahan terhadap penyakit busuk batang perlu dilakukan. Dalam hal pencegahan maupun pengendalian penyakit busuk batang dapat dilakukan dengan menerapkan cara budidaya vanili yang benar, mulai dari penyiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, dan cara panen (Ruhnayat, 2004). Sementara dalam hal penyediaan bibit tahan terhadap penyakit busuk batang, Balai Penelitian Tanaman Tropis (Balittro) telah menghasilkan bibit Bio-FOB yang diinduksi dengan FoNP (Fusarium oxysporium non patogenik) yaitu sejenis

21 mikroorganisme yang dapat menginduksi ketahanan tanaman. Efektifitas FoNP menghasilkan bibit yang bebas penyakit busuk batang lebih baik dibandingkan dengan fungisida (Bun, 2004). Ditemukannya bibit vanili bebas fusarium ini, diharapkan dapat meningkatkan produksi / produktivitas vanili. Di sisi lain, keberhasilan dalam mengembangkan tanaman vanili tidak hanya dicerminkan oleh peningkatan produksi / produktivitas vanili saja ataupun devisa yang diperoleh negara, namun dalam dimensi yang lebih luas keberhasilan tersebut harus dilihat dari peningkatan pendapatan dan kesejahteraan para petaninya. Oleh karena itu, terkait dengan berbagai upaya peningkatan pendapatan petani vanili, maka upaya kerjasama dengan perusahaan yang berskala besar merupakan salah satu upaya petani vanili untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini kerjasama antar subsektor pertanian, yaitu subsektor perkebunan yaitu tanaman vanili dengan subsektor kehutanan (agroforestri) mempunyai peluang yang baik untuk dikembangkan. Salah satu konsep agroforestri yang saat ini sedang dikembangkan adalah Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masayarakat (PHBM) yang merupakan salah satu kebijakan pengelolaan sumberdaya hutan yang dikeluarkan oleh Perum Perhutani berdasarkan konsep Community Based Forest Management. Melalui Surat Keputusan Ketua Dewan Pengawas Perum Perhutani No 136/KPTS/DIR/2001 tentang Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat ditetapkan bahwa sistem pengelolaan dilaksanakan bersama antara Perum Perhutani selaku pihak pengelola kawasan hutan dan masyarakat desa hutan serta pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pengelolaan sumberdaya hutan (stakeholders) (Perhutani, 2005).

22 Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat ini (selanjutnya disingkat PHBM) merupakan paradigma baru pembangunan kehutanan yang bertumpu pada kepentingan masyarakat melalui pendekatan partisipatif. Dalam hal ini masyarakat diposisikan sebagai pelaku utama pembangunan kehutanan yang tidak lagi hanya berorientasi pada hasil kayu tetapi pada keseluruhan sumberdaya hutan. Salah satu daerah pengembangan agroforestri di Provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Sumedang. Kabupaten Sumedang memiliki hutan yang cukup luas, yaitu sebesar 37.5 persen dari luas daerah keseluruhan yang terdiri atas hutan negara (44.473 km 2 ) dan hutan rakyat (13.718 km 2 ). Dengan adanya luas hutan yang cukup besar, secara tidak langsung mendukung kondisi kehidupan pertanian di Kabupaten Sumedang karena resapan air yang diberikan oleh hutan cukup memadai untuk mengairi masalah pertanian. Salah satu dari 56 desa yang berada di sekitar kawasan hutan yang tersebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten Sumedang yang telah melaksanakan kegiatan sosialisasi PHBM adalah Desa Padasari, Kecamatan Cimalaka. Terpilihnya Desa Padasari menjadi salah satu daerah sosialisasi PHBM dikarenakan letak daerahnya yang berada di bawah kaki gunung Tampomas dan berada di sekitar kawasan hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Sumedang yaitu BKPH Tampomas. Di Desa Padasari, kegiatan PHBM ini dilaksanakan bersama antara Perum Perhutani Unit III KPH Sumedang selaku pihak pengelola kawasan hutan, masyarakat desa hutan yaitu Kelompok Tani Hutan Bagjamulya, dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pengelolaan sumberdaya hutan (stakeholders). Kemitraan PHBM di Desa Padasari ini dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan yang saling mengisi antara Kelompok Tani Hutan Bagjamulya dan Perum Perhutani, di

23 mana Kelompok Tani membutuhkan lahan dan modal untuk kegiatan usahatani vanili, sementara Perum Perhutani membutuhkan tenaga untuk mengelola dan mengamankan hutan. Kegiatan yang saling mengisi antara petani vanili dan Perum Perhutani melalui kemitraan PHBM ini diharapkan dapat menumbuhkembangkan sense of belonging petani vanili khususnya anggota Kelompok Tani Hutan Bagjamulya dalam memfungsikan dan memanfaatkan sumberdaya hutan sekaligus juga dapat mengupayakan peningkatan pendapatan petani melalui usahatani vanili. Sebagai implementasi PHBM di Desa Padasari, pada tahun 2001 telah dilakukan penanaman vanili di bawah tegakan pinus merkusii dengan seluas 6 ha yang berlokasi di petak 11a RPH Tanjungkerta BKPH Tampomas. Selanjutnya pada tahun 2002 penanaman vanili diperluas menjadi 30.25 ha dengan areal tambahan di tiga petak (10b, c, dan 13 c) (Perhutani, 2005). Diperluasnya areal penanaman vanili tersebut, membuktikan bahwa pengusahaan vanili dengan sistem tumpang sari telah memberikan hasil yang baik, sehingga diharapkan dapat menghasilkan produksi/produktivitas yang lebih tinggi yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani vanili. 1.2. Perumusan Masalah Konsep kemitraan diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi ketimpangan ekonomi usaha skala besar (perusahaan) dengan usaha skala kecil (petani). Adanya kebutuhan yang saling mengisi memungkinkan terciptanya harmonisasi dalam kemitraan yang pada akhirnya akan menguntungkan kedua belah pihak. Demikian halnya dengan kemitraan PHBM di Desa Padasari yang dilakukan oleh petani vanili yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan Bagjamulya dengan Perum Perhutani, didasari

24 oleh adanya kebutuhan dari masing masing pihak, di mana petani memerlukan tambahan lahan dan modal untuk mengusahakan tanaman vanili sementara Perum Perhutani memerlukan sumberdaya manusia (petani vanili) sebagai tenaga kerja yang dapat digunakan untuk membantu mengelola hutan. Dengan demikian, diharapkan kemitraan PHBM di Desa Padasari ini dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, khususnya bagi para petani vanili. Sebagai suatu inovasi yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik, kemitraan PHBM di Desa Padasari mempunyai kelebihan dan daya tarik yang tinggi bagi masyarakat sekitar. Selain sebagai kemitraan lintas subsektor antara perkebunan (kebun vanili milik rakyat) dan kehutanan (hutan milik Perum Perhutani), kelebihan lain dari kemitraan PHBM adalah adanya sistem bagi hasil yang jarang dijumpai pada bentuk kemitraan lain. Adanya kelebihan dari kemitraan tersebut diharapkan menjadi daya tarik bagi para petani vanili sehingga petani bersedia menjadi anggota. Namun, pada kenyataannya hanya sebagian kecil petani vanili yang tertarik dan sebagian besar tidak tertarik dengan kemitraan PHBM. Bagi petani vanili yang tertarik pada kemitraan, besar kemungkinan akan mengambil keputusan untuk melakukan kemitraan sedangkan petani vanili yang tidak tertarik kemungkinan besar tidak akan melakukan kemitraan. Dugaan ini sangat beralasan karena dalam proses adopsi inovasi seorang petani setelah melewati tahap penaruhan minat / ketertarikan maka kemungkinan untuk menerapkan / melakukan suatu inovasi menjadi sangat besar (Kartasapoetra, 1994). Begitu juga sebaliknya. Terkait dengan itu, adanya ketertarikan petani terhadap kemitraan yang selanjutnya mengambil keputusan untuk melakukan kemitraan pada dasarnya merupakan hasil dari pemahaman dan pola pikir petani yang dipengaruhi oleh faktor sosial dan

25 ekonomi. Faktor sosial petani itu meliputi umur, pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah anggota keluarga, status sosial, status penguasaan lahan, informasi teknologi yang meliputi frekuensi penyuluhan dan kontak lembaga. Sementara faktor ekonomi yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani adalah luas lahan, jumlah tenaga kerja, pendapatan, status lahan, keanggotaan dalam kelompok tani, resiko, tersedianya kredit, serta kelembagaan. Berdasarkan uraian tersebut maka menjadi jelas bahwa faktor-faktor sosial ekonomi dapat mempengaruhi kemungkinan petani vanili untuk melakukan kemitraan PHBM. Oleh karenanya, faktor-faktor sosial ekonomi petani vanili di Desa Padasari menjadi penting untuk diketahui lebih lanjut, khususnya mengenai faktor sosial ekonomi apa saja yang paling dominan dan berapa besar pengaruhnya terhadap petani di dalam melakukan kemitraan PHBM. Selanjutnya, kemitraan sebagai strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam rangka meraih keuntungan bersama (Hafsah, 2000), maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis kemitraan. Sehubungan dengan itu, dalam melaksanakan kemitraan PHBM di Desa Padasari kepatuhan antara petani vanili yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan Bagjamulya dengan Perum Perhutani dalam menjalankan etika bisnis kemitraan sudah seharusnya dilakukan. Hal ini dikarenakan sebagai suatu kelembagaan, kemitraan PHBM tidak dapat dipisahkan dari aspek fungsional dan struktural yang mendasari eksistensi kemitraan tersebut. Ini berarti kemitraan tersebut mencakup seperangkat peraturan, perjanjian, dan kesepakatan yang diterapkan dan harus ditaati oleh masing-masing pihak pelaku.

26 Terkait dengan hal tersebut, sebagai lembaga yang terdiri dari dua pihak yang berbeda skala usaha maka besar kemungkinan dalam pelaksanaan kemitraan PHBM pun dapat terjadi konflik / permasalahan karena masing-masing pihak akan memaksimumkan kepuasannya. Selama ini seperti diketahui, banyak kemitraan yang sudah tidak berjalan lagi dikarenakan hubungan yang dilakukan antara perusahaan mitra dan petani mitra hanya sebatas hubungan majikan dan buruh, di mana perusahaan mitra memandang kemitraan tersebut sekedar belas kasihan dan sekedar memenuhi himbauan pemerintah, sementara petani mitra memandang perusahaan cenderung memanfaatkan mereka dan tidak tulus membantu. Oleh karena itu, adanya aturan main yang jelas, dalam hal ini adanya hak dan kewajiban masing-masing pihak yang harus dilaksanakan, diharapkan dapat meminimumkan kemungkinan konflik yang terjadi dalam kemitraan. Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas maka penting untuk diketahui sejauhmana aspek kelembagaan dari kemitraan PHBM ini, ditinjau dari aspek batas kewenangan, aspek pelaksanaan hak dan kewajiban, dan aspek aturan representasi. Selanjutnya, sebagai suatu inovasi yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik, maka dapat dikatakan bahwa kemitraan dapat memberikan manfaat / keuntungan bagi para anggotanya. Adanya manfaat dalam kemitraan ini dapat menjadi motivasi dan dorongan bagi para anggotanya untuk terus meningkatkan partisipasinya dalam kemitraan. Sebaliknya jika kemitraan itu tidak memberikan manfaat / keuntungan maka besar kemungkinan para anggotanya tidak bersedia melanjutkan kemitraan. Sehubungan dengan itu, mengingat kemitraan PHBM sebagai suatu inovasi dan sejak 2001 sampai sekarang masih tetap berjalan, maka menarik untuk dikaji bagaimana hubungan kemitraan

27 yang telah dijalin selama ini, apakah telah memberikan manfaat / keuntungan bagi kedua belah fihak yang bermitra khususnya pada petani mitra. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kemungkinan petani vanili melakukan kemitraan PHBM. 2. Mengidentifikasi aspek kelembagaan dari kemitraan PHBM. 3. Menganalisis manfaat / keuntungan dari kemitraan PHBM bagi petani mitra dan Perum Perhutani. 1.4. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam menyusun kebijakan, khususnya kebijakan mengenai pelaksanaan kemitraan PHBM dalam upaya pengembangan komoditas vanili. 2. Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi Perum Perhutani untuk terus meningkatkan hubungan kerjasama yang baik dengan petani vanili dalam kegiatan kemitraan PHBM. 3. Sebagai bahan masukan bagi kelompok tani untuk lebih meningkatkan keterlibatannya dalam seluruh kegiatan PHBM dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

28 4. Sebagai bahan referensi maupun informasi bagi peneliti dalam melakukan penelitian lebih lanjut untuk pengembangan komoditas vanili, juga bagi pihak terkait dalam rangka pengembangan kemitraan. 1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Bertitik tolak pada permasalahan dan tujuan penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian ini adalah : 1. Komoditas vanili yang diteliti dalam penelitian ini adalah vanili basah. Mutu vanili yang diteliti ditentukan secara agregat, yaitu mutu nomor 1 (satu). 2. Analisis kemitraan dibatasi hanya pada hubungan kemitraan antara petani vanili dan Perum Perhutani, tidak menganalisis struktur dan manajemen Perum Perhutani secara keseluruhan.