BAB 1 PENDAHULUAN. pendengaran yang bersifat progresif lambat ini terbanyak pada usia 70 80

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lansia, menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada

BAB 6 PEMBAHASAN. disebabkan proses degenerasi akibat bertambahnya usia. Faktor-faktor risiko

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada 60 pasien geriatri di Poliklinik Geriatri dan

ANALISIS FAKTOR RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN SENSORINEURAL PADA PEKERJA PT. X SEMARANG

Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian presbikusis di rumah sakit Dr Kariadi Semarang

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

BAB 4 METODE PENELITIAN. risiko : 1) usia, 2) hipertensi 3) diabetes melitus 4) hiperkolesterol 5) merokok

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan audiometri nada murni (Hall dan Lewis, 2003; Zhang, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dan dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan 30%

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Prevalensi penyakit diabetes mellitus terus meningkat tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, lemak dan protein kronik yang disebabkan karena kerusakan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Dari hasil WHO Multi Center

PENGARUH HIPERTENSI TERHADAP AMBANG PENDENGARAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL).

ABSTRAK. Kata Kunci: Gangguan Pendengaran, Audiometri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

POLA GANGGUAN PENDENGARAN DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER (THT-KL) RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH BERDASARKAN AUDIOMETRI

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab. mortalitas dan morbiditas utama di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

berkas cahaya, sehingga disebut fotoreseptor. Dengan kata lain mata digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dan penurunan kualitas hidup (Lowlar et al., 2003). Insidensi jatuh di Amerika

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN III.

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

Hubungan ambang dengar dengan nilai hearing handicap berdasarkan hearing handicap inventory for the elderly-screening (HHIE-S)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Presbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat proses penuaan organ pendengaran yang terjadi secara berangsur-angsur, dan simetris pada kedua sisi telinga. J nsson R, menyatakan bahwa penurunan ketajaman pendengaran yang bersifat progresif lambat ini terbanyak pada usia 70 80 tahun, pada usia 70 tahun biasanya penderita belum merasakan adanya gangguan pendengaran namun ketika usia mencapai 80 tahun gangguan pendengaran terasa lebih nyata. Presbikusis dialami sekitar 30-35% pada populasi berusia 65-75 tahun dan 40-50% pada populasi diatas 75 tahun. Prevalensi pada laki-laki sedikit lebih tinggi daripada wanita. Perbedaan prevalensi presbikusis antar ras belum diketahui secara pasti. 1,2 Presbikusis merupakan salah satu masalah kesehatan yang terpenting dalam masyarakat. Hampir 40% penderita usia 65 tahun keatas mengalami gangguan pendengaran. Akibat gangguan pendengaran tersebut penderita mengalami gangguan masalah sosial, seperti frustrasi, depresi, cemas, paranoid, merasa kesepian, dan meningkatnya angka kecelakaan. 3 Komite nasional penanggulangan gangguan pendengaran dan ketulian menyatakan bahwa diperlukan pengetahuan, pengenalan, dan pencegahan presbikusis oleh masyarakat bersama-sama kader dan tenaga kesehatan, selain peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi tenaga kesehatan di lini terdepan 1

untuk mendiagnosis presbikusis. Skrining pendengaran sebaiknya juga dilakukan secara rutin pada penderita dengan usia diatas 60 tahun untuk menurunkan morbiditas akibat presbikusis. 4 Negara-negara barat memiliki pola yang begitu berbeda pada tuli jenis ini. Laporan National Institute on Aging memberikan informasi sepertiga penduduk Amerika antara usia 65 74 tahun dan separuh penduduk berusia 85 tahun keatas memiliki gangguan pendengaran jenis ini. 5 Prevalensi tersebut meningkat pada tahun 2030 menjadi 70 juta orang. Jumlah penduduk di Indonesia dengan usia lebih dari 60 tahun pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 19,9 juta atau 8,48 % dan tahun 2025 diperkirakan penderita presbikusis akibat usia lanjut tersebut akan meningkat menjadi 4 kali lipat dan merupakan jumlah tertinggi di dunia. 3 Data mengenai presbikusis belum pernah dilaporkan Di RSUP Dr. Kariadi. Etiologi presbikusis belum diketahui secara pasti. Banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya presbikusis. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara berbagai faktor risiko seperti usia, jenis kelamin, hipertensi, diabetes melitus, hiperkolesterol dan kebiasaan merokok terhadap penurunan pendengaran pada usia lanjut. 6 Penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus dan hiperkolesterol secara langsung dapat mempengaruhi aliran pembuluh darah koklea dan menurunkan transportasi nutrisi akibat perubahan pembuluh darah dan secara tidak langsung menurunkan aliran pembuluh darah yang berakibat degenerasi sekunder pada saraf pendengaran. 6 2

Lee, Karen dalam penelitian sebelumnya menemukan hubungan antara usia dan jenis kelamin terhadap penurunan ambang dengar pada usia lanjut. Ratarata nilai ambang dengar meningkat 1 db setiap tahunnya pada usia 60 tahun keatas dan terdapat perbedaan penurunan ambang dengar pada frekuensi 4 dan 8 khz secara signifikan antara laki-laki dan perempuan. 7,8 Hubungan antara penyakit hipertensi, diabetes melitus, dan hiperkolesterol dengan kejadian presbikusis pernah diteliti oleh Maria, dkk. 9-12 Karen, menemukan hubungan antara merokok dan riwayat bising pada usia lanjut dengan penurunan nilai ambang dengar pada frekuensi 500, 2000 dan 4000 Hz. 13 Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan karakteristik atau geografik dari penderita yang datang berobat ke RSUP Dr. Kariadi dengan menilai faktor-faktor risiko seperti usia, hipertensi, diabetes melitus, hiperkolesterol, dan kebiasaan merokok terhadap kejadian presbikusis. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dirumuskan permasalahan pakah usia, hipertensi, diabetes melitus, hiperkolesterol dan kebiasaan merokok merupakan faktor risiko yang dapat berpengaruh terhadap kejadian presbikusis di RSUP Dr. Kariadi Semarang? 3

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum Membuktikan bahwa usia, hipertensi, diabetes melitus, hiperkolesterol dan kebiasaan merokok merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian presbikusis di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 1.3.2. Tujuan khusus 1. Membuktikan bahwa usia merupakan faktor risiko terhadap kejadian presbikusis di RSUP Dr. Kariadi Semarang 2. Membuktikan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko terhadap kejadian presbikusis di RSUP Dr. Kariadi Semarang 3. Membuktikan bahwa diabetes melitus merupakan faktor risiko terhadap kejadian presbikusis di RSUP Dr. Kariadi Semarang 4 Membuktikan bahwa hiperkolesterol merupakan faktor risiko terhadap kejadian presbikusis di RSUP Dr. Kariadi Semarang 5. Membuktikan bahwa kebiasaan merokok merupakan faktor risiko terhadap kejadian presbikusis di RSUP Dr. Kariadi Semarang 1.4. Manfaat Penelitian 1. Di bidang ilmiah : Menambah penelitian yang sudah ada khususnya yang terkait dengan presbikusis 2. Di bidang klinik : Mendapatkan asupan dan upaya menurunkan kejadian presbikusis 4

1.5. Orisinalitas Penelitian Penelitian ini membuktikan tentang faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian presbikusis. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah meneliti beberapa faktor risiko secara bersama-sama, sedangkan penelitian sebelumnya hanya meneliti salah satu faktor risiko saja. 5

Tabel 1. Daftar penelitian yang terkait dengan penelitian ini No. Judul dan Penelitian Subyek Desain Hasil 1. Lee FS. Cross Rerata perubahan Ear hear 2005 60-81 tahun sectional ambang suara Longitudinal study of puretone (188) meningkat 1 thresholds in older persons. db/tahun pada usia diatas 60 tahun. 7 2. Karen J. Cruickhanks A Journal of Epidemiology 1998 Prevalence of hearing loss in older adults in beaver Dam, Wisconsin. 3. Maria Fernanda. Intl. Arch. Otorhinolaryngol 2009. Relation between Arterial Hypertension & Hearing Loss. 4. Abdulbari Bener.Biomedical Research 2008. Association between hearing loss & Type 2 DM in elderly people in a newly developed society. 5. Venkata Kakarlapudi. Otology & Neurotology 2003 The effect of Diabetes on sensosrineural 6. Martin Villares. Nutr Hosp 2005. Lipid profile and hearing loss aged related. 7. Karen J. Cruickshanks. JAMA 1998 Cigarette Smoking and Hearing Loss The Epidemiology of Hearing Loss Study. 48-92 tahun (3470) 45-60 tahun (392) diatas 50 tahun ; (836) Penderita DM dewasa (66.036) diatas 65 tahun ; (180) 48-92 tahun ( 4541) Cohort Usia dan jenis kelamin berpengaruh terhadap prevalensi kurang pendengaran. 8 Retrospektif Hubungan signifikan antara hipertensi dengan penurunan pendengaran. 9 Cross Penurunan sectional pendengaran pada diabetes melitus tipe 2. 10 Crosss sectional Cross sectional Cross sectional Kurang pendengaran sensorineural banyak terdapat pada penderita diabetes. 11 Hiperkolesterol penurunan pendengaran. 12 Hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian penurunan pendengaran. 13 6