Simulasi Modulasi Discrete Multitone pada Asymmetric Digital Subscriber Line. Purwanto Nugroho L2F

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS DIGITAL SUBSCRIBER LINE (DSL) Modul 6 Jaringan Teleponi. Prima Kristalina PENS (Desember 2014)

PENGUJIAN TEKNIK FAST CHANNEL SHORTENING PADA MULTICARRIER MODULATION DENGAN METODA POLYNOMIAL WEIGHTING FUNCTIONS ABSTRAK

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

BAB II ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) (multicarrier) yang saling tegak lurus (orthogonal). Pada prinsipnya, teknik OFDM

Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak

BAB IV SIMULASI DAN UNJUK KERJA MODULASI WIMAX

Pengantar Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)

PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jaringan Komputer Multiplexing

ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang 1.2. Perumusan Masalah

Frequency Division Multiplexing

VDSL (Very High bit-rate DSL)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Modulasi M-Psk Pada Unjuk Kerja Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (Ofdm)

SIMULASI PERBANDINGAN KINERJA MODULASI M-PSK DAN M-QAM TERHADAP LAJU KESALAHAN DATA PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM)

PENGARUH MODULASI M-PSK PADA UNJUK KERJA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

SIMULASI TEKNIK MODULASI OFDM QPSK DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB

TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI ORTHOGONAL FREQUENCY AND CODE DIVISION MULTIPLEXING (OFCDM) PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS OLEH

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto,

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MODULASI DISCRETE MULTITONE (DMT) PADA JARINGAN VERY HIGH DATA RATE DIGITAL SUBSCRIBER LINE (VDSL)

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan

BAB II DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori Teknologi Radio Over Fiber

Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri /

BAB III DISCRETE FOURIER TRANSFORM SPREAD OFDM

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

BAB IV PEMODELAN SIMULASI

KINERJA AKSES JAMAK OFDM-CDMA

Pengujian Teknik Channel Shortening Pada Multicarrier Modulation Dengan Kriteria Minimum Mean Squared Error (MMSE). ABSTRAK

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING PADA SISTEM DVB-T (DIGITAL VIDEO BROADCASTING TERRESTRIAL)

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

PERBANDINGAN KINERJA ANTARA OFDM DAN OFCDM PADA TEKNOLOGI WiMAX

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

MULTI MEDIA AKSES (MMA)

LOGO IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI M-ARY QAM PADA DSK TMS320C6416T

PERHITUNGAN BIT ERROR RATE PADA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE MONTE CARLO DAN MOMENT GENERATING FUNCTION.

1. Adaptive Delta Modulation (ADM) Prinsip yang mendasari semua algoritma ADM adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 500 KHz. Dalam realisasi modulator BPSK digunakan sinyal data voice dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

BAB II JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)

Jurnal JARTEL (ISSN (print): ISSN (online): ) Vol: 3, Nomor: 2, November 2016

KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA DISCRETE MULTITONE (DMT) PADA TEKNOLOGI ASYMMETRIC SUSCRIBER DIGITAL LINE (ADSL) O L E H ADHI PRADANA

KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM :

STUDI BIT ERROR RATE UNTUK SISTEM MC-CDMA PADA KANAL FADING NAKAGAMI-m MENGGUNAKAN EGC

TEE 843 Sistem Telekomunikasi. 7. Modulasi. Muhammad Daud Nurdin Jurusan Teknik Elektro FT-Unimal Lhokseumawe, 2016

KINERJA SISTEM MULTIUSER DETECTION SUCCESSIVE INTERFERENCE CANCELLATION MULTICARRIER CDMA DENGAN MODULASI M-QAM

Analisis Throughput Pada Sistem MIMO dan SISO ABSTRAK

OFDM : Orthogonal Frequency Division Multiplexing

BAB 4 MODULASI DAN DEMODULASI. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan mengenai sistem modulasi-demodulasi

DATA ANALOG KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T. Transmisi Analog (Analog Transmission) Data Analog Sinyal Analog DATA ANALOG

Presentasi Tugas Akhir

Peningkatan Kinerja Sistem Komunikasi Digital Di Lingkungan Kanal AWGN Dan Derau Impuls Menggunakan Teknik Multicarrier

ANALISA UNJUK KERJA 16 QAM PADA KANAL ADDITIVE WHITE GAUSSIAN NOISE

LAMPIRAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT

IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI GMSK PADA DSK TMS320C6416T

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM. menjadi tiga bit (tribit) serial yang diumpankan ke pembelah bit (bit splitter)

SIMULASI ESTIMASI FREKUENSI UNTUK QUADRATURE AMPLITUDE MODULATION MENGGUNAKAN DUA SAMPEL TERDEKAT

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

TUGAS AKHIR. PENGARUH PANJANG CYCLIC PREFIX TERHADAP KINERJA SISTEM OFDM PADA WiMAX MUHAMMAD FAISAL

KINERJA TEKNIK SINKRONISASI FREKUENSI PADA SISTEM ALAMOUTI-OFDM

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA GODARD

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER KANAL ADAPTIF DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SATO

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

VISUALISASI SISTEM ADSL (ASYMMETRIC DIGITAL SUBSCRIBER LINE) dengan MENGGUNAKAN MODULASI QAM (QUADRATURE AMPLITUDE MODULATION )

ANALISIS KINERJA SISTEM AKSES JAMAK PADA ORTHOGONAL FREKUENSI DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) MENGGUNAKAN TEKNIK CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA)

BAB II KONSEP DASAR. 2.1 Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM)

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan

Praktikum Sistem Komunikasi

PERANCANGAN SIMULATOR MODULASI DAN DEMODULASI 16-QAM DAN 64QAM MENGGUNAKAN LABVIEW

Tekno Efisiensi Jurnal Ilmiah KORPRI Kopertis Wilayah IV, Vol 1, No. 1, Mei 2016

ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN

EVALUASI KINERJA OFDMA DENGAN MODULASI ADAPTIF PADA KANAL DOWNLINK

ABSTRAK. 2. PERENCANAAN SISTEM DAN TEORI PENUNJANG Perencanaan sistem secara sederhana dalam tugas akhir ini dibuat berdasarkan blok diagram berikut:

TUGAS AKHIR UNJUK KERJA MIMO-OFDM DENGAN ADAPTIVE MODULATION AND CODING (AMC) PADA SISTEM KOMUNIKASI NIRKABEL DIAM DAN BERGERAK

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing (MISO OFDM) Menggunakan WARP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS MODEM AKUSTIK OFDM MENGGUNAKAN TMS320C6416 PADA LINGKUNGAN KANAL BAWAH AIR

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2]

Fitur Utama OFDM dan OFDMA. bagi Jaringan Komunikasi Broadband

ANALISA KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC- CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

DAFTAR ISI. ABSTRAK. i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI.. v DAFTAR GAMBAR. vii DAFTAR TABEL.. viii DAFTAR ISTILAH...

Modulasi Digital. Levy Olivia Nur, MT

TEE 843 Sistem Telekomunikasi. Modulasi. Muhammad Daud Nurdin

Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

BAB II LANDASAN TEORI

Perancangan dan Implementasi Prosesor FFT 256 Titik-OFDM Baseband 1 Berbasis Pengkodean VHDL pada FPGA

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

Simulasi Dan Analisa Efek Doppler Terhadap OFDM Dan MC-CDMA

QUADRATURE AMPLITUDE MODULATION ( Q A M ) Sigit Kusmaryanto,

BAB II LANDASAN TEORI

Rijal Fadilah. Transmisi & Modulasi

Transkripsi:

Simulasi Modulasi Discrete Multitone pada Asymmetric Digital Subscriber Line Purwanto Nugroho L2F 96 62 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, Indonesia ABSTRAK Permintaan akan media transmisi berkecepatan tinggi yang murah dan efisien menuntut pemikiran untuk menyediakan suatu teknologi baru dengan memanfaatkan media transmisi yang telah tersedia. Asymmetric Digital Subscriber Line adalah teknologi alternatif untuk komunikasi data berkecepatan tinggi dengan kecepatan diatas,5 Mbps melalui kawat tembaga biasa yang lazim digunakan sebagai saluran telepon kabel. Pada Tugas Akhir ini akan disimulasikan modulasi discrete multitone (DMT), yaitu teknik modulasi dan demodulasi yang digunakan pada transceiver ADSL. Modulasi discrete multitone (DMT) menggunakan modulator quadrature amplitude modulation (QAM) dan dan menggunakan transformasi fourier dalam hal ini IFFT (invers fast fourier transform) dan FFT dalam pengubahan data simbol kompleks dalam domain frekuensi menjadi real time value (dalam domain waktu) ataupun sebaliknya. Dalam simulasi tugas akhir ini juga akan ditambahkan channel impulse response (pengaruh channel) terhadap data yang ditransmisikan. Program bantu yang digunakan dalam simulasi tugas akhir ini adalah bahasa pemrograman matlab. Kecepatan transmisi yang didapatkan berubah-ubah secara acak sesuai dengan penempatan bit atau bit loading yang secara acak pula. Pada salah satu simulasi didapatkan kesalahan data akibat channel impulse response sebesar,498%. Sementara itu penambahan cyclic prefix yang panjangnya lebih besar dari channel impulse response dapat mencegah terjadinya interferensi intersymbol yang disebabkan chennel impulse response tersebut. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Internet sebagian besar memanfaatkan infrastruktur jaringan fisik yang sudah ada yaitu jaringan telepon. Namun teknologi pendukungnya belum optimal dalam memanfaatkan bandwdith kabel telepon yang melintang dari pelanggan ke sentral telepon (local loop). Akibatnya kecepatan transfer data yang didapatpun tidak maksimal. Teknologi ADSL memanfaatkan bandwith tersisa dari kabel telepon. Kabel telepon tersebut memiliki bandwith MHz, dan voice telepon hanya menggunakan 4 KHz saja. Modem konvensional bekerja di 4 KHz ini, sedangkan modem ADSL mampu memanfaatkan bandwith yang lebar di atas 4 KHz sehingga tidak mengganggu sistem telepon. Dengan demikian kecepatan akses data menjadi lebih meningkat, karena peningkatan bandwith yang digunakan akan meningkatkan kecepatan akses data..2. Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dalam tugas akhir ini adalah melakukan simulasi modulasi Discrete Multitone yang diterapkan pada aplikasi Asymmetric Digital Subscriber Line..3. Batasan masalah Batasan masalah pada tugas akhir ini adalah. Hanya disimulasikan pada sistem modulasi dan demodulasi, proses yang lain pada ADSL tidak disimulasikan. 2. Simulasi yang dilakukan pada upstream ADSL. 3. Simulasi yang dilakukan adalah modulasi baseband DMT. 4. Alokasi bit setiap subchannel bersifat acak dan SNR channel dianggap tidak diketahui. II. ADSL ADSL adalah salah satu bagian dari xdsl. ADSL memungkinkan transmisi data kecepatan tinggi dengan bandwdith asimetris menuju rumah dan kantor bisnis malalui jaringan kabel local loop dari telepon yang telah ada. ADSL mentransmisikan sekitar 6 Mbps kepada subscriber (downlink) dan kurang lebih 64 kbps untuk tranmisi arah yang berlawanan (uplink). Penambahan kecepatan ini berkisar sekitar 5 kali tanpa penginstalan jaringan kabel baru. 2.. Metode Implementasi Modem ADSL Secara umum alokasi frekuensi kerja ADSL dibagi menjadi bagian upstream dan downstream. Pembagian alokasi kerja modem ADSL dapat diimplementasikan dalam 2 cara, yaitu echo cancellation (EC) dan frequency division multiplexing (FDM) [3]. Pada metode EC, pita frekuensi upstream dan downstream saling overlap dan dipisahkan dengan suatu echocanceller lokal. Pada metode FDM, kedua arah transmisi, yaitu upstream dan downstream masing-masing dialokasikan pada pita frekuensi yang berbeda. 2.2. Modulasi Kanal ADSL Kecepatan transfer sistem ADSL yang sangat tinggi dimungkinkan oleh digunakannya teknik modulasi digital yang digabung dengan teknik pemrosesan sinyal digital untuk memanfaatkan sisa bandwidth di atas spektrum POTS. Secara garis

besar terdapat 2 macam teknik modulasi ADSL [], yaitu : a) Teknik modulasi berpembawa tunggal atau single carrier modulation (SCM). b) Teknik modulasi berpembawa jamak atau multicarrier modulation (MCM). Teknik single carrier modulation hanya menggunakan buah frekuensi pembawa sebagai sinyal yang akan dimodulasi oleh sinyal informasi. Implementasi SCM pada ADSL, yaitu Carrierless Amplitude Phase (CAP) [i]. Teknik modulasi multicarrier atau multicarrier modulation (MCM) adalah teknik transmisi data yang membagi lebar spektrum bandwidth transmisi menjadi beberapa subchannel dan masing-masing dimodulasi dengan sinyal pembawa yang merepresentasikan blok data bit yang memiliki bit rate lebih rendah secara paralel. Tujuan pembagian lebar pita menjadi beberapa subkanal adalah untuk meningkatkan efisiensi lebar pita dan menjadikan sistem lebih adaptif terhadap kondisi saluran yang dipengaruhi berbagai gangguan. Penerapan MCM pada ADSL dengan menggunakan Discrete Multitone (DMT) dengan operator transformasinya yang sudah terkenal, yaitu fast fourier transform (FFT). Modulasi DMT membagi lebar pita telephone menjadi sub-subkanal dengan interval 4,325 khz [] : Kanal upstream dengan 32 subkanal menggunakan alokasi lebar pita,25-44,9375 khz dengan metode echo cancellation. Kanal downstream dengan 256 subkanal menggunakan bandwidth 64,6875-64,4 khz dengan metode echo cancellation juga. Modulasi DMT secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.. Gambar 2. Diagram Blok Sederhana Teknik Modulasi Multicarrier 2.3. Simbol QAM Diagram konstelasi QAM merupakan titik koordinat simbol pada bidang rectangular I/Q dengan sumbu horisontal inphase (I) dan sumbu vertikal quadrature (Q). Jumlah titik konstelasi pada metode QAM bervariasi tergantung dari jumlah bit yang diwakili oleh setiap simbol. Untuk setiap blok bit diwakili oleh sejumlah M = 2 b alphabet simbol. Diagram konstelasi QAM (b = 2) dapat dilihat pada gambar 2.2. 2 3 Q Gambar 2.2 Konstelasi Simbol 4QAM Angka,, 2, 3 adalah letak simbol yang merupakan representasi desimal dari nilai blok 2 bit, yaitu masing-masing,,,. Sedangkan untuk nilai b lainnya, diagram konstelasi dapat dihasilkan dengan cara mensubstitusikan blok 2x2 pada Gambar 2.2 dengan Gambar 2.3. 4n+ 4n 4n+3 4n+2 Gambar 2.3 Diagram Dasar Konstelasi QAM Penentuan letak titik konstelasi dengan nilai b ganjil sedikit berbeda. Sebagai diagram dasar ditentukan terlebih dahulu konstelasi paling sederhana, yaitu untuk b = 3 dapat dilihat pada Gambar 3.5. 4 2 3 6 Q 5 ` Gambar 2.4 Diagram Konstelasi 3 Bit Jika b ganjil dan lebih dari 3, dengan tetap berpedoman pada tabel 2x2 pada Gambar 2.6 dilakukan substitusi pada tabel yang akan diekspansi dengan perlakuan khusus terhadap 2 MSB dari I dan Q. 2 MSB yang tersisa digeser menuju sisi kuadran yang berhadapan, sehingga bentuk diagram konstelasi menjadi simetris. 2.4. Transformasi Fourier Diskrit [3] Transformasi fourier diskrit digunakan untuk mengubah sejumlah N data real dalam domain waktu menjadi sejumlah N data kompleks dalam domain frekuensi. Transformasi fourier diskrit dinyatakan dengan: N n 7 jk nt x( nt ) x( nt ), k,,..., N X ( k) FD, sebaliknya untuk mengubah sejumlah data N kompleks menjadi sejumlah N data real I I

digunakan invers DFT yang dinyatakan dengan N j2 nk / N x( n) X k, n,,..., N. N k 2.5. Cyclic Prefix [3] Prinsip dari cyclic prefix adalah penyalinan beberapa bagian akhir dari urutan data simbol paling akhir ke urutan data simbol paling depan. Misal pada transmisi upstream DMT dengan panjang subchannel 32 dan panjang cyclic prefix adalah 5 (menurut standar ANSI) maka prinsip penambahan cyclic prefix adalah sebanyak 5 panjang simbol urutan terakhir di salin ke urutan paling depan. Tujuan dari penambahan cyclic prefix ini adalah sebagai guard band atau band pemisah antar simbol, sehingga dapat menghindari interferensi inter simbol yang disebabkan pengaruh channel (channel impulse response). Karena transmisi sinyal ADSL pada frekuensi yang sangat tinggi sehingga kemungkinan terjadinya interferensi inter simbol (ISI) sangat tinggi sehingga dengan cyclic prefix ISI dapat dicegah. Selama panjang channel impulse response masih di bawah panjang cyclix pefix maka sinyal tidak akan mengalamai distorsi atau gangguan. Prinsip dari cyclic prefix dapat dilihat lebih jelas seperti ditunjukkan pada gambar 3.9. peralatan penentu yang mengubah simbol QAM menjadi blok data digital dengan panjang tertentu sesuai dengan konstelasi QAM yang bersesuaian. Untuk lebih jelasnya proses simulasi dapat dilihat pada diagram alir gambar 3.2. mulai Menentukan Jumlah sub channel (N) Bentuk alokasi bit (bit_channel) bentuk data biner sepanjang satu periode (data) Inisialisasi lagi? tidak ya Pengkodean data menjadi simbol IFFT (x_mod) Penambahan cyclic prefix (v) Penambahan channel respon Remove Cyclic prefix FFT x_recd Rekonstruksi symbol Modifikasi simbol (data_recd) Simula si ya tidak selesai III. gambar 2.5. prinsip penambahan cyclic prefix PERANCANGAN SIMULASI Perancangan simulasi dapat dijabarkan sesuai dengan gambar 3.. pemancar Input Output QAM Encoder QAM Decoder IFFT penerima FFT Paralel to serial + (cyclic Prefix) Serai to Paralel (remove cyclic prefix) Output Input Gambar 3.. Blok diagram pemancar dan penerima DMT Gambar 3.2. Diagram alir simulasi IV. HASIL SIMULASI DAN ANALISA Proses simulasi tugas akhir ini meliputi tiga tahap, yaitu inisialisasi, simulasi dan penampilan hasil simulasi. 4.. Alokasi Bit Jumlah bit yang dialokasikan untuk setiap subkanal bervariasi antara dan 5 bit. Pada salah satu hasil simulasi sebagaimana terlihat pada Gambar 4., jumlah distribusi bit untuk 3 subkanal adalah 244 bit. Jumlah 244 bit ini dihasilkan secara random deterministic, alokasi bit untuk subkanal dengan frekuensi pembawa yang rendah mendapatkan alokasi yang lebih banyak dikarenakan frekuensi pembawa dengan frekuensi yang tinggi lebih rentan terhadap derau. Sehingga setiap penekanan tombol inisialisasi akan menghasilkan jumlah dan alokasi bit yang acak pula. Proses demodulasi pada bagian penerima bekerja secara berkebalikan dari proses modulasi dengan menggunakan fast fourier transform (FFT). Selanjutnya sebuah QAM decoder berfungsi sebagai

Gambar 4. Alokasi Bit Setiap Subkanal 4.2. Data Bit Dikirim Data yang akan ditransmisikan adalah data biner yang dibangkitkan secara acak. Pada salah satu hasil simulasi, data berupa deretan bit sepanjang 244 yang masing-masing bernilai atau. Plot seluruh data yang dibangkitkan dapat dilihat pada Gambar 5.4. Bit-bit ini selanjutnya akan diumpankan ke-3 subkanal dengan alokasi masing-masing subkanal seperti pada Gambar 4.2. Gambar 4.3 Simbol kompleks yang dihasilkan 4.4 Transformasi IFFT Hasil transformasi IFFT yang diinginkan adalah nilai waktu real (real time value), dan dari simulasi yang dilakukan terlihat bahwa nilai bagian imajiner sangat kecil sekali jika dibandingkan dengan nilai bagian real nya atau nilai imajinernya sangat mendekati nol sehingga bisa dianggap bernilai nol seperti diperlihatkan pada gambar 4.4. Nilai real berkisar antara - sampai sedangkan nilai imajiner berkisar antara. -6 sampai. 6. Gambar 4.2 Data 244 Bit Dikirim 4.3 Simbol QAM Simbol QAM yang dihasilkan dalam simulasi adalah simbol dengan nilai konstelasi antara 2 sampai 3278. Pada salah satu hasil simulasi yang dilakukan pada subkanal 3 dengan alokasi 2 bit dan data masukan, masukan inphase bit (amplitudo dibalik), masukan quadrature bit (amplitudo dibalik) menghasilkan simbol -,77,77i yang dapat dituliskan 225, ini berarti simbol yang dihasilkan terletak pada kuadran ketiga bidang inphase-quadrature. Hasil simulasi keseluruhan simbol diperlihatkan oleh Gambar 4.3. Gambar 4.4 Hasil transformasi IFFT 4.5 Transformasi FFT Pada sisi penerima sinyal sample yang diterima adalah nilai waktu real (real time value) hasil dari transformasi IFFT yang sudah melewati saluran transmisi. Untuk channel ideal h = [] saluran transmisi tidak mempengaruhi sinyal sample yang dikirimkan sedangkan untuk channel tidak ideal maka saluran akan mempengaruhi sinyal sample yang dikirimkan. Disamping itu sinyal sample yang dikirimkan sudah mendapatkan tambahan cyclic prefix yang berfungsi sebagai guard band untuk menghindari interferensi intersimbol. Komponen sinyal yang diterima untuk katiga channel atau saluran yang berbeda dapat dilihat pada gambar 4.5.a.,4.5.b., dan 4.5.c. Terlihat bahwa untuk

channel ideal pada gambar 4.5.a. sinyal yang diterima adalah sample complex yang besarnya bagian imajiner sangat kecil sehingga bisa dianggap nol (nilai real time). Panjang sinyal sample adalah 69 yaitu 64 hasil transformasi IFFT sebanyak 2N (2 x 32) dan penambahan cyclic prefix sebanyal 5 sample. Sedangkan pada gambar 4.5.b. dan 4.5.c besarnya sample lebih besar dari 69 karena pengaruh dari response channel yang diberikan. Sample yang diterima tersebut mula-mula direnovasi cyclic prefixnya. Kemudian hasilnya menjadi masukan bagi transformasi FFT. Hasil dari transformasi FFT ini adalah 64 sample yang terdiri dari rekonstruksi simbol kompleks dan konjugatnya. Oleh karena itu untuk mendapatkan rekonstruksi kompleks simbol maka bagian konjugatnya dihilangkan terlebih dahulu. Rekonstruksi simbol kompleks yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 4.6.a., 4.6.b., dan 4.6.c. Untuk channel ideal dan response channel h = v terlihat rekonstruksi simbol kompleks dapat dihasilkan kembali simbol kompleks yang sama dengan simbol kompleks pada transmitter, yaitu pada subchannel ke 3 yaitu besarnya,77,77i yang dapat ditulis 225 yang terletak pada kuadran ketiga bidang inphase-quadrature. Sedangkan untuk channel tidak ideal dengan response channel h > v rekonstruksi simbol yang dihasilkan pada subchannel 3 adalah,79,767i yang dapat ditulis,3 224,78 yang juga terletak pada kuadran ketiga bidang inphase-quadrature. Gambar 4.5.a. Sample yang diterima untuk channel ideal Gambar 4.5.b. Sample yang diterima untuk channel h = v Gambar 4.6.a. Rekonstruksi simbol untuk channel ideal Gambar 4.5.c. Sample yang diterima untuk channel h > v Gambar 4.6.b. Rekonstruksi simbol untuk channel h = v

Gambar 4.7. Rekonstruksi data untuk channel h > v Gambar 4.6.c. Rekonstruksi untuk channel response h > v 4.6 Rekonstruksi data Proses rekonstruksi data diawali dengan masing-masing komponen inphase-quadrature dikalikan dengan frekuensi pembawa, pada salah satu hasil simulasi pada subkanal 3 dengan channel response h > v, rekonstruksi simbol yang dihasilkan adalah,79 -,767i, apabila dikembalikan ke persamaan 3., rekonstruksi simbol menjadi -,79cos t -,767sin t. Proses pendekodean yang terjadi : Rekonstruksi simbol x frekuensi pembawa = -, 79cos t x cos t -,767sin t x sin t = -, 79cos 2 t -,767sin 2 t = -, 79 [½ + ½ cos2 t],767 [½ - ½sin2 t] = -,35595,35595cos2 t,35335 +,35335sin2 t (komponen yang mengandung cos2 t dan sin2 t difilter serta dengan syarat seperti kebalikan pada modulator, yaitu setiap masukan bit, pada inphase dan quadrature menjadi negatif, maka pada demodulator setiap inphase dan quadrature bernilai negatif keluarannya bernilai posistif). Rekonstruksi simbol x frekuensi pembawa pada sisi inphase =,35595 (keluaran lebih besar dari nol sama dengan satu) = Rekonstruksi simbol x frekuensi pembawa pada sisi quadrature: =,35335 (keluaran lebih besar dari nol sama dengan satu) = Dalam bentuk grafik rekonstruksi data yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 4.7. 4.7 Kesalahan Data Untuk channel ideal tidak akan terjadi kesalahan data, data yang dikirimkan akan sama persis dengan data yang diterima. Pada channel tidak ideal dengan channel response h = v ternyata juga tidak terjadi kesalahan data, hal ini disebabkan karena penambahan cyclic prefix. Kesalahan data terjadi pada channel tidak ideal dengan channel response h > v, hal ini disebabkan banyaknya sample h yang lebih banyak dari v sehingga sebagian sample h tidak ikut hilang pada saat remove/penghilangan cyclic prefix sedangkan pada channel dengan h = v sample h ikut teremove/dihilangkan bersamaan dengan remove cyclic prefix sehingga tidak berpengaruh pada data yang ditransmisikan. Grafik kesalahan data selengkapnya ditunjukkan pada gamber 4.8. Pada salah satu simulasi untuk channel h > v dari 244 bit yang dikirimkan terdapat satu kesalahan bit sehingga rasio kesalahan bit dapat dihitung yaitu /244 x % =,498%. Gambar 4.8. Grafik kesalahan data pada channel h > v

IV PENUTUP 4.. Kesimpulan Dari hasil simulasi dan analisa pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :. Pembentukan alokasi bit pada masing-masing subchannel yang bersifat acak, menghasilkan kecepatan bit yang bersifat acak pula. 2. Channel impulse response dapat menyebabkan terjadinya interferensi intersymbol sehingga terjadi kesalahan data hasil transmisi. Dalam salah satu hasil simulasi didapatkan kesalahan data sebesar,498%. 3. Penambahan cyclic prefix yang lebih besar dari channel response dapat menghindari terjadinya interferensi intersymbol. 4.2. Saran Beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pengembangan lebih lanjut simulasi modulasi discrete multitone antara lain :. Untuk pengembangan TA lebih lanjut, perlu ditambahkan proses-proses selain modulasi dan demodulasi seperti, error control, equalisasi, ADSL front end dan lain-lain. 2. Perlu ditambahkan pertimbangan gangguan atau noise yang lain seperti derau dan redaman akibat saluran transmisi. 3. Mengingat keterbatasan pengetahuan penulis tentang bahasa bahasa pemrograman MATLAB, maka perlu dipikirkan penggunaan dan pemilihan fungsi ataupun operasi yang digunakan agar lebih sederhana dan lebih mudah dipahami. DAFTAR PUSTAKA...., ADSL Technologies : Moving Toward the Lite and Beyond, Electronic Design. 2...., Asymmetrical Digital Subscriber Line, gematelonline.com 3...., Data Comunications Standard ADSL, ANSI, 998. 4...., Digital Modulation in Communication System an Introduction Application Note 298, Hewlett Packard, 997 5...., G Lite : Making the internet fast enough for consumer, www.aware.com, 999. 6...., Modem 2 Mbps, Institut Teknologi Bandung 999. 7...., Multicarier Modulation : Some basic, Bridge Tab, Institute for Integrated Circuit. 8...., Pemodelan Jaringan xdsl, Majalah Gematel. 9...., Perkembangan Teknologi ADSL, gematelonline.com. Chen, W.Y., DSL Simulation Techniques and Standard Development for Digital Subscriber Line, Macmilan Technical Publishing, 998.. Cioffi, John M., A Multicarrier Primer, Amati Communication Corp and Stanford University, November, 997. 2. Diatermen Anggen, Perkembangan Teknologi DSL, Majalah Gematel. 3. Emmanuel C.H., Barrie W.J., Digital Signal Processing, A Practical Approach, Addison Wesley Publishing Company. 4. G Young, K.T. Foster and J.W. Cook, Broadband Multimedia Delivery Over Copper, BT Technol J, Vol 3 No. 4 October, 995. 5. Michael Schlegel, tutorial on digital data transmission in the telephone loop plant 6. PP. Vadyanathan, Filter Banks in Digital Communications, Dept. Of Electrical Engineering California Institute of Technologi Pasadena, CA. 7. Prof E.P. Went Worth, Multimedia Access Technologi, Nov 997 Dept of Computer Science, Phodes University. 8. Ryan C. Tomasetti, Discrete Multitone Simulation, EE535 Homepage. Penulis dilahirkan di Klaten dengan nama Purwanto Nugroho. Semasa kuliahnya penulis pernah aktif di organisasi kemahasiswaan baik ditingkat jurusan maupun tingkat fakultas. Penulis juga aktif di bidang olah raga terutama sepak bola, selama kiprahnya ia membawa TE aktif dalam kejuaraan sepak bola baik tingkat jurusan, fakultas maupun universitas. Pernah menjadi asisten praktikum sekali karena tidak ada lagi yang mau menjadi assisten waktu itu. Dan saat ini penulis yang mengambil konsentrasi telekomunikasi di TE Undip ini terus menerus berdoa agar diberi kemudahan dan jalan yang gampang untuk segera menyelesaikan studinya. Makalah ini telah disetujui oleh : Pembimbing I Ir. Sudjadi, MT NIP. 3 558 567 Pembimbing II Ajub Ajulian A, ST NIP. 32 25 684