BAB I PENDAHULUAN. Tertib Dewan serta Penguatan fungsi legislasi, pada Pasal 95 ayat (1),Peraturan

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. KATA KUNCI. Fungsi Legislasi DPRD

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

PERAN ALAT KELENGKAPAN DEWAN DAN PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD. Oleh : Imam Asmarudin, SH

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BADAN LEGISLASI DAERAH BAHAN CERAMAH OLEH PROF. DR. SADU WASISTIONO,MSI

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD KABUPATEN/KOTA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 22 April 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH YANG ASPIRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. otonom (locale rechtgemeenschappen) yang pembentukannya ditetapkan

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

RANCANGAN BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

Ranperda Inisiatif DPRD Menurut UU No.12/2011

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku, yang mana bertujuan agar masyarakat dalam menjalani

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

Pembentukan Peraturan Daerah

PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH HIMAWAN ESTU BAGIJO STAF PENGAJAR FAKULTAS HUKUM UNAIR

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN 2009

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

No tentang hak keuangan dan administratif Pimpinan dan Anggota DPRD, selain untuk meningkatkan peran dan tanggung jawab lembaga perwakilan ra

Muchamad Ali Safa at

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA SEKRETARIAT DEWAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPR RI OLEH: DRA. HJ. IDA FAUZIYAH WAKIL KETUA BADAN LEGISLASI DPR RI MATERI ORIENTASI TENAGA AHLI DPR RI APRIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS YURIDIS 12 TAHUN 2008 TERKAIT KEWENANGAN DPRD DALAM PEMBAHASAN PERDA

PROVINSI JAWA TENGAH

8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

KAJIAN HUKUM ATAS HAK-HAK KEUANGAN BAGI PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH YANG PURNA BAKTI.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 3 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA DAN TEKNIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

Membanguan Keterpaduan Program Legislasi Nasional dan Daerah. Oleh : Ketua Asosiasi DPRD Provinsi Seluruh Indonesia

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DEMAK KEPUTUSAN BADAN MUSYAWARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DEMAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 6 SERI E NOMOR SERI 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2006

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PROVINSI LAMPUNG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. sesuai yang diamanatkan pada Pasal 1 ayat (1) UUD RI 1945.

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DALAM LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TAHUN 2011 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 14 TAHUN 2006 TENTANG

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2010 NOMOR 16

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH NOMOR 23 TAHUN 2001 TANGGAL 18 JULI 2001 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

RechtsVinding Online

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Tata Tertib Dewan serta Penguatan fungsi legislasi, pada Pasal 95 ayat (1),Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2004 tentang Pedoman Tata Tertib DPRD disebutkan bahwa: "DPRD memegang kekuasaan membentuk Perda". Kualitas DPRD dalam menjalankan fungsi legislasi bukan dilihat dari jumlah Perda yang dihasilkan, melainkan pada kualitasnya yakni memenuhi rasa keadilan masyarakat, merekayasa masyarakat menuju ke arah kebaikan, dan dapat dilaksanakan. Untuk mendukung pelaksanaan fungsi legislasi tersebut, pada Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 dikemukakan ketentuan sebagai berikut: 1). Bahwa belanja penunjang kegiatan disediakan untuk mendukung kelancaran tugas, fungsi dan wewenang DPRD. Belanja penunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan pimpinan DPRD; 2). Rencana kerja DPRD dapat berupa kegiatan diantaranya rapat, kunjungan kerja, penyiapan rancangan peraturan daerah, pengkajian dan penelaahan terhadap suatu peraturan daerah, peningkatan sumber daya manusia dan profesionalisme, dan koordinasi dan konsultasi kegiatan pemerintahan dan kemasyarakatan. 1

Peraturan Daerah (PERDA) adalah instrument aturan yang secara sah diberikan kepada pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah. Sejak Tahun 1945 hingga sekarang ini, telah berlaku beberapa undang-undang yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan menetapkan Perda sebagai salah satu instrumen yuridisnya. Kedudukan dan fungsi perda berbeda antara yang satu dengan lainnya sejalan dengan sistem ketatanegaraan yang termuat dalam UUD/ Konstitusi dan UU Pemerintahan Daerahnya. Perbedaan tersebut juga terjadi pada penataan materi muatan yang disebabkan karena luas sempitnya urusan yang ada pada pemerintah daerah. Mekanisme pembentukan dan pengawasan terhadap pembentukan dan pelaksanaan perda pun mengalami perubahan seiring dengan perubahan pola hubungan antara pemerintah pusat dengan suatu pemerintah daerah. Setiap perancang perda, terlebih dahulu harus mempelajari dan menguasai aturan hukum positip tentang Undang-Undang suatu Pemerintahan Daerah, Undang-Undang tentang Perundang-undangan, Peraturan pelaksanaan yang secara khusus mengatur tentang perda. Untuk merancang sebuah perda, perancang pada dasarnya harus menyiapkan diri secara baik dan mengusai hal-hal sebagai berikut: a. Analisa data tentang persoalan sosial yang akan diatur. b. Kemampuan teknis perundang-undangan. c. Pengetahuan teoritis tentang pembentukan aturan. d. kualitas perda yang akan dilaksanakan. 2

Bentuk sesuatu hal yang mengatur kehidupan rakyat dalam suatu negara, perlu disusun undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya yang dibuat oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, sama halnya di daerah dimana peraturan daerah di buat oleh Gubernur, Bupati/Walikota dengan persetujuan DPRD, oleh karena itu penyusunan legislasi tentunya tidak luput pada salah satu unsur utama berhasilnya penyelenggaraan pemerintahan negara maupun daerah dengan tersedianya peraturan perundang-undangan yang dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat terciptanya suatu kepastian hukum dalam masyarakat. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD merupakan lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai penyelenggara pemerintahan di daerah. DPRD terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum. Tugas dan wewenang DPRD disesuaikan dengan Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 Tentang Tata Tertib Dewan. Sedangkan fungsi lembaga DPRD terdiri dari tiga fungsi yakni fungsi legislasi, fungsi controlling, dan fungsi budgeting. Fungsi legislasi diwujudkan dalam membentuk peraturan daerah bersama Bupati/Walikota. Fungsi controlling diwujudkan dalam mengawasi pelaksanaan peraturan daerah dan APBD. Dan fungsi budgeting diwujudkan dalam membahas dan menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama Bupati/Walikota. Ketiga fungsi tersebut dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di daerah. Sehubungan dengan kebijakan yang wajib dipatuhi masyarakat daerah, merupakan wujud konkret dari pelaksanaan fungsi legislasi DPRD. 3

Teori politik modern terbagi atas teori demokrasi elitis dan teori demokrasi partisipatif. Menurut pandangan teori demokrasi elitis, dimana suatu masyarakat terbentuk oleh kekuatan-kekuatan yang impersonal. Penekanan utama ilmuwan harold lasswell yaitu adanya fungsi manipulatif dan kemampuan para elit. Pandangan teori demokrasi elitis, yang mengatakan bahwa keberadaan suatu masyarakat demokratis tergantung pada konsensus sosial dengan pandangan pada keseimbangan manusia yang didasarkan atas kebebasan, persamaan dan partisipasi politik 1. Dalam membentuk peraturan perundang-undangan, termasuk perda, harus berdasarkan pada azas pembentukan yang baik yang meliputi, antara lain : 1). Kejelasan Tujuan; 2). Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat; 3). Kesesuaian antara jenis dan materi muatan; 4). Dapat dilaksanakan dengan memuat aspek filosofis, aspek yuridis dan aspek sosiologis. 5). Hasil guna dan daya guna; 6). Kejelasan rumusan; 7). Keterbukaan. Apabila ranperda disusun oleh DPRD berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan., Ranperda dapat disiapkan oleh anggota, komisi, gabungan komisi, atau alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan tata tertib DPRD. Inisistif pengajuan raperda oleh DPRD merupakan hak anggota DPRD (hak inisiatif) yang dijamin oleh undang-undang. Untuk menunjang pembentukan perda, diperlukan peran tenaga perancang peraturan perundangundangan (Legal Drafter) sebagai tenaga fungsional yang berkualitas yang 1 Jazim Hamidi. 2010. Optik Hukum Perda Bermasalah Menggagas Perda yang Responsif dan berkesinambungan. Prestasi Pustaka. Malang. Hal. 49-50 4

mempunyai tugas menyiapkan, mengolah dan merumuskan rancangan peraturan. Apabila ranperda disiapkan oleh pihak pemerintah, maka mekanismenya adalah sebagai berikut: 1. Usulan ranperda berasal dari dinas tekhnis yang berkempentingan dengan pembuatan peraturan daerah tersebut; 2. Usulan dari dinas tekhnis dibahas di biro/bagian hukum untuk diberi pertimbangan-pertimbangan hukum; 3. Jika secara yuridis dianggap tidak ada masalah maka bagian hukum akan memberikan usulan kepada sekertariat daerah; 4. Sekertariat daerah akan membentuk tim asistensi untuk mebahas usulan perda; 5. Dalam pembahasan, tim asistensi dapat melakukan konsultasi dengan staf ahli dan diskusi dengan melibatkan para pihak yang berkepentingan atau yang akan terkena dampak peraturan; 6. Jika sekertariat daerah melalui tim asistensi mengganggap perda layak untuk diajukan maka sekertariat daerah akan mengajukan usul kepada bupati/walikota untuk mengajukan ranperda kepada pimpinan DPRD untuk di kaji, bahas dan ditetapkan 2. Kenyataannya bahwa substansi peraturan daerah seharusnya dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat daerah dalam artian bahwa dengan adanya peraturan daerah tersebut tidak menghambat investasi ke daerah. Maka harapannya bahwa pentingnya melakukan evaluasi peraturan daerah untuk mengetahui segala 2 Komisi pemberantasan Korupsi. Meningkatkan kapasitas Fungsi legislasi DPRD. Hal.24 5

kekurangannya, sebab dampak negatif dari peraturan daerah bermasalah dapat berimplikasi pada menurunnya minat investor yang hendak menanamkan modalnya ke daerah-daerah baik secara langsung maupun tidak langsung 3. Sehingganya keberadaan legislasi baik di tingkat Pusat maupun Daerah seringkali dimaknai oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai ajang untuk memperoleh kesempatan melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat seperti halnya berdasarkan data yang ada bahwa permasalahan keberadaan pembahasan raperda di tingkat legislatif masih lemah berdasarkan kajian raperda dilapangan yang diakibatkan minimnya kualitas dari kajian analisa anggota DPRD terhadap pembahasan raperda dimaksud serta berdasarkan pengamatan penulis dilapangan bahwa keberadaan studi komparatif mengenai perancangan legislasi daerah oleh Anggota DPRD Kota Gorontalo ke daerah lain selama ini tidak maksimal karena tidak semua anggota DPRD Kota Gorontalo memiliki kapasitas dalam berkomunikasi terutama menyangkut persoalan penyusunan rancangan regulasi Kota Gorontalo yang nantinya dibandingkan dengan daerah lain yang menjadi objek studi komparatif karena nantinya hasil yang diperoleh dari studi tersebut selama ini tidak dijalankan dan disesuaikan, hal ini sangat memprihatinkan karena penyusunan rancangan regulasi ini dijadikan dasar melakukan perjalanan dinas ke luar daerah sebagai bahan perbandingan akan tetapi semua itu dianggap hal yang biasa karena setelah kembali dari Studi komparatif ternyata tidak bisa di pertanggungjawabkan dengan melahirkan regulasi yang nantinya benar-benar 3 Jazim Hamidi. 2010. Optik Hukum Perda Bermasalah Menggagas Perda yang Responsif dan berkesinambungan. Prestasi Pustaka. Malang. Hal. Prolog vii. 6

bermanfaat dan lebih menitik beratkan pada pengaturan kepada masyarakat terutama di Kota Gorontalo 4. Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk menulisnya dalam skripsi dengan judul Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Gorontalo Dalam Pembentukan Peraturan Daerah B. Rumusan Masalah Adapun rumusan Masalah yang penulis angkat adalah : 1. Bagaimanakah fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Gorontalo dalam pembentukan peraturan daerah? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Gorontalo dalam pembentukan peraturan daerah? C. Tujuan Penelitian Sebagai wujud tujuan penulis dalam menganalisis suatu penyusunan regulasi di Kota Gorontalo adalah : 1. Untuk menganalisis Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Gorontalo Dalam Pembentukan Peraturan Daerah. 2. Untuk mengindentifikasi dan menganalisis Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi legislasi dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Gorontalo dalam pembentukan peraturan daerah. 4 Sumber data. data observasi awal calon peneliti pada tanggal 12 Mei 2014 dengan melakukan komunikasi terhadap salah satu anggota DPRD Kota Gorontalo Ibu Ramla Bumulo. 7

D. Manfaat Penelitian a). Secara praktis. sebagai bahan masukan kepada berbagai pihak khususnya kepada para calon anggota dan anggota legislative (DPRD) dan kepada mereka yang berkompoten atau berkepentingan dengan fungsi legislasi. b). Secara teoritis. diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi wahana pengaktualisasian ide, konsep dan gagasan-gagasan dalam menyikapi masalah-masalah fungsi legislasi DPRD khususnya dan ketatanegaraan pusat dan daerah pada umumnya serta dapat berguna bagi hukum ketatanegaraan kita di masa sekarang dan dimana yang akan datang. 8