akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan jumlah perusahaan go public. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. kantor akuntan publik juga untuk menjamin informasi yang diberikan. pihak pengguna laporan keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Watkins dkk. (2004) telah mengidentifikasi empat buah definisi

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang

BAB I PENDAHULUAN. kinerja sebuah perusahaan. Penyampaian laporan keuangan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik.

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri sehingga diperlukan pihak yang independen, dalam hal ini akuntan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (Susan dan Trisnawati, 2011). Di dalam. mendapatkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi finansial perusahaan yang dapat menggambarkan prospek

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik (SPAP), SA Seksi 431 (2001: 431.1), disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan Keuangan merupakan sarana bagi investor untuk menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan tentunya dapat mengurangi kualitas keputusan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan kepada pihak luar, dimana pihak luarpun memerlukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori agensi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara principal dan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pribadi, sementara pihak ketiga, yaitu pihak eksternal selaku pemakai

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pelayanan akuntansi kepada masyarakat. UU no 5 tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB V KESIMPULAN. Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran KAP, ukuran klien, pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi dalam teori keagenan (Agency Theory). Teori keagenan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan standar-standar dan prinsip-prinsip audit, bersikap bebas tanpa

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan sebagai suatu gambaran prestasi kerja mereka. Laporan ini

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu keharusan bagi sebuah perusahaan, utamanya perusahaan-perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Auditor Opinion, Auditor Tenure dan. membutuhkan Kajian Teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Jasa audit atas laporan keuangan atau lebih tepat disebut

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa hal yang berkaitan dengan Komite Audit dalam perusahaan:

BAB I. Pendahuluan. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam. perusahaan, investor, kreditur, pemerintah, dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengambilan keputusan baik pihak internal. eksternal (Jensen dan Meckling, 1976) dalam (Arsih dan

BAB 1 PENDAHULUAN. keharusan bagi sebuah perusahaan, utamanya perusahaan-perusahaan yang sudah

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008, membuat pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. hukum perusahaan di negara tersebut. Perkembangan perusahaan go public di

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan keuangan. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan

BAB 1 PENDAHULUAN. investor maupun kreditor untuk melakukan penanaman saham. meningkatnya kebutuhan investor atas laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. menjembatani benturan kepentingan antara pihak principal (pemegang saham)

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan dan posisi keuangan perusahaan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Abstrak. Kata Kunci: audit tenure, audit fee, rotasi auditor, spesialisasi auditor, umur publikasi perusahaan, kualitas audit.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen

BAB I PENDAHULUAN. (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang semakin berkembang saat ini, tidak hanya membutuhkan modal

BAB I PENDAHULUAN. Segala bentuk kegiatan dan keputusan investasi di pasar modal akan

BAB I PENDAHULUAN. saja bagi dunia bisnis tetapi juga masyarakat luas (Wibowo dan Hilda,2009).

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kebutuhan akan jasa akuntan publik disebabkan oleh keinginan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modal pada perusahaan tersebut. Untuk memperoleh modal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. principal) dengan kepentingan berbeda tersebut (Lee, 1993: 50, 65), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai perusahaan yang sudah Go public, perusahaan tentunya

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi keuangan perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban manajemen kepada stakeholder, terutama kepada pemilik

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. investor, kreditor dan pemerintah untuk menilai kinerja dan melihat kondisi

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan oleh perusahaan. ISA (International Standard on Auditing) menegaskan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha pada mulanya merupakan perusahaan perseorangan atau

BAB I PENDAHULUAN. tentang keadaan perusahaan. Hassan & Ahmed (2012) menyatakan bahwa laporan

BAB I PENDAHULUAN. investor atau pihak lain untuk mengetahui aktivitas ekonomi yang telah dilakukan

BAB II LANDASAN TEORITIS. dua perusahaan yang kantor akuntan publiknya berbeda, ketidakpuasan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. Bank Global, PT Kimia Farma, PT Indo Farma, PT Telkom, PT Pakuwon

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 Tipe Opini Auditor. 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi (IAI, 2012). Pengguna laporan keuangan dapat meliputi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan atau menilai posisi dan kegiatan keuangan dari suatu perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akuntan publik adalah pihak independen yang dianggap mampu

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. dilakukan oleh manajemen adalah manajemen laba (earnings management),

BAB I PENDAHULUAN. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009:1). Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengaudit laporan keuangan yang di butuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan

BAB I PENDAHULUAN. maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan pada

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Audit Kualitas audit dapat diartikan sebagai bagus atau tidaknya suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan go public. Dalam kepemilikannya, perusahan go public

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. dari pengaruh. Mulyadi (2002) dalam Febriyanti dan Mertha (2014) pendapatnya dengan pertimbangan yang objektif.

BAB I PENDAHULUAN. Makin banyaknya jumlah perusahaan yang go public menyebabkan arus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada umumnya perkembangan perusahaan publik berpengaruh terhadap

eksekutif perusahaan tersebut dengan melakukan window dressing / mempercantik laporan keuangan. Atas skandal Satyam, maka akuntan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi mempunyai berbagai pemangku kepentingan. (stakeholders). Kepentingan mereka bisa sama, bisa berbeda, bahkan bisa

Transkripsi:

14 keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi auditor sangat penting dan sentral sebagai pihak netral yang memberikan pengesahan atas laporan keuangan yang akan dipakai oleh para pengguna laporan keuangan dan pemegang saham untuk mengambil keputusan. Karena itu tuntutan untuk menghasilkan audit yang berkualitas tidak bisa dilepaskan dari profesi seorang auditor. Selain itu, seorang auditor juga harus mempertimbangkan pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan, SPAP SA seksi 431 menyatakan bahwa penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas hal-hal material. Hal-hal tersebut mencakup bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan, serta catatan atas laporan keuangan, yang meliputi istilah yang digunakan, rincian yang dibuat, penggolongan unsur dalam laporan keuangan, dan dasar-dasar yang digunakan untuk menghasilkan jumlah yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Auditor harus mempertimbangkan apakah masih terdapat hal-

15 hal tertentu yang harus diunagkapkan sehubungan dengan keadaan dan fakta yang diketahui pada saat melakukan audit. 2.1.3 Kualitas Audit Istilah kualitas audit dapat memiliki makna yang berbeda tergantung dari sudut pandang penerima atau pemberi jasa audit. Entitas pemilik maupun pihak pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas audit terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji material atau kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan auditan. Sedangkan para auditor memandang kualitas audit terjadi apabila mereka berkerja sesuai standar profesional yang ada, dapat menilai resiko bisnis audit dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi dan meghindari kajatuhan reputasi auditor (Sinaga, 2012). De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai sebuah kemungkinan bahwa auditor akan mendeteksi dan melaporkan salah saji material. Proses pelaporan yang dilakukan oleh auditor tergantung kepada independensi auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut. Kualitas audit terdiri atas kualitas sebenarnya (actual) dan dirasakan (perceived). Actual Quality adalah tingkat dimana resiko dari pelaporan salah saji material dalam rekening keuangan berkurang, sementara Perceived Quality adalah seberapa efektif pengguna laporan keuangan percaya bahwa auditor telah mengurangi salah saji material. Perceived audit quality yang lebih tinggi dapat membantu mempromosikan investasi pada klien yang diaudit (Sinaga, 2012).

16 Diantara sasaran utamanya, yang ingin dicapai dari kualitas audit adalah meningkatkan kualitas dari tugas pelaporan keuangan manajemen (Al-Thuneibat et al., 2011). Meningkatkan kualitas dari pelaporan keuangan menambah nilai bagi laporan-laporan yang dijadikan alat bagi investor untuk memperkirakan nilai dari perdagangan saham. Peningkatan kualitas adalah sebuah fungsi tidak hanya deteksi auditor atas salah saji material, tetapi juga perilaku auditor terhadap deteksi ini. Maka dari itu, jika auditor memperbaiki salah saji material yang ditemukan, kualitas audit yang lebih tinggi dihasilkan, sementara itu kegagalan untuk memperbaiki salah saji material dan belum mampu mengeluarkan laporan audit yang bersih, menghalangi peningkatan kualitas audit (Al-Thuneibat et al., 2011). Palmrose (1988) dalam Suprapto (2013) mendefinisikan kualitas audit dalam hal tingkat jaminan (assurance). Karena tujuan dari audit untuk memberikan jaminan terhadap laporan keuangan, maka kualitas audit merupakan probabilitas bahwa laporan keuangan tidak mengandung salah saji yang material. Jaminan yang diberikan bukan bersifat absolut tapi relatif dengan adanya batasan materialitas ditetapkan auditor. Definisi ini menggunakan hasil audit, yaitu keandalan laporan keuangan auditan untuk mencerminkan kualitas audit. Menurut Widiastuty dan Febrianto (2011) Kualitas audit tidak bisa dipastikan sama antar penugasan karena ada dua sisi yang mempengaruhinya: auditor dan klien. Kepemilikan sumber daya audit yang besar oleh auditor tidak mesti akan menghasilkan sebuah laporan keuangan yang bebas dari kecurangan. Auditor sendiri memiliki persepsi awal tentang klien, seperti risiko pengauditan

17 atas klien. Auditor yang salah persepsi tentang risiko bisnis klien akan menghasilkan pendapat yang juga keliru. Pasokan informasi dari klien turut mempengaruhi pekerjaan auditor. Selain itu adalah konflik keagenan di dalam diri klien. Konflik itu tidak akan sama setiap tahun walau juga tidak setiap tahun akan berubah misalnya karena perubahan komposisi kepemilikan atau keluar / masuk bursa saham. Selanjutnya Widiastuty dan Febrianto (2011) juga menyatakan bahwa menggunakan besaran akrual diskresioner atau akrual abnormal yang sekarang banyak digunakan untuk mengukur kualitas laporan keuangan sebagai surogasi kualitas audit lebih sesuai sebagai proksi kualitas audit, karena audit yang berkualitas adalah audit yang membuat perusahaan tidak melaporkan akrual diskresioner yang abnormal. Widisatuty dan Febrianto (2011), juga menyatakan bahwa pendapat yang mendukung akrual diskresioner dapat menjadi proksi kualitas audit karena auditor juga memiliki tugas untuk memastikan bahwa laporan keuangan bebas dari kecurangan. Tugas auditor saat ini, menurut mereka, beralih kepada aspek legal (dalam hal ini mengacu kepada GAAP). Ekspektasi pengguna laporan keuangan tetap berpegang kepada kemampuan auditor menemukan dan melaporkan kecurangan. Salah satu ukuran kecurangan di dalam akuntansi adalah besaran akrual diskresioner.

18 2.1.3.1 Proksi Pengukuran Kualitas Audit Knechel et al (2012) menyatakan bahwa persepsi audit yang berkualitas sangat tergantung pada pandangan yang menilainya. Pandangan seorang auditor dan pandangan stakeholders akan kualitas audit sangat berbeda. Misalnya kualitas audit menurut auditor adalah ketika auditor mampu menyelesaikan pekerjaan audit sesuai dengan metodologi audit yang ditetapkan oleh KAP, sedangkan menurut regulator, kualitas audit adalah melaksanakan audit sesuai dengan standar profesional yang ditetapkan. Perbedaan pandangan akan definisi kualitas audit menyebabkan beragam definisi kualitas audit. Pada penelitian ini kualitas audit akan menggunakan proxy dari discretionary accruals. 2.1.3.1.1 Konsep Akrual Laporan keuangan harus disajikan pada periode yang tepat agar bisa mendukung ketetapan pengambilan keputusan oleh pihak manajemen. Warren et al (2008) menyatakan bahwa untuk menentukan periode laporan keuangan yang tepat, akuntan menggunakan: 1. Akuntansi dasar kas Pada dasar kas (cash basis), pendapatan dan beban dilaporkan dalam laporan laba rugi pada periode dimana kas diterima atau dibayarkan. 2. Akuntansi dasar akrual

19 Pada sadar akrual (accrual basis), pendapatan dan beban dilaporkan dalam laporan laba rugi pada periode saat pendapatan tersebut dihasilkan (earned) Standar akuntansi mengharuskan laporan keuangan dibuat berdasarkan dasar akrual. Statement of financial Accounting Concept No.1 menyatakan bahwa: informasi mengenai laba perusahaan berdasarkan akuntansi akrual biasanya memberikan indikasi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas saat ini dan masa depan yang lebih baik dibandingkan dengan informasi yang dibatasi oleh aspek keuangan berupa penerimaan dan pembayaran kas Menurut Wild et al (2004), akuntansi akrual bertujuan untuk memberikan informasi kepada pemakai mengenai konsekuensi aktivitas usaha terhadap arus kas perusahaan di masa depan secepat mungkin dengan tingkat kepastian yang layak. Hal ini dapat dicapai dengan mengakui pendapatan dan beban pada saat terjadi, tanpa memperhatikan apakah terdapat arus kas pada saat yang bersamaan. Pemisahan pengakuan pendapatan dan beban dengan arus kas difasilitasi dengan penyesuaian akrual yang menyesuaikan arus kas masuk dan keluar untuk memperoleh pendapatan dan beban. Penyesuaian akrual dicatat setelah membuat asumsi dan estimasi yang layak tanpa mengorbankan keandalan informasi akuntansi secra material. Penilaian merupakan bagian terpenting dari akuntansi akrual, serta mekanisme aturan dan institusi yang diciptakan untuk memastikan keandalannya. Menurut DeAngelo

20 (1986) dalam Gemala (2012) konsep akrual terdiri dari dua komponen yaitu discretionary accruals dan non-discretionary accruals. 2.1.3.1.1.1 Discretionary Accruals Discretionary accruals merupakan kebijakan akuntansi yang memberikan keleluasaan kepada manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara flexibel, atau dengan kata lain, metode discretionary accruals memberikan peluang kepada manajer untuk memperbaiki profit laba sesuai dengan keinginannya (Friedlan 1994) dalam Gemala (2012). Misalnya, pada akhir tahun buku perusahaan mengetahui bahwa suatu piutang tertentu tidak dapat ditagih. Perusahaan dapat melakukan pencatatan kapan piutang tersebut dihapuskan, pada periode buku sekarang atau pada tahun buku berikutnya. 2.1.3.1.1.2 Non Discretionary Accruals Non discretionary accruals adalah bagian akrual yang variasinya dapat dijelaskan oleh variasi fenomena ekonomik perusahaan. Ketika aset makin besar maka akrual terkait aset (contoh: depresiasi) juga akan makin besar. Non discretionary accruals terjadi karena non-kebijakan manajemen, misalnya peningkatan penjualan secara kredit seiring dengan pertumbuhan perusahaan (tanpa perubahan kebijakan). Oleh karena non discretionary accruals merupakan akrual yang wajar, dan apabila dilanggar akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan (tidak wajar) maka non discretionary ini tidak relevan untuk menjadi proksi kualitas audit dalam penelitian ini. Oleh karena itu bentuk akrual yang akan

21 menjadi proksi kualitas audit dalam penelitian ini adalah bantuk discretionary accruals yang merupakan akrual tidak normal dan merupakan pilihan kebijakan manajemen dalam pemilihan metode akuntansi. 2.1.4 Pergantian KAP (Audit Switching) Pergantian Auditor (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien dapat disebabkan oleh beberapa faktor, menurut Halim (1997:79-80), pergantian auditor (KAP) dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya: a. Merger Dua Perusahaan yang KAP-nya Berbeda Dua perusahaan yang melakukan merger yang diaudit oleh KAP yang berbeda dapat berakibat pada kantor akuntan yang mengaudit perusahaan merger tersebut. Mereka dapat meneruskan pada salah satu kantor akuntan terdahulu, atau bahkan menunjuk kantor akuntan yang sama sekali baru, misalnya KAP yang lebih besar. b. Ketidakpuasan Terhadap KAP yang Lama Berpindahnya sebuah perusahaan/klien untuk menunjuk KAP yang baru bisa diakibatkan karena perusahaan tersebut tidak puas terhadap KAP yang lama. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa sebab. Ada empat penyebab ketidakpuasan klien terhadap KAP lama yaitu: 1) klien merasa fee KAP lama terlalu tinggi

22 2) klien membutuhkan jasa professional yang lebih luas dan tidak sekedar audit atas laporan keuangan saja, tetapi jasa profesi lainnya seperti konsultasi pajak, dan konsultasi manajemen. 3) Klien mencari KAP yang kredibiltasnya tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangannya di mata para pemakai. 4) Tuntutan suatu lembaga berwenang, misalnya BAPEPAM, direktorat jenderal pajak, agar laporan keuangannya diaudit oleh KAP yang berlisensi dari lembaga tersebut. c. Merger Antar KAP Adanya merger dari dua atau lebih KAP dapat berakibat berpindahnya klien yang mereka miliki sebelumnya. Bisa terjadi karena merger, KAP tersebut menjadi lebih besar dan klien tidak dapat mengimbangi keinginan KAP yang merger tersebut, klien berpindah ke KAP yang lain. Fusco (2006) menegaskan kembali bahwa alasan yang mengikuti pergantian auditor tidak selalu negatif. Menurutnya, perusahaan cenderung mencari auditor yang lebih sesuai dengan ukuran perusahaan saat ini dan lebih memahami tentang industri serta kegiatan operasional perusahaan. Selain itu, adanya perubahan dalam manajemen perusahaan serta merjer antar KAP yang mengaudit juga menjadi alasan penggantian auditor. Mardiyah (2002) menyatakan dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah KAP adalah faktor klien (Client-related Factors), yaitu: kesulitan

23 keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO) dan faktor auditor (Auditor-related Factors), yaitu: fee audit dan kualitas audit. Kadir (1994) mengemukakan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa perusahaan berpindah KAP, yaitu perspektif auditor dan perspektif perusahaan. 2.1.5 Audit Tenure (Perikatan Audit yang Lama dengan Klien) Audit tenure adalah masa jabatan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Ketentuan mengenai audit tenure telah dijelaskan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 yaitu masa jabatan untuk KAP paling lama 5 tahun berturut-turut. Sementara itu, menurut seksi 203 Sarbanes Oxley Act of 2002 yang merupakan amandemen dari seksi 10A The Security Exchange Act of 1934 (15 U.S.C. 78j 1) membatasi auditor dalam memberikan jasa auditnya sampai dengan 5 tahun Pengaruh lama ikatan dengan klien terhadap kualitas audit sangat bertentangan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa lama ikatan dengan klien mereduksi independensi auditor dan objektifitas, dan oleh karena itu sebaiknya klien secara suka rela melakukan rotasi KAP, Adibowo (2009) menyatakan bahwa rotasi auditor itu akan meningkatkan kualitas audit dan independensi audit melalui suatu pengurangan pengaruh klien terhadap auditor, tetapi disisi lain ada yang beranggapan bahwa kualitas audit bertambah seiring dengan lamanya ikatan