BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN MODEL SEPATU DI ROMAWI PADA ABAD KE-1 MASEHI. Oleh Suciati, S.Pd., M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

Bab 2. Data dan Analisa. Data dan informasi yang digunakan untuk analisa dan konsep proyek ini didapat dari

BAB II. METODE PERANCANGAN

BAB III SURVEY LAPANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN

KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB II METODE PERANCANGAN

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

BAB V KONSEP DESAIN. Berdasarkan hasil studi dan analisa, maka didapatkam kriteria produk perancangan desain ini ialah:

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan 1. Fungsi Sandal dan totebag

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat menciptakan keunikan dari sebuah produk, salah satu cara

Desain Alas Kaki Casual untuk Anak Perempuan Usia 8-12 Tahun dengan Eksplorasi dan Aplikasi Motif Batik Anak

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis,

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: Seragam olahraga, kenyamanan berpakaian, respon suhu kulit, dan respon denyut nadi pemulihan

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari kemajuan peradapan suatu masyarakat. Hal itu dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN FUNGSI PRODUK RANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah


A. Bagan Pemecahan Masalah

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya

Bab VI Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF. Kebutuhan manusia dapat dibagi sesuai tingkat kepentingan atau prioritas

TUGAS AKHIR PERANCANGAN SEPATU WEDGES DENGAN INSPIRASI BENTUK HEWAN

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB II PRODUK DAN JASA

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK

IV. KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MODE BUSANA

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)


III. METODE PENCIPTAAN

Tahun 1970-an batik Indonesia diunggulkan sebagai busana resmi di Indonesia oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN ALAT PEMINTAL BENANG ERGONOMIS KERAJINAN TENUN IKAT

BAB II. Metodologi Perancangan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah


dari permainan egrang. Seperti yang kita ketahui permainan egrang kini sudah sangat

REKAP KUESIONER TERBUKA

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

BAB V KONSEP PERANCANGAN

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN

Briefing , 18 July 2016 Day 1-3, July 2016 Day 4, 23 July 2016

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Transkripsi:

A. Tabel Data Perancangan BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN Tabel 2 : Tabel Data Perancangan 9

B. Data Berkaitan Fungsi Produk Rancangan 1. Sejarah dan Perkembangan sepatu Dahulu alas kaki terbagi dalam 2 jenis, yaitu tipe mokasin dan sandal. Mokasin biasa digunakan oleh masyarakat di kawasan subtropis dengan desain tertutup. Nah istilah mokasin ini sekarang lazim disebut dengan sepatu. Sandal biasa digunakan oleh masyarakat di kawasan tropis. Dari 2 jenis itu, mucul beberapa dasar tipe alas kaki. Menurut Saryoto BSc, dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Barang Kulit Karet dan Plastik (BBPPKP), Depperindag, ada lima bentuk pola dasar dalam merancang alas kaki, yaitu model pump, derby, moliere (oxford), pantofel, dan mokasin. Model pump merupakan bentuk dasar sepatu wanita. Alas kaki yang dulunya begitu simpel, telah mengalami beberapa perubahan, seperti terdapatnya hiasan dengan beragam aksesoris untuk memperindahnya 1 Manusia pertama kali melindungi kaki dengan cara mempergunakan daun dan rumput yang berukuran besar sebagai alas kaki yang diikat dengan tumbuhan merambat secara melingkar di seleliling kaki. Di negara negara panas, cara ini berkembang menjadi sandal yang dibuat dari daun palem yang ditenun, rumput atau serat tanaman lain yang dikaitkan ke kaki dengan cara dijepit oleh jari kaki, selain itu penggunaan bahan baku alas kaki berkembang mempergunakan kulit binatang terutama di negara beriklim dingin. Menurut sejarah Mesir, alas kaki yang pertama digunakan adalah sandal oleh orang Sumeria yaitu Naram Sin tahun 2500 SM pada masa kejayaan Stele. Alas kaki tersebut terbuat dari tanah liat sekitar tahun 3000 SM. Bentuk ujung depan melengkung ke atas, model ini dipergunakan oleh raja. Pada masa ini alas kaki telah berkembang menjadi bagian dari keserasian berbusana pada acara formal. 1 Mode Sepatu Dalam Sejarah, Gramedia, Jakarta, 2010 10

Abad 12 sampai 14, di Eropa sepatu dari kulit telah berkembang. Modelnya berupa boot pendek yang disebut estvaux. Pemakaian boot pendek dilengkapi dengan kaos kaki sehingga kaki lebih terlindungi. model ini berkembang karena tahun 1320 Masehi pembuatan sepatu mulai dijahit karena ditemukannya mesin jahit. Pada masa ini ukuran panjang jari kaki sepatu menentukan status sosial dimasyarakat. Gambar 2 : Model sepatu yang ditemukan di Azerbaijan antar abad 13 14 Masehi Sumber : Suciati, S.Pd., M.Ds, Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI Gambar 3 : Sepatu model Poulaines pada abab 14 16 Masehi Sumber : Suciati, S.Pd., M.Ds, Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI Abad ke 15 model sepatu mengalami perkembangan. Tahun 1500 berkembang model sepatu dengan bentuk ujung jari tumpul. Tahun 1570 berkembang model sepatu dengan tali tali renda mulai dari ujung lidah sepatu 11

dengan tinggi tumit sepatu 2 3 inci. Tahun 1590 berkembang model sepatu dengan bentuk ujung jari melingkar. Gambar 4 : Sepatu model Eschapin dan sepatu model Escolleter abad 15 Masehi Sumber : Suciati, S.Pd., M.Ds, Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI Gambar 5 : Sepatu model Venetian pada abad 16 Masehi Sumber : Suciati, S.Pd., M.Ds, Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI Abad 17, pria memakai sepatu dengan bentuk ujung jari persegi atau melengkung seperti kubah. Tahun 1660 mulai ditemukan gesper untuk mengikat sepatu sehingga sepatu dengan tali renda berubah mempergunakan gesper. 12

Gambar 6 : Industri sepatu abad 17 Masehi Sumber : Suciati, S.Pd., M.Ds, Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI Gambar 7 : Model sandal dari bahan perak pada abad 16 Masehi Sumber : Suciati, S.Pd., M.Ds, Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI Gambar 8 : Sepatu dengan aplikasi dekorasi bahan renda dari Prancis pada abad 17 Masehi Sumber : Suciati, S.Pd., M.Ds, Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI Abad 18, wanita memakai sepatu dengan hiasan bordir berwarna metalik dengan tumit tinggi yang dihiasi pula dengan pita dan gesper serta bentuk ujung 13

kaki runcing. Sepatu laki laki terbuat dari kulit hitam dengan tumit rendah. Tahun 1760 bentuk tumit pada sepatu laki laki menjadi ramping. Akhir abad 18, tumit sepatu wanita menjadi lebih rendah bahkan tak bertumit dengan bentuk ujung jari oval yang sempit atau persegi. sepatu wanita saat ini berkembang pula pemakaian pita satin dan bahan sepatu dari sutera. Abad 19, laki laki dan wanita pada umumnya memakai sepatu boot. Model sepatu boot yang terkenal adalah Blutcher. Bahan untuk sepatu menjadi beragam seperti satin, sutera, kulit binatang dan bahan lain yang dipres. Model sepatu untuk pria berenda di bagian depan dengan bentuk ujung kaki lebar. Gambar 9 : Model sepatu untuk laki laki dengan hiasan bordir dan warna perak pada akhir abad 19 Masehi Sumber : Suciati, S.Pd., M.Ds, Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI Abad 20, muncul desainer desainer sepatu. Akibatnya banyak berbagai model sepatu untuk berbagai kesempatan pemakaian. Tahun 1920 1930 orang cenderung memakai sepatu dengan dua warna. Tahun 1940 berkembang sepatu serba guna. tahun 1950 1970 dikenal sepatu dengan merek Brothel Creeper, Winkle Pickers, Stilleto dan Palt Form Soles. Desainer sepatu yang terkenal diantaranya Patrick Cox, Red or Dead, Emma Hope dan Jeffrey West. 2 2 Suciati, S.Pd., M.Ds, Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI, Perkembangan Sepatu di Romawi Pada Abad ke 1 Masehi. 14

Gambar 10 : Model sepatu wanita dengan tumit tinggi, hiasan sepatu mempergunakan satun, bordir, payet dan mute Sumber : Suciati, S.Pd., M.Ds, Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI Menurut G Marion, A Nairn, "Kami membuat sepatu, Anda membuat cerita " pengalaman gadis remaja 'fashion: Bricolage, taktik dan identitas naratif. Caracara yang gadis gadis remaja Perancis menggunakan busana untuk membangun identitas mereka, yang berawal dari masa kecil yang mereka tinggalkan untuk berkembang menjadi perempuan dewasa. Teks verbatim dari 14 diskusi fenomenologis tentang pakaian, aksesoris, make up dan fashion diinterpretasikan menggunakan konsep bricolage (Levi Strauss), taktik (Certeau) dan identitas naratif (Ricoeur). Temuan beresonansi dengan Thompson dan Haytko, penggambaran hubungan dialogis antara konsumen dan sistem countervailing, makna fashion dengan eksposisi Murray dari ketegangan dialektis dan diskursif, antara tanda eksperimen dan sign dominasi. Tapi di luar ini kita menjelaskan proses dimana remaja juga memperoleh fashion dari lingkungan sosial pribadi, keterampilan dan taktik di mana mainan mereka dibatasi dengan simbolisme busana untuk membangun alur cerita dari kehidupan mereka sendiri yang mencerminkan masa lalu mereka, mendefinisikan diri mereka sekarang dan masa depan mereka. (Taylor & Francis : 2011) 15

2. Ergonomi Kaki Ergonomi berhubungan dengan studi tentang interaksi antara manusia dengan objek yang digunakannya serta dengan lingkungan kerja yang mereka gunakan. Definisi ergonomi secara praktis adalah perancangan objek yang akan digunakan oleh manusia (design for human use). Sanders dan Mc Cormick mendefinisikan secara lengkap tentang ergonomi. Mereka menjelaskan kedalam tiga pendekatan: fokus utama, sasaran dan pendekatan utama. Fokus utama ergonomi adalah mempertimbangkan faktor manusia dalam perancangan objek, peralatan dan juga lingkungannya. Sasaran utamanya adalah meningkatkan efektifitas hasil kerja system manusia mesin, pendekatan utama adalah dengan mengaplikasikan secara sistematis data tentang karakteristik kemampuan dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem ataupun prosedur. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur serta lingkungan yang digunakan dalam bekerja dan hidup sehari hari. Perhatian utama dari ergonomi adalah pada manusia dan bagaimana rancangan suatu produk atau barang yang mempengaruhi manusia yang menggunakannya. Ergonomi yang juga disebut dengan human factors berusaha mencari perubahan terhadap produk atau barang yang digunakan manusia agar dapat meningkatkan kemampuan sekaligus mengatasi keterbatasan keterbatasan manusia. (Nurmianto, 1996)Permasalahan dalam bidang ini yaitu tentang dimensi tubuh manusia memang perlu dikaji karena banyak persoalan yang timbul dari tidak diperhatikannya aspek anthropometri dalam perancangan suatu system kerja. Hal ini dapat terjadi mulai dari ketidaknyamanan sampai rendahnya produktivitas atau kecelakaan kerja bahkan bencana bagi lingkungan.. Data pada penelitia ini didapatkan dengan pengukuran pada ukuran anggota tubuh manusia dandikumpulkan dari pengambilan sample yang 16

memenuhi syarat untuk mewakili populasi dan berdistribusi normal. Dari data tersebut dicari mean (rata rata) dan simpangan baku (standart deviasi). a. Data Kontur Kaki untuk Menentukan Kontur Produk Sepatu Data ini digunakan untuk mengetahui bentuk tubuh manusia, yaitu bentuk kaki manusia. Dalam perancangan produk sepatu wanita dewasa ini, penting sekali diperhatikan adanya data kontur kaki. Dengan didapatkannya data kontur kaki ini selanjutnya kita akan dapat menetukan kontur produk sepatu yang akan kita rancang. Adapun kontur kaki yang akan diukur adalah sebagai berikut: 1. Kontur kaki depan adalah bentuk kaki bagian depan dengan pengukuran mulai dari sisi kiri kaki depan melingkar keatas sampai sisi kanan kaki depan. 2. Kontur kaki tengah adalah bentuk kaki bagian tengah dengan pengukuran mulai dari sisi kiri kaki bagian tengah melingkar keatas sampai sisi kanan kaki bagian tengah. 3. Kontur kaki ujung adalah bentuk kaki bagian ujung (belakang) dengan pengukuran dari sisi kiri kaki bagian ujung melingkar keatas sampai sisi kanan kaki bagian ujung. 4. Kontur kaki atas adalah bentuk kaki bagian atas dengan pengukuran dari ujung jari kaki nomer dua (tulang metatarsal 2) naik keatas sampai kontur kaki ujung. 5. Kontur vertical belakang adalah bentuk kaki bagian belakang dengan pengukuran dari ujung tumit kaki naik keatas sampai horizontal mata kaki. Kontur horizontal belakang adalah bentuk kaki bagian belakang dengan pengukuran mulai dari sisi kiri kontur kaki tengah melingkar kebelakang arah horizontal sampai sisi kanan kontur kaki tengah. 3 3 Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep dasar & Aplikasinya, Edisi 1, Gunawijaya, Jakarta, 1996 17

Menurut C. Frey, Wanita berbeda dari laki laki dalam struktur dan biomekanik. Kaki pada wanita cenderung memiliki tumit sempit, dalam hubungan dengan kaki depan. Secara keseluruhan wanita memiliki kaki yang lebih sempit daripada pria yang memiliki kaki relatif lebih panjang. Wanita cenderung pronate kaki mereka lebih banyak dan memiliki Achilles tendon lebih kecil dibandingkan laki laki, kedua faktor memiliki implikasi untuk sepatu cocok. Meskipun sepatu telah dipakai selama ribuan tahun untuk tujuan utama melindungi kaki dari lingkungan, studi terbaru telah menyatakan bahwa sepatu sebagai penyebab utama gangguan kaki depan pada wanita. Beberapa penulis telah melaporkan efek berbahaya dari pemakaian sepatu dan faktor terbesar adalah sepatu yang sempit. Sehubungan dengan kelainan kaki pada wanita, penelitian ini akan mengeksplorasi anatomi, biomekanik, gangguan kaki depan umum, dan pemakaian sepatu melalui usia, pemakaian sepatu atletik, dan program penguatan kaki. (Clinical Orthopaedics and related research : 2000) Menurut S.W Balkin, "Perempuan Cina dari semua kelas sosial memiliki kaki yg dibebaskan." Meskipun dibebaskan dari mengikat kaki, kaki perempuan belum dibebaskan dari fashion sepatu yang menyebabkan deformity. Dua ratus tahun yang lalu, dokter Belanda Petrus Camper (1722 1789), membahas absurditas fashion sepatu menulis, "Kami berikan kasih sayang yang wajar pada nasib perempuan Cina yang terkilir kakinya, dalam ketaatan kepada perintahperintah kustom barbar, namun kita sendiri telah mengajukan rasa tidak puas untuk usia penyiksaan yg kejam. " Hari ini masih berlaku sebagai perempuan elektif yg merusak kaki mereka dengan menggunakan sepatu yg sempit dan sakit saat digunakan. Dalam kelompok usia di atas 65 tahun, wanita banyak memiliki kelainan kaki kronis dibandingkan dengan pria, wanita memiliki dua kali lipat jumlah kuku tumbuh ke dalam, 3,5 kali lebih banyak luka dan kapalan, dan 13 kali lebih bunions. ( Jama : 1993) 18

Menurut SJ Park, Penelitian ini dirancang untuk mengetahui perubahan pada wanita lansia itu ukuran kaki dan bentuk oleh penuaan, untuk mengusulkan ukuran spesifikasi untuk sepatu wanita tua itu, dan untuk menghasilkan persamaan regresi menggunakan pengukuran perwakilan item untuk memperkirakan pengukuran lain biasanya sulit untuk mendapatkan. Subyek penelitian adalah 118 perempuan dari 30 59 tahun dan 227 wanita lanjut usia lebih dari 60 tahun. Antropometri Martin dilakukan pada kaki kanan dari setiap mata pelajaran untuk 25 item. Dan 11 item pengukuran tidak langsung diukur di kedua kaki mencetak garis tunggal dan gambar di profil yang diambil oleh kamera digital. Untuk analisis statistik pada pengukuran antropometri dengan program SPSS, analisis varians, uji post hoc (SNK test), tabulasi silang, analisis korelasi berganda, analisis regresi dilakukan. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, ditemukan bahwa angka kaki wanita tua lebih dari 60 tahun lebih kecil di ketebalan dan lebar daripada di bawah 60 tahun. Selain itu, terungkap bahwa jempol kaki dan jari kelingking kaki wanita lanjut usia menunjukkan kecenderungan berkonsentrasi untuk poros tengah dari kaki. Indeks kaki lansia lebih kecil dengan lebar dan ketebalan. Kedua, kaki tabel distribusi ukuran kelompok lansia menunjukkan rentang ukuran yang lebih luas dan tertutup ukuran yang lebih kecil daripada di bawah usia 60, yang berarti variasi luas dalam ukuran kaki wanita lansia. Ketiga, analisis korelasi berganda menunjukkan korelasi yang tinggi dari panjang kaki / ketebalan pengukuran lain, menunjukkan kedua item dapat digunakan sebagai item representatif untuk ukuran sepatu spesifikasi wanita lansia sebagai kelompok usia lainnya. Persamaan regresi yang diproduksi menggunakan panjang kaki / ketebalan untuk memperkirakan pengukuran lain, menyarankan item tersebut dapat diperkirakan secara efektif dan dimanfaatkan di on / off line shop manufaktur sepatu sebagai tumit ke panjang besar kaki, tumit untuk sedikit panjang kaki, malleouls eksterior lebar, punggung kaki ketebalan, pergelangan kaki ketebalan, dll Hasil ini menyiratkan fitur bijaksana kaki wanita tua sebagai keragaman bentuk kaki dan ukuran lebar spesifikasi berbagai harus diterapkan untuk desain sepatu ergonomis bagi mereka. (2008) 19

Menurut Russel W. Belk, Di lain waktu dan tempat, termasuk Skotlandia (Wright 1922) dan Meksiko (Heyman 1994), kepemilikan sepatu saja sudah cukup untuk memberi status kekayaan yang dikenal sebagai "orang orang dengan sepatu." Dalam konteks lain, termasuk remaja Amerika, jenis sepatu yang dikenakan adalah penanda dari usia dan status ekonomi. Salah satu ritual yang lebih umum dari bagian yang melibatkan sepatu, adalah transformasi simbolis seorang gadis muda untuk kaum hawa melalui dirinya pasangan pertama sepatu bertumit tinggi. Ketajaman dan makna yang melekat pada pembelian ini jelas dalam laporan seperti ini: Aku berada di kelas 6 ketika saya memutuskan saya siap untuk menjelajah ke dunia kewanitaan; Saya perlu untuk memberkati kaki perawan saya dengan pasangan pertama mereka sepatu hak tinggi. Saya mulai menyimpan setiap sen dan nikel yg saya diterima. Aku bahkan dikenakan salah satu tamu rumah ayahku menyewa untuk tinggal di kamar saya. Setiap kali keluarga saya pergi berbelanja, saya memohon untuk pergi melihat apakah sepatu "saya" itu masih ada, memastikan bahwa tidak ada yang mencurinya dariku. Ketika saya akhirnya punya cukup uang, ibu saya membawa saya ke Payless untuk mendapatkan sepatu saya. Aku begitu senang. Dia terus bertanya padaku apakah aku yakin aku ingin sepatu, mereka putih, palsu kulit, sepatu sandal seperti dengan gabus tumit dua inci. Gentar, aku berjalan keluar dari toko celana pendek saya dengan sepatu hak tinggi saya baru. Aku mengenakan sepatu baru saya pulang dengan bangga, merasa seperti wanita sejati, seksi dan dewasa. Sama seperti upacara tradisional peralihan melibatkan menderita percobaan atau cobaan, banyak wanita melaporkan bahwa mereka menderita lecet, pergelangan kaki terkilir, jatuh, dan malu pada mengenakan sepatu hak pertama. Meskipun sepatu hak tinggi adalah ritual sepatu yang paling umum dari bagian untuk wanita muda, beberapa juga melaporkan bahwa pertama memiliki sandal balet, sepatu non ortopedi, atau stoking tanda tanda mereka menjadi seorang wanita. 20

Mendapatkan dan memakai sepatu tertentu juga dilihat sebagai suatu ritus peralihan untuk pria selama masa remaja mereka (lihat juga Barthelemy 2001). Ketika saya berumur sekitar dua belas tahun, saya selalu ingin memiliki sepasang sepatu kulit. Ada alasan beberapa mengapa saya selalu ingin memiliki sepatu kulit, sepatu kulit hitam terutama untuk sekolah. Pertama, itu adalah tentang waktu bahwa saya meninggalkan sekolah dasar dan bersiap siap untuk SMP. Saya merasa sepasang sepatu kulit hitam bisa meng upgrade status saya dari menjadi seorang anak untuk remaja. Sepasang sepatu kulit bisa membuat saya merasa bahwa saya lebih dewasa dan lebih banyak independen. Alasan mengapa saya merasa seperti itu karena orang tua saya bertekad untuk tidak membeli sepatu kulit untuk anak anak mereka sampai mereka lulus dari sekolah dasar. Mereka merasa anak anak anak anak dan mereka tidak perlu memakai barangbarang mahal. Namun, mereka merasa bahwa kelulusan dari sekolah dasar mencerminkan bahwa anak anak yang lebih luas dan self disiplin daripada sebelumnya. Sepatu tidak populer selama masa kanak kanak juga bisa menjadi stigmata (Goffman 1963). Beberapa dari mereka yang orang tuanya 'memaksa mereka untuk memakai alas kaki yang tidak populer mengundurkan diri diri untuk mengenakan sepatu membenci sampai mereka memakai keluar atau yang terlalu besar, sementara yang lain terpaksa strategi yang lebih licik dari superannuating sepatu mereka. Terima kasih kepada beberapa hambar cahaya biru khusus Ibu dan Ayah tiba di rumah satu malam dengan karung besar penuh sepatu. Hal mengejutkan adalah bahwa hanya satu dari kita pada saat itu membutuhkan sepasang sepatu kets baru. Kami memuncak ke dalam karung hanya untuk menemukan sepuluh sepasang sepatu kets hijau terang. Pikiran pertama saya adalah bagaimana UGLY mereka. Tentu saja, yang bisa melewatkan baik $ 1,99 per pasang kesepakatantentu, orang tua saya tidak bisa! Sejak saat itu selama 3 tahun saudara saudara saya dan saya dipaksa untuk memakai sepatu yang mengerikan. 21

Salah satu kenangan masa kecil saya dalam hal sepatu adalah ketika ayah saya membuat saya membeli sepasang sepatu karena mereka "kokoh". Saya berasal dari keluarga besar di mana uang adalah kekhawatiran dan, karena itu, kita masing masing sebagai anak anak hanya dimiliki satu atau, jika Anda beruntung, dua pasang sepatu. Situasi ini membuat lebih penting bahwa pembelian sepatu yang berkualitas baik. Tak perlu dikatakan, ayah saya membuat saya membeli "kokoh" sepatu. Dalam kasus ini, yang "kokoh" sepatu yang jelek. Aku membenci mereka. Itu hanya kepribadian persuasif ayahku yang membuat saya memecah dan mengatakan saya akan memakai sepatu ini. Aku mengenakan sepatu, tetapi membenci setiap detik. Saya sengaja mencoba untuk menghancurkan mereka. Aku menendang dinding, mengetuk mereka terhadap pembatasan, dan menyeret mereka di sepanjang trotoar saat mengendarai sepeda saya. Namun, tidak ada akan menghancurkan sepatu ini. Untuk cemas besar saya, mereka benar benar "kokoh" sepatu. Saya akhirnya memakai mereka untuk apa yang saya rasakan adalah sangat panjang, lama. Apa yang akan saya lakukan, adalah mendapatkan skateboard saya; dan aku akan pergi keluar dan naik skateboard saya dan duduk di skateboard dan pergi cepat menuruni bukit dan menyeret kakiku menuruni bukit. Peran orang tua sebagai penjaga gerbang dalam memutuskan kapan saatnya untuk dicari ritual sepatu jelas dalam komentar ini. Dengan menjaga anakanak di sepatu masa kecil mereka lebih lama, orang tua tersebut dianggap akan menahan dewasa (atau tahap berikutnya dari remaja) dari anak anak mereka. Ada beberapa indikasi pentingnya simbol simbol status perkembangan dalam laporan dari tidur dengan sepatu yang diinginkan setelah diakuisisi. Lampiran sepatu tersebut mirip dengan obyek transisi yang secara simbolis menjembatani kesenjangan antara anak dan orang tua tidak ada (misalnya, Gulerce 1991, Winicott 1953), kecuali bahwa dalam kasus ini mereka lebih akurat obyek pemisahan yang mencerminkan status baru merdeka dari anak dari orang tua. (Advances in Consumer Research : 2003) 22

C. Data Berkaitan Estetika Produk Rancangan 1. Budaya Jawa Indonesia mempunyai banyak sekali keragaman budaya yang menjadi ciri khas, keberagaman budaya ini dipengaruhi oleh letak geografis dan etnis Jawa yang paling dominan baik dari segi luas wilayahnya maupun populasinya, sehingga budayanyapun sangat beraneka ragam. Misalnya rumah adatnya, barang peninggalan sejarah, kesenian, tarian dan lain sebagainya. Kebudayaan Jawa ini tidak hanya menampilkan nilai nilai estetika, namun budaya ini juga mengedepankan nilai toleransi, keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan sehari hari. Tak hanya itu budaya jawa juga menjunjung tinggi nilai kesopanan dan kesederhanaan. Dari sekian banyak budaya yang ada di Indonesia, budaya Jawa merupakan budaya yang paling banyak diminati oleh orang asing. Budaya tersebut diantaranya tari tarian, wayang, batik, sastra dan keris. Motif ukiran yang ada di Indonesia memiliki kekayaan corak yang beraneka ragam. Bentuk bentuk motif ukiran yang beraneka ragam tersebut masing masing memiliki ciri khas tersendiri sesuai dengan daerahnya. Contoh motif ukiran tradisional Jawa 4 4 Soepratno, B. (1997). Ornamen Ukir Jawa Tradisional, Keterampilan Menggambar dan Mengukir Kayu Jilid 1. Semarang: Effhar. 23

Gambar 11 : Motif Pajajaran ( Sumber : Ornamen Ukir Jawa Tradisional 1 ) Gambar 12 : Motif Mataram ( Sumber : Ornamen Ukir Jawa Tradisional 1 ) Gambar 13 : Motif Bali ( Sumber : Ornamen Ukir Jawa Tradisional 1 ) Gambar 14 : Motif Majapahit ( Sumber : Ornamen Ukir Jawa Tradisional 1 ) Gambar 15 : Motif Jepara ( Sumber : Ornamen Ukir Jawa Tradisional 1 ) Gambar 16 : Motif Madura ( Sumber : Ornamen Ukir Jawa Tradisional 1 ) 24

Gambar 17 : Motif Cirebon ( Sumber : Ornamen Ukir Jawa Tradisional 1 ) Gambar 18 : Motif Surakarta ( Sumber : Ornamen Ukir Jawa Tradisional 1 ) Gambar 19 : Motif Yogyakarta ( Sumber : Ornamen Ukir Jawa Tradisional 1 ) Gambar 20 : Motif Pekalongan ( Sumber : Ornamen Ukir Jawa Tradisional 1 ) Gambar 21 : Motif Semarangan ( Sumber : Ornamen Ukir Jawa Tradisional 1 ) Gambar 22 : Motif Karang ( Sumber : Ornamen Ukir Jawa Tradisional 1 ) Tabel 3 : Motif Ukiran Tradisional Jawa ( Sumber : Ornamen ukirjawa tradisional 1 ) 2. Objek Referensi & Inspirasi Objek referensi penulis dan inspirasinya antara lain dari ukiran Yogyakarta, motif motif kain dan keris. 25

Gambar 23 : Motif Awan ( Sumber : Ornamen Ukir Jawa Tradisional 1 ) Gambar 24 : Motif Bunga Cengkeh ( Sumber : Ornamen Ukir Jawa Tradisional 1 ) Gambar 25 : Sumber Inspirasi (Keris, Kain dan Ukiran Khas Yogyakarta ) Sumber : google 26

3. Jenis dan Warna Sepatu Wanita Pada prinsipnya sepatu wanita hanya terbagi menjadi 2 jenis, yaitu sepatu yang memiliki hak datar atau flat shoes dan sepatu yang memiliki hak tinggi atau high heels. Flat shoes atau sepatu yang memiliki hak datar sebenarnya adalah jenis sepatu yang paling aman dan sehat serta sesuai dengan fungsinya sebagai pelindung telapak kaki, meskipun diproduksi dengan berbagai jenis bahan dan didisain dengan beraneka ragam. Gambar 26 : Flat Shoes Kenzo Sumber : Retno Wulan F, 2015 High heels atau sepatu hak tinggi lebih mengutamakan penampilan dan kecantikan. Semakin ekstrim ukuran tinggi hak untuk sepatu ini, maka akan semakin ekslusif pula efek bagi penggunanya. Keanekaragaman disain dari kreativitas para perancang sepatu wanita berhak tinggi ini menghasilkan beraneka ragam model yang selalu menarik bagi para wanita. Model hak atau heels tersebut bisa diaplikasikan untuk sepatu wanita high heels, mid heels dan low heels. Pada perkembangannya, berdasarkan pada bentuk hak yang digunakan sepatu wanita high heels ini akhirnya terkoreksi dan terkelompok kemudian memiliki istilah sendiri, seperti berikut : 27

Gambar 27 : High Heels Christian Louboutin Sumber : Retno Wulan F, 2015 a. Cone Hak pada bawah tumit berbentuk setengah bulat. Gambar 28 : Sepatu Cone Heel Sumber : http://www.tips sepatu wanita.com b. Stiletto Memiliki hak yang tinggi, minimal 5cm dengan heel berdiameter tidak lebih dari 1cm. Stiletto boleh dibilang sebagai high heels dengan resiko paling tinggi, karena memiliki stabilitas paling rendah. Gambar 29 : Sepatu Stiletto 28

Sumber : http://www.cliparthut.com/ c. Spool Hak berbentuk bulat persis di bawah tumit dan menyempit pada bagian tengah kemudian kembali melebar pada bagian titik kontak dengan lantai. Gambar 30 : Sepatu Spool Sumber : http://www.tips sepatu wanita.com 29

d. Curved Berbentuk setengah lingkaran seluas tumit kemudian mengecil di bagian tengah, kemudian melebar pada bagian bawah yang menyentuh lantai. Gambar 31 : Sepatu Curved Sumber : http://www.tips sepatu wanita.com e. Chunky Memiliki bentuk tumit yang tebal, sebagian dimodifikasi dengan bentuk lebih kecil pada bagian bawah. Gambar 32 : Sepatu Chunky Sumber : http://www.tips sepatu wanita.com f. Wedges dan Prism Wedges memiliki bentuk hak penuh ke bawah sesuai bentuk telapak kaki. Wedges termasuk high heels yang disukai wanita, sekalipun banyak pemerhati mode yang berpendapat bahwa keseksian wanita akan cenderung berkurang bila menggunakan wedges. 30

Wedges adalah model sepatu/sendal yang memiliki ciri bersol tebal. Dengan tebalnya sol, maka pemakai sepatu wedges mendapatkan manfaat yang sama dengan menggunakan high heels, yaitu menambah tinggi si pemakai. Satu yang unik dari wedges adalah dengan ciri khusus solnya yang tebal (yang berarti tebal di semua permukaan kaki), maka efek pegal atau lelah kaki dapat diminimalisasi. Tidak seperti high heels yang menumpu pada satu bagian saja, wedges membuat tumpuan badan merata pada telapak kaki, sehingga tidak mudah lelah/pegal ataupun efek gangguan pinggang atau tulang belakang. Desain wedges yang dapat digunakan di segala acara (flexible) membuat wedges sering dipilih menjadi alternatif alas kaki, apalagi model wedges yang sudah semakin berkembang sehingga semakin digemari masyarakat luas. Wedges dapat dipakai pada acara formal dengan dipadankan dengan blus atau blazer tetapi pantas juga jika digabungkan dengan legging dan kaos untuk kesan kasual. Namun, selain kelebihan kelebihan tersebut, wedges juga memiliki kekurangan, yaitu cenderung lebih berat. Tebalnya sol tentu akan menambah berat sepatu. Sol yang berat akan menyulitkan kita untuk bergerak, sehingga kita harus pandai pandai memilih jenis solnya agar tidak malah membebankan kaki untuk sepatu yang lebih berat. Disamping kelemahan dan kelebihannya, kembalinya trend menggunakan wedges (setelah trend pada tahun 80an) dan kecenderungan lebih mewabah mengisyaratkan bahwa sepatu yang menurut hasil riset memiliki tingkat kenyamanan sebesar 80 % ini sudah dapat dikatakan sebagai representasikan wanita jaman sekarang. Feminine namun simple di segala suasana. Prism juga memiliki bentuk hak penuh sesuai bentuk telapak kaki tetapi sisi belakang dan samping semakin mengecil pada titik kontak dengan lantai. Prism atau prisma pada prinsipnya tidak berbeda dengan wedges, hanya hak pada bagian bawah tumit semakin sempit. Prism lebih beresiko dibandingkan dengan wedges, tetapi lebih stylish. 31

Wedges dan prism, meskipun sebenarnya tidak termasuk dalam batasan sebagai hak atau heel karena tidak merupakan tumit yang berdiri sendiri, melainkan menjadi satu dengan seluruh sole sehingga merupakan platform dengan bentuk yang khas. Sebagian kalangan menganggap wedges dan prism merupakan model yang berbeda, tetapi kebanyakan orang menganggap prism juga sebagai wedges. Wedges dan prism paling banyak diaplikasi untuk low heels dan mid heels. Gambar 33 : Sepatu Wedges dan Prism Sumber : http://www.tips sepatu wanita.com g. Platform Platform bukan termasuk hak atau heel, karena pada dasarnya platform adalah alas kaki (bisa dalam bentuk sandal atau sepatu) yang memiliki dasar atau landasan (kemudian disebut dengan istilah Sole atau Sol) berukuran tinggi atau tebal. Platform bisa digunakan untuk sandal atau sepatu jenis hak datar atau hak tinggi. Efeknya, pengguna sandal atau sepatu platform akan menjadi lebih tinggi sesuai ukuran platform yang digunakan. 5 5 Wini Suwarni, Jenis dan Model Sepatu Wanita, http://www.tips sepatuwanita.com/2014/05/mengenal jenis sepatu wanita.html, diakses 9 November 2015, Jam 13.00 32

Gambar 34 : Sepatu Platform Sumber : http://www.tips sepatu wanita.com D. Data Berkaitan Teknis Produk Rancangan 1. Bahan Untuk Membuat Sepatu Wanita Jenis bahan untuk membuat sepatu wanita terdiri dari berbagai macam material, meskipun terus bertambah dengan ditemukannya material baru tetapi bahan dari kulit hewan terutama sapi masih tetap menjadi favorit. Jenis bahan sepatu wanita pada prinsipnya terdiri dari bahan yang bersifat alami dan bahan buatan atau sintetis. Bahan alami pada umumnya berasal dari kulit hewan Bahan sintetis seperti kulit imitasi, plastik dan akrilik baru digunakan di jaman modern sejalan dengan perkembangan teknologi. Jenis bahan sepatu wanita yang bersifat alami selain berasal dari kulit binatang, juga bisa berasal dari tanaman. Misalnya kayu yang diambil dari pepohonan tertentu atau serat dari tanaman semak yang diwarnai dan dianyam. Bahan bahan bersifat alami tersebut bisa menjadi bahan utama pembuatan sepatu atau saling dikombinasikan, tergantung pada desain sepatu mulai dari jenis flat sampai sepatu hak tinggi. 33

Gambar 35 : Kulit Alami Dari Tanaman Sumber : http://www.tips sepatu wanita.com Selain bahan dari kulit sapi, kulit hewan ternak lainnya yang bisa diproses dan digunakan untuk bahan sepatu adalah kulit kerbau, kambing, domba, kuda dan babi. Bahan untuk membuat sepatu yang berasal kulit dari hewan lainnya adalah kulit buaya, biawak, dan ular. Dengan proses tertentu, kulit ikan pari, kulit ikan tuna dan beberapa jenis ikan lainnya juga bisa dibuat menjadi bahan sepatu. Gambar 36 : Kulit Alami Dari Kulit Binatang http://www.tips sepatu wanita.com 34

Nama Keterangan Asal Full Grain Jenis kulit yang halus dan lembut, sangat baik untuk sepatu formal yang berkualitas baik Kulit sapi muda (6 12 Bulan) Brush Off Jenis kulit yang halus dan mengkilap. Akan nampak selalu mengkilap. Jika terkena kotoran bisa dengan mudah dibersihkan dan sekaligus dikilapkan kembali. Kulit sapi tua Nappa Jenis kulit yang lebih halus, mengkilap dan sudah diproses dengan berbagai warna. Kelemahan mudah retak, apalagi jika kualitas pewarna yang digunakan kurang bagus. Kulit kambing, kulit kerbau 35

Suede Jenis kulit yang lebih bertekstur dan berbulu kasar, bila kena noda sulit dibersihkan, tidak tahan air Kulit sapi yang dibelah menjadi 2 bagian Nubuck Jenis kulit seperti beludru, bila kena noda sulit untuk dibersihkan dan tidak tahan air Kulit sapi yang diamplas hingga mengeluarkan serabut Milling Jenis kulit dibuat dengan mengutamakan proses pengeringan sehingga diperoleh tekstur yang lembut. Biasanya digunakan untuk bahan membuat tas wanita, Kulit sapi, kulit reptil Tabel 4 : Karakter kulit binatang (Alami) Sumber : Universitas Negri Medan, Sepatu dan Pembuatannya 36

Nama Bludru Keterangan Kain halus dan lembut terbuat dari bahan sintetis yang bertumpukan dengan serat lainnya seperti katun, nilon, polyester. Mirip seperti bahan boneka. Canvas Denim Jenis bahan ini mudah dicuci atau dibersihkan hanya dengan di lap menggunakan kain. Jenis bahan kanvas berasal dari bahan turunan hemp dan sekarang juga telah terdiri atas bahan katun juga flax yang membuat bahan ini menjadi lebih tahan lama. Bahan jenis denim ini terbilang cukup kuat. Denim berasal dari eropa dan pertama kali muncul sekitar abad ke 18 dan berkembang hingga kini mmenjadi bahan utama untuk fashion. Nylon Nylon adalah jenis bahan sintetis yang biasa digunakan untuk bahan running shoes. Bahan nylon mulai dikembangkan pada tahun 1930. Nylon merupakan bahan yang cocok digunakan untuk bagian luar running shoes karena karakternya yang tipis atau enteng juga memiliki rongga untuk sirkulasi udara yang baik. Nylon menjadi bahan yang ideal karena memberikan ruang yang cukup untuk bernafas yang sangat dibutuhkan para atlet dengan pergerakan pergerakan yang sangat tinggi Tabel 5 : Karakter Kulit Sintetis Sumber : Universitas Negri Medan, Sepatu dan Pembuatannya 37

E. Data Berkaitan Ekonomi Produk Rancangan Perbedaan harga antara sepatu wedges yang ada dipasaran jika dibandingkan antara brand dalam negeri dan brand luar negeri dapat dilihat melalui tabel berikut: No Gambar Brand Lokal Merek Harga Gambar Brand Luar Negri Merek Harga 1 Yongki Rp. Hermes Rp. Komaladi 399.000 25.000.000 2 Marie Rp. Valentino Rp. Claire 392.000 12.000.000 3 Nicholas Rp. Christian Rp.13.000.00 Edison 519.000 Louboutin 0 Tabel 6 : Perbandingan harga brand lokal dengan brand luar negri 38