BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perguruan tinggi merupakan satuan penyelenggara pendidikan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mereka dan kejadian di lingkungannya (Bandura, dalam Feist & Feist, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keahlian dalam kerja akademis yang dinilai oleh para pengajar melalui tes, ujian,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ekonomi Asean (MEA) untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di. bidang ekonomi antar negara ASEAN (

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa erat hubungannya dengan tugas perkuliahan. Menurut pandangan Kusuma

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH PELATIHAN BERFIKIR POSITIF TERHADAP TINGKAT EFIKASI DIRI MAHASISWA. Suryani STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN

PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF. Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

Hubungan Antara..., Devita, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. bahkan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Untuk beberapa pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan melalui pelaksanaan Ujian Nasional. Salah satu yang menjalani ujian nasional

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

PENGARUH LAYANAN INFORMASI TERHADAP PENINGKATAN EFIKASI DIRI SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 2 KARANGMALANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dipahami atau usaha-usaha lain seperti kuliah lapangan,penelitian,dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. banyak perusahaan yang menuntut pegawainya berpendidikan minimal sarjana,

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PILIHAN KARIR PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 BOBOTSARI PURBALINGGA JURNAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan tuntutan dunia globalilasi, terutama dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa dini. Hurlock (2002)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Self Efficacy adalah keyakinan seseorang dalam mengkoordinasikan keterampilan dan kemampuan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, mencari pekerjaan bukan lagi hal yang mudah. Persaingan yang ketat, membuat masing-masing individu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan dibidang akademik. Dalam dunia mahasiswa mengalami

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB III HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan Data dan d) Hasil Penelitian dan Pembahasan

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu

BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah Tuhan dan juga aset bangsa yang sangat berharga.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perguruan tinggi merupakan satuan penyelenggara pendidikan yang merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah atas. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pengajar disebut dosen. Berdasarkan kepemilikan perguruan tinggi dibagi menjadi dua yaitu perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta. Di Indonesia, perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, institut, politeknik, sekolah tinggi dan universitas. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang baru berganti status dari Institut Agama Islam Negeri menjadi Universitas Islam Negeri pada tahun 2014 merupakan salah satu perguruan tinggi di Surabaya yang mempunyai sembilan fakultas yaitu fakultas dakwah dan ilmu komunikasi, fakultas adab dan humaniora, fakultas tarbiyah dan keguruan, fakultas ushuluddin, fakultas syariah dan hukum, fakultas psikologi dan kesehatan, fakultas sains dan teknologi, fakultas ekonomi bisnis islam, serta fakultas ilmu sosial dan ilmu politik. Empat diantaranya merupakan fakultas yang baru yang diresmikan saat Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel beralih menjadi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yaitu fakultas sains dan teknologi, fakultas psikologi dan kesehatan, fakultas ekonomi bisnis islam, serta fakultas ilmu sosial dan ilmu politik. Diantara ke empat fakultas yang baru tersebut, yang benar-benar murni jurusan dan program studi nya baru semua hanya fakultas sains dan teknologi. Fakultas sains dan teknologi memiliki lima 1

2 program studi yaitu matematika, biologi, teknik kelautan, arsitek, sistem informasi dan teknik lingkungan. Data dari pegawai akademik Fakultas Sains dan Teknologi untuk fakultas sains dan teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya (13 Oktober 2015) dengan memiliki mahasiswa 382 yang terdiri dari dua angkatan 2014 dan angkatan 2015. Mahasiswa sebagai agent of change juga harus mempunyai pikiran yang positif. Dengan berpikiran positif, akan membawa pada sikap dan perilaku yang positif. Perubahan yang signifikan yaitu tentang perubahan yang konstruktif dan penuh makna. Karena pada dasarnya mahasiswa adalah kaum terpelajar yang mampu mencari alternatif dan solusi. Pengembangan diri mahasiswa dalam pendidikan menjadi suatu alternatif mempersiapkan mahasiswa menghadapi persaingan gobal yang menuntut adanya penguasaan terhadap kemampuan tertentu. Dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), menjadi banyak persaingan atau kompetisi yang juga menuntut adanya soft skill dan hard skill. Penelitian Asiyah dkk (2015) menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara self esteem dan self efficacy terhadap kematangan karir mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dalam menghadapi MEA. Sejalan dengan hal tersebut, pendidikan selalu menyesuaikan dengan kemajuan peradaban dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi, sehingga lulusannya mampu bersaing di kancah internasional. Hal ini secara tidak langsung mengisyaratkan agar individu lebih mengembangkan kemampuannya untuk tercapainya prestasi yang optimal. Oleh karena itu selayaknya, individu memiliki efikasi diri yang tinggi untuk

3 bisa mencapai prestasi. Efikasi diri dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu untuk melakukan tugas yang diberikan dan menandakan level kemampuan dirinya ( Baron & Byrne, 2003). Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa mahasiswa Fakultas Saintek. Subjek pertama mengatakan jika di jurusannya agak berbeda dengan fakultas lain seperti belum akreditasi, fasilitas belum mencukupi, dan laboratorium nya masih bergabung dengan kampus lain, ruangan terbatas. Subjek kedua memberikan pendapatnya tentang fakultas saintek bahwa fasilitas masih terbatas, laboratorium nya masih numpang, merasa dianak dua kan, belum akreditasi, praktikumnya masih di ITS, diskusi tidak bisa dengan kakak kelas karena masih angkatan pertama, dosen kesehatan juga mengajar di saintek. Subjek ketiga mengatakan bahwa akreditasi fakultas belum jelas, laboratorium yang masih gabung dengan kampus lain yang ditempuh dengan kendaraan sendiri. Hal tersebut membuatnya terkadang kurang percaya diri dari timbul keraguan akan keyakinan dalam kemmapuannya untuk melakukan tugas akademik. Adanya kenyataan bahwa fakultas saintek dengan jurusan dan program studi yang masih baru semua membuat akreditasi nya belum sehingga mendapat nilai akreditasi C, fasilitas yang belum sepenuhnya lengkap seperti ruang kuliah yang belum mencukupi, laboratorium yang belum semuanya ada, serta belum mempunyai kakak kelas karena masih angkatan pertama membuat keraguan akan keyakinan dalam kemampuan akademik mahasiswa. Oleh

4 karena itu diperlukan pola pikir yang positif dalam memandang dan menghadapi lingkungan akademiknya. Pola pikir yang positif diperlukan untuk memandang segala hal dari sudut pandang yang positif. Pada masa-masa sulit, sangatlah penting memahami dan menopang institusi-institusi positif, seperti berpikir positif. Seligman menyatakan bahwa berpikir positif dan optimis dapat membawa individu tersebut menuju kebahagiaan. Dengan adanya pola pikir yang positif tentu akan membuat lebih mudah dalam menyesuaikan dengan lingkungannya dan lebih mudah mengembangkan kemampuannya dalam mencapai prestasi. Sehingga prestasinya tersebut akan meningkatkan efikasi dirinya. Efikasi diri sangat penting bagi pelajar untuk mengontrol motivasi mencapai harapan-harapan akademik. Penelitian Nugroho (2007) juga menyimpulkan bahwa mahasiswa dengan efikasi diri yang tinggi memiliki prestasi akademik yang tinggi. Efikasi diri akadenik jika disertai dengan tujuan-tujuan yang spesifik dan pemahamn mengenai prestasi akademik, maka akan menjadi penentu suksesnya akademik (Bandura, dalam Alwisol, 2004). Pemahaman ini menggambarkan bahwa efikasi diri akademik dapat menjadi suatu sumber daya yang sangat penting bagi pengembangan diri melalui pilihan aktivitas mahasiswa (Schunk, dalam Santrock, 2008). Dari hasil wawancara terhadap tiga mahasiswa menemukan beberapa indikator yang melemahkan efikasi diri akademik, diantaranya keraguan terhadap kemampuan untuk berhasil dalam kuliah, kemampuan mengerjakan tugas, dan rendahnya motivasi belajar. Selain itu, peneliti juga menemukan

5 bahwa subjek merasa cemas terhadap kemampuan akademiknya dan citacitanya. Efikasi diri akademik berhubungan dengan cara berpikir individu dalam menghadapi masalah dan arah berpikir individu dalam memandang masalah secara optimis atau pesimis, karena akan menentukan cara menghadapi kesulitan-kesulitan akademik dan individu dengan efikasi yang tinggi akan bertahan dalam menghadapi kesulitan. Salah satu upaya meningkatkan efikasi diri akdemik adalah melalui pelatihan berpikir positif (Sdorow, 1990 ). Ellis (dalam Corey, 2007) menambahkan seseorang mampu memodifikasi keyakinan-keyakinannya dengan melatih kemampuan berpikirnya. Cara dan pola berpikir seseorang mempengaruhi perilaku dan perasaan yang akan dimunculkan dalam situasi spesifik (Hayes & Rogers, 2008). Penelitian Loher (dalam Santrock, 2003 ) menunjukkan suasana hati negatif memungkinkan untuk marah, merasa bersalah, dan memperbesar kesalahan yang telah terjadi. Berpikir positif berkaitan dengan hidup positif yang berorientasi pada keyakinan dan bermanfaat bagi kesehatan serta coping stres yang adaptif. Hal ini yang menjelaskan bahwa dengan berpikir positif, seseorang mampu bertahan pada situasi yang penuh stres (Brissette, dkk, dalam Kivimaki, dkk, 2005, h. 413). Jadi, dengan berpikir positif akan menjadikan mahasiswa untuk mampu menghadapi tantangan dan tugas akademik dengan optimal. Menurut Greenberger (2004) pemikiran atau interpretasi yang berbeda bisa menyebabkan adanya suasana hati yang berbeda dalam situasi yang sama.

6 Begitu seseorang mengalami satu suasana hati tertentu, suasana hati tersebut disertai dengan pemikiran-pemikiran lain yang mendukung dan memperkuat suasana hati itu. Kalau seseorang berpikir negatif, otak akan terfokus pada iformasi-informasi negatif saja atau pada informasi yang mendukung karena dalam satu waktu akal manusia tidak bisa berkonsentrasi pada banyak informasi positif yang lain. Aktivitas tersebut akan akan mempengaruhi perasaan, sikap, dan perilaku. Perasaan cemas, takut, sedih, gelisah, dan frustasi berasal dari pikiran negatif. Mcleod dan Moore (2000) menyatakan bahwa terapi kognitif adalah mengenai berpikir secara realistis yang kemudian disebut sebagai berpikir positif atau dapat juga dikatakan bahwa berpikir positif adalah berpikir realistis dimana berpikir realistis merupakan bentuk terapi kognitif. Beberapa penelitian menemukan bahwa berpikir positif mampu merubah perilaku individu seperti pada penelitian Lestari (1998) yang menemukan bahwa pelatihan berpikir positif efektif untuk mengubah sikap yang pesimis menjadi optimis serta efektif untuk menurunkan simtom depresi. Penelitian Dwitantyanov (2010) menemukan bahwa berpikir positif mambantu mahasiswa untuk mengarahkan motivasi, kemampuan kognisi, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengerjakan tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi tantangan akademik secara optimal. Dengan mengubah cara berpikirnya menjadi positif, efikasi diri akademik dapat ditingkatkan, karena berpikir positifmembuat oindividu cenderung berperasaan positif serta meamndngtujuan akademik tertentu untuk dapat diraihnya.

7 Sinclair (Lestari, 1998) menyatakan bahwa orang -orng yang mempunyai pikiran positif cenderung melihat hal yang positif secara lebih baik. Dengan menggunakan pikiran positif, maka akan timbul keyakinan bahwa setiap masalah akan ada jalan pemecahannya (Peale, 2009). Berpikir negatif dapat mengundang datangnya penyakit. Ketika seseorang berpikir negatif, maka berhati-hatilah dengan kondisi fisik anda. Sebab pikiran negatif cenderung mengundang penyakit untuk datang dan berdiam diri dalam tubuh seseorang. Tidak hanya pikiran, fisik pun dapat rusak karena prasangka yang buruk pada orang lain, apalagi prasangka buruk kepada Tuhan. Kebanyakan pasien yang terbaring di rumah sakit pada saat ini adalah orangorang yang mengidap ketidakstabilan emosi yang disebabkan rasa kawatir dan cemas yang berlebih-lebihan bahkan yang paling berbahaya adalah bahwa ketika seseorang merasa sakit, padahal secara fisik orang tersebut baik-baik saja. Berdasarkan paparan tersebut diatas nampak terdapat hubungan erat antara efikasi diri dengan berpikir positif sehingga peneliti melihat pentingnya pengembangan pelatihan berpikir positif untuk meningkatkan efikasi diri mahasiswa. B. RUMUSAN MASALAH Atas dasar latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh pelatihan berpikir positif terhadap efikasi diri pada mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya?

8 C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan berpikir positif terhadap efikasi diri mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. D. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan kajian terkait psikologi positif khususnya pada topik pola berpikir positif dan efikasi diri akademik. Selain itu penelitian ini juga dapat menjadi bahan referensi dan pertimbangan mengadakan penelitian selanjutnya yang masih berhubungan dengan penelitian ini. 2. Manfaat Praktis Apabila hipotesis dalam penelitian ini diterima, maka bagi subjek pelatihan, dapat membantu subjek untuk lebih berpikir positif sehingga diharapkan dapat meningkatkan efikasi diri akademik mahasiswa. E. KEASLIAN PENELITIAN Topik penelitian tentang pengaruh pelatihan berpikir positif terhadap efikasi diri mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya sepengetahuan peneliti belum pernah diteliti, namun ada beberapa topik penelitian sebelumnya yang mirip dengan penelitian ini. Beberapa penelitian yang mirip dengan penelitian

9 ini adalah pengaruh pelatihan berpikir positif pada efikasi diri akademik mahasiswa (studi eksperimental pada mahasiswa fakultas psikologi UNDIP Semarang) (Dwitantyanov, dkk,2010) yang menemukan bahwa pelatihan berpikir positif memiliki pengaruh dalam meningkatkan efikasi diri akademik mahasiswa. Efikasi diri akademik kelompok eksperimen terbukti lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan signifikansi skor yang ditunjukkan kurang dari taraf nyata (0,000 < 0,05). Penelitian ini menggunakan randomized pretest-posttest control group design. Ada pula Penelitian dengan judul Hubungan antara berpikir positif dengan efikasi diri akademik pada siswa madrasah aliyah aisyiyah palembang (Riska Ria, 2015) yang menemukan bahwa ada hubungan antara berpikir positif dengan efikasi diri pada siswa Madrasah Aliyah Aisyiyah Palembang dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05), pengaruh pelatihan berpikir positif untuk menurunkan kecemasan pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi (Sonya Rosma) yang menunjukkan ada penurunan tingkat kecemasan mahasiswa setelah diberikan pelatihan berpikir positif ditunjukkan dengan nilai p = 0,038 (p < 0,05). Hasil analisis dengan menggunakan uji t-test kepada 10 subjek. Penelitian berikutnya adalah pengaruh pelatihan berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan (Ertyastuti, dkk) yang menemukan bahwa pelatihan berpikir positif efektif dalam meningkatkan asertivitas remaja panti asuhan dengan p = 0,008 (p<0,05). Penelitian ini menggunakan nonrandomized pretest-posttest control group desaign dengan subjek penelitian sebanyak 10 remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo.

10 Penelitian berikutnya adalah efikasi diri dukungan sosial dan penyesuaian diri dalam belajar yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara efikasi diri dan dukungan sosial dengan penyesuaian diri siswa dalam belajar (Mahmudi dkk, 2014). Hasil analisis dengan p= 0,000 (p<0,01) menunjukkan ada korelasi poitif antara dukungan sosial orangtua dengan penyesuaian diri siswa dalam belajar. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan subjek penelitian yang digunakan pada penelitian sebelumnya. Subjek yang digunakan dalam penelitian sebelumnya antara lain adalah mahasiswa psikologi fakultas psikologi UNDIP Semarang (Dwitantyanov, dkk,2010), mahasiswa yang sedang menempuh skripsi (Sonya Rosma), siswa madrasah aliyah aisyiyah Palembang (Riska Ria, 2015 ), remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Sukoharjo (Ertyastuti, dkk), siswa kelas VII S MP Negeri I Larangan ( Mahmudi, dkk, 2014). Sedangkan subjek penelitian ini adalah mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.