BAB II CHYNE, O BRIEN DAN BELGRAVE: TEORI SOSIAL DEMOKRAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. terutama di Negara-negara berkembang. Indonesia merupakan Negara

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan masalah multi dimensional, kemiskinan bukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

Pendekatan Historis Struktural

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang

BAB II KAJIAN TEORI. divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan. 1

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

KETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN. Slamet Widodo

BAB I PENDAHULUAN. poranda, ditandai dengan banyaknya pemutusan hubungan kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ).

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tugas-tugas pada posisinya tersebut. Apabila kita berbicara tentang tugas-tugas

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

FENOMENA ANAK JALANAN DI INDONESIA DAN PENDEKATAN SOLUSINYA Oleh : Budi H. Pirngadi

BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID di KJKS KUM3 "Rahmat" Surabaya

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, menurut data yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB I PENDAHULUAN. tersebut didukung oleh Jhingan (2004), yang mengungkap bahwa negara

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

BAB I PENDAHULUAN. selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan disebut

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

Askeskin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin) Kemanakah Engkau? Masyarakat Miskin Membutuhkanmu

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan agenda nasional yang terus dikaji secara konsisten

Universitas Indonesia Library >> UI - Disertasi (Membership)

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seperti pengertian kemiskinan yang dikemukakan oleh Friedman bahwa

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

BAB II KERANGKA TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kemiskinan yang serius, sebab kemiskinan hingga kini terus

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB IV DAMPAK SOSIAL EKONOMI KEMISKINAN

I. PENDAHULUAN. hingga kini masih menjadi isu sentral di belahan bumi mana pun. Selain bersifat

PEMBAHASAN TENTANG KEMISKINAN Menurut Andre Bayo Ala, 1981 kemiskinan itu bersifat multi dimensional. Artinya kebutuhan manusia itu bermacam macam

Kondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kenyataannya sulit untuk mencapai kebutuhan hidup tersebut. Hal ini

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN DAN TEORI. KEBUTUHAN PRESTASI DAVID McCLELLAND. dianggap relevan untuk mengkaji permasalahan tersebut.

Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menegakkan sebuah tata masyarakat yang mulia, adil, elegan, berwibawa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB II KAJIAN TEORI. pokok, seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. 27. mencapai suatu standar hidup yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia memacu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. 1. bangsa atau negara secara keseluruhan bisa pula di kategorikan miskin.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan

ARTIKEL ILMIAH UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN. Oleh: Drs. Suyoto, M.Si

WANITA DAN STRUKTUR SOSIAL ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) Dra. LINA SUDARWATI

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. usaha ekonomi desa, pengembangan Lembaga Keuangan Desa, serta kegiatankegiatan

PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Materi ke 2

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kelompok usia lain. Pergeseran distribusi usia seringkali

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

PERLINDUNGAN SOSIAL BAGI ANAK-ANAK MISKIN DI PERKOTAAN. Bagong Suyanto Dosen Departemen Sosiologi FISIP Universitas Airlangga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan

PERAN PERGURUAN TINGGI MELALUI PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT OLEH DOSEN DALAM RANGKA MENDUKUNG PROGRAM PEMERINTAH DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN

Perempuan; Ita Yuliati Alita Group

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki

Transkripsi:

BAB II CHYNE, O BRIEN DAN BELGRAVE: TEORI SOSIAL DEMOKRAT A. Teori Sosial Demokrat Untuk menjelaskan fenomena yang di angkat oleh peneliti yaitu POTRET KEMISKINAN MASYARAKAT DESA Studi Kasus Masyarakat Miskin Di Dusun Ngengo Desa Ngrancang Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro maka peneliti menggunakan teori sosial demokrat. Teori sosial demokrat memandang bahwa kemiskinan bukanlah persoalan individual, melainkan struktural. Kemiskinan disebabkan oleh adanya ketidakadilan dan ketimpangan dalam masyarakat akibat tersumbatnya akses-akses kelompok tertentu terhadap berbagai sumber-sumber kemasyarakatan. Teori yang berporos pada prinsip-prinsip ekonomi campuran ini muncul sebagai jawaban terhadap depresi ekonomi yang terjadi pada tahun 1920-an dan awal 1930-an. Kemiskinan bangsa ini berkaitan erat dengan struktur sosial yang ada, dimana rakyat mengalami ketidakberdayaan ketika menghadapi struktur sosial dalam menghadapi struktur sosial di dalam mengubah sedikit nasibnya. 35 Dalam perspektif modernisasi faktor utama yang menyebabkan kemiskinan adalah etos kerja, tidak dimilikinya etika wirausaha atau budaya yang tidak terbiasa dengan kerja keras. Akan tetapi, berbeda dengan perspektif modernisasi yang berpendapat bahwa sumber yang menyebabkan kemiskinan adalah struktur yang tidak adil dan ulah kelas sosial yang 35 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2001), 803 45

46 berkuasa, yang sering kali mengeksploitasi masyarakat miskin dengan kekuasaan dan kekayaan yang dimilikinya. Jika kemiskinan disebabkan karena struktur yang ada maka sama halnya dengan kemiskinan struktural, yang dimaksud dengn kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu. Struktur soaial yang berlaku telah melahirkan berbagai rintangan yang menghalangi kelompok miskin ini untuk maju. Umpamannya kelemahan ekonomi tidak memungkinkan mereka untuk memperoleh pendidikan yang berarti agar dapat melepaskan diri dari kemelaratan. Dengan keterbatasan dan ketidakpunyaan modal dan ketrampilan menyebabkan mereka tidak memiliki peluang untuk usaha dalam rangka mengubah statusnya sebagai kelompok miskin. kemiskinan yang secara langsung maupun tidak disebabkan oleh tatanan kelembagaan atau struktur sosial dalam masyarakat. Tatanan kelembagaan atau struktur sosial disini dapat diartikan sebagai tatanan organisasi maupun aturan permainan yang diterapkan. Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah seringkali menyebabkan sebagian kelompok dalam masyarakat mengalami kemiskinan. Kemiskinan yang terjadi lebih disebabkan keterbatasan bahkan tidak dimilikinya akses kelompok miskin kepada sumber daya-sumber daya pembangunan yang ada. Kemiskinan yang disebabkan oleh struktur sosial yang berlaku ini telah menyebabkan terkurungnya kelompok masyarakat tertentu dalam suasana kemiskinan, yang bahkan telah berlangsung secara turun temurun. Kemiskinan

47 struktural hanya dapat diatasi jika terjadi suatu proses perubahan struktur dalam masyarakat secara mendasar. Kemiskinan yang di derita atau di alami oleh suatu anggota masyarakat karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber- sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan ini muncul bukan karena ketidaksanggupan si miskin untuk bekerja, melainkan karena ketidakmampuan struktur dan sistem sosial dalam menyediakan kesempatan yang memungkinkan si miskin ini dapat bekerja. 36 Pada dasarnya, kemiskinan merupakan persoalan klasik yang telah ada sejak umat manusia ada. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks, problema sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan. Kemiskinan mempunyai beberapa dimensi yang patut kita tahu dan kaji kebenarannya. Pertama, kemiskinan itu dimensional. Artinya, karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka kemiskinan juga memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum, kemiskinan meliputi aspek primer yakni miskin akan aset-aset, organisasi sosial dan politik, dan pengetahuan serta ketrampilan. Sedangkan aspek sekunder yakni miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi. 36 Elly M. Setiadi, Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. Op.Cit, 803

48 Kedua, aspek-aspek kemiskinan tersebut saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ini berarti bahwa kemajuan atau kemunduran pada suatu aspek akan berpengaruh pada kemajuan dan kemunduran aspek lainnya. 37 Ketiga, bahwa yang miskin adalah manusiannya, baik individual maupun kolektif. Ada kemiskinan pedesaan dan juga kemiskinan perkotaan namun ini berarti bukan desa atau kota yang mengalami kemiskinan, tetapi orang-orang atau manusianya yang mengalami kemiskinan. Kemiskinan akan terus menjadi persoalan aktual dari masa ke masa. Meskipun sampai saat ini belum ditemukan suatu rumusan ataupun solusi penanganan kemiskinan yang dianggap paling signifikan, dan relevan, pengkajian konsep dan strategi penanganan kemiskinan harus terus menerus diupayakan. Pengupayaan tersebut tentu sangat berarti sehingga kemiskinan tidak lagi menjadi masalah dalam kehidupan manusia. Sistem negara kesejahteraan yang menekankan pentingnya manajemen dan pendanaan negara dalam pemberian pelayanan sosial dasar, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan dan jaminan sosial, sangat dipengaruhi oleh pendekatan ekonomi manajemen-permintaan (demand-management economics) gaya Ceynesian ini. 38 37 Hadi Prayitno dan M Umar Burhan, Pembangunan Ekonomi Pedesaan (Yogyakarta: BPFE), 146-147 38 http://bayualfian.blogspot.com/2012/10/teori-kemiskinan-dan-kebiakan-yang-di.html (diakses pada tanggal 27 Nopember 2014)

49 Meskipun tidak setuju sepenuhnya terhadap sistem pasar bebas, kaum sosial demokrat tidak memandang sistem ekonomi kapitalis sebagai evil. Bahkan kapitalis masih dipandang sebagai bentuk pengorganisasian ekonomi yang paling efektif. Hanya saja, kapitalisme perlu dilengkapi dengan sistem negara kesejahteraan agar lebih berwajah manusiawi. The welfare state acts as the human face of capitalism, demikian menurut Cheyne, O Brien dan Belgrave. 39 Pendukung sosial demokrat berpendapat bahwa kesetaraan merupakan prasyarat penting dalam memperoleh kemandirian dan kebebasan. 40 Kemandirian dan kebebasan ini akan tercapai jika setiap orang memiliki atau mampu menjangkau sumber-sumber bagi potensi dirinya, seperti pendidikan, kesehatan yang baik, dan pendapatan yang cukup. Kebebasan disini bukan sekedar bebas dari pengaruh luar melainkan bebas pula dalam menentukan pilihan-pilihan (choices). Dengan kata lain, kebebasan berarti memiliki kemampuan (capabilities) untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Misalnya, kemampuan memenuhi kebutuhan dasarnya, kemampuan menghindari kematian dini, kemampuan menghindari kekurangan gizi, kemampuan membaca, menulis dan berkomunikasi. Negara memiliki peranan dalam menjamin bahwa setiap orang dapat berpartisipasi dalam transaksi-transaksi kemasyarakatan yang memungkinkan mereka menentukan pilihan pilihannya dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Peran 39 Ibid 79 40 Syuhyuti, 30 Konsep Penting Dalam Pembangunan Pedesaan Dan Pertanian, Penjelasan Konsep, Istilah Teori, Dan Indikator Serta Variabel (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2006), 95

50 Negara dalam pendekatan ini cukup penting terutama dalam merumuskan strategi untuk menanggulangi kemiskinan. Menurut pandangan sosial demokrat, strategi kemiskinan haruslah bersifat institusional (melembaga), misalnya melalui program jaminan sosial. Salah satu contohnya adalah pemberian tunjangan pendapatan atau dana pensiun, akan dapat meningkatkan kebebasan, hal ini dikarenakan tersedianya penghasilan dasar sehingga orang akan memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan menentukan pilihan-pilihannya, dan sebaliknya ketiadaan penghasilan tersebut dapat menyebabkan ketergantungan. Ketiadaan pelayanan dasar tersebut juga dapat menyebabkan ketergantungan (dependency) karena dapat membuat orang tidak memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dan menentukan pilihanpilihannya. Pendukung sosial demokrat meyakini bahwa penanggulangan kemiskinan yang bersifat residual, beorientasi proyek jangka pendek, justru merupakan strategi yang hanya menghabiskan dana saja karena efeknya juga singkat, terbatas dan tidak berwawasan pemberdayaan dan keberlanjutan. Apabila kaum neoliberal melihat bahwa jaminan sosial dapat menghambat kebebasan, kaum sosial demokrat justru meyakini bahwa ketiadaan sumber-sumber finansial yang mapan itulah yang justru dapat menghilangkan kebebasan, karena membatasi dan bahkan menghilangkan kemampuan individu dalam menentukan pilihan-pilihannya (choices). 41 41 Syuhyuti, 30 Konsep Penting Dalam Pembangunan Pedesaan Dan Pertanian, Penjelasan Konsep, Istilah Teori, Dan Indikator Serta Variabel (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2006), 95

51 Kelemahan teori ini adalah adanya ketergantungan yang tinggi pada negara dalam membentuk struktur dan institusi untuk menanggulangi kemiskinan. Padahal pencapaian pembentukan struktur dan institusi yang tepat dalam menangani kemiskinan itu sendiri tergantung pada kapabilitas kelompok miskin. Hal ini dikarenakan kemiskinan tidak dilihat dari kebutuhan minimal yang harus dicapai tapi lebih pada rata-rata kemampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun demikian pendekatan ini membuka dimensi lain dari penyebab kemiskinan yaitu pada struktur dan institusi, yang telah menyebabkan tertutupnya akses bagi kelompok tertentu dalam masyarakat. Sehingga melalui pendekatan ini dapat dilihat bahwa akar permasalahan kemiskinan bukan hanya sekedar pada kemampuan individu tetapi bagaimana struktur dan institusi dalam masyarakat memberikan jaminan bagi semua kelompok untuk mendapatkan kesetaraan dalam mencapai kemandirian dan kebebasan. Secara konseptual memandang bahwa kemiskinan merupakan persoalanpersoalan struktural sebagaimana diformulasikan oleh kaum sosial demokrat. Dilihat dari tingkatannya, ada tiga kategori kemiskinan yang menjadi pusat perhatian pekerjaan sosial, yaitu: 1. Kelompok yang paling miskin (destitute) atau yang sering didefinisikan sebagai fakir miskin. Kelompok ini secara absolut memiliki pendapatan dibawah garis kemiskinan (umumnya tidak memiliki sumber pendapatan sama sekali) serta tidak memiliki akses terhadap berbagai pelayanan sosial.

52 2. Kelompok miskin (poor). Kelompok ini memiliki pendapatan dibawah garis kemiskinan namun secara relatif memiliki akses terhadap pelayanan sosial dasar (misalnya, masih memiliki sumber-sumber finansial, memiliki pendidikan dasar atau tidak buta hurup). 3. Kelompok rentan (vulnerable group). Kelompok ini dapat dikategorikan bebas dari kemesikinan, karena memiliki kehidupan yang relativ lebih baik ketimbang kelompok destitute maupun miskin. Namun sebenarnya kelompok yang sering disebut near poor (agak miskin) ini masih rentan terhadap berbagai perubahan sosial di sekitarnya. Mereka seringkali berpindah dari status rentan menjadi miskin dan bahhkan destitute bila terjadi krisis ekonomi dan tidak mendapat pertolongan sosial. Robert Chambers, seorang ahli pedesaan berkebangsaan inggris yang pertama kali menggunakan kemiskinan terpadu untuk memahami masalah kemiskinan di Negara sedang berkembang. 42 Membeberkan masalah kemiskinan struktural sebenarnya terletak pada perangkap kemiskinan, yang terdiri atas lima unsur: 1. Kemiskinan itu sendiri 2. Kelemahan fisik 3. Keterasingan atau kadar isolasi 4. Kerentanan 5. Ketidakberdayaan. 42 Loekman Soetrisno, Kemiskinan: Perempuan dan pemberdayaan (Yogyakarta: Kanisius, 1997), 18

53 Kemiskinan yang diderita keluarga miskin tak jarang harus memaksa mereka bekerja mebanting tulang untuk mencari nafkah. Kemiskinan telah membuat asupan makanan keluarga miskin menjadi kurang, dan bisa berpengaruh terhadap kesehatan fisik mereka. Sehingga masyarakat miskin sangat rentan dalam berbagai hal apapun yang bisa mengantarkan mereka kedalam lingkaran kemiskinan. Kelemahan fisik atau jasmani yang di alami seseorang mendorongnya kearah kemiskinan melalui berbagai cara yaitu: produktivitas tenaga kerja yang sangat rendah, tidak mampu bekerja lebih lama, tubuh yang lemah, membuat seseorang tersisih karena tidak ada waktu tidak kuat menghadiri pertemuan-pertemuan untuk mendapatkan informasi baru. Jasmani yang lemah juga memperpanjang kerentanan seseorang karena terbatasnya kemampuan untuk mengatasi krisis keadaan darurat. 43 43 Robert Chambers, Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang (Jakarta: LP3ES, 1987), 146