Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana

dokumen-dokumen yang mirip
Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat

Rumah Impian Mahasiswa

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

Penilaian Masyarakat terhadap Penggunaan Material Bambu pada Bangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang

Ruang Hobi Ideal. Dimas Nurhariyadi. Abstrak

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Disusun Oleh: Ignatius Christianto S

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

Ekspektasi Wisatawan dalam Memilih Penginapan sesuai Anggaran

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2

Pengaruh Penggunaan Skylight & Sidelight pada Shopping Mall terhadap Perilaku Manusia

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan Ideal Kantor

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

Keluhan dan Harapan Masyarakat terhadap Karakteristik Toilet Umum di Indonesia

b e r n u a n s a h i jau

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

personal space Teks oleh Indra Febriansyah. Fotografi oleh Fernando Gomulya.

Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi

korespondensi antara kerusakan ekologi dan penyebabnya.

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Penggunaan Langgam Rumoh Aceh pada Bangunan Perkantoran di Kota Banda Aceh

Pengaruh Adaptasi Arsitektur Tropis pada Bangunan Kolonial di Koridor Jalan Blang Mee Samudera Pase

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

Arsitektur dan Lingkungan. Lilis Widaningsih

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

Kota Impian: Perspektif Keinginan Masyarakat

PENGANTAR BANGUNAN BERTINGKAT

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

Pengembangan Stasiun Pusat RegionaL di Manggarai Jakarta Selatan

Pengembangan Modul Konstruksi Bambu Plester Sebagai Alternatif Kulit Bangunan

Adaptasi Perilaku dan Modifikasi sebagai Proses Menciptakan Hunian Ideal Bagi Penghuni Perumahan Massal

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

ruang praktis ANDA INGIN JADI ARSITEK Dony Pasaribu

Hasil Observasi Karakter Gang di Kawasan Kampung Kota Bantaran Sungai di Babakan Ciamis, Bandung

BAB VI HASIL PERANCANGAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAKARTA SELATAN Arsitektur Tropis

Pemahaman Masyarakat Mengenai Dampak Pembangunan HunianTerkait Global Warming dan Penerapan Green Building

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Preferensi Masyarakat terhadap Material Bangunan

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami

Debri Haryndia Putri

Kajian Penggunaan Material Terhadap Kenyamanan Termal pada Rumah Tinggal STUDI KASUS : Rumah Tinggal Achmad Tardiyana

Pintu dan Jendela. 1. Pendahuluan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV DATA DAN ANALISIS

Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR

Perpustakaan Umum di Yogyakarta dengan Pendalaman Desain Pencahayaan

EFISIENSI PEMANFAATAN MATERIAL BAMBU PADA PERANCANGAN BANGUNAN DI KAWASAN EKOWISATA MANGROVE WONOREJO DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

Persepsi Masyarakat tentang Penggunaan Energi dalam Rumah Tinggal Berdasarkan Profesi

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

Teknis Menggambar Desain Interior

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Gedung Kantor LKPP BAB I PENDAHULUAN

Dramatic Lighting. Pencahayaan menjadi kekuatan desain pada apartemen yang terinspirasi dari gaya Jepang ini.

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana Imam Adlin Sinaga, Nurul Aini, Jeumpa Kemalasari Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Achmad Tardiyana, atau yang dikenal dengan Apep, merupakan salah seorang arsitek Indonesia yang telah menjalani praktek arsitektur selama puluhan tahun. Tulisan ini berusaha memahami pemikiran arsitektur yang diyakini oleh Apep melalui perwujudan fisik karyanya, dalam hal ini Rumah Baca yang sekaligus merupakan kediaman pribadi Apep. Di dalam penulisan ini dilakukan serangkaian wawancara dengan Apep serta telaah literatur yang digunakan untuk membantu. Ada beberapa aspek yang menonjol pada rancangan rumah ini yang sekaligus merupakan perwujudan pemikiran arsitektur Apep. Diantaranya keberadaan ruang khusus yang difungsikan sebagai ruang baca bagi masyarakat sekitar, terkhusus anak-anak, menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan sosial sekitar. Apep juga memiliki kepedulian terhadap masalah keberlanjutan lingkungan. Dia berusaha menekan embodied energy pada rumahnya dengan menggunakan material yang mudah didapat di sekitar lokasi dan dalam jumlah seminimal mungkin. Rumah ini juga dirancang sedapat mungkin menghemat penggunaan energi seperti listrik dengan penggunaan skylight dan bukaan-bukaan yang memudahkan sirkulasi udara. kata-kunci : arsitektur, pemikiran, rumah baca Pengantar Achmad D. Tardiyana, seringkali dikenal dengan nama panggilan Apep, adalah salah satu arsitek Indonesia yang dikenal luas di kalangan praktisi dan akademisi arsitektur, sebagai pengajar aktif di Program Studi Arsitektur, Institut Teknologi Bandung. Apep merupakan salah satu arsitek u- tama di konsultan arsitektur Urbane, Bandung. Dia juga aktif mengikuti dan memenangkan sayembara-sayembara arsitektur, bahkan tidak jarang terlibat dalam proses penjurian karya - karya sayembara. Bagi Apep, arsitektur yang baik seharusnya dapat merespon secara spesifik lokasi /site dimana bangunan tersebut didirikan. Respon tersebut menghasilkan dampak positif terhadap lingkungan sekitar. Atau dengan kata lain arsitektur harus memperhatikan lokalitas setempat yang dapat dilakukan dengan memberi respon terhadap tapak maupun dengan penggunaan material lokal. Apep terinspirasi dari pemikiran Tadao Ando yang dapat dilihat dari pernyataan Ando berikut: Arsitektur adalah sebuah proses dalam mengkonstruksi tapak. Arsitektur muncul secara alamiah atau merupakan respon terhadap tapak. Metode Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif (Creswell, 2008). Sedangkan penelitian ini memiliki sifat deskriptif (Groat & Wang, 2002). Pada penelitian ini berusaha memberikan deskripsi tentang penerapan pemikiran arsitektur Apep pada Rumah Baca yang dirancangnya. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data-data yang dibutuh dalam penulisan artikel ini dilakukan melalui dua cara. Yang pertama mengumpulkan data dari primary source dengan cara melakukan wawan- Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 D 151

Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana cara dengan narasumber, dalam hal dengan Apep sebagai arsitek sekaligus pemilik Rumah Baca. Untuk mendukung data yang didapatkan dari hasil wawancara, dilakukan pula pengumpulan data dari secondary source yang berupa studi literatur. Literatur yang digunakan berupa tulisan yang telah membahas Rumah Baca yang didapatkan dari buku maupun artikel di internet (Kumar, 2005). Analisis dan Interpretasi Berada di tengah perkampungan di pinggiran Bandung, Apep berusaha memberi kontribusi bagi masyarakat sekitar melalui bangunan rumah tinggal pribadinya. Apa yang dipikirnya sebagai arsitektur yang ideal, yaitu arsitektur yang memberi dampak positif bagi lingkungan sekitar, berusaha ia hadirkan dalam rancangan rumahnya. Berlokasi di daerah Awiligar, Bandung Utara, Apep kerapkali hadir di tapak sebelum proses perancangan ia lakukan. Di sana, pada waktu itu, Apep berusaha memahami konteks lingkungan yang ada di sekitar tapak rumahnya. Apep tak ingin bangunan rumahnya kelak menjadi makhluk asing bagi masyarakat sekitar. Perhatiannya lantas tertarik pada dua konteks lingkungan sekitar. Perhatiannya pada gaya arsitektur vernakular bangunan sekitar mempengaruhi keputusan desain atap pelana yang umum digunakan di daerah tersebut. Gambar 1. Rumah Baca D 152 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 Gambar 2. Lingkungan sekitar Rumah Baca Apep juga memperhatikan konteks demografi sekitar. Daerah tersebut didominasi anak-anak dengan ibu-ibu mereka yang tidak bekerja. Apep merasa terpanggil memberi kontribusi kepada dua kelompok masyarakat sekitar. Upaya yang dilakukannya adalah dengan memberi ruang pada rumahnya yang dapat digunakan anak-anak dan ibu-ibu yang berada di sekitar rumahnya. Ruang yang berada di lantai dasar rumahnya ia dedikasikan sebagai ruang perpustakaan yang dapat dimanfaatkan anak-anak sekitar untuk membaca koleksi buku yang ada. Rak-rak buku dengan roda membuatnya mudah untuk dipindahkan sehingga memungkinkan ruang tersebut digunakan untuk kegiatan pembinaan ibu-ibu sekitar agar lebih produktif melalui kegiatan seperti menjahit, menyulam, serta keterampilan lainnya. Keberadaan amfiteater berdampingan dengan ruang perpustakaan memungkinkan adanya kegiatan-kegiatan lain dilaksanakan pada ruang tersebut. Rumahnya ini dirasakan Apep terlalu besar jika hanya dipakainya sendiri. Terlebih dengan kesibukannya sebagai dosen sekaligus principal architect di Urbane membuatnya sangat jarang berada di rumah. Satu hal yang disayangkannya adalah realisasi pemanfaatan ruang tersebut, baik sebagai perpustakaan maupun pembinaan ibu-ibu sekitar, tidak semudah yang ia bayangkan sebelumnya. Anak-anak yang dahulu sering menggunakan ruang perpustakaan tersebut kini beranjak dewasa. Sayangnya regenerasi tidak berjalan, kini tak ada lagi anak-anak yang mengetuk rumahnya untuk minta dibukakan pintu perpustakaan olehnya sebelum dia berangkat ke kampus ataupun ke kantor. Menyediakan ruang seolah tidak cukup, dibutuhkan keseriusan pengelolaan

dan program untuk menghidupkan ruang tersebut. Hal yang lebih sulit bagi Apep dibandingkan sekedar merelakan ruang rumah-nya digunakan bersama dengan masyarakat sekitar. Imam Adlin Sinaga Materialitas pada rumah Apep merupakan hal yang paling menarik. Material yang digunakan pada rumahnya merupakan material murah karena mudah didapatkan dan material bekas pakai. Dinding menggunakan batu bata yang diekspos tanpa diplester, karena menurutnya biaya yang dikeluarkan untuk plester dinding sangat mahal, baik dari sisi biaya pembelian semen maupun upah tukang. Di beberapa bagian rumah, bambu dipilih sebagai material dikarenakan harganya yang murah dan mudah didapatkan. Penggunaan bambu di antaranya pada pengisi daun pintu jendela dan sebagai jalusi yang disusun secara vertikal pada beberapa bagian rumah, seperti di dapur dan area tangga. Gambar 3. Dua Konteks yang diperhatikan Apep, anak-anak dan bangunan sekitar Gambar 6. Dinding dengan material bata yang diekspos, serta lubang yang memungkinkan udara masuk ke dalam bangunan Gambar 4. Ruang Perpustakaan Gambar 7. Penggunaan bambu sebagai jalusi yang memungkinkan pandangan keluar rumah Gambar 5. Amfiteater Penggunaan bambu sebagai material pada rumah ini bukanlah tanpa masalah. Beberapa batang bambu yang digunakan sebagai jalusi mengalami pelapukan dan menjadi makanan rayap. Meski sebelumnya sudah dilakukan proses perendaman selama beberapa waktu agar lebih tahan lama dan tidak dimakan rayap. Namun, harga yang mudah dan kemudahan mendapatkan material ini membuat masalah ini mudah diatasi karena sifatnya yang mudah digantikan. Bambu yang telah dipotong tipis dan dalam ukuran kecil dianyam pada daun pintu dan jendela, menggantikan kaca yang umum Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 D 153

Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana digunakan sebagai pengisi daun pintu dan jendela. Namun, Apep mengakui potongan lembaran bambu terlalu kecil, sehingga proses pengerjaannya memakan waktu lebih. Kayu-kayu yang digunakan pada rumah ini, seperti pada lantai, kusen pintu dan jendela, anak tangga, jalusi pada area tangga, merupakan kayu-kayu bekas pakai yang didapatkannya dari pedagang kayu bekas yang ber-ada di Bandung. Pemilihan kayu bekas memberi beberapa keuntungan. Keuntungan secara finansial sudah tentu karena harganya yang tidak semahal kayu baru. Keuntungan selanjutnya berkaitan dengan ketepatan pengerjaan. Kayukayu bekas, menurutnya, bersifat sudah kering. Apep bercerita ketika awal konstruksi tukang lebih memilih kayu baru dengan kualitas rendah sebagai material dikarenakan keterbatasan biaya. Namun tidak lama setelah proses pengerjaan, kayu-kayu tersebut melengkung dikarenakan sifatnya yang masih basah. Hingga akhirnya meminta tukang tersebut menggantinya dengan kayu-kayu bekas. Rumah kediaman Apep ini merupakan rumah yang hemat energi. Udara dapat dengan bebas masuk dan keluar melalui celah pada anyaman bambu daun pintu dan jendela, jalusi kayu dan bambu pada area tangga, serta rongga atau lubang yang dihasilkan susunan bata ekspos pada dinding. Keberadaan taman pada bagian depan dan belakang rumah juga turut membuat iklim mikro di sekitar rumah menjadi lebih nyaman. Bangunan yang tipis dan keberadaan bukaan pada sisi depan dan belakang rumah, disamping membuat sirkulasi udara bebas bergerak, membuat pencahayaan pada siang hari dapat terpenuhi dengan memanfaatkan pencahayaan alami. Penggunaan skylight juga dapat ditemukan pada rumah ini, di antaranya di atas area masuk, kamar mandi, dan di atas meja makan. Gambar 9. Taman Belakang Gambar 10. Skylight yang berada pada kamar mandi Gambar 8. Kayu bekas yang digunakan sebagai lantai D 154 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 Gambar 11. Skylight yang berada diatas meja makan Apep juga berusaha menekan embodied energy pada material dengan pemilihan material dengan embodied energy yang rendah dan meminimalkan penggunaan material. Salah satu upayanya adalah menggabungkan beberapa fungsi ke dalam satu ruang. Pada lantai dua rumahnya, ruang keluarga, ruang makan dan dapur berada pada ruang yang sama. Tidak ada pembatas di antara ketiga fungsi tersebut. Pun

juga dengan kamar tidur dan ruang kerjanya yang berada di lantai tiga, hanya ada rak buku kayu yang memisahkan di antara kedua ruang tersebut. Gambar 12. Penggabungan area dapur, area makan, dan area keluarga pada ruang yang sama Ketika memutuskan untuk membangun rumahnya, Apep menyadari keterbatasan dana yang dimilikinya. Pada saat itu dia berusaha memberi batasan biaya konstruksi sebesar Rp 2.000.000,- /m². Ia pun berusaha menekan biaya konstruksi rumahnya melalui berbagai upaya perancangan arsitektur. Di antaranya adalah pemilihan material yang mudah didapatkan dan murah secara harga seperti bambu dan kayu bekas. Dia juga melakukan upaya efisiensi penggunaan material yang melatar belakangi keputusannya tidak memfinishing dinding, menggabungkan beberapa fungsi ke dalam satu ruang, dan massa bangunan yang hanya mengisi sekitar 20% tapak. Apep juga membagikan pengalaman ketika dia memutuskan menggunakan tenaga tukang dengan upah yang lebih rendah dibandingkan tukang yang biasa ia gunakan pada proyekproyeknya. Konsekuensi adalah kualitas pekerjaan tidak sebaik yang ia harapkan. Beberapa kali ia meminta tukang mengubah pekerjaan yang menurutnya tidak dapat ditolerir dan tidak menghabiskan banyak biaya. Proses konstruksi yang menjadi lebih lama akhirnya berdampak pada peningkatan biaya upah tukang. Meski sedikit meleset, nilai konstruksi mengalami kenaikan sekitar Rp 250.000,-/m², Apep berhasil memberi preseden bagaimana sebuah rumah dapat dibangun dengan biaya murah tanpa harus mengorbankan aspek kenyamanan dan keindahan. Kesimpulan Imam Adlin Sinaga Pada rancangan Rumah Baca, yang juga merupakan rumah pribadi Apep, terdapat beberapa perwujudan pemikiran arsitektur yang dipegang oleh Apep. Ruang baca (perpustakaan) yang ia dedikasikan bagi anak-anak sekitar merupakan perwujudan keyakinannya bahwa sebuah karya arsitektur harus dapat memberi kontribusi terhadap lingkungan dimana karya tersebut diwujudkan. Salah satu kontribusi tersebut diantaranya kontribusi terhadap lingkungan sosial sekitar. Perwujudan pemikiran arsitektur selanjutnya terlihat dari pemilihan dan pemanfaatan material pada rumah ini. Apep sedapat mungkin menekan embodied energy Rumah Baca melalui upaya-upaya pemilihan material yang mudah didapatkan dari sekitar lokasi rumah seperti bata dan kayu-kayu bekas pakai. Di dalam pemanfaatannya Apep juga berusaha meminimalkan kuantitas penggunaan bata dengan menjadikan sebuah ruang dengan berbagai fungsi, seperti yang terlihat di lantai dua rumahnya dimana dapur, ruang makan, dan ruang keluarga berada satu ruang yang sama, tidak memiliki sekat bata. Apep juga memiliki kesadaran yang baik dengan isu keberlanjutan lingkungan. Rumahnya ini dirancang sebagai rumah hemat energi. Hal ini dapat dilihat dari pola penyusunan bata ekspos yang diberi jarak sehingga memberi celah bagi sirkulasi udara. Konsep ini didukung pula dengan pemilihan bilah bambu yang dianyam sebagai pengisi jendela dan pintu, sehingga mudah dilalui udara/angin. Di beberapa ruang, seperti ruang makan dan kamar mandi, Apep membuat skylight agar cahaya dapat masuk ke dalam bangunan. Daftar Pustaka Armand, Avianti. (2011). Arsitektur Yang Lain: Sebuah Kritik Arsitektur. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc. Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 D 155

Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana Tardiyana, A.D. (2011). Sol.Lil.O.Quy. Bandung: Indonesia. Virdianti, Eka E.N. (2014). Kajian Penggunaan Material terhadap Kenyamanan Termal pada Rumah Tinggal, Studi Kasus: Rumah Tinggal Achmad Tardiyana. Jurnal Reka Karsa, 3-5. D 156 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016