BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mudah dipengaruhi oleh budaya luar yang lebih banyak telah menggerogoti nilainilai

dokumen-dokumen yang mirip
66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

PEDOMAN PRAKTIKUM.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan generasi muda inilah melalui pemberian fondamen yang kuat yakni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Berbagai desain model dan metode pembelajaran di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL KE PUI AN PERSATUAN UMAT ISLAM SEBAGAI UPAYA MENANAMKAN KESADARAN SEJARAH

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manfaat Mempelajari Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sesungguhnya.pendidikan dirancang untuk membentuk manusia

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

PERANAN PENDIDIKAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan zaman di dalam dunia pendidikan yang semakin signifikan dan merupakan tata cara

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi.

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku,

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Saat ini Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. sosial. Interaksi sosial yaitu hubungan antar individu dengan individu lainnya atau

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA TOKOH SUTAN SJAHRIR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

MERANCANG PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MAHASISWA STAN

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. ini berada dalam genggaman anak bangsa Indonesia sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketidak-konsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu modal awal proses menuju pembangunan bangsa, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

I. PENDAHULUAN. Proklamasi Kemerdekaan yang dikumandangkan oleh Soekarno Hatta pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fundamental bagi pengaturan serta penyelenggaraan Negara. Sejarah telah

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nilai patriotisme menjadi sangat penting karena dalam perkembangan dunia yang mengglobal, tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara semakin mudah dipengaruhi oleh budaya luar yang lebih banyak telah menggerogoti nilainilai patriotisme. Patriotisme sering disamakan atau digabungkan dengan sikap nasionalisme. Secara substansial patriotisme adalah sikap rela berkorban serta kepeloporan terhadap bentuk perlawanan terhadap kolonialisme dan sekaligus memuat prinsip-prinsip atau nilai-nalai yaitu kesatuan, kebebasan, persaudaraan dan hasil usaha. Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara. Patriotisme berasal dari kata patriot dan isme yang berarti sikap kepahlawanan atau jiwa pahlawan, atau heroism dan dalam bahasa inggris patriotism (Jurnal RR. Ardiningtiyas Pitaloka, M. Psi. Jakarta, 18 Februari 2004). Patriotisme memiliki perbedaan dengan nasionalisme. Nasionalisme lebih bernuansa dominasi, superioritas atas kelompok bangsa lain, sedangkan patriotisme lebih menekankan pada dua hal blind and constructive patriotism yaitu patriotisme buta dan patriotisme konstruktif. Patriotisme konstruktif adalah sebuah keterikatan bangsa dan negara dengan ciri khas mendukung adanya kritik dan pertanyaan dari anggotanya terhadap barbagai kegiatan yang dilakukan/terjadi sehingga diperoleh suatu perubahan positif terhadap barbagai kegiatan yang dilakukan untuk mencapai kesejahteraan bersama (Blank, 2003: 76). 1

2 Baik nasionalisme maupun patriotisme memerlukan media untuk menanamkannya. Media tersebut adalah pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Menurut Nana Syaodih (2012: 1), pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam lingkungan keluarga, interaksi pendidikan terjadi antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai peserta didik. Interaksi ini berjalan tanpa rencana tertulis. Orang tua sering tidak mempunyai rencana yang jelas dan rinci kemana anaknya akan di arahkan, dengan cara apa mereka akan dididik, dan apa isi pendidikannya. Selanjutnya Nana Syaodih menjelaskan (2012:58), pendidikan adalah pendidikan yang mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai. Hal itu di sebabkan karena pendidikan diarahkan pada pengembangan pribadi anak agar sesuai dengan nilai nilai yang ada dan diharapkan masyarakat. Karena tujuan pendidikan mengandung nilai, maka isi pendidikan harus memuat nilai. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan, tetapi menyiapkan anak untuk kehidupan dalam masyarakat. Disamping itu, menurut Oemar Hamalik (2010:15), pendidikan merupakan penyesuaian hidup, maksudnya hal yang diberikan kepada semua remaja agar mereka kelak hidup secara demokratis, yang memberikan kepuasan kepada diri mereka sendiri dan menguntungkan bagi masyarakat. Pendidikan ini berkenaan dengan kehidupan etik, moral, fisik, mental dan emosional, kepuasan personal

3 setiap individu sesuai dengan kemampuannya, kerja pengalaman dalam masyarakat. Dalam pendidikan ini memberikan kesempatan berkembang secara maksimal, mempelajari peristiwa masa lalu, aktif dan kreatif. Pendidikan demikian adalah pendidikan karakter dan tingkah laku yang intern dengan kepribadian manusia. Selaras dengan tujuan pendidikan nasional, maka secara hakiki pendidikan nasional bukan hanya media pengembangan intelektual, melainkan juga sarana membentuk warga negara yang baik. Dalam hal ini warga negara yang memiliki jiwa patriotik yang ditandai dengan kesediaan untuk berkorban, tanggung jawab, tolong-menolong terhadap sesama dan berbagai indikator patriotisme lainnya. Dalam konteks pendidikan sejarah, patriotisme dapat dikembangkan dengan mempelajari kiprah para tokoh bangsa yang telah berjasa dalam proses pembentukan bangsa Indonesia. Untuk dapat memahami peran para tokoh bangsa tersebut dengan baik, maka peserta didik harus dilatih untuk mampu berpikir kritis dalam memahami peristiwa sejarah dan berpikir kreatif untuk mengembangkan nilai-nilai patriotisme tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini selayakna menjadi bagian internal dalam proses pendidikan. Terkait pendidikan dalam pembelajaran sejarah peserta didik harus mempunyai kemampuan berpikir kritis agar dapat mengingat peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau. Selain hanya mengingat peristiwa, peserta didik juga harus mampu memahami peristiwa apa yang sudah terjadi. Keterampilan berpikir kritis merupakan bagian dari konsep pembelajaran yang harus ditingkatkan. Peningkatan keterampilan berpikir kritis pada siswa bertujuan agar

4 siswa lebih memahami konsep dan memaknai konsep pembelajaran. Mereka tidak hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. Tetapi mereka berusaha mencari kebenaran atas informasi yang mereka terima, berani mengemukakan pendapat, tegas dalam memutuskan sesuatu dan bijaksana dalam mengambil kesimpulan merupakan efek positif seseorang yang berpikir kritis. Berpikir kritis tidak hanya diperlukan pada proses pembelajaran, akan tetapi efek jangka panjang yang diharapkan yakni agar mereka kelak membiasakan untuk berpikir kritis dalam kehidupan sehari hari. Sejarah, dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama rajaraja yang memerintah). Umumnya sejarah dikenal sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Sebagai cabang ilmu pengetahuan, mempelajari sejarah berarti mempelajari dan menerjemahkan informasi dari catatan-catatan yang dibuat oleh perorangan, keluarga, dan komunitas. Pengetahuan akan sejarah melingkupi : pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan cara berpikir secara historis (lif dan Sofan,2011:65). Dari pemaparan diatas dapat dilihat bahwa sejarah merupakan suatu pelajaran yang mempelajari atau membahas tentang suatu kejadian masa lampau secara turun-temurun dan berpikir kritis sangat diperlukan dalam mempelajari hal tersebut, terutama dalam menunjang kemampuan siswa dalam mengolah data atau sumber sejarah secara matang. Sikap patriotisme merupakan sikap menghargai jasa pahlawan, mencintai tanah air, mencintai budaya, dan lain-lain. Seiring perkembangan jaman dan

5 merebaknya bahaya dari globalisasi, remaja sekarang sudah banyak yang tidak lagi memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme. Hal tersebut dapat kita lihat dari prilaku sehari-hari remaja dimana mereka lebih banyak menggunakan trend atau life style dari luar negeri daripada produk lokal. Remaja beranggapan bahwa produk luar lebih keren dan lebih berkelas apabila digunakan daripada produk lokal. Disamping itu, remaja sekarang terdapat kecenderungan tidak mengenal kebudayaan bangsa Indonesia. Kebanyakan dari remaja lebih menyukai budaya luar terlebih masuknya budaya korea dari Korea Selatan ke Indonesia yang membuat remaja sekarang lebih hapal lagu dan kebudayaan korea dibanding lagu dan kebudayaan daerahnya sendiri. Dalam menghargai jasa pahlawan juga sudah tidak terlihat lagi, mereka sudah lupa akan jasa pahlawan yang rela mengorbankan tumpah darah penghabisan demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Penanaman sikap patriotisme dapat dimulai dari diri pribadi masingmasing dan sekolah merupakan sarana yang lebih utama dalam menanamkan sikap patriotisme terhadap generasi penerus bangsa. Dilihat dari filsafat humanis kurikulum bahwa pelajaran sejarah bertujuan untuk menanamkan sikap nasionalisme dan patriotisme bagi peserta didik sehingga generasi penerus bangsa tidak kehilangan jati diri dan identitasnya sebagai bangsa indonesia. Mata pelajaran sejarah merupakan salah satu pilar penting dalam dunia pendidikan di Indonesia maupun dunia. Dari sejarah, kita dapat mempelajari apa saja yang mempengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah negara atau sebuah peradaban. Kita juga dapat mempelajari pengaruh perubahan politik, pengaruh

6 dari filsafat sosial terhadap kehidupan manusia, serta sudut pandang budaya dan kemajuan teknologi sepanjang zaman. Mata pelajaran sejarah juga merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting dalam pengembangan potensi diri dan pengembangan karakter di sekolah. Oleh sebab itu pendidikan sejarah yang diajarkan di sekolah adalah pendidikan sejarah yang dapat menata nalar, membentuk kepribadian, mengembangkan sikap, menanamkan nilai-nilai, memecahkan masalah dan membekali siswa dengan keterampilan tertentu, serta memfasilitasi perkembangan jiwa dan raga secara keseluruhan sehingga tercipta manusia Indonesia yang berkarakter kuat yang mampu mengangkat harkat bangsa. Hal ini sejalan dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jika di pandang dari tujuan mempelajari sejarah adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai hal-hal penting dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah yang nantinya dapat menjadi pandangan hidup kita dalam menghadapi masa depan. Tujuan tersebut tidak dapat tercapai dengan baik karena siswa hanya dituntut untuk mempelajari seluruh materi dengan waktu yang telah ditetapkan dan melupakan tujuan utama dalam mempelajari sejarah itu sendiri. Siswa sudah tidak lagi memahami makna dari setiap peristiwa sejarah yang mereka pelajari, semuanya hanya dianggap angin lalu, hanya sekedar pelengakap belaka.

7 Setiap daerah memiliki sistem perekonomian, pengetahuan, religi, sosial, mata pencaharian, komunikasi, dan kesenian sebagai unsur budaya. Unsur-unsur tersebut sebagai bukti keberhasilan bangsa Indonesia di setiap daerah dalam memelihara alam, memanfaatkan alam, dan menyaring unsur-unsur luar yang masuk. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa suatu bangsa akan mampu bertahan bukan hanya karena dapat bersikap adaptif terhadap perubahan yang terjadi akan tetapi juga karena bangsa tersebut memiliki karakter yang kuat. Dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: olah hati (Spiritual and emotional development), olah pikir (intellectual development),olah raga dan kinestetik (Physical and kinestetic development), dan olah rasa dan karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut(muhammad Nuh,2010). Selanjutnya sebagai suatu bagian dari upaya pendidikan karakter bangsa, penanaman nasionalisme selayaknya dilakukan dengan mengedepankan sejarah dan budaya daerah, sehingga proses penanaman patriotisme tersebut merupakan sebuah proses yang tidak dipaksakan, melainkan sebuah proses alami yang dimulai dari nilai-nilai sejarah daerah yang dekat dengan peserta didik.

8 Mata pelajaran sejarah telah diberikan pada tingkat pendidikan dasar sebagai bagian integral dari mata pelajaran IPS, sedangkan pada tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Sapriyana (2002:54) menyatakan bahwa dalam pembelajaran sejarah ada 5 cakupan materi sejarah yang dapat diajarkan kepada siswa, antara lain sebagai berikut : 1. Mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, nasionalisme dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembetukan watak dan kepribadian peserta didik; 2. Memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk perdaban bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa Indonesia dimasa depan; 3. Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa; 4. Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari; 5. Berguna menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian. Poin diatas memuat khasanah pendidikan yang mendasar dan mengandung nilai-nilai patriotisme bagi proses pembentukan watak dan kepribadian yang

9 berdampak pada peradaban bangsa Indonesia di masa depan. Selain itu, ajaran moral, kearifan dan sikap tanggung jawab yang tinggi akan menimbulkan kesadaran tentang persatuan dan persaudaraan sehingga dapat mengatasi krisis multidimensi dan menjadi perekat bangsa. Materi yang tercakup dalam pembelajaran sejarah melatih siswa untuk berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah cara-cara baru yang non konvensionil untuk menemukan dan menggali ide baru yang berguna. Berpikir Kreatif bukanlah suatu yang baru. Ahli-ahli pikir kreatif telah ada ribuan tahun yang lalu, mungkin jauh sebelum menusia menemukan api dan roda. Para ahli fikir tersebut memberdayakan akal pikirannya dan kemampuan kreatifitasnya untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Maka dari itu bukan tidak mungkin bagi kita untuk memaksimalkan kemampuan kreatifitas kita sehingga menghasilkan prestasi. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif sangat diperlukan mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa saja bisa memperolah informasi secara cepat dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber dan tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan cepatnya perubahan tatanan hidup serta perubahan global dalam kehidupan. Jika tidak dibekali dengan kemampuan berpikir kritis dan kreatif maka tidak akan mampu mengolah, menilai dan megambil informasi yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan tersebut. Oleh karena itu kemampuan berpikir kritis dan kreatif adalah merupakan kemampuan yang penting dalam kehidupan.

10 Bertolak pada prinsip tersebut sudah selayaknya pendidikan harus dibangun dengan tidak mengesampingkan identitas masyarakat dalam suatu daerah yang tercermin dalam sejarah dan budayanya. Revitalisasi dan reaktualisasi budaya lokal diperlukan dalam era globalisasi agar bangsa Indonesia memiliki rasa hayat historis (Soedjatmoko, 1992: 56) dan karakter bangsa yang kuat untuk terlibat aktif dalam globalisasi tanpa tergilas oleh unsur-unsur luar. Pendidikan yang berpijak pada budaya lokal dan bercermin pada sejarah akan mampu menghasilkan generasi yang memiki karakter yang kuat, menjadi suatu yang penting untuk menggali nilai-nilai sejarah dan budaya lokal guna menemukan akar solusi pemecahan berbagai masalah sosial dalam masyarakat dewasa ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kontribusi pemahaman sejarah lokal, kemampuan berpikir kritis dan kreatif terhadap sikap patriotisme. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan umum dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah hubungan pemahaman sejarah lokal, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif dengan sikap patriotisme siswa SMA Negeri kelas XI Se Kabupaten Banjar? Adapun sub masalah dalam penelitian ini adalah :

11 1. Apakah terdapat hubungan antara pemahaman sejarah lokal di Kalimantan Selatan dengan sikap patriotisme siswa SMA Negeri Kelas XI Se Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan TA 2015/2016? 2. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kritis dengan sikap patriotisme siswa SMA Negeri Kelas XI Se Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan TA 2015/2016? 3. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan berfikir kreatif dengan sikap patriotisme siswa SMA Negeri Kelas XI Se Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan TA 2015/2016? 4. Apakah terdapat hubungan antara pemahaman sejarah lokal di Kalimantan Selatan, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif secara bersama-sama dengan sikap patriotisme siswa SMA Negeri Kelas XI Se Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan TA 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemahaman sejarah lokal, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif dengan sikap patriotisme siswa SMA Negeri kelas XI Se Kabupaten Banjar. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara pemahaman sejarah lokal di kalimantan Selatan dengan sikap patriotisme. 2. Untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara kemampuan berpikir kritis dengan sikap patriotisme.

12 3. Untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dengan sikap patriotisme. 4. Untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara pemahaman sejarah lokal di Kalimantan Selatan, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif secara bersama-sama dengan sikap patriotisme. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini terdiri dari dua bagian yakni: 1. Manfaat Teoretis a. Untuk menambah ilmu pengetahuan, meningkatkan pemahaman dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian selanjutnya. b. Sebagai kontribusi dan sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan khususnya menyangkut penelitian tentang hubungan pemahaman sejarah lokal, kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif dengan sikap patriotisme siswa. 2. Manfaat Praktis a. Peneliti adalah: 1) Sebagai bahan penyusunan Tesis untuk mencapai tingkat Magister di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2) Sebagai dasar pengalaman bidang penelitian yang ada hubungannya dengan ilmu Pendidikan Sejarah. 3) Sebagai bahan perbandingan serta acuan untuk mengadakan penelitian

13 b. Guru Pendidikan Sejarah adalah: Dengan penelitian ini diharapkan para guru sejarah disekolah akan mendapatkan informasi tentang keterampilan guru dalam berkomunikasi pada proses belajar mengajar, yang pada akhirnya guru dapat membantu dirinya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. c. Siswa adalah: 1) Sebagai bahan dan informasi untuk memperlancar jalannya proses belajar mengajar baik didalam kelas. 2) Untuk memacu dan memotivasi siswa agar lebih giat dalam mengikuti proses belajar di dalam kelas dengan teratur dan sistimatis.

14