RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

dokumen-dokumen yang mirip
ISSN : Vol. 5 No. 2 September Berkala Teknik. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

TEKNIKA VOL. 2 NO

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

UJI PETIK RANCANGAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAAN DAN PARIWISATA TENTANG PASAR PESONA BUDAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA KOTA KENDARI

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

PERANCANGAN KAMPUNG WISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERBATASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

UPAYA PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA DI WILAYAH PROPINSI MALUKU. Drs. M. Nendisa 1

HASIL PENELITIAN. Kata kunci: Kata kunci: Bangunan Kuno dan Kawasan Bersejarah, Konservasi Pusat Kota Lama Manado, Heritage Bulding.

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah wilayah atau daerah mempunyai banyak Bangunan serta Benda Cagar

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dari target yang ditetapkan. Kegiatan pertambangan mengalami penurunan seiring

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PESTA KESENIAN BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

KAJIAN KEAKTIFAN KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG BERDASARKAN AKTIFITAS PENGGUNA

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur

CAFÉ & OPEN RESTO DIKAWASAN KOTA LAMA SEMARANG

PENGEMBANGAN TAMAN JURUG SEBAGAI KAWASAN WISATA DI SURAKARTA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN. dengan ibukota Batusangkar. Batusangkar dikenal sebagai Kota Budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANGUNAN BERSEJARAH

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PRT/M/2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG CAGAR BUDAYA YANG DILESTARIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

PENATAAN MUSEUM KERETA API AMBARAWA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post Modern Neo-Vernacular

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMEDASI

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

Kajian Perhiasan Tradisional

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

Transkripsi:

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas merupakan salah satu peninggalan budaya yang berupa rumah tinggal dari masyarakat Sumatera Selatan, khususnya Palembang. Mempunyai nilai arsitektur yang sangat tinggi pada bentuk dan ornamennya yang mencerminkan tata cara hidup masyarakatnya. Rumah Limas yang ada sekarang kondisi nya sudah tua dan hampir terancam punah, dikhawatirkan generasi penerus tidak dapat lagi menyaksikan bukti sejarah yang bernilai tinggi ini. Untuk itulah penulis akan menjelaskan bagaimana pentingnya menjaga warisan budaya ini agar bisa terus bertahan. Beberapa masukan atau gagasan akan dikemukakan sebagai gambaran untuk tindak lanjut dimasa mendatang. Kata kunci: warisan budaya, Rumah Limas, Palembang PENDAHULUAN Salah satu warisan budaya dari masyarakat Palembang adalah Rumah Limas. Rumah Limas adalah rumah tradisional Palembang (Saragih,2002). Sedangkan menurut Wahid (2006) Rumah Limas memiliki nilai budaya dan historis, yang terlihat pada bentuk arsitektur dan ragam hias yang sangat erat kaitannya dengan sistem kepercayaan, status sosial, lingkungan dan cara hidup masyarakatnya. Pada zaman dahulu Rumah Limas ini dibuat hanya untuk golongan tertentu saja misalnya bangsawan, penguasa, tokoh masyarakat dan orang-orang yang mampu. Adapun karakteristik Rumah Limas itu antara lain (Siswanto,1997); 1. Rumah Limas berbentuk panggung yang berdiri diatas tiang-tiang penyangga 2. Atap rumah berbentuk limas, yang dilengkapi dengan simbar dan tanduk 3. Bahan bangunan dominan terbuat dari kayu 4. Mempunyai perbedaan ketinggian pada lantai 5. Terdapat ornamen-ornamen tertentu pada kolom, lisplank dan plafon Lokasi penyebaran Rumah Limas ini berada dikawasan Seberang Ulu dan Seberang Ilir di Kota Palembang Berkala Teknik Vol.5 No.2 September 2015 856

Gambar 1. Peta Propinsi Sumatera Selatan Gambar 2. Peta Kota Palembang Sumber : RTRWK Kota Palembang, 2004 Berkala Teknik Vol.5 No.2 September 2015 857

Gambar 3. Peta keberadaan Rumah Limas Palembang Sumber : Penulis, 2010 Rumah tradisional Limas ini, harus tetap dipertahankan bentuk dan keberadaannya, karena itu merupakan bagian dari sejarah panjang kota Palembang yang telah menciptakan suatu identitas tersendiri. Menurut buku Arsitektur sebagai Warisan Budaya (1997), karya-karya arsitektur tradisional dan lingkungan kuno peninggalan kolonial, bila diinventariskan, kemudian di jaga, dipelihara dan dilestarikan dengan baik, maka akan menjadi aset wisata yang sangat potensial dalam mendukung pariwisata dan perekonomian daerah setempat khususnya di kota Palembang. TINJAUAN TENTANG KONSERVASI Langkah pelestarian yang diperlukan untuk penanganan bangunan kuno bernilai sejarah seperti Rumah Limas Palembang ini adalah dengan pendekatan konservasi. Konservasi merupakan Tindakan atau upaya untuk mempertahankan dan memelihara bentuk asli dari warisan budaya yg telah ada, berupa bangunan kuno dan lingkungan bersejarah dari masa lampau (Budihardjo,1997). Konservasi lantas merupakan payung dari segenap kegiatan pelestarian lingkungan binaan, yang meliputi preservasi, restorasi, rehabilitasi, rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi. Tolak ukur yang digunakan untuk mengkaji kelayakan suatu bangunan kuno atau lingkungan bersejarah guna dikonservasi (Snyder dan Catanese dalam Budihardjo,1996) adalah sebagai berikut: 1. Kelangkaan (karya yang sangat langka dan tidak dimiliki oleh daerah lain) 2. Kesejarahan (lokasi peristiwa bersejarah yang penting) Berkala Teknik Vol.5 No.2 September 2015 858

3. Estetika (memiliki keindahan bentuk, struktur dan ornamen) 4. Superlativitas (tertua, tertinggi dan terpanjang) 5. Kejamakan (karya yang tipikal, mewakili suatu jenis atau ragam bangunan tertentu) 6. Kualitas pengaruh (keberadaannya akan meningkatkan citra lingkungan sekitarnya) Selain keenam tolak ukur tersebut Kerr (1983) dalam Budihardjo (1997) menambahkan lagi tiga tolak ukur lain, sebagai berikut : 1. Nilai sosial (untuk bangunan yang bermakna bagi masyarakat banyak) 2. Nilai komersial (sehubungan dengan peluangnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatan ekonomis) 3. Nilai ilmiah (berkaitan dengan perannya untuk pendidikan dan pengembangan ilmu) Jadi, dengan sembilan tolak ukur yang telah disebutkan diatas, kita dapat menentukan peringkat dari setiap bangunan kuno yang layak untuk dikonservasikan. Undang-undang No 5 tahun 1992 tentang benda-benda cagar budaya menjadi piranti yang sangat penting dalam menjaga kelestarian cagar budaya dan khasanah sejarah kota. TINJAUAN TENTANG INVENTARISASI Langkah- langkah nyata yang perlu digalakkan untuk menguak kearifan arsitektur tradisional adalah dalam bentuk inventarisasi data-data yang menyangkut karya-karya arsitektur tradisional peninggalan kolonial disetiap daerah khususnya di kota Palembang. Untuk itu perlu lebih digalakkan penyusunan peraturan bangunan setempat yang mengacu pada kaidahkaidah patokan dan prinsip perancangan tradisional, agar setiap daerah di Sumatera khususnya dikota Palembang mampu menunjukkan jati diri masing-masing yang khas, unik dan berpribadi. Karya-karya arsitektur tradisional dan lingkungan kuno peninggalan kolonial, bila diinventarisasikan kemudian dijaga, dipelihara dan dilestarikan dengan baik akan menjadi aset wisata yang sangat potensial. Tidak sekedar berorientasi pada kepentingan pelestarian budaya atau kesejarahannya saja tetapi juga berwawasan ekonomi finansial. Dengan demikian bukan hanya bangunan terjaga lestari tetapi kehidupan ekonominya juga berkembang. Berkala Teknik Vol.5 No.2 September 2015 859

TINJAUAN TENTANG RUMAH LIMAS Gambar 4. Rumah Limas Palembang Sumber : Penulis, 2010 (Gambar diambil dari Museum Bala Putra Dewa Palembang) Gambar 5. Tampak Samping Rumah Limas Palembang Sumber : Penulis, 2010 (Gambar diambil dari Museum Bala Putra Dewa Palembang) Nama Limas berasal dari kata lima dan emas yaitu keagungan dan kebesaran, rukun damai, adab yang sopan santun, aman, subur dan sentosa serta makmur sejahtera. Atap berbentuk limas yang terpenggal mencerminkan manusia sebagai ciptaan tuhan. Bagian atap rumah Berkala Teknik Vol.5 No.2 September 2015 860

dilengkapi dengan simbar dan tanduk. Besar kecilnya Rumah Limas melambangkan status sosial pemiliknya. Pada bagian atap rumah terdapat hiasan simbar dan tanduk kambing. Simbar dianalogikan sebagai masyarakat Palembang yang hidup mandiri. Sedangkan tanduk dianalogikan sebagai penunjuk tingkat sosial pemilik rumah. Perbedaan kasta dalam keturunan adat Palembang terlihat jelas pada perbedaaan ketinggian pada lantai rumah yang disebut dengan bengkilas. Bagian teras depan rumah dikelilingi pagar setinggi plafon yang disebut dengan pagar tenggalong. Pagar ini dibuat tinggi dengan maksud agar anak perempuan tidak keluar rumah. Terdapat anak tangga yang berjumlah ganjil yang mempunyai makna akan membawa keberuntungan bagi yang menempati rumahnya. Terdapat amben tetuo yang digunakan sebagai tempat pelaminan disaat upacara perkawinan dan amben keluargo yang berfungsi sebagai ruang keluarga. Terdapat juga dapur atau yang disebut juga dengan pawon. Pawon ini letaknya terpisah dari rumah Limas atau terletak pada bagian belakang rumah yang berfungsi sebagai area service. ANALISA Potensi yang Ada Salah satu warisan budaya yang berupa rumah tinggal masyarakat Palembang adalah Rumah Limas. Rumah Limas ini masih banyak dijumpai diperkampungan asli masyarakat Palembang tepatnya yang berada di Seberang Ulu dan Seberang Ilir Kota Palembang. Apabila Rumah Limas ini terus dijaga dan dilestarikan bentuk dan keberadaannya maka akan menjadi aset budaya yang sangat potensial untuk dijadikan kawasan wisata budaya. Selain mendukung pariwisata juga bisa meningkatkan kesejahteraan pemilik Rumah Limas dan menambah perekonomian daerah. Masalah yang Ditimbulkan Kendala atau masalah yang ada adalah bahwa Rumah Limas yang ada di Palembang saat ini kondisinya hampir terancam punah. Ini disebabkan karena Rumah Limas yang ada sekarang kondisinya sudah tua dan banyak sekali mengalami kerusakan, sedangkan pemilik rumah mempunyai keterbatasan finansial dalam memperbaikinya. Sehingga banyak pemilik Rumah Limas mengambil tindakan dengan memperjualbelikan bahkan menghancurkan Rumah Limas tersebut. Solusi Terhadap Masalah untuk Penanganannya di Masa Mendatang Seluruh pihak baik pemilik rumah, masyarakat dan pemerintah harus bekerjasama saling bersatu padu dalam melaksanakan konservasi rumah limas ini. Bagi pemilik rumah dan masyarakat dituntut rasa memiliki yang tinggi terhadap rumah ini. Kepada pemerintah diharapkan ada komitmen yang jelas dan tindakan yang tegas yang bersifat menguntungkan bagi pemilik Rumah Limas, misalnya dengan cara menghapus pajak bumi dan bangunan bagi seluruh pemilik Rumah Limas tanpa terkecuali dan memberikan bantuan dana untuk pemeliharaan dan renovasi Rumah Limas yang sudah mengalami kerusakan. Di sektor pariwisata Pemerintah harus membuat perencanaan dengan memanfaatkan penyebaran Rumah Limas yang berada dikawasan Seberang Ulu dan Seberang Ilir menjadi Berkala Teknik Vol.5 No.2 September 2015 861

kawasan wisata budaya dimana pada kawasan itu masih banyak dijumpai Rumah Limas yang asli, sehingga masyarakat luas bisa mendapatkan informasi dan menambah wawasan tentang sejarah asal usul warisan budaya. Dengan demikian keberadaan Rumah Limas ini akan menjadi aset budaya penting yang dapat mendukung sektor pariwisata selain menambah pendapatan perekonomian daerah juga dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik Rumah Limas itu sendiri. TINDAK LANJUT 1. Segenap pihak baik pemerintah, swasta maupun masyarakat harus bersatu padu dalam kegiatan konservasi Rumah Limas ini, sehingga bangunan bersejarah yang merupakan warisan budaya bangsa, bisa terus di lindungi dan dilestarikan sampai ke generasi penerus. 2. Pemerintah daerah harus segera mengeluarkan peraturan untuk melindungi Rumah Limas ini yang merupakan bangunan kuno, berupa Peraturan Daerah (Perda) yang mengacu pada UU Benda Cagar Budaya No. 5 tahun 1992. 3. Memberikan keringan pajak atau bahkan penghapusan pajak bagi pemilik bangunan kuno (Rumah Limas) yang disertai dengan syarat yang mengikat bagi pemilik bangunannya. 4. Dari pihak swasta, diharapkan keterlibatan aktifnya dalam memanfaatkan bangunan kuno yang sangat potensial untuk kegiatan yang ekonomis, yang menghasilkan keuntungan. Sehingga keuntungan têrsebut bisa sedikit disumbangkan untuk pemeliharaan bangunan kuno. 5. Kepada masyarakat, dituntut rasa memiliki yang tinggi dan perhatiannya pada pelestarian Rumah Limas ini, yang merupakan warisan budaya, yang harus terus bisa di saksikan oleh generasi penerus bangsa. SIMPULAN Rumah Limas yang merupakan warisan budaya harus tetap terus dipertahankan bentuk dan keberadaannya, karena itu merupakan bagian dari sejarah panjang kota Palembang. Konservasi terhadap bangunan-bangunan kuno sangatlah penting dilakukan, karena ini merupakan payung dalam menjaga dan melestarikan bangunan bersejarah bangsa. Ini juga sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi pemerintah kota Palembang agar tetap menjaga dan melestarikan Rumah Limas agar warisan budaya bangsa itu tidak punah. DAFTAR PUSTAKA Budihardjo, E.. 1996. Architectural Consevation in Bali. Cet IV. Penerbit Alumni. Bandung. Budihardjo, E.. 1997. Arsitektur sebagai Warisan Budaya. Penerbit Djambatan. Siswanto,Ari.. 1997. Rumah Limas Palembang. Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya. Palembang. Berkala Teknik Vol.5 No.2 September 2015 862

Saragih, M.. 2002. Buku Panduan Museum Negeri Sumatera Selatan. Departemen Pendidikandan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Sumatera Selatan. Palembang Wahid. S.. 2006. Gelar Kebangsawanan Kaitannya dengan Rumah Limas Palembang. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Sumatera Selatan. Palembang. Berkala Teknik Vol.5 No.2 September 2015 863