2 menguasai bidang ilmu lainnya. Abdurahman (2009:253) mengatakan bahwa ada lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan: (1) s

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terapannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN. kurang termotivasi dalam belajar matematika. Abdurrahman (2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai ke perguruan tinggi. Belajar matematika di sekolah dasar tentunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengajarkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika bertujuan untuk membekali siswa agar memiliki

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Mulyasa (2006:164) menyatakan bahwa, Proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh: ERWIN SETYANINGSIH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan (Dhiu, 2012: 25)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika secara tuntas di setiap jenjang pendidikan.

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI ASSESSMENT FOR LEARNING (AFL) DENGAN PENDEKATAN UMPAN BALIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting dalam kehidupan setiap individu.

BAB II LANDASAN TEORI

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE KONTEKSTUAL POKOK BAHASAN PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah

BAB I PENDAHULUAN. ataupun dalam mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada diri individu. Peningkatan mutu pendidikan terus diupayakan demi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. metode pembelajaran guided inquiry terhadap prestasi belajar materi bangun datar

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, kemampuan berpikir sangat penting sebagai modal. utama untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu sendiri, yakni untuk membudayakan manusia. Menurut Dhiu (2012:25-27)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN SISWA DI KELAS VIIA SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, cara pemecahan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda dan membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda juga.

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

Puji Asih Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Sejalan dengan ini Cornelius (dalam Abdurrahman,2009: 253)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN HEURISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Matematika selain memiliki sifat abstrak, ternyata juga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang. pendidikan mulai dari SD hingga SLTA ataupun SMK.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia pendidikan khususnya pendidikan matematika telah menjadi perhatian utama dari berbagai kalangan. Hal ini disadari bahwa betapa pentingnya peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Sebagaimana diungkapkan Abdurahman (2009:253) bahwa matematika sangat diperlukan dalam kehidupan karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran ruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah dengan persentase jam pelajaran yang paling banyak dibanding dengan mata pelajaran lainnya. Ironisnya, matematika merupakan mata pelajaran yang tidak disukai siswa dan dianggap sulit. Bagi mereka pelajaran matematika cenderung dipandang sebagai mata pelajaran yang kurang diminati dan kalau bisa dihindari. Ketakutan-ketakutan dari siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, melainkan kurangnya kemampuan guru dalam menciptakan situasi yang dapat membawa siswa tertarik pada pelajaran matematika. Maka perlulah pembelajaran matematika yang menarik bagi siswa sehingga mampu merangsang ide-ide dalam pikiran siswa. Untuk itu matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat penting diajarkan kepada siswa karena matematika akan menuntun seseorang untuk berpikir logis dan teliti yang bermanfaat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan mata pelajaran yang mampu mengasah daya nalar dan merupakan suatu alat bantu dalam mempelajari dan 1

2 menguasai bidang ilmu lainnya. Abdurahman (2009:253) mengatakan bahwa ada lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan: (1) sarana berpikir yang jelas dan logis; (2) sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari; (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman; (4) sarana mengembangkan kreativitas; dan (5) sarana meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan guru. Guru sebagai mediator dalam mentransfer ilmu pengetahuan terhadap siswa. Didalam kegiatannya guru mempunyai metode-metode yang paling sesuai untuk suatu bidang studi. Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru yang senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya. Penerapan metode pembelajaran yang tepat diperlukan demi berhasilnya proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana Sanjaya (2011:52) menyatakan bahwa: Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian efektifitas proses pembelajaran terletak dipundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Salah satu tugas guru adalah mengajar dengan baik agar peserta didik yang diajar mendapatkan kualitas belajar yang baik sehingga menghasilkan hasil belajar yang baik pula. Mengajar bagi guru bukan hanya sekedar menyampaikan materi tetapi menjadi guru juga harus mampu mengembangkan kemampuan dan ketrampilan siswa. Sebagaimana diungkapkan Slameto (2010:65) bahwa Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Hal ini sejalan dengan Sanjaya (2011:14) yang menyatakan bahwa: Mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses mengubah prilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu, dalam proses mengajar terdapat kegiatan membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai dengan tugas tugas perkembangannya, melatih keterampilan baik keterampilan intelektul

3 maupun keterampilan motorik, membentuk siswa yang memiliki kemampun inovatif dan kreatif dan lain sebagainya. Oleh karena itu, seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang cocok dengan minat dan bakat sesuai dengan taraf perkembangan siswa. Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kualitas proses pembelajaran tersebut tidak mengherankan bahwa siswa dewasa ini sangat sulit mempelajari matematika. Guru masih banyak yang tidak memperhatikan bagaimana mengajar yang baik, metode apa yang cocok dipilih untuk suatu materi tertentu. Dalam proses pembelajaran guru dijadikan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa. Bahkan komunikasi yang terjadi antar siswa tergolong rendah sehingga tidak menimbulkan diskusi atau perdebatan yang menarik yang dapat meningkatkan aktivitas berfikir siswa. Penggunaan metode pembelajaran masih kurang bervariasi sehingga siswa menjadi bosan, pasif dan kurang termotivasi untuk belajar khususnya belajar matematika. Padahal idealnya tugas guru adalah membelajarkan si pembelajar atau membuat siswa menjadi pencari ilmu, dalam artian memanusiakan manusia. Seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2010: 65) bahwa: Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progesif berani mencoba metode-metode yang baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin. Siswa yang menyukai pelajaran matematika di dalam satu kelas sangat sedikit. Mereka beranggapan bahwa matematika itu merupakan pelajaran yang sangat sulit. Akibatnya, banyak siswa yang acuh tak acuh dengan pengajaran yang diberikan guru. Selain itu, banyak juga siswa yang tidak merasa percaya diri untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan walaupun bentuk soal tersebut sudah pernah dibahas dan diselesaikannya. Salah satu materi matematika yang dianggap sulit oleh siswa adalah geometri, diantaranya bangun ruang sisi datar khususnya kubus dan balok. Siswa

4 kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan matematika pada materi kubus dan balok. Dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 24 Januari 2015 dengan mengadakan tes diagnostik berupa tes berbentuk uraian untuk melihat hasil belajar matematika siswa yang berkaitan dengan kubus dan balok kepada 34 siswa di SMP Negeri 2 Tanjung Morawa, terdapat kesalahan yang dilakukan siswa diantaranya: Tabel 1.1 Beberapa Kesalahan Hasil Pekerjaan Siswa Soal No. Kesalahan Siswa Keterangan 1. Siswa tidak mampu mendefinisikan kubus dan balok dengan jelas dan benar. 2. Siswa kurang mampu membedakan benda yang termasuk kedalam contoh kubus dan benda yang termasuk kedalam contoh balok. 3. Siswa kurang mampu memahami unsur-unsur yang terdapat pada kubus dan balok. 4. Siswa tidak mampu menerapkan rumus ke dalam penyelesaian permasalahan yang ada, yaitu menghitung luas permukaan batu bata, jika panjang, lebar dan tingginya diketahui.

5 5. Kebanyakan siswa tidak tahu rumus apa yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada soal tersebut, yaitu mencari panjang sisi kubus dari volume kubus yang diketahui kemudian menggunakannya untuk menghitung luas permukaan kubus. Berdasarkan data-data kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa pada setiap soal di atas, dapat dilihat bahwa secara umum letak kesalahan siswa dalam menyelesaikan tes diagnostik pada materi kubus dan balok yaitu: 1. Beberapa siswa tidak mampu memahami permasalahan pada soal. 2. Siswa tidak mampu menerapkan rumus ke dalam penyelesaian permasalahan yang ada 3. Beberapa siswa tidak teliti dalam melakukan perhitungan. 4. Kebanyakan siswa kurang mampu menjawab soal dengan rinci dan detil. 5. Siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah. Pada pemberian tes diagnostik kepada 34 siswa tersebut, sebanyak 20,59% (7 siswa) berada dalam kategori siswa berkemampuan sedang, 26,47% (9 siswa) berada dalam kategori siswa berkemampuan rendah, dan sisanya 52,94% (18 siswa) berada dalam kategori siswa berkemampuan sangat rendah. Kemudian dari hasil data yang diperoleh, ada 7 orang siswa atau 20,59% yang memperoleh nilai di atas ketuntasan belajar minimal dan 27 siswa atau 79,41% yang tidak tuntas. Ini menunjukkan pengetahuan siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Tanjung Morawa mengenai kubus dan balok masih rendah. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa masih rendah.

6 Masalah lain yang ditemukan adalah guru kurang menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas. Berdasarkan observasi awal di SMP Negeri 2 Tanjung Morawa terhadap siswa kelas VIII, terlihat bahwa selama proses pembelajaran metode pembelajaran yang digunakan adalah berpusat kepada guru, sehingga siswa tampak tidak bersemangat dalam belajar dan cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Pada proses pembelajaran guru belum pernah menerapkan metode pembelajaran inkuiri di sekolah. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan banyaknya siswa yang harus diajar. Akibatnya siswa hanya mendengar dan mencatat penjelasan guru tanpa memberikan umpan balik berupa pertanyaan ataupun tanggapan. Oleh karena itu, guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh pengetahuan secara utuh sehingga hasil belajar pun meningkat. Disamping itu metode pembelajaran yang digunakan harus dapat membuat siswa aktif, karena keaktifan siswa mampu mempengaruhi pengetahuan mereka. Sebagaimana dinyatakan Slameto (2010:36) bahwa: Penerimaan penalaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif maka ia memiliki ilmu/ pengetahuan itu dengan baik. Menyadari hal tersebut, diperlukan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dalam pelajaran matematika terutama dalam materi kubus dan balok yang memungkinkan siswa untuk lebih memahami materi pelajaran dengan mudah, meningkatkan aktivitas dan motivasi siswa sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sebagaimana dikemukan oleh Usman (Istarani, 2012:132) bahwa: Inkuiri adalah suatu cara penyampaian pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analisis, dan argumentatif (ilmiah) dengan menggunakan langkah langkah tertentu menuju kesimpulan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Gulo (Trianto, 2011:166) menyatakan bahwa: Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

7 Senada dengan hal tersebut Edi Sarwono, dkk (http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/view/610) menyatakan bahwa: Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran matematika, sangat efektif dan baik bagi proses belajar siswa, dengan pendekatan pembelajaran ini siswa akan menjadi lebih mandiri dan aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, pemahaman terhadap materi pada siswa lebih meningkat sehingga hasil belajarnya juga akan lebih baik. Berdasarkan hal diatas, metode pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Pembelajaran dengan metode inkuiri ini berpusat pada siswa sehingga siswa benar-benar terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran tersebut mampu mendorong siswa untuk mendapatkan suatu pemahaman pengetahuan matematika yang lebih baik sehingga siswa akan lebih tertarik pada matematika. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima materi pelajaran melalui penjelasan guru, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri dapat menciptakan proses pembelajaran yang aktif sehingga siswa termotivasi untuk aktif dalam kegiatan belajar tersebut. Kubus dan balok merupakan materi yang tidak hanya dibutuhkan kemampuan untuk berhitung tetapi juga dibutuhkan kemampuan untuk memahami pengetahuan tentang kubus dan balok itu sendiri. Selain itu dibutuhkan juga kemampuan untuk memahami soal cerita sehingga siswa mengetahui apa yang terlebih dahulu harus dikerjakan untuk memecahkan masalah atau soal yang ada. Jadi, untuk meningkatkan hasil belajar matematika harus diterapkan pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga materi pelajaran dapat dikuasai dengan baik. Dengan diterapkan metode pembelajaran inkuiri diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga hasil yang ditemukan oleh siswa akan menjadi suatu ingatan yang kuat sehingga siswa mampu menguasai konsep materi tersebut.

8 Berdasarkan latar belakang itulah peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi Kubus dan Balok Kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Morawa Tahun Ajaran 2014/2015. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul sebagai berikut: 1. Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak disukai siswa dan dianggap sulit. 2. Penggunaan metode pembelajaran masih kurang bervariasi. 3. Siswa kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan matematika pada materi kubus dan balok. 4. Masih rendahnya hasil belajar matematika siswa. 1.3 Batasan Masalah Melihat luasnya cakupan identifikasi masalah di atas maka peneliti membatasi masalah agar penelitian ini terarah. Batasan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar pada materi kubus dan balok. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah penerapan metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar pada materi kubus dan balok kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Morawa Tahun Ajaran 2014/2015? 1.5 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan hasil belajar dengan menerapkan metode pembelajaran Inkuiri pada materi kubus dan balok kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Morawa Tahun Ajaran 2014/2015.

9 1.6 Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi sekolah, bermanfaat sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran khususnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Bagi guru, sebagai bahan masukan tentang suatu alternatif pembelajaran matematika yang berpusat pada siswa untuk meningkatkan hasil belajar dengan metode pembelajaran inkuiri. 3. Bagi siswa, melalui metode pembelajaran inkuiri siswa semakin aktif untuk belajar matematika yang akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar. 4. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan penulis dalam bidang pembelajaran dan sebagai bekal untuk menjadi seorang pengajar dan pendidik yang akan terjun ke masyarakat