INTISARI STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN INFORMASI OBAT ANTIHIPERTENSI KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Kata Kunci : Pelayanan, Informasi Obat.

INTISARI STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN INFORMASI OBAT ANTIBIOTIK KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS SUNGAI MESA BANJARMASIN

KEPADA PASIEN OLEH TENAGA KEFARMASIAN DI APOTEK RUMAH SAKIT TNI AU SJAMSUDIN NOOR BANJARBARU

INTISARI GAMBARAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI PUSKESMAS BUNTOK

INTISARI. Madaniah 1 ;Aditya Maulana PP 2 ; Maria Ulfah 3

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG KETEPATAN WAKTU PENGGUNAAN OBAT DI PUSKESMAS GADANG HANYAR KOTA BANJARMASIN

INTISARI TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INTISARI TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS SE KABUPATEN MURUNG RAYA

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

HUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM MENGKONSUMSI OBAT CAPTOPRIL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR ABSTRAK

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN

ABSTRAK. Hairun Nisa 1 ;Erna Prihandiwati,S.F.,Apt 2 ;Riza Alfian,M.Sc.,Apt 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci: Kualitas, Pelayanan Obat, Assurance

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INTISARI PENGARUH KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PADA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH BANJARMASIN

Kata kunci : Kualitas pelayanan, Instalasi Farmasi, GAP, RSUD Ratu Zalecha Martapura

Kata Kunci : Hubungan, Pendidikan, Tingkat Pengetahuan, Obat CTM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK TATALAKSANA FARMASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIANJUR

GAMBARAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN PADA UPT PUSKESMAS MUARA TEWEH DI KABUPATEN BARITO UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI. Yopi Yanur 1 ; Yugo Susanto 2 ; Riza Alfian 3

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa dengan seperangkat hak yang menjamin derajatnya sebagai

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN PADA PEMAKAIAN AMOXICILLIN TABLET 500 MG DI APOTEK NAZHAN FARMA BANJARMASIN

Kata Kunci : Medication Error, skrining resep, persentase ketidaklengkapan administrasi resep

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

Kata Kunci : Diabetes, Pola Makan, Aktifitas Olahraga, Keluarga

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK KUALITAS PELAYANAN RESEP DI APOTEK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HADJI BOEDJASIN PELAIHARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

EVALUASI IMPLEMENTASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

INTISARI KESESUAIAN PENULISAN RESEP DENGAN FORMULARIUM PADA PASIEN UMUM RAWAT JALAN DI RSUD SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUN

INTISARI. Mahrita Sauriah 1 ; Yugo Susanto 2 ; Dita Ayulia 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi

INTISARI STUDI DESKRIPTIF KEBUTUHAN TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN PADA PUSKESMAS INDUK DI KABUPATEN BALANGAN BERDASARKAN METODE NILAI RASIO

GAMBARAN KESESUAIAN DAN KETIDAKSESUAIAN RESEP PASIEN ASKES RAWAT JALAN DENGAN DPHO PADA APOTEK APPO FARMA BANJARMASIN PERIODE JULI-AGUSTUS

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

Transkripsi:

INTISARI STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN INFORMASI OBAT ANTIHIPERTENSI KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Husnul Hatimah 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rina Feteriyani 3 Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari orientasi obat(drug oriented) menjadi orientasi pasien (patient oriented) yang mengacu pada asuhan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komiditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, Apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut dalam hal melaksanakan pemberian informasi obat. Penyediaan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan sangat mendukung dalam pelayanan kefarmasian untuk mendapatkan kerasionalan dan ketepatan penggunaan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemberian informasi obat antihipertensi berdasarkan jenis informasi yang diberikan sesuai standar pedoman pelayanan kefarmasian di puskesmas. Penelitian bersifat deskriptif dengan menggambarkan bagaimana pemberian informasi obat antihipertensi kepada pasien di Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Penelitian dilakukan di Puskesmas Pekauman Banjarmasin dari tanggal 7 Mei 7 Juni 2014 pada saat pelayanan berlangsung. Populasi dari penelitian ini berjumlah 210 pasien dengan sampel berjumlah 138 sampel pasien baru dengan diagnosa hipertensi. Metode yang digunakan teknik random sampling dengan sistem komputerisasi. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi dengan pengamatan langsung pada saat pemberian informasi obat diberikan kepada pasien. Berdasarkan hasil penelitian diketahui pemberian informasi obat meliputi waktu penggunaan obat (100%), cara penggunaan obat (96,38%), hal-hal yang mungkin timbul seperti efek samping obat (18,84%), Efek yang timbul setelah penggunaan obat yang dirasakan (10,87%) lama penggunaan obat dan cara penyimpanan obat antihipertensi tidak ada (0%). Tenaga Teknis Kefarmasian merupakan pemberi informasi utama ( 70,29%) dibanding Apoteker (29,71%). Kata Kunci : Studi deskriptif, pemberian informasi obat, antihipertensi

ABSTRACT DESCRIPTIVE STUDY GRANT OF DRUG INFORMATION TO PATIENTS IN HEALTH ANTIHYPERTENSIVE PEKAUMAN BANJARMASIN Husnul Hatimah 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rina Feteriyani 3 Today, there has been a shift in tems of pharmaceutical services in the orientation of the drug in to the patient orientation. The Activities of pharmaceutical services that previously only focused on medication management as a commodity into a comprehensive service that aims to improve the quality life of patients. As a consequence of changes in the orientation, Pharmacist as pharmacy staff is required to improve the knowledge, skills, behaviors that can interact directly with patients. The form of interactiontermsin implementing the information provision of drug. The supply of drug correct information, objective and complete will be supportive of the pharmaceutical service to get rational and accuracy use of a drug. This study aims to describe how far the drug information has been informated to patients at a Pekauman public Health Center in Banjarmasin. This is a descriptive study to illustrate how the antihypertensive of drug information gives to health center patients in Pekauman Banjarmasin. Dated 7 May to 7 June 2014 at the time the service takes place. The population consists of 210 patients with samples totaling 138 samples. The method used random sampling techniques with a computerized system The instrument used in this study is the observation sheet, make direct observations at the time of drug information gives provided to patients. The results of this study is the time of drug use (100%), how to use drugs (96.38%), the things that may arise as a side effect of drugs (18.84%) effects that arise after the perceived drug use (10.87%), duration of use of the drug and antihypertensive drug storage means no (0%). Provision of information also concluded that technical personel of pharmacy( 70,29%) is the primary provision of information than pharmacist. (29,71%). Keyword : Descriptive studiy, provision of drug information, antihypertensive

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (DepKes, 2004 a ). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027 / MENKES / SK / IX/2004. Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari orientasi obat (drug oriented) menjadi orientasi pasien (patient oriented) yang mengacu pada asuhan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian sebagai tenaga kefarmasian dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien sehingga pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien lebih efektif. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Tujuan pokok profesi farmasi adalah melayani masyarakat untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan tepat. Suatu sasaran pokok profesi adalah

meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit. Apoteker harus mengejar sasaran itu dengan peningkatan penggunaan obat yang optimal (termasuk pencegah penggunaan yang tidak benar dan tidak terkendali) dan dengan pemberian informasi bagi pasien terkait obat yang digunakannya agar didapatkan hasil optimal sehingga kualitas hidup penderita meningkat serta hasil memuaskan (Siregar, 2006). Pelaksanaan pelayanan informasi obat merupakan kewajiban Apoteker yang di atur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004. Kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Peran apoteker untuk memberi informasi obat dan edukasi kepada pasien sangat penting terutama pada pasien penyakit kronik dan degeneratif yang memerlukan terapi seumur hidup (Handayani dkk, 2006). Penyakit kronik dan degeneratif yang sering terjadi yaitu diabetes, serangan jantung, dan salah satunya yaitu hipertensi. Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai silent killer. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal (DepKes, 2006 b ). Berdasarkan data hasil survei (Dalimartha dkk, 2008), dapat diketahui bahwa Indonesia prevalensi hipertensi yang menjadi masalah kesehatan nasional cukup tinggi. Munculnya gejala dan ancaman berbagai penyakit di era modern ini antara lain juga

didukung oleh adanya pola dan gaya hidup yang tidak sehat. Prevalensi hipertensi di Indonesia terutama di Kalimantan Selatan menempati urutan kedua yaitu sebesar 30,8 % (Riskesdas, 2013). Berdasarkan yang dikutip dalam buku Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi (DepKes, 2006 b ) Healthy People 2010 for Hypertension menganjurkan perlunya pendekatan yang lebih komprehensif dan intensif guna mencapai pengontrolan tekanan secara optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan antara lain partisipasi aktif para Apoteker melaksanakan praktek profesinya pada setiap tempat pelayanan kesehatan. Apoteker dapat bekerjasama dengan dokter dalam memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai hipertensi, memonitor respons pasien melalui farmasi komunitas, mendeteksi dan mengenali secara dini reaksi efek samping, dan mencegah atau memecahkan masalah yang berkaitan dengan pemberian obat. Berdasarkan survei pendahuluan di Puskesmas Pekauman, hipertensi termasuk sepuluh penyakit terbanyak urutan pertama pada tahun 2013 yaitu berjumlah 5637 pasien, sehingga banyak juga obat antihipertensi yang digunakan. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang studi deskriptif pemberian informasi obat antihipertensi kepada pasien, khususnya di Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menjadi masukan bagi pihak puskesmas untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian yang dimaksud, khususnya dalam hal memberikan pemberian informasi obat yang sesuai dengan Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas (2007), dimana informasi yang diberikan meliputi waktu penggunaan obat, lama penggunaan obat, cara penggunaan obat, efek yang akan timbul dari penggunaan

obat yang akan dirasakan, efek samping obat, interaksi obat, kontraindikasi obat, serta cara penyimpanan obat. Maka diperlukan pelayanan informasi obat yang benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis dan bijaksana agar berguna untuk meningatkan terapi pengobatan pasien.