BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. wirausahawan menawarkan kesempatan kepada individu untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengangguran terutama pengangguran yang berasal dari lulusan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. menuju keadaan yang lebih baik pada kurun waktu tertentu dan dengan adanya. pembangunan ekonomi dari suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berwirausaha dapat pula membukakan lapangan pekerjaan baru bagi orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Teknologi (IPTEK) yang semakin kompleks di berbagai bidang kehidupan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan kerja terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi

sampel yang digunakan sebanyak 180 responden, dengan menggunakan teknik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk mendapatkan peluang kerja yang kian terbatas. Bukan saja yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Horne (Mulyasana, 2011, h. 5) menyatakan bahwa : peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran sudah menjadi masalah klasik dan seakan-akan tidak pernah

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI. Oleh : NIKI FEBRIANI F

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. berdampak keras terhadap perekonomian Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengamalkan ilmu pengetahuan, keterampilan yang telah didapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

semakin sulit dan kecil peluangnya akibat krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gugun Ruslandi, 2016 Pengaruh Program Mahasiswa Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mahasiswa yang selesai menempuh jenjang pendidikan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Aditya Anwar Himawan, 2014 Sikap Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Wirausahawan atau Entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. 1 SD ke bawah , , ,69. 2 Sekolah Menengah Pertama , ,

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. orang lain, lingkungan dan masyarakat, berwirausaha akan memberikan peluang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu persoalan nasional yang sampai saat ini belum terpecahkan adalah masalah pengangguran yang diperkirakan akan tetap mewarnai ketenagakerjaan Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu sebanyak 761 juta orang dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 6,32 persen, menunjukkan jumlah pengangguran masih relatif tinggi. Namun, jumlah pengangguran dan kemiskinan sebenarnya dapat diperkecil dengan keberanian membuka usaha-usaha baru atau berwirausaha (Badan Pusat Statistik RI, 2012). Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) pada tahun 2011, dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi, khususnya pengembangan kewirausahaan di seluruh tanah air. Dengan adanya GKN diharapkan generasi muda memiliki minat untuk menjadi wirausahawan. Intensi berwirausaha di Indonesia masih sangat rendah. Jumlah wirausahawan di Indonesia baru 0,18 persen dari jumlah penduduk, masih jauh di bawah negara lain yaitu dibandingkan dengan Malaysia yang sudah 2 persen, Amerika 4 persen, dan Singapura 7 persen. Suatu negara akan maju dan stabil perekonomiannya jika penduduk yang menjadi wirausahawan minimal 2 persen dari jumlah penduduk (www.jpnn.com, 2011).

2 Berdasarkan permasalahan ini, kehadiran dan peranan wirausaha tentu saja akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan perekonomian dan perbaikan pada keadaan ekonomi di Indonesia. Menjadi wirausaha berarti memiliki kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang mengumpulkan sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang - peluang yang telah ada. Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani dan mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan (Kasmir, 2009). Sikap, perilaku dan intensi berwirausaha seorang mahasiswa dipengaruhi oleh pertimbangan berbagai aspek mengenai pilihan karir sebagai wirausahawan. Pertimbangan atas pilihan karir tersebut dapat berbeda-beda tergantung preferensi terhadap risiko yang akan mereka tanggung kemudian. Mahasiswa yang takut untuk mengambil risiko ( risk averter) cenderung untuk memilih menjadi pegawai swasta, PNS, atau pegawai BUMN sebagai pilihan karir sedangkan bagi mahasiswa yang berani mengambil risiko untuk meninggalkan zona nyaman cenderung akan memilih menjadi seorang wirausahawan sebagai pilihan karirnya (Lastari dan Wijaya, 2012).

3 Intensi berwirausaha adalah keinginan/niat yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan wirausaha (Wijaya, 2007). Niat yang berasal dari dalam diri seseorang yang kemudian akan mendorongnya untuk melakukan suatu tindakan. Menurut Deputi Pengembangan Kewirausahaan Kementrian Koperasi Taty Arianti, bahwa hasil riset yang dilakukan pada tahun 2012 menunjukkan lulusan sarjana kalah telak dibandingkan lulusan sekolah dasar (SD) dalam hal memulai menjadi pengusaha. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dari kementrian pendidikan, lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU) yang berniat jadi pelaku usaha kecil menengah (UKM) hanya 22,63% dan lulusan sarjana hanya 6.14%. Sedangkan lulusan SD dan SMP mencapai 32,46% ( Suara Pengusaha.com- Sabtu,7/4/2012). Kondisi ini menggambarkan intensi berwirausaha jika dilihat dari tingkat pendidikan, yang mana lulusan SD memiliki persentase cukup tinggi dibandingkan lulusan perguruan tinggi. Jika dilihat dari pengetahuan dan wawasan yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan di perguruan tinggi lebih banyak jika dibandingkan dengan lulusan sekolah dasar. Polemik yang terjadi dikalangan mahasiswa, adalah ketakutan untuk memulai, dan tidak ada pengalaman, berbicara mengenai pengalaman, lulusan perguruan tinggi tidak akan memiliki pengalaman berwirausaha, jika ia tidak pernah mencoba, baik semasa masih kuliah atau setelah lulus. Mahasiswa yang telah terjun langsung didunia bisnis memiliki nilai tambah tersendiri, tak hanya pada keterampilan yang

4 telah mereka peroleh, banyak hal lain seperti pengetahuan, pengalaman, jiwa entrepreneur yang telah tertanam, sehingga tidak akan sulit bagi mereka jika telah lulus dari perguruan tinggi untuk mencari kerja, namun bisa menciptakan lapangan kerja yang baru. Sehingga dengan demikian diharapkan akan dapat meningkatkan jumlah wirausahawan baik dikalangan mahasiswa maupun yang telah lulus dari perguruan tinggi dan diharapkan mampu mengurangi angka pengangguran. Disisi lain dunia wirausaha kiranya belum menjadi alternatif yang menarik bagi kebanyakan mahasiswa Indonesia sebagai pilihan karirnya. Program pengembangan budaya kewirausahaan di perguruan tinggi sangat tepat sebagai salah satu usaha untuk menghentikan atau setidaknya mengurangi jumlah angka pengangguran yang berasal dari perguruan tinggi. Beberapa perguruan tinggi telah banyak menjalankan program pengembangan kewirausahaan ini. Adapun programnya seperti : mengadakan kuliah kewirausahaan pada semua jurusan sebagai salah satu mata kuliah wajib, kuliah kerja usaha, karya alternatif mahasiswa, inkubator wirausaha baru, magang kewirausahaan serta klinik bisnis dan penempatan kerja (Dikti, 2004). Inkubator wirausaha baru, merupakan salah satu program yang baru diterapkan di kampus UIN SUSKA Riau, namun untuk program yang lainnya belum tampak begitu jelas. Penyelenggaraan program tersebut diharapkan dapat sebagai stimulasi bagi mahasiswa dalam pemilihan karirnya, yang dalam hal ini akan menumbuhkan keinginan untuk berwirausaha. Hal lain yang juga dapat memotivasi mahasiswa seperti menjadikan kuliah kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib setiap

5 jurusan, sehingga wirausaha bukanlah hal baru bagi mahasiswa. Namun di kampus UIN SUSKA Riau, mata kuliah kewirausahaan hanya ditemukan pada beberapa jurusan saja, seperti di Psikologi, FEKONSOS dan Teknik. Seperti pada Fakultas Teknik mata kuliah kewirausahaan hanya sebagai mata kuliah pilihan saja, jadi tidak dituntut bagi semua mahasiswa untuk mengikutinya, hanya bagi yang berminat dibidang itu saja. Secara teknis dukungan untuk bidang kewirausahaan bagi mahasiswa UIN SUSKA Riau masih sangat minim. Salah satu ciri yang harus ada pada seorang entrepreneur adalah keberanian mengambil risiko dalam menangani usaha dengan berpijak pada kemampuan dan kemauan sendiri. Ini menunjukkan bahwa faktor psikologis ikut berperan, salah satunya kepribadian, yang mana dalam berwirausaha harus berani mengambil resiko dari apa yang dilakukan dengan trait sensation seeking. Sensation seeking didefinisikan oleh Zuckerman (1979 ), sebagai suatu kebutuhan untuk suatu perubahan, pengalaman baru, luar biasa dan kompleks,dan kesediaan untuk mengambil risiko fisik dan risiko sosial untuk memperoleh sebuah pengalaman. Orang yang mempunyai sensation seeking tinggi cenderung melakukan hal-hal yang berisiko dan berani. Dari sini bisa dilihat bahwasanya orang yang berwirausaha diharuskan mempunyai jiwa pemberani dan berani mengambil risiko jika mengalami kerugian. Selain itu, juga diharuskan mempunyai pengalaman yang banyak untuk memahami dunia bisnis, dengan begitu koneksi dan jaringan pertemanan semakin banyak.

6 Individu dengan trait sensation seeking tinggi akan memilih wirausaha sebagai salah satu dari pemilihan karirnya, dan memiliki keberanian untuk menanggung risiko dari keputusan yang telah diambil dan tidak takut pada kegagalan dengan harapan untuk mendapatkan sebuah pengalaman baru. Menurut Meredith seorang wirausahawan adalah seorang yang haus akan tantangan. Yang mana wirausahawan memiliki keberanian untuk menanggung risiko yang telah diperhitungkan dan bersifat realistik. Dari beberapa teori, permasalahan dan data dari hasil penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sensation seeking, apakah memiliki hubungan dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa UIN Suska Riau. Penelitian ini dikemas dengan judul Hubungan antara sensation seeking dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa UIN Suska Riau. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dilatar belakang masalah, maka dapat dibuat suatu rumusan masalah Apakah ada hubungan antara sensation seeking dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa UIN Suska Riau?. C. Maksud dan Tujuan Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari dan mengkaji secara ilmiah hubungan antara Sensation Seeking dengan Intensi Berwirausaha pada mahasiswa UIN SUSKA Riau. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah sensation seeking memiliki hubungan Intensi berwirausaha pada mahasiswa UIN SUSKA Riau.

7 D. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai Intensi Berwirausaha yang dilakukan oleh Tony Wijaya, tahun 2007 : Hubungan Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha pada Siswa SMKN 7 Yogyakarta. Persamaan yang terdapat pada penelitian ini pada variabel Intensi Berwirausahanya dan perbedaan terdapat pada variabel Adversity Intelligence. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha pasa Siswa SMKN 7 Yogyakarta. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nurul Indarti dan Rokhima Rostiani, tahun 2008 : Intensi Kewirausahaan Mahasiswa, Studi Perbandingan antara Indonesia, Jepang dan Norwegia. Persamaan terletak pada variabel terikatnya, sementara pada variabel bebas,subjek dan tempat penelitian berbeda. Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat perbandingan intensi kewirausahaan mahasiswa yaitu Indonesia 28,2%, Jepang 14,2 %, dan Norwegia 24,8%. Penelitian mengenai Sensation seeking yang dilakukan oleh Yulandari Suciati, tahun 2008 : Hubungan antara Egosentrisme dan Kecenderungan Mencari Sensasi dengan Perilaku Agresi Pada Remaja. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Memiliki persamaan pada variabel X, yaitu kecenderungan mencari sensasi. Kemudian penelitian lain mengenai Dorongan mencari sensasi ( Sensation seeking) telah pernah dilakukan oleh Rizkia Delly, namun ia menghubungkan dengan kenakalan pada remaja ( Juvenile delikuen), dengan Subjek penelitian adalah siswa

8 SMA usia 14-18 tahun. Hasil penelitian menunujukkan koefisien korelasi sebesar r = 0.812; dan p=0,00 (p < 0,01), hal ini menunjukkan adanya hubungan yang positif yang sangat signifikan antara dorongan mencari sensasi dengan kenakalan pada remaja, artinya semakin tingggi dorongan mencari sensasi pada seseorang maka kenakalannya semakain tinggi, dan semakin rendah dorongan mencari sensasi pada seseorang maka kenakalannya juga rendah. 1. Manfaat Teoritis E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan menambah informasi serta wawasan atau bukti-bukti ilmiah dibidang psikologi, terutama psikologi industri dan psikologi kepribadian. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti, sebagai acuan dan rujukan serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu psikologi, khususnya dalam ranah psikologi industri. b. Memberikan sumbangan informasi kepribadian, intensi berwirausaha dan motivasi pada pembaca dalam bidang wirausaha.

9