PERAN MUSEUM ZOOLOGI DALAM PENELITIAN DAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (IKAN)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

Bahan Kuliah Ke-10 Undang-undang dan Kebijakan Pembangunan Peternakan KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN KARANTINA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai megadiversity country. Sebagai negara kepulauan yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konservasi Biodiversitas Indonesia

Pemetaan Keanekaragaman Hayati Dan Stok Karbon di Tingkat Pulau & Kawasan Ekosistem Terpadu RIMBA

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengeksplor kekayaan alam Indonesia. kehendak Allah SWT yang tidak ada henti-hentinya memberikan keindahan

Biogeografi Daluga Untuk Prospek Ketahanan Pangan Nasional

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

PRINSIP DASAR PENGELOLAAN KONSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati *

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

MENGGUGAH KEPEDULIAN SISWA TERHADAP SATWA LIAR MELALUI PENDIDIKAN IPA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon.

ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEKALIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Konflik Manusia Satwa Liar, Mengapa Terjadi? yang ditulis

PENDAHULUAN GLOBAL WARMING - BIODIVERSITAS MAF - BIOLOGI UNAIR 1 DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP BIODIVERSITAS DAN EKOSISTEM

DANAU YAMUR. Gambar 1. Peta lokasi Danau Yamur. Foto atas kanan: Citra satelit. Gambar bawah: Peta Danau Yamur dari Boeseman (1963)

Pendahuluan: Konsep-konsep Dasar Ekologi Manusia. Tim Pengajar MK Ekologi Manusia Tujuan Pengajaran

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai makluk hidup mulai dari bakteri, cendawan, lumut dan berbagai jenis

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

BAB 1 PENDAHULUAN. Kekayaan Indonesia dalam keanekaragaman jenis tumbuhan merupakan hal

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

BAB I PENDAHULUAN. Sementara Pasal 2, Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (Convention

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BIODIVERSITAS 3/31/2014. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) "Ragam spesies yang berbeda (species diversity),

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati dianggap sangat penting untuk kehidupan

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi atau penanaman modal merupakan salah satu kegiatan

SMP NEGERI 3 MENGGALA

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010

PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 4. Aktivitas nelayan dan berbagai produk perikanan yang dihasilkan dari perairan ekosistem mangrove (Foto oleh Onrizal)

BAB II DATA DAN ANALISA

KULIAH KSDH-1: PENGGOLONGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI. Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SISTEM INFORMASI IDENTIFIKASI IKAN BERBASIS WEBSITE. Bidang Kegiatan : PKM Gagasan Tertulis.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

ABSTRACT STRUCTURE AND COMPOSITION OF THE VEGETATION IN HEPANGAN AGROFORESTRY SYSTEM AT GUMAY ULU AREA LAHAT DISTRICT SOUTH SUMATERA

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA


Eksplorasi dan Karakterisasi Keanekaragaman Plasma Nutfah Mangga (Mangifera) di Sumatera Tengah

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan satu dari sedikit tempat di dunia dimana penyu laut

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

Transkripsi:

I Jumal Iktiologi Indonesia Vol.2, No. 2,Th.2002: 5l-55 ISSN 1693-0339 PERAN MUSEUM ZOOLOGI DALAM PENELITIAN DAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (IKAN) (The Important of Museum Zoology on Research and Conservation of Biodiversity) Arie Budiman, A.J. Arief & A.H. Tjakrawidjaya *) *) Pusat Penelitian Biologi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIP! ABSTRACT Indonesia is rich in fish diversity. It contains nearly 8500 species. 1300 species live in freshwater ecosystem, approximately 45 %o of the world's fish species. Habitat loss is the primary threat to Indonesia's biological diversity. Rerffiant natural habitats inside and outside protected areas have come under a variety of unprecedented threats and have suffered severe and likely irreparable degradation. Freshwater ecosystems too have been subjected to intense and destructive pressures. To conserve the richness of fish diversity, more study and scientific information should be created more intense. The systematic collections of the Bogor Zoological Museum provide the scientific information and basic reference material forbiodiversity inventory and monitoring in Indonesia. Improving scientific information through better reference collection and through better access to associated, habitat, geographic and environmental data is therefore an integral component of the Indonesia biodiversity conservation shategy. Key word: Diversity, fish, collection and Museum ABSTRAK Indonesia kaya akan keanekaragaman ikan, terdiri dari 8500 jenis, 1300 jenis hidup di ekosistim air tawar, merupakan 45% dair jumlah jenis global di dunia. Kehilangan habitata ada'lah ancaman utama bagi kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia. Beberapa kawasan alami yang tersisasa, baik di dalam kawasan lindung ataupun di luar, menunjukan kondisi yang mengkhawatirkan, bahkan cenderung tidak dapat dipulihkan. Ekosistim perairan air tawar paling banyak mendapat tekanan. Untuk lebih mengetahui kekayaan keanekaragaman ikan, harus banyak belajar dan mencari informasi ilmiah yang lebih intensif. Koleksi sistematik di Museum Zoologi Bogor menyediakan informasi mengenai materi acuan dasar akan inventaris keanekaragaman dan monitoring di Indonesia. Museum Zoologi berperan aktifdalam menyediakan bahan acuan koleksi ilmiah dan dapat diakses, data lain yang terhimpun berupa data habitat, geografi dan lingkungan. Hal tersebut merupakana suatu komponen yang terintegrasi dari strategi konservasi keanekaragaman hayati Indonesia. Kata kunci: Keanekaragama, ikan, koleksi dan Museum. I. Pendahuluan Kehilangan habitat adalah ancaman utama bagi kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia. Beberapa kawasan alami yang tersisa, baik di dalam kawasan lindung ataupun diluar, menunjukkan kondisi yang menghawatirkan bahkan cenderung tidak dapat dipulihkan. Kerusakan hutan basah tropis di Indonesia sudah mencapai kisaran l.6ha-2.2 juta ha per tahun (Dep. Kehutanan, 2000). Dikabarkan hutan dataran rendah hopis di Sulawesi sudah tidak dapat dipetakan lagi. Kalau kondisi ini terus berlangsung, 5 (lima) tahun lagi kondisi yang sama akan terjadi di Sumatera dan 10 (sepuluh) tahun lagi akan terjadi di Kalimantan. Kerusakan yang sama terjadi pada ekosistem laut dimana 60-70 % ekosistem koral sudah dalam kondisi yang parah. Ekosistem perairan tawar juga mengalami hal yang sama, dari luas awal 108329 km2 tersisa hanya 37 km2. Kondisi ini secara langsung akan berpengaruh pada eksistensi keanekaragaman jenis hayati Indonesia. Indonesia memiliki kekayaan jenis ikan yang sangat tinggi. Diperkirakan 8500 jenis ikan hidup di perairan Indonesia (Australian museum) dan merupakan 45 o/o dari jumlah jenis global di dunia. Dari jumlah tersebut 1300 jenis menempati perairan tawar (Koffelat, 1996). Dilihat dari jumlah jenis ikan air tawar, Indonesia menempati rangking ke dua di dunia setelah Brazil dan pertama di Asia. Kenyataan yang ada saat ini menunjukkan bahwa 51

Arie Budiman-Peran Museum Zoologi dalam Penelitian dan Konservasi Keqnekaragaman Hayati (Ikan) pengetahuan mengenai kekayaan sumberdaya ikan ini masih relatif sangat kecil. Tidak saja dari pengenalan jenis, tetapi juga pengetahuan mengenai potensinya. Museum Zoology Bogor, saat ini baru mencatat dan memiliki koleksinya kira-kira 68 % dari jumlah jenis air tawar, sedangkan ikan laut masih sangat sedikit. Prioritas konservasi keanekaragaman hayati selalu terfokus pada konservasi species, ekosistem dan genetic. Di Indonesia, kawasan yang sangat tinggi keanekaragaman jenisnya biasanya ditetapkan sebagai taman nasional, hutan lindung dan/ atau kawasan konservasi lainnya sesuai dengan ketentuan Departemen Kehutanan. Pencarian data dan pengetahuan biologi jenis terus dilakukan tidak saja di kawasan-kawasan konservasi ini, tetapi juga di tempat lain karena sifat fauna ikan tidak dibatasi oleh wilayah kawasan konservasi melainkan juga menyangkut sistim perairan yang lebih luas. Secara umum informasi tentang "species biogeography" biasanya didapatkan di museum yang selalu menyimpan spesimen koleksi. Paper ini mengemukakan beberapa aspek mengenai peran Museum, khususnya Museum Zoologicum Bogoriense, dalam menunjang penelitian dan konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia. II. Peran koleksi museum Hampir di semua museum koleksi telah berkembang dalam tempo yang relatif lama. Museum Zoologicum Bogoriense berdiri sejak tahun 1894 dibawah Land's plantentuin atau Kebun Raya Bogor sebagai induk organisasinya. Museum ini selalu mempunyai jaringan dengan museum lainnya di tingkat regional dan intemational, sehingga memudahkan dalam pertukaran informasinya. Museum secara nyata telah menunjukkan kontribusinya dalam konservasi keanekaragaman hayati dalam berbagai cara (Yamane, 1996): r Pertama, koleksi acuan yang dimiliki museum adalah koleksi yang telah teridentifikasi dan divalidasi sebagai koleksi sistematik dari berbagai lokasi yang berbeda di Indonesia. Karena itu koleksi museum memberi informasi yang akurat tentang keberadaan dan distribusi geografis setiap spesies. Hal ini akan memudahkan untuk mendapatkan jenis yang bersangkutan pada lokasi aslinya. r Kedua, museum koleksi bisa menyediakan informasi mengenai variabilitas, morfologi, genetik dari species. Hal ini dimungkinkan sejak belakangan museum tidak saja menyimpan koleksinya dalam rak/kabinet tetapi kegiatan museum selalu terintegrasi dengan kegiatan lainnya menyangkut ekologi, dan penelitian di laboratorium. Akan sangat mudah bagi peneliti untuk mempelajari ekologi dan aspek biologi lain untuk j enis-j enis tertentu. o Ketiga, museum memberikan layanan/jasa pendidikan konservasi menyangkut jenis dan kebutuhan untuk mengkonservasinya. o Keempat, berbagai field guide manual yang biasanya diproduksi oleh museum akan memudahkan pengenalan jenis dilapangan dan akan sangat membantu peneliti di lapangan. o Kelima, koleksi museum akan sangat membantu pengungkapan pengetahuan baik dibidang boisistematik atau kepentingan lainnya, terutama dengan teknik ekstrak DNA yang secara langsung maupun tidak langsung dapat diambil dari koleksi museum. III. Pentingnya koleksi lokal Pengetahuan yang masih relatif rendah akan kekayaan jenis ikan ini menjadi kendala dalam pemanfaatannya. Dengan berbekal pada pengetahuan dasar dan koleksi yang ada diharapkan akan mudah pula dilakukan karakterisasi dan dugaan potensi pemanfaatannya. Dari sisi koleksi museum, semakin banyak koleksi lokal (tercermin juga dari koleksi type) yang tersimpan di Museum maka semakin berharga museum tersebut. Tetapi disisi lain, semakin 52

Jurnal Iktiologi Indonesia Vol.2, No. 2,Th.2002: 5l-55 rssn 1693-0339 banyak koleksi lokal yang tersimpan akan semakin memudahkan kita untuk melakukan studi mengenai jenis, baik untuk kepentingan konservasi ataupun penelitian lainnya. IV. Data base Ikan Indonesia Sampai saat ini Puslit Biologi telah mempublikasikan sistem aplikasi data base yang disebut dengan IBIS (Indonesia Biodiversity Information System). System ini terdirl dari system utama dan 5 turunannya yaitu database botany, data base hewan, data base mikro, data base bibliografi dan database untuk field srtrvey (Gambar 1.) Sistem yang dibangun tersebut saling beritegrasi dan berhubungan satu dengan lainnya. Dengan demikian mulai dari pengumpulan data di lapangan sampai pada analisi data (terutama daiam hubungannya dengan pemetaan akan dengan mudah dilakukan. Koleksi ikan akan masuk di dalam data base fauna Indonesia. Dengan sistem ini, ekstraksi data ikan yang meliputi informasi dasar dan biogeografinya dimungkinkan untuk mudah dilakukan. Gambar 1. Skema sistern data base Ikan di Indonesia 53

Arie Budiman-Peran Museum Zoologi dalam Penelitian dan Konsentasi Keanekaragaman Hayati (Ikan) V. Arah Penelitian dan konservasi Dalam kondisi tekanan terhadap alam yang demikian berat maka prioritas kegiatan yang diperlukan adalah menyangkut pengetahuan dasar keanekaragaman hayati mencakup : L Eksplorasi dan pengungkapan jenis Koleksi spesimen ikan yang tersimpan di Museum Zoologicum Bogoriense saat ini masih dalam jumlah yang terbatas dibanding perkiraan jumlah jenis yang ada. Walaupun untuk ukuran Asia merupakan terbesar dan telah berkualifikasi standar Internasional. Beberapa koleksi dari beberapa daerah masih relatif sedikit terutama di kawasan Indonesia bagian timur. Hanya wilayah Sulawesi dan Kalimantan koleksinya relatif banyak. Sementara jenis-jenis di berbagai pulau lannya, terutama pulau-pulau kecil datanya masih sangat terbatas. Berpacu dengan laju kerusakan lingkungan, sudah selayaknya eksplorasi yang intensif dilakukan dengan segera. 2. Secara bersamaan dengan eksplorasi intensif, studi biosistematik dengan berbagai pendekatan perlu dilakukan. Puslit Biologi sudah memulai biosystematic study melalui berbagai pendekatan. Untuk otokritik kepada kita para peneliti ikan, harus diakui produktifitas kita relatif sangat rendah. Sumber Daya Manusia di bidang inipun sangat langka, kalau tidak boleh dikatakan tidak ada yang memadai. Sebagai contoh Museum memiliki data untuk penemuan jenis baru ikan air tawar dalam kurun waktu dua puluhan tahun terakhir ini, rata-rata 6 jenis baru ikan Indonesia ditemukan per-tahunnya, namun sangat disayangkan kebanyakan penemunya adalah para peneliti asing. Saat ini studi sistematik berkisar pada acuan yang diberikan Kottelat dkk (1993) meliputi perairan tawar Indonesia khususnya Sulawesi) dan Allen (1993) untuk ikan Papua. Kotelat telah memasukkan 75 jenis baru dan 100 jenis lainnya 3. 4. masih belum dipublikasikan. Penambahan ini mencakup 18 o/o dari perkiraan total jenis ikan air tawar Indonesia yang berarti masih sekitar 400-600 jenis lainnya yang harus ditemukan. Karakterisasi potensi. Dalam upaya mempercepat pemanfaatan keanekaragaman hayati ikan ini, pemahaman akan karakterisasi jenis-jenis ikan menjadi penting sebagai dasar dari budidaya. Pengembangan budidaya yang terjadi di Indonesia saat ini banyak terfokus pada jenisjenis yang bukan ikan asli Indonesia. Contohnya hampir seluruh jenis ikan hias yang diperdagangkan berasal dari luar Negeri, misalnya ikan Lohan yang sedang ngetren, ikan Discus, Koi, Neon tetra, dsb.. Begitu juga dengan ikan-ikan konsumsi seperti ikan mas, ikan nila, ikan bawal air tawar, dsb.. Padahal tidak sedikit jenis-jenis potensial itu adalah jenis-jenis asli Indonesia, hanya saja bagaimana untuk mempromosikan ikan-ikan asli Indonesia sebelum jenis-jenis potensial asli Indonesia punah dari habitat alaminya.. Pengembangan koleksi: Dalam membangun dan mengembangkan koleksi ikan untuk referensi ilmiah perlu adanya jaringan kerja yang praktis dan partisipasi dari banyak pihak. Kondisi obyektif yang ada menunjukan wilayah perairan Indinesia sebagai habitat ikan begitu luas, disisi lain tekanan terhadap ekosistemnya begitu berat, cepat dan komplek, sementara sarana, prasarana dan sumberdayanya terbatas. Saat ini jumlah koleksi ikan di MZB 15.000 nomor hasil dari wilayah yang telah terekploitasi baru sekitar di bawah 50%. Diharapkan dengan eksplorasi yang intensif, penambahan koleksi ini akan menjadi semakin cepat guna menunjang penelitian dan pemanfaatan sumberdaya ikan Indonesia bagi pembangunan nasional. 54

Jumal Iktiologi Indonesia Vo1.2, No. 2, Th. 2002: 51-55 rssn 1693-0339 VI. Kerjasama lintas instansi (Nasional & International) Selama ini memang harus diakui secara jujur keberhasilan-keberhasilan yang ada tidak lepas dari hasil kerjasama dengan pihak luar negeri yang selama ini telah terjalin baik, misalnya dengan JICA, GEF, dsb.. Di waktu-waktu yang akan datang sudah barang tentu masih diperlukan kelanjutan dan peningkatan kerjasama semacam ini, lebih-lebih menyongsong era globalisasi. Disisi lain jaringan penelitian serta pertukaran data di tingkat nasional perlu dilakukan untuk lebih mengoptimalkan dan mempercepat laju pemahaman sumberdaya ikan. Selain itu sudah harus lebih disadari bahwa pengelolaan penelitian ikan tidak cukup hanya mengandalkan para peneliti ikan saja, namun harus dipikirkan penanganan lintas disiplin ilmu lairurya secara holistik dan terrntegrasi. VII. Kesimpulan 1. Secara jelas bahwa eksplorasi mengenai keanekaragaman hayati ikan harus menjadi prioritas untuk segera dilakukan mengingat tekanan yang berat terhadap habitat dan terjadinya perubahan ekosistem. 2. Management informasi untuk kepentingan pengelolaan sumberdaya dan promosi konservasi harus terus dikembangkan. Hal ini menyangkut bahwa konsentrasi informasi mengenai keanekaragaman jenis ikan hanya terdapat di sedikit instansi, sementara instansi lainnya masih kosong. Karena itu, sebagai kegiatan lanjutan perlu dibangun jaringan informasi yang bias menghubungkan berbagai instansi provider data KH Ikan di Indonesia. 3. Karakterisasi ikan-ikan asli Indonesia perlu segera dilakukan mengingat pengetahuan tentang jenis ikan asli tersebut masih relative rendah. Hal tersebut menahan lajunya percepatan pemanfaatan Keanekaragaman Hayati ikan di Indonesia. 4. Ke4asama lintas instansi baik di tingkat nasional maupun internasional perlu digalakkan mengingat keterbatasan sumberdaya yang menjadi input penelitian di Indonesia masih sedikit. VIII. DAFTAR PUSTAKA Departemen. Kehutanan R[, 2000. Statistik Kehutanan Indonesia. Badan Planologi Kehutanan. Jakarta Kottelat, M; A.J. Whitten, S. N. Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo. 1993, Ikan Air Tawar Indonesia Bagfian Barat dan Sulawesi. Periplus d, (Hk) & Menhi Negara Kependudukan dan LH, Republik Indonesia. Kottelat, M & T. Whitten. 1996. Freshwater Biodiversity in Asia LTith Special Reference to Fish. The World Bank. Washington D.C. Allen, G.R. 1991. Field guide to freshwater fishes of New Guinea. Christensen Re. Inst. Publication No.9 Yamane, S. 1996. Toward The Establishment of Multipurpose Reference Collections of Social Insect in Eastern and SouthEast Asia. inbiodiversity and Dynamics of Ecosystem (Turner, et. A1. eds). DIIYPA Series Yol l: 323-332. 55