IVANA KUSUMA PARAHITA J

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan (Arwani, 2006). perawat merasa puas dalam bekerja (Aditama,2006).

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh: ENDANG PANISIH J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang paling lama kontak dengan pasien (Aditama, 2010). Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi, setiap perusahaaan akan berusaha untuk

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun oleh: ISNANI J

BAB I PENDAHULUAN. menganggap dokumentasi sebagai bagian yang penting dari praktek. mencerminkan perubahan pada praktek keperawatan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, dengan

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekam medis mempunyai peran yang dominan dalam proses pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sangat menentukan persaingan dalam memenuhi kebutuhan konsumen.

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. baik yang bersifat bedah maupun non bedah.(aditama,2002:6) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan

Ivana Kusuma Parahita* Arum Pratiwi** Keywords: low manager aprasial performance,nursing management, nursing staff perceptions

ANALISIS KINERJA PERAWAT PELKASANA DALAM PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termaktub dalam UUD 1945 (Depkes RI, 1993).

RUS DIANA NOVIANTI J

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyampaikan pendapat bagi warga negaranya, termasuk dalam masalah

Windi Tatinggulu*, Rooije.R.H.Rumende**, Tinneke Tololiu**.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

HUBUNGAN FAKTOR PSIKOLOGIS DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT TK II PELAMONIA MAKASSAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA PETUGAS POLIKLINIK RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit swasta maupun pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk selalu melakukan perbaikan dan penyempurnaan guna

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan nasional untuk peningkatan mutu dan kinerja pelayanan. kuantitas. Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi peningkatan kinerja kerja dan kepuasan pasien (Clifforth & Horvath,

TITIN KUSRINI J

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PERAWAT DI RUANG MPKP DAN BUKAN MPKP DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGAWASAN KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PEMBIMBING KLINIK DALAM PENERAPAN NILAI-NILAI PROFESIONALISME MAHASISWA TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRESS KERJA PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan rumah sakit yang didorong oleh permintaan. pelanggan menyebabkan layanan rumah sakit tidak hanya memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses. perawat Indonesia harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara

MOTIVASI DAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifkan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pemasangan urin.

BAB I PENDAHULUAN. terlebih organisasi bisnis, eksistensinya ditentukan oleh kemampuan sumber

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan, dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2009). untuk mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2014).

BAB VI HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan.

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PENGGUNA YANKESTIS DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD SYECH YUSUF KAB.

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai oleh perawat melalui berbagai bentuk kegiatan, seperti gugus

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI NON-VERBAL PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

SKRIPSI HUBUNGAN KOMPONEN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP BEDAH DAN NON BEDAH RSUP. DR.

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleksnya tugas dan fungsi dari perawat di rumah sakit, maka rumah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional ini dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan

BAB I PENDAHULUAN. kiat keperawatan. Berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas atau mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. instansi membutuhkan seorang manajer yang terdidik dalam pengetahuan dan

Transkripsi:

ANALISA KINERJA KEPALA RUANG SETELAH MENDAPAT PELATIHAN MANAJEMEN KEPERAWATAN MENURUT PERSEPSI STAF KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Oleh: IVANA KUSUMA PARAHITA J 210060100 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang semakin berkembang menuntut peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan turut menentukan mutu pelayanan kesehatan. Untuk mendukung dan mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang bermutu tinggi, profesionalisme dan kinerja tenaga kesehatan termasuk perawat perlu ditingkatkan kapasitasnya (Gibson dkk, 2005). Di Indonesia 70,9 persen perawat tidak pernah mengikuti pelatihan dalam 3 tahun terakhir, 39,8 persen perawat masih melaksanakan tugas non keperawatan, serta belum dikembangkan sistem monitoring dan evaluasi kinerja perawat, sehingga terjadi penurunan mutu kualitas pelayanan (Depkes, 2000). Peningkatan mutu dan kualitas pelayanan juga ditunjang dengan kepemimpinan manajemen keperawatan yang mampu melakukan fungsi dan peran secara optimal. Kepemimpinan dalam manajemen keperawatan melibatkan upaya perorangan untuk mempengaruhi perilaku orang lain untuk memberikan layanan keperawatan yang profesional, langsung dan individual (Gibson dkk, 2005). Peran kepemimpinan dan manajemen merupakan peran dimana tanggung jawab utama manajer perawat adalah merencanakan, mengorganisir, memotivasi, dan mengendalikan kerja staf perawat dalam memberikan layanan keperawatan. Swanburg (2000), menjelaskan bahwa dalam kepemimpinan 1

2 dalam manajemen keperawatan terdiri dari perawat pelaksana, kepala ruang, pengawas, dan direktur atau tingkat-tingkat eksekutif. Manajer utama di sebuah rumah sakit adalah kepala ruang. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya kepala ruang berpedoman pada fungsi dan peran sebagai kepala di tingkat ruanganya. Kepala ruang mempunyai tanggung jawab dalam mengelola, merencanakan, dan mengendalikan kinerja stafnya dalam manajemen keperawatan (Kiswanto, 2005). Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan dalam menjalankan tugas memberikan asuhan keperawatan secara professional (Nursalam, 2002). Dalam menjalankan kepemimpinanya dalam manajemen, kepala ruang akan dipengaruhi berbagai faktor meliputi usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, lama kerja dan lingkungan kerja. Faktor tersebut terkait dengan kecenderungan seseorang akan berperilaku dalam kehidupan berorganisasi (Siagi, 2001). Dalam melakukan tugasnya kepala ruang juga bertugas mengkoordinir stafnya dalam melakukan asuhan keperawatan. Staf keperawatan adalah perawat yang bertanggung jawab pada pasien terhadap pemberian asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar. Staf keperawatan yang baik dimana mampu merencanakan, melakukan dan mampu mengkoordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat (Nursalam, 2002). Hubungan komunikasi antara kepala ruang dan staf keperawatan yang baik dapat meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Staf keperawatan

3 mempunyai persepsi dalam kebijakan peraturan yang diberikan oleh kepala ruang. Di rumah sakit di Indonesia kepala ruang menempati jabatan / stuktur yang tinggi dalam mengelola kinerja staf keperawatanya. Menurut Mujiyono (2002) dalam penelitiannya tentang fungsi manajemen kepala ruang dalam pelayanan asuhan keperawatan mengemukakan bahwa peranan kepala ruang dalam manajemen keperawatan masih kurang optimal, hal ini disebabkan karena pengetahuan tentang penerapan manajemen keperawatan yang belum mereka ketahui. Dengan demikian berakibat pada ketidakpuasan kerja kepala ruang, data ini menunjukan kinerja dan kepemimpinan kepala ruang yang masih dibawah standar. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti melalui observasi pada tanggal 11 Januari 2010 RS Islam PKU Muhammadiyah Surakarta merupakan Rumah Sakit terakreditasi yang terletak di pusat kota Surakarta. Di RS Islam PKU Muhammadiyah Surakarta kepala ruang harus mampu menerapkan dirinya terhadap peran dan fungsi manajemen yang diembanya, tanggung jawab pertama kepala ruang adalah memberikan asuhan keperawatan yang efektif sesuai harapan pasien melalui usaha staf perawatan. Dengan demikian kepala ruang harus mengetahui peran dan fungsinya. Kurangnya pengetahuan kepala ruang tentang manajemen keperawatan mengakibatkan kurang optimalnya pengelolaan kinerja kepala ruang dalam penerapan manajemen keperawatan. Kinerja yang belum optimal ini ditunjukan dengan berbagai peran dan fungsi manajemen kepala ruang

4 belum diterapkan. Pelatihan Manajemen keperawatan yang diberikan kepada kepala ruang sangat penting untuk diberikan sehingga manajemen keperawatan yang baik dapat diterapkan pada staf keperawatan ruangan, sehingga mutu dan kualitas pelayanan di rumah sakit dapat meningkat. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin meneliti Analisis Kinerja Kepala Ruang Setelah Mendapat Pelatihan Manajemen Keperawatan Menurut Persepsi Staf Keperawatan di RS Islam PKU Muhammadiyah Surakarta B. Perumusan Masalah Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yaitu Bagaimanakah kinerja kepala ruang setelah mendapat pelatihan manajemen keperawatan menurut persepsi staf keperawatan di RS Islam PKU Muhammadiyah Surakarta?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran kinerja kepala ruang setelah mendapat pelatihan manajemen keperawatan menurut persepsi staf keperawatan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta 2. Tujuan Khusus a) Mengetahui kinerja kepala ruang sebelum pelatihan manajemen keperawatan di RS Islam PKU Muhammadiyah Surakarta menurut persepsi staf perawat

5 b) Mengetahui kinerja kepala ruang setelah mendapat pelatihan manajemen keperawatan di RS Islam PKU Muhammadiyah Surakarta menurut persepsi staf perawat. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah khasanah pengetahuan bidang keperawatan, khususnya pada manajemen keperawatan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penelitian. b. Bagi Rumah Sakit Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran pada kepala ruang di Rumah sakit tentang pentingnya pengetahuan manajemen kepala ruang. c. Bagi Perawat Diharapkan dari hasil pelatihan untuk kepala ruang mampu menerapkan fungsi dan peran dalam manajemen yang diterapkan kepada staf perawat sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit.

6 E. Keaslian Penelitian 1. Kiswanto, 2005. Hubungan Persepsi Perawat Terhadap Fungsi Manajemen Kepala Ruang Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Sleman. Analisis menggunakan SPSS, dengan uji Chi Square. Analisis data menujukkan hasil sebagai berikut : hubungan antara fungsi perencanaan dengan kinerja, p = 0,002, hubungan antara fungsi penggerakan dan pelaksanaan dengan kinerja p = 0,001, hubungan antara fungsi pengawasan, pengendalian, penilaian, p = 0,000 Kesimpulanya ada hubungan antara persepsi perawat terhadap fungsi manajemen kepala ruang dengan kinerja perawat di ruang inap RSUD Sleman. Persamaaan: variabel sama:persepsi perawat dan kinerja kepala ruang Perbedaan : Uji statistik yang digunakan berbeda: chi square, tempat penelitian,waktu. 2. Priyanto, Yudi. 2005. Hubungan Persepsi Perawat tentang Faktor Pendukung Kinerja Pelaksanaan Asuhan Keperwataan Dengan Penerapan Asuhan Keperawatan Di Instalasi Rawat Inap RS Bhakti Wira Tamtama Semarang. Jenis penelitian ini adalah observational research dengan pendekatan cross sectional. Data diolah secara univariat dan bivariat yang meliputi tabulasi silang dengan uji rank spearman, untuk melihat hubungan antara variabel digunakan bantuan program SPSS for Windows Versi 10.00. Hasil penelitian menggunakan uji rank spearman pada signifikan 0,05 diperoleh hasil ada hubungan antara persepsi peralatan (r-

7 hitung 0,414 p-value 0,006 dengan kategori agak rendah), persepsi kompensasi (r-hitung -0,479 p-value 0,001 dengan kategori agak rendah), persepsi lingkungan kerja (r-hitung -0,445 p-value 0,003 dengan kategori agak rendah) dengan penerapan asuhan keperawatan. Tidak ada hubungan antara persepsi kemampuan (r-hitung 0,490 p-value 0,572 dan metode kerja (r-hitung -0,35 p-value 0,825) dengan penerapan asupan keperawatan. Untuk mengupayakan asuhan keperawatan yang optimal perawat harus meningkatkan kemampuan dalam pembuatan dokumentasi proses perawatan dengan benar, mengupayakan metode kerja sesuai standar. Persamaaan: variabel sama:persepsi perawat Perbedaan : Uji statistik yang digunakan berbeda: rank sperman, tempat penelitian,waktu, pengambilan data menggunakan observasi.