Hasil Pelatihan pada Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, maka hasil studi

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data hasil tes dan angket mengenai Kontribusi Hasil Belajar

KONTRIBUSI MOTIF BERPRESTASI, KONSEP MENGAJAR, DAN PERSEPSI PERANAN TERHADAP PENAMPILAN KERJA GURU

PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH 2

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN KINERJA MENGAJAR GURU DI SDIT NURUL FALAH KEC. TAMBUN UTARA KAB. BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bagian ini, akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi

BAB V PEMBAHASAN. 1. Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII di MTs.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR SISWA. Oleh: Yayah Pujasari Nurdin. Abstrak

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Untuk itu diperlukan upaya pengajaran. dimensi kehidupan terutama dibidang pendidikan.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... viii DAFTAR BAGAN... DAFTAR GRAFIK...

Awal mustaqim* Samidjo** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mulyaningsih, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SISWA DENGAN MOTIVASI BELAJAR (Suatu Penelitian di SMA Negeri I Tibawa)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai. dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

APRIANI. MANGASOK Dra. Hj. Salma Bowtha. M.Pd (Pembimbing I) Agil Bachsoan. S.Ag, M.Ag (Pembimbing II)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab V ini akan disajikan beberapa kesimpulan hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia secara garis besar masih lebih

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis data, maka dihasilkan beberapa kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai Hubungan Kreativitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB V PEMBAHASAN. 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UJI KOMPETENSI GURU

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

STUDI TENTANG TINGKAT KOMPETENSI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA TENAGA PENDIDIK SMPIT PESANTREN AL BINAA BEKASI TAHUN 2016.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Deskripsi data merupakan gambaran dari hasil penelitian yang telah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimana teknologi informasi dan komunikasi telah mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data hasil penelitian pada PT.X serta pembahasan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X (Sikap orang tua )

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan dari penelitian, hasil pengolahan data, analaisis

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

I. PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang dewasa ini sedang giat-giatnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

PENGARUH MANAJEMEN KELAS DAN KEAKTIFAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian menurut Silalahi ( 2010 : 180) yaitu, rencana dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Prinsip dalam Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pendekatan ilmiah adalah kegiatan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan lapangan dan pembahasan yang dikemukakan dalam Bab IV, maka dari studi hubungan antara Motif Berprestasi dan Kreativitas dengan Hasil Pelatihan pada Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Dari hasil analisis Korelasi Product Moment variabel Motif Berprestasi terdapat hubungan yang signifikansi antara Motif berprestasi dengan Hasil Pelatihan pada Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung sebesar 0,616, dan bila dilihat dari faktor penentunya adalah bahwa Hasil Pelatihan dapat dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor MotifBerprestasi sebesar 38% dan sekitar 62% Hasil Pelatihan pada Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung ditentukan oleh faktor lain. Pola hubungan yang terjadi antara Motif Berprestasi dengan Hasil Pelatihan, dinyatakan dengan persamaan Hasil Pelatihan = 27,608 + 0,34 Motif Berprestasi. Hubungan yang terjadi bersifat linier dan positif, sehingga apabila terjadi peningkatan pada Motif Berprestasi akan diikuti dengan peningkatan pada Hasil Pelatihan, dan diketahui bahwa Hasil Pelatihan memiliki ketergantungan terhadap MotifBerprestasi. Dari hasil analisis Korelasi Product Moment variabel Kreativitas dengan Hasil Pelatihan pada Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung, sebesar 0,447, dan bila dilihat dari faktor penentunya adalah bahwa Hasil Pelatihan dapat ditentukan oleh faktor Kreativitas sebesar 20% dan sekitar 80% Hasil Pelatihan Guru 129

130 Pamong SLTP Terbuka ditentukan oleh faktor lain. Pola hubungan yang terjadi antara Kreativitas dengan Hasil Pelatihan, dinyatakan dengan persamaan Hasil Pelatihan = 37,154 + 0,285 Kreativitas. Hubungan yang terjadi bersifat linier dan positif, sehingga terjadinya peningkatan pada Kreativitas akan diikuti dengan peningkatan pada Hasil Pelatihan, dan diketahui bahwa Hasil Pelatihan memiliki ketergantungan terhadap Kreativitas. Hubungan fungsional secara bersama-sama antara Xi, dan X2 dengan Y diketahui sebesar 0,640, dan faktor determinasi dari ketiga variabel tersebut sebesar 40,9%, dan sekitar 59,1% Hasil Pelatihan ditentukan oleh faktor lain. Pola hubungan yang terjadi antara Motif Berprestasi dan Kreativitas dengan Hasil Pelatihan dinyatakan dengan persamaan Hasil Pelatihan = 19,739 + 0,288 Motif Berprestasi = 0,124 Kreativitas. Hubungan yang terjadi bersifat positif, sehingga terjadinya peningkatan pada Motif Berprestasi dan Kreativitas akan diikuti dengan peningkatan pada Hasil Pelatihan, dan diketahui bahwa Hasil Pelatihan memiliki ketergantungan terhadap MotifBerprestasi dan Kreativitas. Dari gambaran nilai koefisien korelasi di atas menunjukkan bahwa dari dua variabel di atas yang paling tinggi atau paling menentukan terhadap Hasil Pelatihan adalah MotifBerprestasi. 1. Motif Berprestasi MotifBerprestasi merupakan daya dorong bagi individu untuk melakukan halhal yang dianggap positif dalam mencapai tujuan tertentu, karena itu terdapat perbedaan dalam kekuatan Motif Berprestasi yang ditunjukkan seseorang dalam menghadapi situasi tertentu dibandingkan dengan orang-orang lain yang

131 menghadapi situasi yang sama. Bahkan seseorang akan menunjukkan dorongan tertentu dalam menghadapi situasi yang berbeda dalam waktu yang berlainan pula. Untuk dapat meningkatkan hasil pelatihan tidak cukup hanya melalui pemberian Motif Berprestasi, karena terdapat berbagai faktor lainnya yang turut menentukan hasil pelatihan. Motif Berprestasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan serta tenaga, waktu untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian pada dasarnya Motif Berprestasi merupakan suatu proses psikologis yang sangat fundamental sifatnya, dan akan sangat sukar untuk menyanggah bahwa MotifBerprestasi merupakan proses yang amat penting dalam pemuasan berbagai kebutuhan dan menjamin berbagai kepentingan para karyawan. Dikatakan demikian karena pemuasan kebutuhan seseorang tidak dapat dijelaskan dan dipahami semata-mata berdasarkan pemahaman Motif Berprestasi saja tapi karena memang ada faktor-faktor lain yang turut berpengaruh. Dari hasil temuan diperoleh gambaran bahwa rata-rata motif berprestasi yang dimiliki oleh Guru Pamong SLTP Terbuka berada pada kategori tinggi. Temuan ini menunjukkan bahwa tingkat Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung telah memberikan rasa tanggung jawab, partisipasi dan dorongan yang kuat untuk melakukan tugas dan kewajibannya.

132 2. Kreativitas Sebagai salah satu pendukung tercapainya suatu tujuan, meskipun diakui bahwa setiap orang memiliki kreativitas yang berbeda-beda. Akan tetapi fungsi kreativitas menjadi penting untuk memformulasikan berbagai tangkapan panca indera terhadap rangsangan-rangsangan yang timbul dari luar diri individu, sehingga ditemukan suatu yang mempermudah, meningkatkan dan memperbaiki pekerjaan yang sedang dilakukannya. Orang yang kreatif akan memiliki kemampuan untuk menghasilkan banyak gagsan, keluwesan dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya, keaslian dalam mencetuskan temuan-temuan yang baru, kemampauan mengelaborasi sesuatu secara rinci dan kemampuan untuk merumuskan kembali berbagai pemikiran yang diketahui oleh orang lain dalam menghadapi masalahan yang serupa. Dari hasil temuan diperoleh gambaran bahwa rata-rata skor kreativitas berada pada kategori tinggi. Hal ini memberikan arti bahwa kemampuan untuk melaksanakan hasil pelatihan dengan berbagai cara atau variasi dilakukan oleh peserta Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya. 3. Hasil Pelatihan Berdasarkan temuan dan analisis hasil penelitian, Hasil Pelatihan pada Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan pengelolaan SLTP Terbuka telah memadai secara kuantitatif dalam dimensi merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran, memotivasi siswa untuk belajar, mengevaluasi dan membimbing

133 siswa. Namun secara kualitatif masih belum memadai. Berikut ini adalah gambaran hasil temuan lapangan mengenai Hasil Pelatihan pada Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung. Dalam kegiatan merencanakan pembelajaran semua guru pamong memilih, menetapkan bahan pembelajaran dan pokok materi berdasarkan GBPP SLTP baku yang dibuat secara nasional. Selanjutnya merencanakan pengorganisasian kegiatan pembelajaran, merumuskan tujuan pembelajaran, membimbing, atau memfasilitasi belajar siswa di TKB dan mengevaluasi hasil belajar siswa, bahkan kadangkadang memberikan materi pelajaran walaupun tindakan tersebut tidak sesuai dengan tugas sebagai guru pamong. Langkah selanjutnya adalah merencanakan pengelolaan kelas, di mana dalam tahapan ini para guru pamong harus melakukan berbagai macam pengaturan tempat duduk sesuai dengan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), sehingga terjadi interaksi yang terjadi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru pamong, namun demikian kenyataan menunjukan bahwa belum mampu secara maksimal menciptakan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran. Namun alokasi waktu pembelajaran sesuai dengan yang tercantum dalam GBPP. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi Hasil Pelatihan selain motifberprestasi dan kreativitas adalah kecerdasan, minat, bakat, kemampuan guru bina dalam menyampaikan materi pelatihan, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode pembelajaran, alokasi waktu dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa rata-rata skor hasil pelatihan pada Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung berada pada kategori tinggi. Temuan ini menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan, daya

134 kreasi dan inovasi yang dimiliki, penguasaan job spesifikasi, mampu bekerja, selalu ingin meningkatkan diri, kompeten secara teknis dalam bekerja, dimiliki oleh para guru pamong SLTP Terbuka setelah mereka mengikuti Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung. B. Rekomendasi Memperhatikan kesimpulan hasil penelitian sebagaimana diuraikan di atas terbukti bahwa hasil pelatihan sangat dipengaruhi oleh motifberprestasi dan kreativitas peserta. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hasil pelatihan akan dapat ditingkatkan dengan meningkatnya peran motif berprestasi dan kreativitas peserta pelatihan, sehubungan dengan hal tersebut berikut ini penulis memberikan sumbang saran bagi perbaikan kegiatan pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka pada khususnya maupun pelatihan pada umumnya. 1. Rekomendasi Kepada Balai Penataran Guru (BPG) Bandung Kepada BPG Bandung sebagai balai penataran guru yang menyelenggarakan pelatihan guru pamong SLTP Terbuka dapat diberikan masukan untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari penyelenggaraan pelatihan guru pamong SLTP Terbuka angkatan ke IV tahun 1999/2000 sebagai berikut: Pertama : hasil penelitian menunjukan bahwa variabel motifberprestasi memiliki peranan paling menentukan dalam pencapaian hasil pelatihan. Dengan kenyataan tersebut perlu menjadi pertimbangan dalam penyelenggaraan pelatihan untuk menyusun desain pelatihan yang mengakomodasikan ranah afektif (achievement motivation) dengan porsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan ranah kognitif

135 dan psikomotor tanpa mengurangi ranah kognitif dan psikomotor itu sendiri. Hal lain yang dapat ditempuh adalah memilih calon peserta pelatihan yanag objektif memiliki motif berprestasi yang lebih baik. Namun langkah yang terakhir ini memiliki sikap yang diskriminatif, sebab semua guru pamong memiliki hak yang sama. Kedua : penelitian ini dibatasi pada variabel bebas motif berprestasi dan kreativitas peserta dengan hasil pelatihan sebagai variabel terikat. Sedangkan kenyataan menunjukan bahwa masih banyak faktor-faktor lain yang menentukan keberhasilan dari pelatihan guru pamong SLTP Terbuka. Hal tersebut membuka peluang untuk masa mendatang untuk melaksanakan penelitian lanjutan dengan menambah variabel-variabel lain dalam faktor sumber daya manusia, seperti persepsi peserta terhadap kemudahan dalam menerapkan hasil pelatihan di lapangan, faktor masukan instrumental, faktor masukan lingkungan, proses pembelajaran dalam kegiatan pelatihan yang diteliti. Dengan memasukan faktorfaktor tersebut diduga akan menambah nilai koefisien determinasi model regresi yang bersangkutan, dan Iain-lain. Ketiga : Pemilihan pelatih menjadi lebih penting diarahkan pada mereka yang di samping memiliki kemampuan teknik, diperiukan juga pengalaman mengajar dan pengalaman lapangan sehingga lebih memberikan makna yang positif bagi peserta. Keempat : Perlu adanya materi pelatihan praktek yaitu dalam bentuk observasi atau studi banding dengan SLTP Terbuka yang telah dipersiapkan oleh panitia, sehingga akan menambah dorongan untu melaksanakan tugas dan fungsi sebagai guru pamong.

136 2. Rekomendasi Kepada para Guru Pamong SLTP Terbuka Guru merupakan profesi atau pekerjaan yang memerlukan keahlian sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing siswa, mengingat sejumlah kompetensi profesional yang harus dimilikinya, jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan, walaupun dalam kenyataannya masih dilakukan orang-orang di luar keahlian kependidikan, sehingga jenis profesi ini paling mudah terkena pencemaran. Mengingat sejumlah dimensi utama tugas guru pamong yang harus dikuasai yaitu membimbing, memotivasi, mengarahkan dan memfasilitasi siswa dalam belajar. Sehingga guru pamong memerlukan kemampuan, kemauan, dedikasi dan loyalitas dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Maka untuk itu kiranya perlu mengkaji ulang mengenai beberapa tugas dan tanggung jawab guru pamong yang telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan peranan dan kompetensinya, sehingga mampu mengaktualisasikan dari dimensi-dimensi tugasnya secara terstruktur, sistematis dan terstandar. Hal ini mengandung arti bahwa sebagai pengelola pembelajaran guru pamong harus mampu merencanakan pembelajan, merencanakan pengorganisasian kegiatan pembelajaran, merencanakan pengelolaan kelas, mengorganisasikan pembelajaran, dan menilai hasil belajar siswa. 3. Rekomendasi kepada Kepala Sekolah Induk Kepala sekolah merupakan pejabat yang bertanggung jawab dan memiliki kualifikasi untuk mengatur, mengorganisasi, serta mendayagunakan segala masukan (daya, dana, barang dan peluang) yang dimiliki oleh sekolah untuk

137 mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah sebagai administrator sekaligus sebagai supervisor adalah orang yang terlibat dalam pengelolaan pembelajaran dan memberikan pelayanan dalam membantu para guru pamong yang dipimpinnya agar semakin cakap dan efektif dalam menjalankan kewajibannya. Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dari penelitian ini yakni masih rendahnya peran serta kepala sekolah untuk mendukung terlaksananya pembelajaran pada SLTP Terbuka di TKB. Dengan menjalankan fungsi-fungsi supervisi secara profesional, kepala sekolah akan melaksanakan tugas dan perannya sebagai administrator dan supervisor sekaligus pembina. Oleh karena itu kepala sekolah memiliki peranan yang strategis dalam memberikan pelayanan pembinaan dan supervisi secara profesional, karena kewenangan administratif yang dimiliki dalam rangka pembinaan dan pengembangan kemampuan para guru pamong, maka kepala sekolah memiliki tanggung jawab moral untuk menggerakkan, mendorong, mengarahkan, mengajak mereka untuk terus meningkatkan kinerjanya secra profesional. 4. Rekomendasi untuk Studi Lanjutan Penulis menyadari bahwa penelitian mengenai hubungan motif berprestasi dan kreativitas dengan hasil pelatihan pada pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka yang diselenggarakan di BPG Bandung pada tanggal 14-23 Februari 2000 masih terbatas belum sampai kepada temuan yang lebih mendasar. Teori yang dikaji yaitu ciri-ciri orang yang memiliki motif berprestasi tinggi (Mc. Clelland dalam Miftah Toha), dan ciri-ciri orang kreatif (Dedi Supriadi) sedangkan teori motif berprestasi dan kreativitas lainnya tidak diungkapkan. Sementara itu hasil

138 pelatihan yang dimaksudkan dalam penelitian ini hanya menyoroti perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta setelah terlibat dalam proses pembelajaran, yang diukur melalui tes awal dan tes akhir. Hal ini merujuk pada konsep D. Sudjana dan Ishak Abdulhak yang berkaitan dengan keluaran atau out put proses pembelajaran. Sedangkan untuk mempertegas dari penelitian ini dilakukan dengan penelitian mengenai penerapan hasil pelatihan dilapangan. Sementara itu hasil pelatihan dapat dilihat dari berbagai dimensi seperti perencanaan pelatihan, proses pembelajaran secara menyeluruh, dampak pelatihan, dan lain sebagainya tidak diungkapkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tidak hanya motif berprestasi dan kreativitas yang dapat mempengaruhi hasil pelatihan, namun masih banyak faktorfaktor lain seperti latar belakang peserta, penggunaan metode pembelajaran, kurikulum, kebutuhan belajar peserta intelegensi peserta, dan masih banyak faktor-faktor yang lainnya. Oleh karena itu hasil penelitian ini membuka beberapa peluang permasalahan yang menarik untuk diteliti lebih lanjut mengenai hasil pelatihan ditinjau dari dimensi pengelolaan pembelajaran secara spesifik. Suatu dugaan yang cukup relevan untuk diteliti adalah mengenai pengaruh dari masing-masing faktor tersebut, kemungkinan ada pengaruh yang positif dan ada pengaruh yang negatif sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh temuan-temuan yang akurat.