BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan hendaknya di bangun dengan empat pilar, yaitu : learning to know,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

2015 UPAYA TUTOR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (3-4 TAHUN) MELALUI PENGEMBANGAN KREATIVITAS SENI MELIPAT (ORIGAMI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. berjalan seiring dengan perkembangan motorik. antara mata, tangan dan otot-otot kecil pada jari-jari, pergelangan tangan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk anak

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. Kita tidak dapat memungkiri bahwa pendidikan anak usia dini (TK) perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari semua pihak baik,

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA BUBUR KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI BEKU TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun anak anak. Sebagai contoh dalam memegang benda benda kecil

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu lembaga pendidikan

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBUTSIR DENGAN MENGGUNAKAN PLAYDOUGH DI PAUD KAMBOJA KOTA GORONTALO JURNAL OLEH

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat. Sarjana S-1. Pendidikan Anak Usia Dini.

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang indah bagi seseorang yang sudah berkeluarga. Jika anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PGPAUD. Oleh : SHOHIFATUL MUNIROH

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINIMELALUI BERMAIN CLAY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UNP KEDIRI.

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk Tingkat Raudhatul Athfal ( Khusus pengembangan motorik anak TK / RA )

BAB I PENDAHULUAN. Ea Siti Julaeha, 2014 Meningkatkan keterampilan motorik halus dengan alat peraga edukatip (APE) berbasis bahan lingkungan sekitar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak merupakan anugerah terbesar yang dititipkan oleh Allah SWT. untuk dididik dan dibimbing agar menjadi individu yang beriman serta bertaqwa kepada Allah SWT., berbakti kepada orangtua dan berkembang seluruh aspek perkembangannya. Dalam rangka melangsungkan kehidupannya, anak masih membutuhkan orang disekitarnya untuk dapat membantunya menjadi pribadi yang baik. DalamUU No. 23 tahun 2002 dikemukakan bahwa : Anak merupakan individu yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dalam rangka mencapai perkembangannya sehingga dapat berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan, anak membutuhkan stimulus yang baik dari orang dewasa disekelilingnya terutama orangtua, karena tak dapat dipungkiri bahwa orangtua lah yang banyak menghabiskan waktu bersama anak dan pendidikan pertama yang diperoleh anak adalah pendidikan yang diberikan oleh orangtuanya. Oleh karena itu, jika orangtua tidak tepat memberikan stimulus pada anak maka dikhawatirkan aspek perkembangan anak pun tidak dapat berkembang secara optimal. Selain orangtua, peran guru pun sangat berpengaruh penting dalam membantu mengembangkan aspek perkembangan anak, karena di Sekolah guru adalah figur pengganti orangtua yang dapat dijadikan model bagi anak serta dapat membantu anak untuk mengembangkan aspek perkembangannya. Dalam upaya membantu anak, guru harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi anak serta dapat menstimulasi perkembangan anak. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1ayat 14 dikatakan bahwa

2 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya untuk pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan hal tersebut nampak jelas bahwa pembelajaran yang diberikan di satuan pendidikan anak usia dini dilakukan dengan mempertimbangkan tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengembangkan berbagai aspek diantaranya aspek sosial emosional, nilai agama moral, bahasa, fisik motorik dan kognitif anak. Kondisi pembelajaran anak usia dini tak pernah lepas dari bermain, karena pada masa usia dini, dunia anak adalah dunia bermain. Melalui bermain gerakan motorik anak akan senantiasa terlatih dengan baik. Bredekamp mengemukakan bahwa bagi anak usia dini, gerakan-gerakan fisik tidak sekedar penting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik anak, melainkan dapat berpengaruh positif terhadap pembentukan rasa percaya diri dan bahkan perkembangan kognisi anak (Solehuddin, 2000, hlm. 41). Perkembangan fisik anak sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik halus anak. Yang mana Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak dan spinal cord (Endah dalam Hikmayani, 2013, hlm. 2). Adapun Gerak motorik halus adalah gerak yang hanya melibatkan bagian tubuh tertentu, otot-otot kecil dan tidak membutuhkan tenaga yang terlalu besar namun membutuhkan koordinasi yang cermat antara panca indra dengan anggota tubuh yang terlibat. (Mulyani dan Gracinia, 2007, hlm. 2). Kemampuan motorik halus sangat penting bagi anak karena kemampuan motorik halus yang dimiliki anak akan membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan dirinya secara mandiri dikemudian hari, seperti : makan, minum, memakai pakaian, menggunakan sepatu dan sebagainya. Hasil penelitian Mayke (2007) mengemukakan bahwa motorik halus penting

3 karena ini nantinya akan dibutuhkan anak dari segi akademis. Kegiatan akademis tersebut seperti menulis, menggunting, menjiplak, mewarnai, melipat, menarik garis dan menggambar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1978) yang mengemukakan bahwa penguasaan motorik halus penting bagi anak, karena seiring makin banyak keterampilan motorik yang dimiliki semakin baik pula penyesuaian sosial yang dapat dilakukan anak serta semakin baik prestasi di sekolah. (Hikmayani, 2013, hlm. 2) Berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat bahwa kemampuan motorik halus yang dimiliki anak tidak hanya akan membantu anak dalam kegiatan akademisnya saja seperti menggambar, mewarnai dan sebagainya, akan tetapi akan membantu anak pula dalam keterampilan sosial serta aspek perkembangan yang lainnya. Untuk menguasai kemampuan motorik halusnya, maka anak harus mampu mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan. Indikator-indikator dari kemampuan motorik halus anak yaitu kelenturan, kecermatan koordinasi mata dengan gerakan tangan dan kekuatan pergelangan tangan (Sumarno dalam Mulyana, 2012, hlm. 4). Seiring dengan hal tersebut maka guru harus dapat memberikan kegiatan yang dapat membantu anak mengembangkan kemampuan motorik halusnya secara optimal serta senantiasa memberikan kesempatan dan pengalaman langsung kepada anak sehingga anak betul-betul terlibat dalam kegiatan yang sudah disiapkan oleh guru dan anak menjadi pusat dari pembelajaran. Perkembangan motorik halus setiap anak tentunya berbeda. Hal ini menyebabkan tidak semua anak memiliki kematangan pada tahap yang sama (Hildayani dalam Melinda, 2013, hlm. 2). Selain itu, keterlambatan yang dialami anak dalam perkembangan kemampuan motorik halusnya dapat mempengaruhi kemandirian anak. Dimana anak masih membutuhkan bantuan atau dengan kata lain belum dapat melakukan kegiatan yang seharusnya dapat dilakukan oleh anak seusianya seperti halnya memakai baju sendiri,

4 memakai kaos kaki sendiri, menggambar, menggunting kertas dan kegiatan lainnya. Holts (2009) pun mengemukakan bahwa kemampuan motorik anak dikatakan terlambat, bila diusianya yang seharusnya ia sudah dapat mengembangkan keterampilan baru, tetapi ia tidak menunjukkan kemajuan. Terlebih jika sampai memasuki usia sekolah sekitar 6 tahun, anak belum dapat menggunakan alat tulis dengan baik dan benar. Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halus mengalami kesulitan untuk mengoordinasikan gerakan tangan dan jari-jemarinya secara fleksibel (Ngadi, 2010, hlm. 3). Dalam Permendiknas No. 58 tahun 2009, dikemukakan bahwa pada rentang usia 4-5 tahun seharusnya anak sudah dapat melakukan kegiatan yang berkaitan dengan motorik halus, antara lain : Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung, menjiplak bentuk, melakukan kegiatan yang berkaitan dengan koordinasi mata dan tangan untuk melakukan gerakan rumit, melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan menggunakan berbagai media dan mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media. Akan tetapi, berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan, peneliti menemukan suatu permasalahan yang terdapat pada anak kelompok A TK Al-Hikmah II, yang mana beberapa anak mengalami keterlambatan dalam kemampuan motorik halusnya. Hal ini terlihat pada saat anak melakukan kegiatan, nampak masih kurang mampunya anak dalam menjiplak bentuk, yang mana pada saat kegiatan menjiplak bentuk, anak belum dapat menggerakan lengan kanannya denganlentur mengikuti bentuk yang telah disediakan. Selain kesulitan dalam menjiplak bentuk, terdapat sebagian anak yang masih kesulitan untuk mewarnai gambar sesuai dengan pola. Hal ini terjadi karena masih rendahnya kemampuan anak untuk mengontrol gerakan jari jemarinya sehingga pada saat melakukan kegiatan, terkesan gerakan anak masih ragu- ragu dan canggung.

5 Kurangnya kemampuan motorik halus anak tersebut jika dibiarkan dikhawatirkan dapat membuat anak kesulitan untuk dapat mengendalikan gerakan tangannya. Selain itu, permasalahan mengenai kemampuan motorik halus anak pun dapat pula berdampak pada aspek perkembangan lain, misalnya anak akan menarik diri dalam bersosialisasi dikarenakan ia merasa bahwa ia tak mampu untuk melakukan kegiatan yang dapat dilakukan oleh teman-temannya dan anak merasa takut untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan motorik halus seperti menggambar atau menggunting. Dalam upaya untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan motorik halus anak ini, terdapat berbagai macam kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan, salah satunya yaitu melalui kegiatan seni. Seni merupakan ciptaan yang berbentuk keindahan (Qiszal, 2007, hlm. 53). Melalui kegiatan seni ini diharapkan dapat membantu anak untuk terampil dalam menuangkan imajinasinya sehingga berdampak pula pada perkembangan motorik halusnya. Terdapat berbagai macam kegiatan yang berkaitan dengan seni, salah satunya yaitu membatik. Membatik merupakan kegiatan menggambari kain dengan menggunakan tahapan-tahapan (Nurhadiat, 2004, hlm. 45). Pemecahan masalah anak melalui kegiatan membatik ini disebabkan karena pada dasarnya anak menyukai kegiatan yang berkaitan dengan warna dan cat sehingga kegiatan tersebut dapat membantu dan memotivasi anak untuk dapat meningkatkan kemampuan motorik halusnya. Disamping itu, aktivitas membatik yang dilakukan anak dapat membantu anak untuk mengembangkan kemampuan emosionalnya, karena dalam kegiatan membatik dibutuhkan ketekunan, kesabaran serta optimisme anak untuk menghasilkan karya seni serta kegiatan membatik yang dilakukan pun dapat dijadikan sebagai ajang pelestarian budaya kepada anak sehingga sejak dini anak sudah mengetahui dan turut serta dalam melestarikan budaya membatik.

6 Bertolak dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menerapkan kegiatan membatik dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak di Kelompok A Desa Panyirapan Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung yang bekerja sama dengan pendidik di TK tersebut untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Membatik di Kelompok A. B. Identifikasi Masalah Penelitian Dalam proses penelitian diperlukan suatu proses identifikasi masalah terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permasalahan yang sedang diteliti sehingga dapat lebih mudah dan jelas. Identifikasi masalah tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor : 1. Kurangnya pengaruh lingkungan yang membantu anak untuk dapat mengembangkan kemampuan motorik halusnya. 2. Kurang bervariasinya media atau teknik pembelajaran yang digunakan sehingga menyebabkan anak kurang berminat untuk melakukan kegiatan pembelajaran. 3. Proses pembelajaran masih kaku dan kurang menarik bagi anak untuk mengembangkan kemampuan motorik halusnya. C. Rumusan MasalahPenelitian Rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan motorik halus anak kelompok A di Taman Kanak-Kanak Al-Hikmah II Kec. Soreang Kab. Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015 sebelum dilakukan kegiatan membatik? 2. Bagaimana proses kegiatan membatik yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok A di Taman Kanak-Kanak Al-Hikmah II Kec. Soreang Kab. Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015?

7 3. Bagaimana peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok A di Taman Kanak-Kanak Al-Hikmah II Kec. Soreang Kab. Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015 setelah dilakukan kegiatan membatik? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, antara lain : 1. Untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak kelompok A di Taman Kanak-Kanak Al-Hikmah II Kec. Soreang Kab. Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015 sebelum dilakukan kegiatan membatik. 2. Untuk mengetahui proses kegiatan membatik yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok A di Taman Kanak-Kanak Al-Hikmah II Kec. Soreang Kab. Bandung Pelajaran 2014-2015. Tahun 3. Untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak kelompok A di Taman Kanak-Kanak Al-Hikmah II Kec. Soreang Kab. Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015 setelah dilakukan kegiatan membatik. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak khususnya melalui kegiatan membatik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Anak Membantu anak untuk dapat mengembangkan kemampuan motorik halusnya serta dapat memberikan pengalaman langsung kepada anak mengenai kegiatan membatik. b. Bagi Guru Lebih mengoptimalkan guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang dapat menstimulasi kemampuan motorik halus

8 anak serta menambah referensi bahwa kegiatan membatik dapat digunakan untuk membantu anak mengembangkan kemampuan motorik halusnya. c. Bagi Lembaga Taman Kanak-Kanak Membantu dalam memberikan informasi yang rinci kepada lembaga taman kanak-kanak mengenai upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan membatik. F. Struktur Organisasi Skripsi Untuk memudahkan penulisan skripsi, dibawah ini adaah gambaran umum dari bab ke bab isi dari penulisan skripsi ini : BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini mengemukakan tentang : Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Struktur Organisasi Skirpsi BAB II KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBATIK Pada bab ini menguraikan tentang teori-teori dari konsep tentang masalah yang sedang diteliti BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini mengemukakan tentang : Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Penjelasan Istilah, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan dan Analisis Data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini mengmukakan tentang : Pengolahan dan Analisis Data, Pembahasan Data dan Analisis Temuan. BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

9 Pada bab ini mengemukakan tentang : Simpulan yang akan diambil dan Saran atau Rekomendasi yang diberikan.