I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

BAB I LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat-zat dalam Susu Nilai Kandungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

I. PENDAHULUAN. Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk

I. PENDAHULUAN. serealia, umbi-umbian, dan buah-buahan (Kementan RI, 2012). keunggulan yang sangat penting sebagai salah satu pilar pembangunan dalam

BAB I PENDAHULUAN. SUSENAS 1999 sampai dengan 2007 menunjukkan bahwa pola konsumsi

TANAMAN PENGHASIL PATI

BAB I PENDAHULUAN. makanan, kimia dan pakan ternak. Sementara sebagai tanaman pangan, ketela pohon merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan bahwa belum makan kalau belum mengkonsumsi nasi. Adanya kebiasaan ini

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

I. PENDAHULUAN. berasal dari gandum yang ketersediaannya di Indonesia harus diimpor,

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR. Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkurang, ditambah lagi semakin besarnya impor pangan, pakan, dan bahan baku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adhita Dwi Septiani, 2014

I. PENDAHULUAN. yang memadai akan mengakibatkan terjadinya kerawanan sosial berupa

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya ketersediaanya pangan lokal asli yang ketersediannya

BAB I PENDAHULUAN. komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

I. PENDAHULUAN. Ikan lele Masamo (Clarias sp.) merupakan salah satu ikan yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. makanan. Dalam sejarah, kehidupan manusia dari tahun ke tahun mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan sumber karbohidrat, salah satu diantaranya adalah umbiumbian.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

BAB I PENDAHULUAN. Kesultanan Surakarta dan Mangkunegaran masa lalu (Soemardjan, 1990).

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini

1. PENDAHULUAN. digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoae batatas L) atau ketela rambat atau sweet potato atau dalam bahasa

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lokal karena memiliki kandungan karbohidrat yang relatif tinggi. Zuraida dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

KUALITAS NATA DE CASSAVA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. commit to user

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

7 Manfaat Daun Singkong

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem perekonomian suatu negara merupakan satu kesatuan yang dicirikan oleh adanya hubungan sektor ekonomi yang satu dengan sektor ekonomi yang lain. Hubungan ini dapat dikatakan sebagai hubungan ketergantungan bahkan keterpaduan yang dinamis. Sektor pertanian dan sektor industri merupakan sektor yang penting dalam kehidupan ekonomi Indonesia. Adanya kerjasama baik antara sektor pertanian dan sektor industri sehingga dapat menciptakan suatu bentuk kegiatan usaha pengolahan hasil pertanian yang merupakan bagian dari konsep agribisnis. Konsep dari agribisnis adalah kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil, dan pemasaran. Hal ini berhubungan dengan pertanian dalam arti luas, yaitu kegiatan usaha yang menunjang pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh sektor pertanian (Soekartawi, 2001). Hasil pertanian mempunyai sifat mudah rusak dan tidak tahan lama. Padahal hasil pertanian ini juga memiliki peranan penting sebagai bahan baku dalam sektor industri untuk menjalankan proses produksi. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu proses pengolahan sehingga dapat meningkatkan nilai tambah hasil pertanian. Proses pengolahan pati ubi kayu merupakan salah satu kegiatan usaha dalam peningkatan nilai tambah dari ubi kayu. Umbi-umbian merupakan hasil tanaman sumber karbohidrat disamping padi-padian. Jenis umbi-umbian antara lain : ubi kayu (ketela pohon atau singkong), ubi jalar, talas, ganyong, kimpul dan lain sebagainya. Ubi kayu mempunyai peranan penting bagi masyarakat Indonesia, ini dapat dilihat dari sebagian besar masyarakat masih mengkonsumsi bahan makanan yang berbahan baku ubi kayu. Hal ini disebabkan selain harganya murah, ubi kayu juga memiliki kandungan gizi berupa karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin. Ubi kayu merupakan salah satu tanaman pangan yang

dapat dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif. Ubi kayu dapat digunakan langsung sebagai bahan pangan. Selain itu, ubi kayu mempunyai berbagai variasi untuk dibuat bahan atau bentuk yang lain (Soedjono, 1992). Ubi kayu dan berbagai produk olahannya mengandung gizi dan komposisi yang lengkap. Tabel 1. Kandungan Gizi Dalam Tiap 100 Gram Ubi Kayu dan Berbagai Produk Olahan Kandungan Gizi Ubi kayu Gaplek Tapioka Kalori (kal) Protein (gram) Lemak (gram) Karbohidrat Kalsium Fosfor Zat besi Vitamin A Vitamin B1 Vitamin C Bagian dimakan (%) 146,00 1,20 0,30 34,70 33,00 4 0,70 0,06 3 75,00 Sumber : Neraca Bahan Makanan, BPS 2009 338,00 1,50 0,70 81,30 8 6 1,90 0,04 10 362,00 0,50 0,30 86,90 100.00 Ubi kayu dikenal sebagai penghasil tepung dengan produksi biomassa yang sangat tinggi. Biomassa dalam industri merupakan bahan biologis yang hidup atau baru mati yang biasa digunakan sebagai sumber bahan bakar atau untuk produksi industri. Sebagian besar biomassa yang dihasilkan oleh tanaman ubi kayu adalah pati ubi kayu. Menurut Tjokroadikoesoemo (1986), pati ubi kayu mempunyai kegunaan diantaranya sebagai bahan pembantu dalam industri, misalnya digunakan sebagai bahan pembantu pewarna putih pada industri kain tenun. Dibandingkan dengan tepung kentang, dan beras, komposisi zat gizi pati ubi kayu lebih baik sehingga dapat mengurangi kerusakan tenun.

Tabel 2. Kandungan Zat Gizi yang Terkandung Dalam Ubi Kayu, Kentang dan Beras Zat yang terkandung Air Lemak Zat tepung Zat gula Bahan serat Abu Ubi kayu (dalam %) 78 0,70 27,90 5,13 0,90 0,54 Sumber : Neraca Bahan Makanan, BPS 2009 Kentang (dalam %) 83 0,20 20,60-1,10 0,92 Beras (dalam %) 18 0,60 85-0,51 1,50 Usaha industri pati ubi kayu di Indonesia berpotensial untuk dikembangkan karena industri pengolahan pati ubi kayu dapat dilakukan dengan teknologi sederhana dan tidak membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus. Di Kabupaten Pati tepatnya Kecamatan Margoyoso merupakan daerah sentra industri pati ubi kayu. Sebagian besar industri pati ubi kayu di Kabupaten Pati adalah industri skala rumah tangga. Produksi dilakukan oleh anggota rumah tangga dengan modal kecil dan produk dipasarkan terbatas pada pasaran lokal di wilayah Kabupaten Pati. Selain itu, ada sebagian industri pati ubi kayu di Kabupaten Pati berskala kecil dan menengah dengan menggunakan tenaga kerja dari luar, modal besar, dan pemasaran produk yang mencakup berbagai wilayah di Pulau Jawa. Usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki merupakan salah satu industri pati ubi kayu berskala menengah di Kabupaten Pati. Usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati memiliki keunggulan baik dalam pemilihan lokasi industri, teknik pengolahan yang digunakan untuk produksi, dan pemasaran produk. Lokasi industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati strategis dikarenakan memiliki kemudahan dalam mendapatkan bahan baku, tenaga kerja dan akses pemasaran produk. Pemasaran produk juga tidak hanya mencakup wilayah exkaresidenan Pati yang meliputi Pati, Rembang, Blora, Kudus, dan Jepara. Akan tetapi, telah meluas ke berbagai daerah di Pulau Jawa seperti Bandung, Tangerang, Cirebon, Semarang, Solo, Surabaya, dan Banyuwangi. Adanya

keunggulan yang dimiliki usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati telah mampu memberikan keuntungan bagi pengusahanya. Akan tetapi, usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati dalam melaksanakan kegiatan usahanya juga dihadapkan pada resiko antara lain resiko harga, resiko produksi dan resiko pasar. Resiko pertama yang harus dihadapi oleh usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati adalah resiko harga, kenaikan harga bahan bakar yang tidak diikuti kenaikan harga jual pati ubi kayu (harga output) menyebabkan penerimaan usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati berkurang. Resiko kedua adalah resiko produksi, di mana resiko ini terjadi dalam proses produksi. Adanya cuaca buruk akan berpengaruh dalam proses produksi pati ubi kayu. Hal ini dikarenakan dalam proses produksi khususnya proses penjemuran pati ubi kayu ini hanya mengandalkan bantuan sinar matahari. Resiko yang terakhir adalah resiko pasar, di mana adanya saingan dari pati ubi kayu yang berasal dari negara Thailand. Adanya resiko yang dihadapi oleh usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati, diperlukan tindak lanjut dari analisis usaha yang bertujuan untuk meminimalisir resiko dan merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha. Hal ini dikarenakan analisis usaha hanya dapat mengidentifikasi besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, dan resiko yang dihadapai oleh usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati. Oleh karena itu, dalam penyusunan alternatif strategi pengembangan usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Kekuatan yang dimiliki usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati seperti kualitas pati ubi kayu yang dihasilkan, kontinuitas hasil pati ubi kayu, proses produksi yang mudah, potensi sumberdaya alam, dan sarana produksi mudah didapat. Terjadinya peningkatan permintaan terhadap pati ubi kayu, kondisi lingkungan aman

terkendali, hubungan baik dengan distributor saprodi, dan adanya perkembangan teknologi pengolahan produk dijadikan sebagai peluang. Sedangkan kelemahan dari usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati seperti kemampuan pengusaha terbatas, kondisi infrastruktur buruk, belum adanya promosi produk secara meluas, dan pengelolaan produksi pati ubi kayu kurang optimal. Terjadinya kenaikan harga bahan bakar solar, pembuangan limbah pati ubi kayu yang mengganggu masyarakat sekitar, belum adanya perhatian pemerintah terhadap pengembangan usaha industri pati ubi kayu, dan harga pati ubi kayu dari Thailand yang lebih murah dijadikan sebagai ancaman dalam usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati. Adanya faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal berupa peluang dan ancaman dari usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati dapat digunakan dalam penyusunan alternatif strategi pengembangan usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati dengan menggunakan analisis SWOT. Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti terdorong mengadakan suatu penelitian mengenai analisis pengembangan usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya keuntungan, resiko, efisiensi, dan alternatif strategi pengembangan usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati. B. Perumusan Masalah Ubi kayu adalah salah satu jenis tanaman pangan yang sudah lama dikenal dan dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Potensi nilai ekonomi dan sosial ubi kayu merupakan bahan pangan masa depan yang mempunyai kegunaan antara lain sebagai bahan baku berbagai industri dan pakan ternak. Hal ini disebabkan ubi kayu memiliki beberapa kandungan gizi antara lain karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin. Salah satu sifat produk pertanian, yaitu mudah rusak dan tidak tahan lama. Ubi kayu juga termasuk hasil pertanian yang mudah rusak. Oleh sebab

itu, diperlukan suatu usaha pengolahan yang dapat meningkatkan nilai tambah dari ubi kayu. Usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati adalah industri berskala menengah yang bergerak dibidang pengolahan ubi kayu. Keunggulan yang dimiliki usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati yaitu dalam pemilihan lokasi industri, teknik pengolahan yang digunakan untuk produksi, dan pemasaran produk. Lokasi usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki strategis yaitu bertempat di Desa Ngemplak Kidul RT 05 / RW II, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan kedekatan dengan sumber bahan baku produksi, ketersediaan tenaga kerja, dan kemudahan dalam akses pemasaran produk. Selain itu, pemasaran produk juga tidak hanya mencakup wilayah exkaresidenan Pati yang meliputi Pati, Rembang, Blora, Kudus, dan Jepara. Akan tetapi, telah meluas ke berbagai daerah di Pulau Jawa seperti Bandung, Tangerang, Cirebon, Semarang, Solo, Surabaya, dan Banyuwangi. Berdasarkan data Disperindag Kabupaten Pati tahun 2003 diketahui bahwa usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati mempunyai kapasitas besar dengan jumlah produksi yang mencapai 3600 ton, hal ini didukung penggunaan mesin produksi yang besar serta teknik pengolahan yang baik. Usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati juga memiliki nilai investasi tertinggi yaitu sebesar Rp 140.000.00 dan nilai asset mencapai Rp 1.019.00 pada tahun 2003 dibandingkan dengan industri pengolahan ubi kayu yang lainnya. Suparmoko (2001), menyatakan bahwa setiap pengusaha dalam menjalankan usahanya tentu saja mempunyai tujuan untuk memperoleh laba sebesar-besarnya dengan jalan memaksimumkan pendapatan, meminimumkan biaya, dan memaksimumkan penjualan. Usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati telah menjadi sumber pendapatan bagi pengusaha serta masyarakat daerah sekitar. Akan tetapi, dalam kenyataannya seringkali pengusaha kurang memperhatikan besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, resiko, efisiensi usahanya, terutama

potensi pengembangan usaha industri. Kenaikan biaya tenaga kerja akan menambah semangat kerja tiap tenaga kerja, kualitas produk dan pemasaran produk yang luas akan meningkatkan besarnya penerimaan serta keuntungan usaha. Resiko usaha disebabkan kenaikan harga bahan bakar yang tidak diikuti kenaikan harga jual pati ubi kayu (harga output) menyebabkan penerimaan usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati berkurang, jika kualitas bahan baku yang digunakan dalam produksi pati ubi kayu kurang baik maka kualitas pati ubi kayu yang dihasilkan juga kurang memuaskan. Selain itu, adanya cuaca buruk akan berpengaruh dalam proses produksi pati ubi kayu. Hal ini dikarenakan dalam proses produksi khususnya proses penjemuran pati ubi kayu ini hanya mengandalkan bantuan sinar matahari. Resiko yang terakhir adalah resiko pasar, di mana adanya saingan dari pati ubi kayu yang berasal dari negara Thailand. Penyusunan alternatif strategi pengembangan yang tepat akan menjadikan usaha industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati dapat berkembang lebih besar. Berkaitan dengan hal ini, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, dan keuntungan usaha dari industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati? 2. Berapa besarnya resiko usaha dari industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati? 3. Berapa besarnya tingkat efisiensi usaha dari industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati? 4. Bagaimanakah alternatif strategi pengembangan industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis besarnya biaya, penerimaan, dan keuntungan usaha dari industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati.

2. Menganalisis besarnya resiko usaha dari industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati. 3. Menganalisis besarnya tingkat efisiensi usaha dari industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati. 4. Menganalisis alternatif strategi pengembangan industri pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, dapat memberikan tambahan pengetahuan dan merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan kebijakan yang lebih baik, terutama dalam pengembangan usaha industri berbahan baku ubi kayu di Kabupaten Pati. 3. Bagi usaha industi pati ubi kayu Sumber Rejeki di Kabupaten Pati, hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam rangka pengembangan usaha. 4. Bagi pihak lain yang membutuhkan, diharapkan dapat menjadi bahan pustaka dan informasi untuk masalah yang sama di masa datang.