BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan pembelajaran baik secara formal

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. SMP (Sekolah Menengah Pertama) atau MTS (Madrasah Tsanawiyah). SMK

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun Madrasah Aliyah (MA) bertujuan untuk menyiapkan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan mendapat perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber Daya Manusia), terutama peningkatan dalam bidang pendidikan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Mulyasa (2010) bahwa, pembangunan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu memperhatikan masalah pendidikan.isi pendidikan diharapkan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan setiap individu menjadi warga negara yang berkepribadian

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. dengan dunia pendidikan adalah mengenai efektivitas pembelajaran peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) menuntut. meningkatkan minat belajar siswa yaitu SMK Bina Wisata Lembang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dunia yang serba modern dan kehidupan yang semakin kompleks

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berhubungan dengan dunia

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pendidikan. globalisasi adalah kondisi sumber daya manusia ( SDM ) masih relatif rendah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara umum pendidikan dipandang sebagai faktor utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan menuntut tersedianya sumber daya manusia yang memiliki

Berdasarkan UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional (sisdiknas), disebutkan dalam pasal 1 ayat (14), Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 disebutkan pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi menusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah dilaksanakan pada tahun 2004 dan 2006. Ketiga kurikulum tersebut mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional perlu dijabarkan dalam tiga ranah kompetensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada UU Sistem Pendidikan Nasional Bab VII Pasal 42 Angka 1 dan 2 tentang Standar Sarana dan Prasarana yang berisi: 1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. 2. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Dalam peraturan perundang-undangan di atas bahwa sarana dan prasarana seperti sumber belajar menjadi salah satu hal yang wajib tersedia di sekolah, tapi pada kenyataannya masih banyak sekolah yang tidak bisa menyediakan sumber belajar. Hal ini menjadi hambatan dalam proses belajar mengajar sehingga menjadi permasalahan pada pelaksanaan proses belajar mengajar, seperti yang dikatakan Ritayanah Tenrijiji selaku Ketua Program Studi Administrasi

Perkantoran di SMK PGRI 1 Tangerang bahwa para guru mengalami kesulitan dalam menyajikan materi pelajaran dikarenakan sudah satu semester lebih sumber belajar seperti buku paket khususnya mata pelajaran produktif tidak tersedia di SMK PGRI 1 Tangerang, padahal pihak sekolah sudah memesan buku kepada penyedia. Pelaksanaannya para guru produktif program studi Administrasi Perkantoran terpaksa mencari sendiri dalam menyiapkan materi ajar. Selain itu fasilitas yang tersedia untuk menunjang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) masih kurang. Hal ini ditunjukan oleh data pra observasi yang dilakukan penulis yaitu sebagai berikut: Tabel 1.1 Daftar Inventaris Buku Siswa Kurikulum 2013 Semester 2 No. Judul Buku Kelas Kategori Jumlah Buku Eksemplar 1 Matematika X Siswa 348 2 Sejarah X Siswa 348 3 Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan (PPKn) X Siswa 348 4 Bahasa Inggris X Siswa 348 5 Prakarya & Kewirausahaan X Siswa 348 6 Bahasa Indonesia XI Siswa 466 7 Matematika XI Siswa 466 8 Sejarah XI Siswa 466 9 Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan (PPKn) XI Siswa 466 10 Bahasa Inggris XI Siswa 466 11 Seni & Budaya XI Siswa 466 12 Pendidikan Jasmani Olahraga & Kesehatan (PJOK) XI Siswa 466 13 Prakarya & Kewirausahaan XI Siswa 466 Sumber : Data Bidang Perpustakaan SMK PGRI 1 Tangerang Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada satupun buku mata pelajaran produktif yang di perlukan kurikulum 2013 tersedia di SMK PGRI 1 Tangerang. Fenomena di atas bertolak belakang dengan tujuan pengadaan buku kurikulum 2013 yang salah satunya yaitu untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Inventaris sarana dan prasarana yang ada di sekolah SMK PGRI 1 Tangerang masih kurang memadai dari beberapa fasilitas dan sumber belajar yang disediakan SMK PGRI 1 Tangerang. Dalam Petunjuk dan Teknis Buku Kurikulum 2013 keberhasilan implementasi kurikulum dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya yaitu ketersediaan sumber belajar. Faktor ini penting karena jika kurikulum mengalami hambatan maka akan berdampak pula terhadap proses belajar mengajar dan mutu pendidikan di Indonesia. Berkaitan dengan UU Sistem Pendidikan Nasional Bab VII Pasal 42 Angka 1 dan 2 tentang Standar Sarana dan Prasarana, menurut Kokom (2011, hlm. 5) sumber belajar termasuk ke dalam sarana dan prasarana dan termasuk ke dalam faktor lingkungan non sosial yang mempengaruhi prestasi belajar. Kesimpulannya bahwa apabila sarana prasarana dengan kata lain sumber belajar terhambat maka akan berdampak pula pada prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Penjelasan di atas dapat diartikan bahwa guru di sekolah dituntut pula agar terampil dalam mengelola proses pembelajaran di kelas terutama dalam menyampaikan materi pembelajaran pada mata pelajaran yang tidak dilengkapi buku dari pemerintah. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan siswa terhadap wawasan yang akan dicapai, karena dengan segala upaya memperbaiki hambatan dengan baik maka akan berdampak pada hasil belajar yang baik pula. Proses pembelajaran dapat berhasil apabila terdapat interaksi antara pengajar dengan peserta didik yang ikut aktif dalam pembelajaran. Dari interaksi proses pembelajaran tersebut akan berdampak pada perubahan perilaku menuju ke arah yang lebih baik. Perubahan tersebut dapat tercapai apabila didukung oleh berbagai macam faktor. Faktor ini dapat mempengaruhi dalam proses belajar sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Hasil belajar adalah alat ukur sejauhmana siswa memahami materi yang diberikan oleh guru setelah mengalami proses belajar sebelumnya. Berdasarkan observasi terdahulu diperoleh data bahwa prestasi belajar peserta didik masih rendah. Hal ini terlihat dari data keseluruhan nilai mata pelajaran produktif siswa kelas X jurusan Administrasi Perkantoran yang nilainya

masih di bawah KKM. Berikut adalah rincian dari nilai ujian akhir semester pada mata pelajaran produktif Administrasi Perkantoran: Tabel 1.2 Nilai Rata-rata UAS Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Kelas X Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013 SMK PGRI 1 Tangerang Kelas Jumlah Siswa Melakukan Prosedur Administrasi Mata Pelajaran Komunikasi Kolega Rata-rata X AP 1 39 73,24 72,70 85,26 77,06 X AP 2 38 72,63 72,37 84,21 76,40 X AP 3 36 72,11 72,43 80,54 75.02 Rata-rata 72,66 72,50 83,34 Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata prestasi belajar siswa mata pelajaran Mengelola Prosedur Administrasi (MPA) sebesar 72,66, nilai rata-rata prestasi belajar siswa mata pelajaran Komunikasi sebesar 72, 50, sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar siswa mata pelajaran Kolega sebesar 83,34. Tabel 1.3 Nilai Rata-rata UAS Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Kelas X Semester Ganjil Tahun Ajaran 2013/2014 SMK PGRI 1 Tangerang Kelas Jumlah Siswa Melakukan Prosedur Administrasi Mata Pelajaran Komunikasi Kolega Rata-rata X AP 1 40 70,81 71,32 77,29 73,14 X AP 2 40 70,26 73,15 80,05 74,48 X AP 3 39 68,89 71,18 76,31 72,12 Rata-rata 69,98 71,88 77,88 Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata prestasi belajar siswa mata pelajaran Mengelola Prosedur Administrasi (MPA) sebesar 69,98, nilai rata-rata prestasi belajar siswa mata pelajaran Komunikasi sebesar 71, 88, sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar siswa mata pelajaran Kolega sebesar 77,88. Tabel 1.4 Nilai Rata-rata UAS Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Kelas X Semester Ganjil Tahun Ajaran SMK PGRI 1 Tangerang Jumlah Mata Pelajaran Kelas Rata-rata Siswa Kearsipan Korespondensi Otomatisasi

Perkantoran X AP 1 39 76,31 71,18 70,81 72,76 X AP 2 38 77,36 70,53 70,26 72,71 X AP 3 37 80,05 73,15 70,79 74,66 Rata-rata 77,90 71,62 70,62 Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata prestasi belajar siswa mata pelajaran Kearsipan sebesar 77,90, nilai rata-rata prestasi belajar siswa mata pelajaran Korespondensi sebesar 71,62, sedangkan nilai ratarata prestasi belajar siswa mata pelajaran Otomatisasi Perkantoran sebesar 70,62. Dari data di atas dapat dilihat bahwa prestasi belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya nilai siswa yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan dapat dilihat juga dari nilai rata-rata kelas pada mata pelajaran produktif yang masih di bawah KKM yaitu 76 yang telah ditetapkan oleh sekolah. Nilai secara kuantitatif di atas apabila dihubungkan dengan pembelajaran merupakan hasil belajar secara kognitif yang diukur dengan nilai atau disebut juga prestasi belajar. Rendahnya prestasi belajar siswa tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena hal ini akan berdampak buruk terhadap kualitas lulusan serta pada akhirnya akan menghambat tujuan pendidikan nasional. Prestasi belajar diperoleh setelah siswa mengalami proses belajar mengajar. M. Surya (2004, hlm. 75) memandang bahwa Prestasi belajar adalah hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap setelah melalui proses tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Masih rendahnya prestasi belajar siswa yang ditunjukan dari rata-rata kelas yang masih di bawah KKM yang telah ditentukan memberikan indikasi bahwa pembelajaran pada mata pelajaran produktif belum optimal. Hal ini dikarenakan sumber belajar yang kurang, dan cenderung media yang diterapkan adalah media yang monoton digunakan sehingga tidak memberikan dampak yang lebih bermakna kepada siswa. Dalam mengajar guru dituntut aktif melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan hal demikian maka siswa akan belajar menjadi pribadi yang lebih kreatif, inovatif, kritis, dan mandiri. Sehingga siswa

tidak akan merasa bosan untuk belajar. Dengan begitu akan berdampak kepada prestasi belajar siswa yang semakin baik. Dalam proses belajar mengajar ikut berpengaruh sejumlah faktor diantaranya faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor ekternal yaitu sejumlah masukan dari lingkungan. Hal ini didukung oleh pendapat Purwanto (2006, hlm. 107) bahwa: Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal yang datang dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang datang dari luar diri siswa atau biasa disebut faktor lingkungan. Adapun faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat berupa kemampuan siswa, motivasi siswa, minat dan perhatian, sikap, dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial, ekonomi, faktor fisik dan psikis. Sedangkan faktor eksternal dapat berupa kualitas pengajaran, kometensi guru, sumber belajar, dan pengaruh lingkungan pergaulan siswa. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah pemanfaatan sumber balajar oleh guru dan siswa. Sumber belajar adalah suatu daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar baik secata langsung maupun tidak langsung, sebagian atau keseluruhan (dalam Sudjana dan Rivai, 2009, hlm. 76). Sumber belajar merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar. Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (students oriented), guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Nurdin (2011, hlm. 98), yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif minat baca, pemanfaatan fasilitas, dan sumber belajar terhadap prestasi belajar. Pemanfaatan sumber belajar mempunyai peranan yang penting dalam proses pembelajaran karena sumber belajar merupakan bahan materi yang dapat menambah ilmu pengetahuan yang di dalamnya mengandung hal-hal baru bagi siswa dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar. Mengacu kepada paparan di atas dan untuk memecahkan masalah mengenai rendahnya prestasi belajar siswa tersebut, maka penting dilakukan penelitian mengenai rendahnya prestasi belajar yang dipengaruhi oleh sumber belajar dituangkan dalam judul Pengaruh Sumber Belajar terhadap Prestasi Belajar

Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X SMK PGRI 1 Tangerang Tahun Ajaran. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka inti dari kajian penelitian ini adalah masalah rendahnya prestasi belajar siswa di SMK PGRI 1 Tangerang pada mata pelajaran produktif. Hal ini diduga karena sarana dan prasarana berupa sumber belajar yang masih kurang. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal siswa yang meliputi (kemampuan siswa, motivasi siswa, minat dan perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis) serta faktor eksternal yang meliputi (kualitas pengajaran, kompetensi guru, sumber belajar, dan pengaruh lingkungan pergaulan siswa). Dan berdasarkan kajian empirik terhadap faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, dari fenomena yang sudah dijelaskan pada latar belakang diduga faktor yang paling berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa adalah ketersediaan sumber belajar. Berdasarkan pernyataan masalah (problem statement) di atas, masalah dalam penelitian ini secara spesifik dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran efektivitas pemanfaatan sumber belajar pada mata pelajaran produktif di kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran SMK PGRI 1 Tangerang? 2. Bagaimana gambaran tingkat prestasi belajar pada mata pelajaran produktif di kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran SMK PGRI 1 Tangerang? 3. Adakah pengaruh efektivitas pemanfaatan sumber belajar terhadap tingkat prestasi belajar siswa di kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK PGRI 1 Tangerang? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran efektivitas pemanfaatan sumber belajar pada mata pelajaran produktif di kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran SMK PGRI 1 Tangerang. 2. Memberikan gambaran prestasi belajar pada mata pelajaran produktif di kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran SMK PGRI 1 Tangerang. 3. Mengukur pengaruh efektivitas pemanfaatan sumber belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif di kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran SMK PGRI 1 Tangerang. 1.4 Kegunaan Penelitian Jika tujuan penelitian tersebut di atas tercapai, maka akan ada dua kegunaan dari penelitian ini yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. 1.4.1 Kegunaan Teoritis Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah sebagai sarana untuk menambah referensi dan bahan kajian dalam khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan dan penelitian lanjutan mengenai pengaruh efektivitas pemanfaatan sumber belajar terhadap prestasi belajar yang belum dikaji dalam penelitian ini. 1.4.2 Kegunaan Praktis Secara praktis, kegunaan penelitian ini adalah: a. Bagi Penulis 1) Dapat memperluas pemahaman penulis mengenai pengaruh sumber belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. 2) Penelitian ini juga sangat berguna bagi penulis sebagai calon pendidik untuk dapat membantu peserta didik meningkatkan prestasi belajarnya. b. Bagi Sekolah Sebagai bahan pertimbangan bagi peningkatan kualitas prestasi belajar siswa, membuat siswa manjadi lebih semangat untuk lebih dalam mempelajari suatu kompetensi inti.