BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Kreatifitas : daya cipta, kemampuan untuk menciptakan. 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju

PEMBENTUKAN IDENTITAS SLANKERS MELALUI PEMAKNAAN TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK. Oleh: ADISTY DWI ANGGRAINI A

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

I. PENDAHULUAN. makhluk individu yaitu makhluk yang hidup untuk dirinya sendiri. Dalam. yang disebut sebagai Sub-budaya atau subkultur.

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Aliran musik Emo merupakan sub aliran dan musil punk rock yang

BAB I PENDAHULUAN. awalnya adalah melalui gaya busana yang dikenakan oleh mereka. Secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai dirinya. Hurlock mengungkapkan konsep-diri terdiri dari dua


BAB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga dengan komunitas. Komunitas merupakan sekumpulan individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seringnya melihat sekelompok remaja berpakaian unik dan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yang berimpitan, lokasi penduduk padat, dan sarana-prasarana memadai serta

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri, manusia itu sendiri yang bertanggung jawab tentang siapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komunitas dapat diartikan sebagai masyarakat community atau masyarakat

yang diturunkan dan generasi ke generasi, semua adat istiadat s e k e l o m p o k m a n u s i a. D e n g a n demikian sebuah

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana model bisnis Distro balita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat

I. PENDAHULUAN. aspek. Banyak masyarakat dari daerah-daerah tertarik dan terinspirasi untuk masuk ke dalam

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan

GAYA BUSANA HARAJAKU DI JEPANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di sektor pemasaran semakin tajam dari hari ke hari, terutama

PROFIL ANAK PUNK. (Studi Kasus di Pasar Gemolong) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa.

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Kab. Sleman yang mengalami juga perkembangan pesat adalah distro. Berdasarkan

Ringkasan Novel Grotesque

Makalah. Analisis Studi Kelayakan Bisnis-Usaha Distro. DI Susun oleh : Joko Purnomo

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI PENUTUP. namun memiliki keuangan yang terbatas. Saat berbelanja di Boutique

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berpikir dan berperasaan

BAB V PENUTUP. teoritis dengan hasil penelitian di lapangan dan juga mengacu pada rumusan

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Bab 1. Pendahuluan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

I. PENDAHULUAN. dan sistem yang masih konservatif di Eropa dan Amerika kurun waktu an. Pergerakan Underground yang didominasi generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. Jepang, sebagai salah satu negara maju di Asia, telah mampu memberikan dampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memiliki suatu kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap orang juga

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Nuke Farida ÿ. UG Jurnal Vol. 7 No. 09 Tahun Kata Kunci: Semiotika Pierce, Iklan, Hedonisme

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu kesatuan yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. produk, atau layanan. semua atribut, baik yang berwujud maupun tidak berwujud.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Budaya populer Jepang beragam, ia mempresentasikan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB V PENUTUP. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

Transkripsi:

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH Gambaran tentang keberadaan komunitas punk di Salatiga pada bab v telah sedikit memberikan gambaran tentang hubungan komunitas punk di Salatiga dengan latar belakang sejarah punk. Pada bab ini pembahasan (penggambaran) dipusatkan pada hubungan komunitas punk Salatiga dengan sejarah. Penggambaran dimulai dari konteks yang melatarbelakngi lahirnya punk di Inggris dan di Salatiga, prinsip-prinsip punk di Inggris dan punk di Salatiga hingga pada penggambaran persamaan dan perbedaan antara punk di Inggris dan punk di Salatiga. 6.1. Konteks Lahirnya Punk, Di Inggris dan Di Salatiga Konteks adalah latar situasi, peristiwa, dan kondisi. Dalam pengertian lain konteks adalah semua situasi dan hal yang terjadi pada saat lahirnya punk baik di Inggris maupun di Salatiga. Meskipun demikian, tidak semua konteks dimasukkan dalam analisis, hanya konteks yang dianggap relevan dan dalam banyak hal berpengaruh terhadap lahirnya punk baik di Inggris maupun di Salatiga. Secara historis Punk lahir di Amerika, dan pada tahun 1970-an komunitas Punk lahir di Inggris. Istilah Punk ditujukan pertama kali pada aliran musik yang muncul pada 1960-an akhir di Amerika Serikat, dengan lirik-lirik sampah dan tidak disusun berdasarkan aturan main yang jelas. Kemudian pada tahun 1970-an Punk lahir dan berkembang pesat di Inggris. Punk di Inggris berkembang karena pada saat itu rakyat Inggris sedang mencari media atau sarana untuk memberontak pada kerajaan Inggris yang disebabkan oleh keadaan perekonomian yang sangat kacau. Kebanyakan dari komunitas Punk pada waktu itu adalah remaja dan pemuda yang berasal dari kalangan kelas pekerja. Melalui gaya hidup, musik dan penampilan, mereka menyampaikan/menyuarakan kondisi yang terabaikan oleh 79

pemerintah Inggris. Mereka membuat kebiasaan yang seolah-olah acuh terhadap budaya yang ada. Punk muncul dengan keadaan yang menyolok dan memperolok kemapanan budaya yang sudah ada dan memberontak dari keadaan yang membosankan, kemudian menawarkan sebuah alternatif pola hidup yang khas dan unik dari komunitas mereka. Atas gaya dan sikap mereka yang demikian media Inggris pernah mencap mereka sebagai sampah. Di Salatiga punk lahir pada sekitar tahun 2001. Melalui proses pengenalan yang dikonfokatori oleh Mahasiswa asal Jakarta kaum muda dan mahasiswa di Salatiga mengenal punk. Dalam rentang waktu antara awal 2003 hingga pada saat penelitian (2007) punk Salatiga telah mengalami perkembangan, bahkan telah menjadi empat komunitas golongan punk yaitu, anarcho punk, glam punk, ska punk dan punk fashion. Pada tahun lahirnya punk di Salatiga ( 2001) kondisi Salatiga jauh berbeda dengan kondisi Inggris saat lahirnya punk. Memang secara umum pada masa ini Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi dan masa ini juga merupakan masa transisi antara orde baru dan orde reformasi setelah keberhasilan organisasi mahasiswa dan organisasi kemasyarakatan menumbangkan rezim otoriter Soeharto. Konteks sosial, politik, ekonomi Indonesia pada sekitar tahun 2001 nampaknya tidak mempunyai pengaruh besar, tetapi sedikit banyak telah cukup berpengaruh terhadap kelahiran punk di Salatiga. Perlu ditegaskan bahwa pengaruh konteks sosial, ekonomi, khususnya politik Indonesia pada awal reformasi setidaknya telah memberi ruang kebebasan bagi ekspresi diri (termasuk berorganisasi ataupun berpendapat) kepada masyarakatnya. Peluang inilah yang sedikit banyak telah membuka kebebasan ekspresi perlawanan yang lahir di Ingris ini dapat pula lahir di Salatiga. Dari gambaran di atas nampak jelas bahwa punk di Inggris lahir sebagai sebuah respon terhadap kondisi terpinggirkan, kondisi tidak diperhatikan oleh pemerintah karena sistem politik ekonomi Inggris yang kacau. Berbeda dengan di Salatiga punk lahir lebih merupakan imitasi/proses meniru sebagaimana dijelaskan pada sejarah berdirinya punk Salatiga pada bab v. Terkait dengan konteks lahirnya punk di Salatiga sepertinya lebih merupakan pemanfaatan 80

sistuasi keterbukaan, sistuasi kebebasan berekspresi pasca reformasi oleh kaum muda terpelajar di Salatiga, yang pada sekitar tahun itu euforia reformasi masih menggebu-gebu khususnya dikalangan mahasiswa. 6.2. Demonstrasi Gaya Berpakaian Sebuah Bentuk Perlawanan Sebagai sebuah gerakan perlawanan kaum muda yang menentang masyarakat yang mapan, selain menyatakan sikap perlawanannya melalui musik salah satu cara yang khas dan unik dalah dengan gaya berpakian dan rambut yang berbeda dengan umumnya. Gaya berpakian merupakan tanda (simbol), juga sebagai bahasa perlawanan. Dalam bahasa yang lain gaya berpakian komunitas punk merupakan ekspresi kemarahan dan frustrasi yang disampaikan melalui gaya berpakian. Gaya berpakian komunitas punk di Inggris lebih mirip dengan gaya berpakian kelas pekerja. Kaum punk menggunakan baju kaos, celana JEAN S, sepatu boot, dan ditambah dengan berbagai asesoris lain untuk menampakkan perlawanan terhadap hal-hal yang normal khususnya gaya berpakian. Gaya berpakian yang demikian dimaksudkan untuk memperolok budaya yang telah mapan, sekaligus sebagai identitas keberpihakan komunitas ini terhadap kelompok pekerja (buruh). Salah satu dari ini perlawanan punk adalah menentang suatu kondisi masyarakat mapan. Punk adalah sebuah gaya yang mengerikan, yang menciptakan suatu paduan hal-hal yang membangkang dan abnormal. Cara-cara yang digunakan adalah dengan menggunakan pin-pin pengaman, gaya rambut, kaos-kaos dengan tulisan-tulisan yang kasar, gambar-gambar anarkis ataupun tarian yang tidak tertatam dan musik-musik yang sengaja dibuat tidak musikal. Dengan cara-cara di atas, punk merusak dan membongkar bahkan menginjak-injak setiap wacana yang relevan. Mereka mekakukan perlawanan simbolis terhadap kondisi hidup yang mapan, terhadap hegemony Negara. Sebagaimana lahirnya punk di Inggris dimana tema-tema perlawanan melalui gaya berpakian menjadi identitas perlawanan demikian juga dengan punk di Salatiga. Punk di Salatiga mendemonstrasikan gaya berpakian yang juga 81

memperolok gaya berpakian yang mapan (masyarakat mapan) dan menunjukkan keberpihakan mereka terhadap kelompok pekerja dan kaum tertindas. Komunitas punk di Salatiga menggunakan, sepatu-sepatu yang biasanya dipakai oleh kelompok pekerja (buruh) bahkan terdapat juga diantara mereka yang menggunakan sandal jepit, kaos-kaos dan celana jeans lokal yang sobek atau terlihat seperti ditambal. Selain itu pakian-pakian yang digunakan tidak pernah tampak tampak mewah dan rapi sebagaimana yang berlaku umumnya dalam kehidupan masyarakat Salatiga. Gaya berpakian komunitas Punk baik di Inggris ataupun di Salatiga adalah sebagai tanda, juga sebagai bahasa. Gaya berpakian kaum Punk dimaksudkan untuk memperolok budaya mapan, sekaligus keberpihakan terhadap masyarakat pekerja. Punk adalah suatu gaya yang mengerikan yang menciptakan suatu panduan hal-hal yang membangkang dan abnormal. 6.3. Prinsip-Prinsip Punk Salatiga Menurut Hebdigge, Punk di Inggris bukan sekedar merespons krisis kemunduruan Inggris yang termanifestasi dalam pengangguran, kemiskinan, dan perubahan standar moral; yang dilakukan Punk adalah men-dramatisasikan-nya. Punk menggunakan bahasa media tentang krisis, mendaur ulang bahasa itu dengan ekspresi tubuh dan visual. Gaya Punk adalah ekspresi kemarahan dan frustrasi yang disampaikan dalam sebuah bahasa yang tersedia untuk umum yang kemudian ditandai ulang, dihubungkan dengan sekumpulan masalah kotemporer. (Barker, 1999 : 434). Demonstrasi gaya berpakian yang dilakukan oleh Punk di Inggris dengan simbol keras, kemudian melalui proses imitasi Punk telah berkembang di berbagai belahan dunia lain termasuk di Salatiga. Pada prinsipnya punk mempunyai perjuangan yang sama, akan tetapi karena adanya komunitas yang hanya mengambil gaya dandanan punk tanpa mengambil spiritnya telah cukup mempengaruhi cara pandang sebagaian orang terhadap komunitas punk. Seperti diungkapkan oleh Daniel bahwa: 82

Untuk masalah keterkaitan dengan sejarah karena banyak juga yang hanya meniru gaya dandanan punk akhirnya ada pandangan yang mengatakan tidak ada hubunganan antara Punk di Inggris dengan Punk di Salatiga. Karena itu tidak salah juga jika Punk di Salatiga dilihat hanya sebagai bentuk fashion Punk, bukan sebagai gerakan sosial. Tetapi jika melihat intinya (substansinya) terdapat banyak tindakan dari anggota komunitas punk yang mencerminkan suatu tindakan pembelaan terhadap kaum pekerja, ataupun dalam bentuk ketidak setujuan lain yang sama dengan apa yang dilakukan di Inggris 1. Ada pandangan bahwa komunitas Punk di Salatiga hanya sebagai pelarian dari anggota-anggotanya untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungannya. Menurut Daniel ada pandangan bahwa punk di Salatiga bukanlah komunitas yang memperjuangkan suatu keberadaan kaum pekerja sebagaimana di Inggris. Karena saat ini (2007), tidak jarang ditemukan komunitas yang mengaku dirinya sebagai bagian dari komunitas Punk namun menggunakan gaya berpakian yang tidak mewakili kepentingan kaum proletar. Banyak dari mereka mengaku dirinya Punk akan tetapi mereka hanya memamerkan keberadaan mereka. Inilah yang menjadi dasar bagi pandangan-pandangan yang ada. Di Salatiga sendiri banyak yang menggunakan berbagai kaos dengan merk tertentu, celana jeans dengan merk LEVIS, bahkan mereka memakai sepatu dengan label Dr. Martin. Celana Levis dan Sepatu Dr. Martin merupakan sebuah simbol atau alat yang dulu (sejarah) adalah yang dikenakan oleh sebuah komunitas dalam gerakan sosial di Inggris. Jika menilik sejarah keberpihakan komunitas yang memperjuangkan keberadaan kaum proletar, maka komunitas Punk di Salatiga seharusnya hanya mengenakan kaos ala kadarnya, dengan celana jeans yang lebih murah, sepatu atau bahkan sandal yang menggambarkan atau mewakilkan kaum pekerja yang diperjuangkan di Indonesia, bukan seperti di Inggris. 1 Dikutip berdasarkan hasil wawancara bersama salah satu anggota komunitas Punk bernama Daniel. 83

Walaupun demikian anggota komunitas Punk di Salatiga, mempunyai anggapan bahwa punk Salatiga mempunyai hubungan atau kedekatan yang erat dengan sejarah Punk. Mereka (komunitas Punk) memandang bahwa Punk di Salatiga juga merupakan bentuk perjuangan (gerakan Sosial). Punk di Salatiga juga merupakan suatu bentuk perjuangan (gerakan sosial), tidak hanya diam (cuek), Punk Salatiga juga melakukan pergerakanpergerakan yang memang pada dasarnya adalah tindakan atau cerminan ketidak setujuan dari sikap atau pemerintahan di Indonesia 2. Bagi komunitas Punk di Salatiga mereka mempunyai hubungan yang erat dengan sejarah kemunculan Punk di Inggris. Walaupun berada di kota kecil punk di Salatiga tetap terus melakukan pergerakan yang mencerminkan ketidak setujuan dengan pemerintah. Berdasarkan pada dua gambaran singkat antara gaya berpakian punk Inggris dan punk di Salatiga nampaknya keduanya memiliki persamaan. Terutama jika dikaitkan dengan prinsip-prinsip perlawanan, pemberontakan terhadap budaya mapan ataupun pada keberpihakan terhadap kelompok masyarakat pekerja. Baik Punk di Inggris ataupun di Salatiga nampaknya memiliki prinsip perlawanan dan keberpihakan yang sama. Walaupun pada prinsip perjuangan antara punk di Inggris dan punk di Salatiga hampir sama, namun terdapat berbagai kondisi yang kiranya sedikit membedakan keduanya. Faktor yang berpengaruh adalah budaya serta kondisikondisi yang berbeda antara apa yang dihadapi Punk di Inggris dan komunitas Punk di Salatiga. Misalnya, kebiasaan perlawanan keras yang ciri bagi komunitas Punk di Inggris, sedangkan di Salatiga bentuk perlawanan masih terbatas pada demonstrasi gaya berpakian ataupun demonstrasi massa. Dalam gaya dandanan misalnya punk di Inggris menggunakan pakian dengan merek levis dan sepatu boot Dr. Martin sebagai representasi buruh di Inggris sedangkan di Salatiga gaya dandanan punk lebih merupakan representasi kelas pekerja di Salatiga. Komunitas punk memakai celana yang sobek dan lusuh dengan sepatu 2 Dikutip berdasarkan hasil wawancara bersama salah satu anggota komunitas Punk di Salatiga bernama Rudy. 84

yang pada intinya menunjukkan keberpihakan kepada kelompok masyarakat bawah masyarakat pekerja. Dengan berbagai ulasan di atas maka, walaupun kemunculan dan gaya berpakian didramatisasikan dengan menyesuaikan dengan kondisi-kondisi di Indonesia dapat dikatakan komunitas Punk di Salatiga termasuk pada prinsipnya memiliki keterkaitan yang erat khususnya jika ditinjau dari prinsip-prinsip dan nilai-nilai perjuangannya. Khususnya terkait dengan prinsip pemberontakan, sikap ketidak setujuan hingga pada keberpihakan terhadap kelompok pekerja. 6.4. Persamaan, dan Perbedaan Berdasarkan gambaran-gambaran baik pada bab v tentang keberadaan punk di Salatiga ataupun pada bab ini, tampak beberapa persamaan hingga perbedaan antara punk di Inggris dan punk di Salatiga. Oleh karena itu pada akhir bab ini digambarkan tentang persamaan dan perbedaan komunitas punk di Inggris dan punk di Salatiga. Ini dimaksudkan untuk menggambarkan secara ringkas tentang bagaimana hubungan antara lahinya punk di Salatiga dan sejarah lahir dan hidupnya punk di Inggris. 85

Tabel 6.5. Hubungan dan Perbandingan Sejarah Kemunculan Punk dan Komunitas Punk di Salatiga 86

Kembali ditegaskan bahwa sebagaimana telah ditampilkan dalam tabel 6.2 di atas bahwa pada prinsipnya agenda-agenda perlawanan dan ketidak setujuan punk di Salatiga dapat dikatakan sama dengan punk di Inggris. Walaupun pada konteks lahirnya punk di Salatiga lebih merupakan pemanfaatan atas ruang kebebasan namun semangat kelahiran punk di Inggris dapat ditemukan di komunitas Punk Salatiga. Selain itu walaupun demontrasi gaya berpakian telah disesuaikan dengan budaya Indonesia namun tetap memperlihatkan keberpihakan terhadap kelompok pekerja sebagaimana keberpihakan punk di Inggris. 87