Rekayasa Elektrika. Jurnal VOLUME 11 NOMOR 3 APRIL

dokumen-dokumen yang mirip
Alat Optimasi Suhu dan Kelembaban Untuk Inkubasi Fermentasi dan Pengeringan Pasca Fermentasi

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM

A. JUDUL PROGRAM Desain Alat Sistem Kontrol Suhu dan Kelembaban Untuk Optimasi Proses Pembuatan Tempe Pada Skala Industri Rumah Tangga

LAMPIRAN PETUNJUK PENGGUNAAN

BAB III DESKRIPSI MASALAH

ALAT OPTIMASI SUHU DAN KELEMBABAN UNTUK INKUBASI FERMENTASI DAN PENGERINGAN PASCA FERMENTASI. Oleh Agustinus Hery Waluyo NIM:

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

Optimasi Suhu Dalam Prototipe Kotak Inkubasi

ALAT PENGERING CENGKEH BERBASIS MIKROKONTROLER. Oleh Aditya Ari Septiyanto NIM:

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI TEMPERATUR DAN KELEMBABAN RELATIF PADA RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MOTOR DC BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535

BAB II KONSEP DASAR ALAT PENGERING CENGKEH BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diulang-ulang dengan delay 100 ms. kemudian keluaran tegangan dari Pin.4 akan

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

PERANCANGAN ALAT PENGATUR TEMPERATUR AIR PADA SHOWER MENGGUNAKAN KONTROL SUKSESSIVE BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN

BAB II KONSEP DASAR LEMARI PENGERING PAKAIAN

METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Februari Instrumen dan komponen elektronika yang terdiri atas:

DENGAN PENGATURAN SUHU DAN KECEPATAN PENGADUAN

Rancang Bangun Sistem Pegontrolan Temperatur dan Waktu untuk Proses Heat Treatmet

MONITORING SUHU DAN KELEMBABAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY PADA PROSES FERMENTASI TEMPE SECARA OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER

PENGATURAN LAJU KAVITASI ULTRASONIK BERBASIS PID UNTUK MENGATUR KELEMBABAN RUANGAN. Monika Putri Dewi

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGERING KAIN OTOMATIS DENGAN MEMANFAATKAN MIKROKONTROLER ATMega8535 dan SENSOR SHT11

Jurnal Coding Sistem Komputer Untan Volume 05, No. 2 (2017), hal ISSN : X

Perancangan Modul Pengering Ikan Putaran Rak Vertikal Berbasis Mikrokontroller

I. PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini kemajuan teknologi di dunia elektronika dan

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN ALAT

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu

BAB I PENDAHULUAN. unggas untuk mewujudkan beternak itik secara praktis. Dahulu saat teknologi

MANAJEMEN CATU DAYA BERBASIS MIKROKONTROLER MELALUI MEDIA WEB DENGAN STUDI KASUS MANAJEMEN CATU DAYA ROUTER

INKUBATOR BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER DILENGKAPI SISTEM TELEMETRI MELALUI JARINGAN RS 485

DESAIN MESIN PENETAS TELUR OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER TUGAS AKHIR

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Pengaturan suhu dan kelembaban dilakukan dengan memasang satu buah sensor SHT11, kipas dan hairdryer dengan program bahasa C berbasis mikrokontroler A

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT

LAPORAN PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN ALAT PENGERING JAMUR KUPING DENGAN PEMANAS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER AT89C51

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE

Rancang Bangun Sistem Aeroponik Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler

RANCANG BANGUN ALAT PENGATUR SUHU DAN KELEMBABAN PADA GREENHOUSE UNTUK TANAMAN STROBERI BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 LAPORAN TUGAS AKHIR

APLIKASI KONTROL PROPORSIONAL INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 UNTUK PENGATURAN SUHU PADA ALAT PENGERING KERTAS

BAB III. Perencanaan Alat

RANCANG BANGUN SISTEM PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA BAGI TANAMAN PADA RUMAH KACA BERBASIS BORLAND DELPHI 7.0 TUGAS AKHIR

Pengendalian Temperatur pada Proses Pengeringan Gabah Menggunakan Alat Rotary Dryer Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno

RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL TEMPERATUR BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 PADA RUANG PENGERING

RANCANG BANGUN PENDINGIN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI OTOMATIS BERBASIS ARDUINO UNO

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM

BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGISIAN ULANG AIR MINUM

and Temperature Controlling Devices Using

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

RANCANG BANGUN PENGONTROL SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PENETAS TELUR AYAM BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 DILENGKAPI UPS

SISTEM KONTROL CATU DAYA, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA BERBASIS ATMEGA 2560 PADA RUANG BUNKER SEISMOMETER

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. keras dan perangkat lunak serta unjuk kerja dari suatu prototipe alat kontrol

Rancang Bangun Sistem Pengontrol Intensitas Cahaya pada Ruang Baca Berbasis Mikrokontroler ATMEGA16 Maulidan Kelana 1), Abdul Muid* 1), Nurhasanah 1)

SISTEM PENGONTROLAN SUHU DAN KELEMBABAN PADA INKUBATOR BAYI

PENGONTROLAN TEMPERATUR DAN KELEMBABAN UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM MENGGUNAKAN PENGONTROL MIKRO

BAB III PERANCANGAN ALAT

Sistem Monitoring Suhu dan Kelembaban pada Inkubator Bayi Berbasis Mikrokontroler

SISTEM KENDALI SUHU DAN KELEMBABAN UNTUK OPTIMASI PROSES PEMBUATAN TEMPE BERBASIS MIKROKONTROLER SKRIPSI. Disusun oleh : ADI KURNIAWAN

Alat Pengolah Kecambah Kacang Hijau Berbasis Mikrokontroler Diterapkan Pada Petani Di Desa Singosari Malang

PENGENDALI PERALATAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN TELEPON SELULER BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi udara oleh exhaust dan blower serta sistem pengadukan yang benar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PEMILIHAN KOMPONEN DAN PERANCANGAN ALAT. perancangan perangkat keras dan perangkat lunak sistem alat penyangrai dan

REALISASI ALAT PERAGA UNTUK MEMANTAU CUACA. Ananta Leska Saputra /

RANCANG BANGUN PERINTAH SUARA PADA KOMPOR LISTRIK

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa kasus hingga mengalami kebangkrutan. termometer. Dalam proses tersebut, seringkali operator melakukan kesalahan

RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 TUGAS AKHIR

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

PERANCANGAN SIMULATOR PENGOVENAN PAKAN TERNAK MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN KELEMBABABN BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 128

Rancang Bangun Penerangan Otomatis Berdasarkan Gerak Tubuh Manusia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8

Sistem kendali suhu menggunakan sensor DS18B20 pada inkubator bayi

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Gambar : 1. Rumah Jamur (slave). [7]

BAB III PEMBUATAN SOFTWARE

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain:

SISTEM MONITORING DAN KONTROL OTOMATIS INKUBATOR BAYI DENGAN VISUAL BASIC 6.0 BERBASIS ARDUINO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Jurnal Rekayasa Elektrika VOLUME 11 NOMOR 3 APRIL 2015 Alat Optimasi Suhu dan Kelembaban untuk Inkubasi Fermentasi dan Pengeringan Pasca Fermentasi Gunawan Dewantoro, Sri Hartini, dan Agustinus Hery Waluyo 86-92 JRE Vol. 11 No. 3 Hal 79-122 Banda Aceh, April 2015 ISSN. 1412-4785 e-issn. 2252-620X

86 Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 11, No. 3, April 2015, hal. 86-92 Alat Optimasi Suhu dan Kelembaban untuk Inkubasi Fermentasi dan Pengeringan Pasca Fermentasi Gunawan Dewantoro 1, Sri Hartini 2, dan Agustinus Hery Waluyo 1 1 Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer Universitas Kristen Satya Wacana 2 Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 e-mail: gunawan.dewantoro@staff.uksw.edu Abstrak Alat bantu proses fermentasi bahan pangan sudah banyak kita jumpai baik di laboratorium maupun industri rumah tangga. Namun, alat ini hanya sebagai inkubator saja dan terkadang alat ini pun tidak bisa mengoptimalkan proses fermentasi dengan baik akibat kelembaban saat proses fermentasi yang selalu bertambah sedangkan kotak tertutup rapat. Namun, pemberian lubang pada alat bantu fermentasi tidak mengubah efek busuk karena bakteribakteri dari udara luar yang tidak dibutuhkan masuk melalui lubang. Berdasarkan hal tersebut, dirancang suatu alat yang memiliki dua fungsi terpisah, yaitu sebagai inkubator fermentasi dan sebagai pengering pasca fermentasi. Alat ini mampu bekerja dari suhu 35 o C - 120 o C dan dilengkapi 2 buah exhaust fan untuk meminimalisir kelembaban ketika mode fermentasi maupun pengeringan. Sensor SHT11 digunakan untuk mengukur besarnya suhu dan kelembaban relatif di dalam box inkubator. Pemanas keramik digunakan untuk memanaskan udara di dalam kotak sesuai dengan keinginan user. Sebagai user interface, digunakan keypad dan LCD karakter 4 16. Arduino Mega2560 berperan sebagai pengendali utama keseluruhan sistem. Jika dibandingkan dengan proses fermentasi secara konvensional, alat ini bekerja lebih cepat dengan selisih 9 jam dan obyek fermentasi tidak menjadi busuk. Kata kunci: SHT11, optimasi, suhu, kelembaban Abstract Fermentation optimizer aids have been common around us in both laboratories and home industries. However, these aids only served as incubator and sometimes cannot optimize the fermentation process due to the increasing humidity in a closed box. Nevertheless, adding holes to the box will not lead to a better result since unwanted bacterias come into the box. Therefore, a fermentation optimizer aids has been realized with two separate functions, namely fermentation incubator and post-fermentation dryer. This kit works in the temperature ranging from 35 o C 120 o C, and equipped with two exhaust fans to minimize the humidity in both fermentation and dryer modes. The SHT11 was utilized to measure the temperature and relative humidity. A ceramic heater was used to warm up the air inside the box as desired by users. As the user interface, keypad and character LCD were used. Arduino Mega2560 serve as the main controller of the whole system. Compared to the conventional fermentation process, this kit works 9 hours faster and the fermentation objects are perfectly fermented. Keywords: SHT11, optimization, temperature, humidity I. Pendahuluan Bahan pangan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan. Alam menyediakan berbagai sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan menjadi bahan pangan tepung-tepungan dengan bahan dasar yang mengandalkan kearifan lokal, termasuk potensi limbah pertanian. Salah satu limbah yang sudah diinisiasi potensinya menjadi sumber tepung-tepungan adalah limbah kulit singkong. Kulit singkong (Manihot utilissima Pohl) merupakan limbah kupasan hasil pengolahan slondok, gaplek, tapioka, tape, dan panganan berbahan dasar singkong lainnya, seperti ditunjukkan Gambar 1. Potensi kulit singkong di Indonesia sangat melimpah, seiring dengan eksistensi negara ini sebagai salah satu penghasil singkong terbesar di dunia dan terus mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya. Salah satu proses pengolahan yang tepat untuk mengolah kulit singkong menjadi bahan pangan adalah dengan proses fermentasi [1]. Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan fakultatif (sedikit oksigen) maupun anaerob (tanpa oksigen). Dalam perancangan alat ini proses fermentasi dilakukan menggunakan ragi tempe yang pada umumnya digunakan untuk proses fermentasi bahan makanan. Ragi tempe terbuat dari jamur Rhizopus oryzae. Media pendukung yang dibutuhkan dalam tahapan pengembangan bahan pangan berbasis singkong ini mengutamakan pada proses fermentasi dan pengeringan pasca fermentasi. Dua proses tersebut biasanya dilakukan oleh dua alat karena kondisi proses yang berbeda. Perancangan ini bertujuan untuk merealisasikan sebuah alat yang dapat digunakan untuk dua fungsi sendiri-sendiri. ISSN. 1412-4785; e-issn. 2252-620X DOI: 10.17529/jre.v11i3.2245

Gunawan Dewantoro dkk.: Alat Optimasi Suhu dan Kelembaban untuk Inkubasi Fermentasi dan Pengeringan Pasca Fermentasi 87 menjelaskan perancangan sistem alat ini, sementara Bab III memberikan hasil pengujian dan anlisisnya. Bab IV berisi kesimpulan yang didapatkan berdasarkan pengujian yang dilakukan. II. Metode Gambar 1. Kulit singkong Selain itu, juga untuk mengefisienkan manajemen tempat karena alat ini tidak terlalu memakan banyak tempat. Alat ini sudah banyak dibuat dan digunakan di laboratorium kimia, hanya tetap muncul kendala tidak optimalnya proses fermentasi karena tetap terjadi kebusukan. Hal ini dikarenakan alat ini hanya sebagai inkubator saja dan alat tersebut tidak bisa mengoptimalkan proses fermentasi dengan baik, karena objek fermentasi selalu busuk [2-5]. Penyebab pertama adalah box inkubator terlalu tertutup rapat sehingga kelembaban udara terlalu besar sebab proses fermentasi menghasilkan H 2 O. Alasan yang kedua adalah setelah box inkubator diberi lubang supaya H 2 O hasil fermentasi bisa keluar, ternyata ada udara yang masuk. Hal ini tidak baik untuk proses fermentasi sebab bakteri-bakteri yang mencemari proses fermentasi bisa masuk begitu saja dan membuat objek fermentasi menjadi busuk. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka realisasi alat yang memenuhi kebutuhan fermentasi sangat diperlukan, bahkan dengan dua fungsi sekaligus secara terpisah, yaitu sebagai inkubator fermentasi dan sebagai pengering pasca fermentasi. Pada penelitian ini, sensor SHT11 digunakan untuk mengukur besarnya suhu dan kelembaban relatif di dalam box inkubator seperti yang digunakan pada [6]. Pemanas keramik digunakan untuk memanaskan udara di dalam box sesuai dengan keinginan user. Sebagai user interface, digunakan keypad dan LCD karakter 4 16. Arduino Mega2560 berperan sebagai pengendali utama keseluruhan sistem. Adapun struktur dari artikel ini sebagai berikut: Bab I memberikan pendahuluan dan latar belakang dari penelitian ini. Bab II Bagian ini membahas metode penelitian berupa perancangan serta realisasi perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan pada inkubator fermentasi dan pengeringan pasca fermentasi. Perancangan secara keseluruhan dibagi dalam perancangan mekanik, perancangan elektronik pada bagian kontrol serta perancangan software yang terdapat pada bagian kontrol dan bagian user interface, seperti ditunjukkan Gambar 2. Perangkat keras bagian mekanik berupa box inkubator berdimensi 80 50 80 cm, seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Box ini dirancang mempunyai 2 bagian yaitu, bagian luar dan bagian dalam dan pintu berada di depan. Box bagian luar terbuat dari kerangka berupa besi dan dindingnya terbuat dari plat alumunium. Sedangkan, pada box bagian dalam terbuat dari plat stainless steel, dan di dalam box ada 4 buah loyang / nampan yang terbuat dari plat stainless steel. Plat stainless steel dipilih untuk bahan bagian dalam box, karena pada umumnya plat stainless paling bagus dan aman digunakan untuk pengolahan bahan makanan. Obyek dalam penelitian ini adalah kulit singkong. Box ini memiliki 2 bagian dan terdapat sela diantara dinding luar dan bagian dalam box. Pada bagian sela ini diisi dengan glass wool untuk menahan panas agar tidak keluar dari lapisan box bagian dalam. Pemilihan bahan untuk bagian luar dan dalam box disesuaikan dengan perancangan awal, di mana box dirancang agar suhu panas tidak keluar dari box, sehingga pada saat dipegang tidak terasa panas. Koefisien tersebut akan digunakan untuk mengkalibrasi keluaran dari sensor selama proses pengukuran [7]. Gambar 2. Blok diagram sistem keseluruhan Gambar 3. Box inkubasi fermentasi dan pengeringan

88 Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 11, No. 3, April 2015 Perangkat keras lain yang berada di dalam box adalah loyang/ tempat menaruh obyek fermentasi yang terbuat dari stainless steel serta lubang untuk exhaust fan yang diberi tutup untuk mencegah kontaminan dari udara luar dan bisa dibuka dengan cara digeser, seperti ditunjukkan Gambar 4. Sensor yang dipakai adalah SHT11 yang merupakan modul sensor suhu dan kelembaban relatif dari Sensirion. SHT11 adalah sebuah single chip sensor suhu dan kelembaban relatif dengan multi modul sensor yang outputnya telah dikalibrasi secara digital. Di bagian dalamnya terdapat kapasitor polimer sebagai elemen untuk sensor kelembaban relatif dan sebuah pita regangan yang digunakan sebagai sensor temperatur. Output kedua sensor digabungkan dan dihubungkan pada ADC 14 bit dan sebuah interface serial pada satu chip yang sama. Pengukuran suhu dan kelembaban dimulai setelah mengirim perintah ( 00000101 untuk kelembaban, dan 00000011 untuk suhu), mikrokontroler harus menunggu sekitar 210 ms sampai pengukuran selesai. Setelah pengukuran selesai, SHT 11 mengatur pin DATA menjadi low dan masuk ke idle state. Mikrokontroler harus menunggu data siap diambil terlebih dahulu sebelum mengatur pin SCK kembali membaca data. Data hasil pengukuran sensor disimpan (a) sampai data dibaca oleh mikrokontroler. Sensor secara otomatis akan kembali ke Sleep Mode setelah pengukuran dan komunikasi dengan mikrokontroler selesai. Adapun untai koneksi SHT11 ditunjukkan oleh Gambar 5. SHT11 ini dikalibrasi dengan menggunakan hygrometer sebagai referensinya. Koefisien kalibrasinya telah diprogramkan ke dalam OTP memory. Sebuah pemanas berupa keramik dengan daya maksimal 750 Watt digunakan untuk memanaskan suhu di dalam box. Dua buah kipas diletakkan pada bagian dalam box sebagai exhauster yang berfungsi mengeluarkan udara yang mengandung uap air dari dalam box. Bagian kontrol merupakan pusat pengendali dari sistem yang berfungsi untuk mengontrol sensor, pemanas, exhaust fan, membaca data yang diperlukan dan berkomunikasi dengan bagian user interface seperti ditunjukkan Gambar 6. Perangkat keras pada bagian ini terdiri dari board mikrokontroler, rangkaian driver beban AC, dan LCD serta keypad sebagai user interface. Bagian kontrol menggunakan sebuah mikrokontroler sebagai pusat pengendali yang mengatur proses fermentasi atau pengeringan yang disesuaikan dengan masukan berdasarkan suhu yang diinginkan, mengolah data dari sensor SHT 11, mengatur sudut picuan TRIAC, dan mengatur kinerja dari semua perangkat keras pendukung seperti exhaust fan, dan user interface. Mikrokontroler yang digunakan adalah Arduino Mega2560. Tabel 1 menunjukkan tabel konfigurasi pin Arduino Mega2560 yang digunakan. Rangkaian driver beban AC pada bagian kontrol ini berguna untuk menghidupkan pemanas yang bekerja pada tegangan kerja 220 VAC memerlukan rangkaian driver yang bertujuan untuk mengatur daya yang keluar sehinga suhu dapat stabil di dalam pengering. Rangkaian ini terdiri dari MOC3020 dan TRIAC, MOC3020 berfungsi sebagai isolator dengan bagian DC dari rangkaian kendali utama agar tidak terhubung secara langsung ke jaringan AC, sehingga dapat mencegah tegangan AC tidak berhubungan langsung dengan mikrokontroler sehingga tidak rusak, seperti ditunjukkan Gambar 7. Selain sebagai isolator MOC 3020 tersebut sebagai antarmuka antara bagian kendali (rangkaian DC) agar dapat berkomunikasi dengan jaringan AC. TRIAC berfungsi sebagai pengendali utama pemanas untuk menggantikan fungsi saklar pemutus dan penyambung arus listrik yang besar namun, dalam rangkaian ini TRIAC berfungsi untuk mengaktifkan (b) Gambar 4. (a) Loyang (b) Lubang exhaust fan Gambar 5. Untai koneksi SHT11

Gunawan Dewantoro dkk.: Alat Optimasi Suhu dan Kelembaban untuk Inkubasi Fermentasi dan Pengeringan Pasca Fermentasi 89 Tabel 1. Konfigurasi penggunaan pin Arduino 2560 Nama Port Fungsi Port PWM 8 Data SHT 11 Port PWM 9 Clock SHT 11 Port PWM 2 Port PWM 3 Port PWM 4 Port PWM 5 Port PWM 11 Port PWM 12 Port Digital 22 Port Digital 24 Port Digital 26 Port Digital 28 Port Digital 30 Port Digital 32 Port Digital 34 Port Digital 36 Port Analog A1 Port Analog A8 tegangan 220 VAC. Bagian interface berfungsi untuk sarana interaksi user dengan sistem yang dirancang. Pada bagian ini user dapat memberi masukan suhu yang diinginkan. Dengan adanya LCD, user dapat memantau kinerja dari inkubasi fermentasi atau pengeringan. Bagian ini secara keseluruhan terhubung dan dikendalikan oleh bagian pengendali utama. Ada dua komponen utama pada bagian interface yaitu keypad 4x4 dan LCD karakter 16x2. Keypad 4x4 digunakan sebagai sarana pengguna untuk memberikan masukan ke sistem. Keypad 4x4 memiliki konektor delapan pin yang dihubungkan ke mikrokontroler. LCD karakter 16x2 berfungsi sebagai penampil informasi yang ada pada sistem, juga sebagai penampil menu utama, seperti ditunjukkan Gambar 8. Perangkat lunak yang ditanamkan pada mikrokontroler yang digunakan dalam makalah ini bertujuan untuk mengendalikan semua kegiatan yang dilakukan oleh setiap komponen sehingga dapat bekerja secara bersama sama sehingga membentuk suatu sistem. Adapun perangkat lunak ini berperan dalam beberapa fungsi di antaranya pengolahan data yang berasal dari pembacaan suhu dan kelembaban, penampilan pada LCD, serta pengendalian pemanas dan exhaust fan. Diagram alir sistem ditunjukkan oleh Gambar 9. Tahap pertama dalam proses pengeringan pada alat ini adalah user memasukan kulit singkong rebus/kukus yang sudah diberi ragi ke dalam loyang stainless dan di masukkan ke dalam box. Kemudian alat dihidupkan dan exhaust fan akan On, selanjutnya pada display akan ditampilkan menu untuk memilih mode alat sebagai fermentasi atau pengering. Jika mode fermentasi, kita atur berapa suhu dan waktunya, lalu mikrokontroler Gambar 6. Realisasi bagian kontrol Gambar 7. Rangkaian driver beban AC untuk pemanas Gambar 8. Keypad dan LCD sebagai user interface

90 Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 11, No. 3, April 2015 Tabel 2. Hasil pengujian suhu dan kelembaban pada SHT 11 dan Hygrometer Anymetre Uji ke- Pengukuran SHT 11 Suhu ( o C) RH Pengukuran Hygrometer Suhu ( o C) RH Selisih pengukuran Suhu ( o C) RH Ralat Suhu ( o C) RH 1 28 57 28,5 54 0,5 3 1,75 5,56 2 30 57 29,5 56 O,5 1 1,69 1,78 3 32 58 31 54 1 3 3,22 5,56 4 34 55 32,5 54 1,5 1 4,61 1,85 5 36 52 36,5 53 0,5 1 1,36 1,88 6 38 49 38 50 0 1 0 2 7 40 45 38,5 43 1,5 2 3,89 4,65 8 41 40 40 41 1 1 2,5 2,43 9 42 38 42,5 36 0,5 2 1,17 5,56 10 43 37 43 34 0 3 0 8,83 A. Pengujian Sensor Gambar 9. Diagram alir sistem akan mengendalikan pemanas untuk On sesuai dengan suhu yang diminta oleh user dan membaca suhu serta kelembaban dengan sensor SHT11. Demikian juga dengan mode pengering, pengaturan dilakukan untuk suhu dan waktu, tetapi ada 1 exhaust fan lagi yang akan On untuk meminimalisir kelembaban saat mode pengering. Jika suhu dan waktu sudah terpenuhi maka pemanas akan off, sehingga proses sudah selesai dan mesin juga off. Pengujian dilakukan dengan menghubungkan pin DATA dan pin SCK pada sensor SHT 11 yang dihubungkan ke PORT PWM 8 untuk pin DATA dan PORT PWM 9 untuk pin SCK pada mikrokontroler. Hasil dari pengukuran oleh sensor yang telah diproses oleh mikrokontroler kemudian ditampilkan pada LCD. Kemudian untuk mengetahui apakah hasil pengukuran suhu dan kelembaban oleh SHT 11 menghasilkan nilai yang valid, maka hasil pengukuran dibandingkan dengan termo-hygrometer. Termo-hygrometer merupakan alat yang dapat mengukur suhu dan kelembaban secara bersamaan(dalam waktu yang sama). Termo-hygrometer yang digunakan bermerk Anymetre. Dari pengujian pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran oleh sensor SHT 11 dan termo-hygrometer mengalami ralat yang kecil, bisa dilihat pada tabel saat pengujian ke-1 bahwa ketika sensor membaca suhu sebesar 28 o C, hygrometer membaca suhu sebesar 28,5 o C, dan ketika sensor membaca kelembaban sebesar 57%, III. Hasil dan Pembahasan Pada bagian ini dilakukan pengujian dan analisis terhadap hasil perancangan sistem dan realisasinya. Tujuan dilakukan pengujian adalah untuk mengetahui kinerja hasil perancangan dan tingkat keberhasilannya. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian per bagian maupun keseluruhan sistem. Gambar 10. Grafik perbandingan pengujian suhu (oc) pada SHT11 dan hygrometer

Gunawan Dewantoro dkk.: Alat Optimasi Suhu dan Kelembaban untuk Inkubasi Fermentasi dan Pengeringan Pasca Fermentasi 91 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 percob 1 percob 2 percob 3 percob 4 percob 5 percob 6 percob 7 percob 8 percob 9 percob 10 hygrometer membaca kelembaban sebesar 54%. Pengujian tersebut menunjukkan bahwa sensor suhu dan kelembaban yang telah berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dan hasil pengujian menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata untuk pengukuran suhu sebesar 0,7 o C, sedangkan perbedaan rata-rata pengukuran kelembaban adalah 1,8%. Kemudian grafik kenaikan pengukuran suhu dan kelembaban pada sensor dan hygrometer dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11. B. Pengujian Driver Beban AC SHT11 hygrometer Gambar 11. Grafik perbandingan pengujian kelembaban (%C) pada SHT11 dan hygrometer Pengujian driver beban AC dilakukan dengan cara menghubungkan komponen pada sistem yang bekerja pada tegangan AC 220V. Ketika masukan dari mikrokontroler bernilai low, maka keluaran dari driver akan bernilai low. Sedangkan jika masukan dari mikrokontroler bernilai high, maka keluaran dari driver akan bernilai high. Setelah semua komponen yang bekerja pada tegangan AC dihubungkan dengan untai driver beban AC, maka melalui mikrokontroler diberi masukan high kemudian diberi masukan low. Driver bekerja dengan baik jika beban AC yang telah dihubungkan menjadi aktif saat diberi masukan high dari mikrokontroler dan beban AC tidak aktif saat diberi masukan low dari mikrokontroler. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa rangkaian dapat bekerja sesuai dengan perancangan dan berfungsi dengan baik sebagai driver beban AC, seperti ditunjukkan Gambar 12. Dari Gambar 11 terlihat hasil pengujian ketika T > T 1 (masukan high) beban AC (lampu) menyala, ketika T < T 1 (masukan low) beban AC (lampu) padam. C. Pengujian Fermentasi Pengujian fermentasi dilakukan dengan cara konvensional dan dengan cara otomatis menggunakan alat yang dibuat. Fermentasi konvensional dilakukan dengan cara proses fermentasi secara manual dengan suhu dan kelembaban ruangan. Hasil pengujiannya bisa dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Pengujian proses fermentasi dilakukan menggunakan alat yang sudah dibuat dengan range suhu antara 36 o C- 40 o C. Hasil pengujiannya bisa dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Dari Tabel 3 dan 4 di atas bisa dilihat bahwa perbandingan hasil percobaan antara fermentasi cara konvensional dengan fermentasi cara otomatis menggunakan alat. Cara konvensional dengan suhu ruangan yaitu rata-rata suhunya 26 o C dan rata-rata waktu fermentasinya adalah 28 jam. Sedangkan cara otomatis dengan 5 kali percobaan dan variasi suhu dari 36 o C - 40 o C, proses fermentasi menempuh waktu rata-rata 19 jam. Hal ini membuktikan bahwa proses fermentasi otomatis menggunakan alat ini membutuhkan waktu yang lebih cepat dari cara fermentasi Tabel 3. Pengujian proses fermentasi kulit singkong secara konvensional (a) Suhu ( o C) Kelembaban Waktu fermentasi (jam) Kondisi 26 59 30 Berhasil 27 56 28 Berhasil 26 58 30 Berhasil 28 49 26 Berhasil 26 55 27 Berhasil Tabel 4. Pengujian proses fermentasi kulit singkong menggunakan alat (b) Gambar 12. Driver AC saat (a) on dan (b) off Suhu ( o C) Kelembaban Waktu fermentasi (jam) Kondisi 36 59 20 Berhasil 37 54 19 Berhasil 38 55 19 Berhasil 39 56 20 Berhasil 40 33 18 Berhasil

92 Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 11, No. 3, April 2015 Suhu ( o C) Tabel 5. Hasil pengujian pengeringan kulit singkong Kelembaban konvensional. Hasil percobaan menunjukkan alat ini bekerja dengan baik karena obyek fermentasi yaitu kulit singkong tidak menjadi busuk. Perbedaan kelembaban dan waktu fermentasi dikarenakan kadar air dari kulit singkong sebelum difermentasi berbeda-beda karena saat kulit singkung dikukus, kadar air yang masuk ke dalam kulit singkong berbeda-beda, sekaligus membuktikan bahwa alat mendukung kondisi optimal agensia biologis yang berperan dalam fermentasi berkaitan dengan range kelembaban maupun suhu tersebut. D. Pengujian Pengeringan Waktu pengeringan (jam) Kondisi 80 6 2 jam 40 menit Berhasil 80 4 2 jam 10 menit Berhasil 80 7 2 jam 30 menit Berhasil 80 5 3 jam Berhasil 80 3 2 jam Berhasil Pengujian dilakukan dengan melakukan proses pengeringan dengan alat yang sudah dibuat. Hasil pengujiannya bisa dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Dari Tabel 5 di atas bisa dilihat hasil pengujian menunjukkan bahwa alat pengering ini dapat bekerja dengan baik. Perbedaan waktu pengeringan dikarenakan perbedaan keadaan kulit singkong yang dikeringkan setelah fermentasi (terutama kadar air yang terkandung dalam setiap kulit singkong). IV. Kesimpulan Berdasarkan perancangan, perealisasian dan pengujian dapat disimpulkan bahwa box inkubasi fermentasi dan pengeringan pasca fermentasi dapat melakukan proses fermentasi dengan waktu selama 18-20 jam. Alat ini mempercepat proses fermentasi 9 jam dibandingkan dengan cara konvensional dengan range suhu 36 o C- 40 o C. Proses pengeringan memerlukan waktu selama 2-3 jam dengan suhu 80 o C. Kelembaban relatif saat proses fermentasi 53-59%, sementara saat proses pengeringan bisa diturunkan hingga 3-7%. Referensi [1] S. Akhadiarto, Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong, Kulit Pisang dan Kulit Kentang Sebagai Bahan Pakan Ternak Melalui Teknik Fermentasi, 2009. http://www.scribd.com/ doc/228027288/kulit-singkong. [2] M. A. H. Shah, D. A. Sutama, Rusiana, dan H.E. Hadi, Rancang bangun pengaturan suhu dan kelembaban untuk optimasi proses fermentasi tempe, in Proc. The 14th Industrial Electronics Seminar, Oktober 2014, pp. 275-280. [3] H. Nainggolan dan M. Yusfi, Rancang bangun sistem kendali temperatur dan kelembaban relatif pada ruangan dengan menggunakan motor DC berbasis mikrokontroler ATMEGA 8535, Jurnal Fisika Unand, vol. 2, no. 3, pp. 140-147, Juli 2013. [4] A. Setiawan, Desain alat sistem kontrol suhu dan kelembaban untuk proses pembuatan tempe pada skala industri rumah tangga. Skripsi D3 Politeknik Negeri Surabaya, 2011. [5] R. Talapessy dan D. E. Sahertian, Optimasi suhu dalam prototipe kotak inkubasi, Sainsmat, vol. 2, no. 1, pp. 14-21, 2013. [6] S. Azmi, Alat pengontrol suhu dan kelembaban pada lemari penyimpanan darah menggunakan sensor SHT11, Jurnal Litek, vol. 8, no. 2, pp. 89-95, 2011. [7] Sensirion. Humidity SHT11 Datasheet, Sensirion AG, Switzerland, 2011.

Penerbit: Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syech Abdurrauf No. 7, Banda Aceh 23111 website: http://jurnal.unsyiah.ac.id/jre email: rekayasa.elektrika@unsyiah.net Telp/Fax: (0651) 7554336