BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah dalam dua dimensi untuk melakukan hal-hal positif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesehatan Mental. terjemahan dari istilah mental hygiene. Mental berasal dari kata latin mens,

Modul 1 PENGERTIAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari. penyesuaian diri dengan pengalaman hidupnya.

Khutbah Jum'at. Menyambut Ramadhan 1432 H. Bersama Dakwah 1

"Bersegeralah berhaji yakni haji yang wajib, sebab sesungguhnya seseorang tidak mengetahui apa yang akan menimpa kepadanya." (HR Ahmad dan lainnya)

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di

BAB I PENDAHULUAN. Sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa. (Q.S. Al- A raf/7: 26). 2

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

BAB I PENDAHULUAN. Konsep pemasaran muncul pada pertengahan tahun 1950-an dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya. Haji

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Haji merupakan ibadah yang ada di dalam agama Islam dan dilaksanakan

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. dan harapan-harapan. Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Marhaban Yaa Ramadhan 1434 H

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif jenis ex post facto atau disebut juga penelitian non-eksperimen, dimana

BAB IV ANALISA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba,

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban dalam Rukun Islam adalah menunaikan ibadah haji bagi

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah

Modul ke: Kesalehan Sosial. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

BAB 2 ISLAM DAN SYARIAH ISLAM OLEH : SUNARYO,SE, C.MM. Islam dan Syariah Islam - Sunaryo, SE, C.MM

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

Kedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui wahyu Allah yang disampaikan oleh Malaikat jibril. Islam itu

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan salah satu bagian dari rukun Islam yang. adalah mampu secara fisik (jasmani), rohani, ekonomi dan keamanan.

DALIL DASAR HUKUM HAJI

Hakikat Hidup Sukses: Tafsir QS. Ali Imran 185

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

Keutamaan Bulan Dzul Hijjah

IBADAH ASPEK RITUAL UMAT ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan ahkirat. manusia dengan berbagai dimensi kemanusiaannya, potensinya, dan

BAB I PENDAHULUAN. dimungkinkan karena seiring dengan perkembangan zaman yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan agama anak di sekolah. Hal ini sesuai dengan pemikiran jalaluddin

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

Mempersembahkan... SEQ. Training Kewirausahaan. Menjadi Pebisnis Amanah & Tawadhu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG TRANSPORTASI JEMAAH HAJI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2012),hlm Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dan Aku (Allah ) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku. (QS. Adz- Dzariyat: 56)

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik), Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2013, hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Haji adalah rukun Islam kelima yang pelaksanaannya hanya dapat

BAB IV PERILAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN. ibadah kepada Allah SWT. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keinginan-keinginan untuk tetap survive dalam meniti masa depan dan cita-cita.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

Umrah dan Haji Sebagai Penebus Dosa

Allah Telah Mewajibkan Haji Kepada Kalian

Menyambut Datangnya Bulan Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya wilayah, adanya penduduk, dan adanya pengakuan dari negara lain,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut atau biasa disebut dengan lanjut usia (lansia) merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian,

DAFTAR TERJEMAH No. BAB Hal Terjemah

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

Kiat Kiat Untuk Mendapatkan Keluasan Rezki

PERANAN MENTORING AL ISLAM DALAM PENDISIPLINAN SHOLAT MAHASISWI UMS SKRIPSI

Khutbah Jum'at. Memaafkan Sesama Sebelum Ramadhan Tiba. Bersama Dakwah 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Perasaan tenang dan tentram merupakan keinginan yang ada dalam diri setiap

Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah sajalah hati akan menjadi tenteram (QS Ar Ra d : 28).

Sesungguhnya dengan dzikir tenteramlah segala qolbu. (Al-Ra du: 28). 2

31. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMP/MTs

Menyambut Keagungan Ramadhan. Written by Friday, 06 August :30

Qana ah dan Tasamuh. Aspek Akhlak

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

DAFTAR TERJEMAH. 1 1 Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku.( surah Adz Dzariyaat ayat 56)

Standar Kompetensi : 7. Memahami tatacara Puasa Wajib dan Puasa Sunat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Program Bimbingan Keagamaan Islam dalam Coping Stress Narapidana

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sementara seseorang seperti kelelhahan atau disebabkan obatobatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi

Bulan Penuh Rahmat itu Telah Meninggalkan Kita. Written by Mudjia Rahardjo Friday, 15 November :41 -

Apa itu Nadzar dan Sumpah? NADZAR DAN SUMPAH

BAB I PENDAHULUAN. Bintang, hlm Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, cet-17; Jakarta, PT Bulan

ISTITHAAH KESEHATAN DALAM PENYEMPURNAAN IBADAH HAJI

FALSAFAH EKONOMI ISLAM. Oleh Muhammad Ismail Yusanto

BAB I PENDAHULUAN. dikaji, pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pentingnya hidup beragama (Daradjat, 1990 : 35).

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya membentuk manusia Indonesia seutuhkan tidak hanya dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan Allah dalam dua dimensi untuk melakukan hal-hal positif dan negatif dimana kedua dimensi ini cenderung sama-sama memiliki karakter, potensi, dan orientasi. Artinya, manusia bisa menjadi baik dan tinggi derajatnya di hadapan Allah, atau sebaliknya bisa menjadi jahat dan jatuh terperosok pada porsi yang rendah (Jaelani, 2001). Pada umumnya setiap orang senantiasa memiliki mental yang sehat. Orang yang sehat mental dapat melakukan adaptasi (penyesuaian diri) dengan lingkungan, dengan mudah dapat menempatkan diri pada perubahan sosial, selalu aktif berpartisipasi, dan dapat merasakan kepuasan atas terpenuhinya kebutuhan hidup (Burhanuddin, 1999). Daradjat (dalam Ramayulis, 2002) mengatakan bahwa kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungan, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat. Darajat (dalam Bukhori, 2006) juga mengungkapkan kesehatan mental dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri individu yang terdiri dari: kepribadian, kondisi fisik, perkembangan dan kematangan, kondisi psikologis, keberagamaan, sikap menghadapi problema hidup dan keseimbangan dalam berfikir. Sementara faktor

eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu yang terdiri dari: keadaan ekonomi, budaya dan kondisi lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (dalam Sururin, 2004) mengungkapkan karakteristik orang yang sehat mental bukan hanya sehat dari segi fisik, psikologis dan sosial saja, akan tetapi juga sehat dalam arti spiritual atau agama. Sururin (2004) lebih jelas mengungkapkan bahwa kesehatan mental menurut islam adalah ibadah dalam pengertian luas atau pengembangan potensi diri yang dimiliki manusia dalam rangka pengabdian kepada Allah dan agamanya, untuk mendapatkan al-nafs al-muthmainnah (jiwa yang tenang dan bahagia). Hawari (1997) menambahkan antara kesehatan mental dan agama memiliki titik temu yang dapat membantu mencapai kesehatan dan kesejahteraan pada manusia. Dimana kemampuan individu dalam memahami dan mengenali nilai agama dan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai acuan dalam bersikap dan bertingkah laku yang merupakan ciri dari kematangan beragama dan kematangan beragama terlihat dari kemampuan individu untuk memahami, menghayati serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan seharihari (Jalaluddin, 2010). Ramayulis (2002) juga mengungkapkan bahwa kematangan beragama membawa dampak positif terhadap kesehatan mental karena pengalaman membuktikan individu yang taat beragama ia selalu mengingat Allah, karena banyaknya individu mengingat Allah jiwa akan semakin tentram dan salah satu cara untuk mensucikan jiwa adalah dengan beribadah. Bentuk perilaku atau

ibadah yang dapat menunjukkan kematangan beragama individu sehingga berdampak kepada kesehatan mentalnya dapat berupa perbuatan-perbuatan ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Haji merupakan konferensi internasional dimana manusia di seluruh dunia berkumpul dan saling bersilaturrahmi (Hawari, 1997), sehingga ibadah haji merupakan salah satu bentuk ibadah yang dapat memberikan gambaran kematangan beribadah haji individu yang juga mencerminkan kematangan beragama individu yang telah melaksanakan ibadah haji dan akan berdampak kepada kesehatan mental individu tersebut. Haji adalah salah satu rukun Islam dan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap muslim sekali seumur hidup. Haji itu satu kali, siapa yang (melaksanakan) lebih dari satu kali, ia telah mengerjakan sunnah (HR. Ahmad dan Nasa i). Adapun orang yang berkewajiban melaksanakan ibadah haji yaitu seorang muslim yang berakal, baligh, mengerti tentang kewajiban dan mampu (Ayyub, 2002). Allah berfirman dalam al-qur an yang artinya, mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam (QS Ali Imran : 97). Pemerintah Indonesia setiap tahunnya memberangkatkan jema ah ketanah suci Mekkah dengan jumlah yang tidak sedikit. Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementrian Agama (Kemenag), Anggito Abimanyu mengatakan Indonesia setiap tahun memberangkatkan jema ah haji ke tanah suci sekitar 211.000 jema ah, kecuali tahun 2013 karena dipangkas 20%. Namun Indonesia

tahun ini tetap masih menjadi negara terbesar dalam jumlah jema ah haji (http://m.suara-islam.com/mobile/detail/8190, diakses pada tanggal 3 Desember 2013). Haji berbeda dengan perjalanan rohani lainnya, jema ah haji menggunakan pakaian khusus bersih dan sederhana yang merupakan simbol kesamaan manusia di mata Allah (Hasan, 2008). Selama melaksanakan ibadah haji, kegiatan yang dilakukan oleh jema ah haji bertujuan untuk mendekatkan diri dan mendapatkan keridhaan Allah dengan memperbanyak dzikir/mengingat Allah. Allah berfirman (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram (QS. Ar-Ra d : 28). Makna ayat di atas sejalan dengan ungkapan Buchori (dalam Jalaluddin, 2010) yang mengatakan bahwa orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dalam ruhani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, dan tentram. Sehingga dapat dikatakan bahwa rangkaian ibadah haji merupakan salah satu jalan yang dapat menghantarkan individu pada kondisi tenang, aman, dan tentram. Perjalanan haji merupakan perjalanan rohani yang berharga dan penuh ampunan rahmat Allah. Agar perjalanan haji dapat terlaksana dengan baik dan maksimal serta dijauhi dari kesulitan, maka diperlukan persiapan yang matang dan cermat (Gayo,TT). Berbagai rangkaian kegiatan dilakukan individu sebelum menunaikan ibadah haji agar pada saat melaksanakan ibadah haji individu dapat menjadi jemaah haji yang mandiri, memenuhi syarat, rukun dan wajib haji sesuai dengan tuntutan Rasulullah (Mufnaetty & Hasany, 2010).

Pemahaman individu terhadap segala hal yang diperlukan mulai dari persiapan sampai pada akhirnya kembali ke tanah air merupakan aspek yang menjadi acuan untuk melihat kematangan beribadah haji individu. Dengan demikian, kematangan beribadah haji individu terlihat dari bagaimana pelaksanaan beserta dampak ibadah haji yang dirasakan oleh individu. Persiapan haji atau bimbingan haji merupakan latihan yang diberikan kepada calon haji yang dapat merubah pola pikir maupun tingkah laku kearah yang lebih baik (Mufnaettty & Hasany, 2010) sehingga individu yang telah melaksanakan ibadah haji sekembalinya dari tanah suci akan terjadi perubahan kualitas hidup secara menyeluruh pada individu dimana terjadi kenaikan level dalam pribadi individu dari keadaan sebelumnya (Maksum, 2013). Apabila ibadah haji tersebut bernilai mabrur, nilai itu akan membekas dalam diri individu sehingga ketika kembali dari tanah suci membawa semangat beribadah yang tinggi, baik ibadah langsung kepada Allah atau beribadah yang berhubungan dengan sesama (Maskum, 2013). wawancara yang dilakukan bersama AS (52) Hal ini sejalan dengan hasil menurutnya haji memberikan dampak positif dalam kehidupannya terutama kehidupan beragama, seperti rasa syukur nikmat kepada Allah, meningkatkan ibadah kepada Allah, melaksanakan shalat lima waktu di mesjid dan diberi kelancaran rezeki. Allport (dalam Indirawati, 2006) lebih jelas mengatakan bahwa pengalaman supra natural dan religi tidak dapat diabaikan sebagai faktor yang turut berperan dalam membentuk pribadi yang memiliki kematangan beragama. Seperti hal nya pada saat melaksanakan ibadah haji, selama di tanah suci Mekkah jema ah haji

dituntut untuk melakukan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan yang dilarang Allah, dengan demikian mereka dapat melakukan kebiasaan atau perilaku sehat dengan gaya hidup islami (Hasan, 2008). Individu yang telah melaksanakan ibadah haji akan menunjukkan perilaku yang lebih baik dari sebelumnya dan berdampak kepada kesehatan mental yang baik pula. Namun kenyataannya terdapat beberapa kasus yang dilakukan oleh individu yang telah melaksanakan ibadah haji, seperti kasus yang dilakukan oleh menteri Agama SDA yang telah ditetapkan sebagai tersangka kasus tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa haji tahun 2012-2013 (bbc, 19 Januari 2015 ). Selanjutnya Kasus yang terjadi di daerah Tuban, seorang warga bernama H.SL (53) yang melakukan penipuan hingga ratusan juta rupiah kepada seorang pengusaha tambang (detikn ews, 23 Maret 2013) dan kasus yang terjadi di Jawa Timur, seorang tokoh masyarakat dan tokoh agama bernama H.SFD yang memperkosa seorang janda di mesjid (beritajatim.com, 9 Desember 2013). Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua individu yang telah melaksanakan ibadah haji memiliki kematangan beribadah haji yang berdampak kepada kesehatan mental yang baik. Kematangan beragama adalah watak keberagamaan yang terbentuk melalui pengalaman,dan pengalaman-pengalaman tersebut akan membentuk respon terhadap objek atau stimulus yang diterima berupa konsep dan prinsip (Allport dalam Indirawati, 2006), sehingga individu yang matang dalam beragama mengaplikasikan nilai-nilai agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari (Jalaluddin, 2010). Seperti halnya pada saat melaksanakan ibadah haji, banyaknya

rukun haji yang wajib dilaksanakan oleh individu yang melaksanakan ibadah haji membuat individu tersebut memiliki banyak pengalaman keagamaan yang dilalui selama berada di tanah suci, pengalaman-pengalaman tersebut membuat keberagamaan individu menjadi matang. Pengalaman spiritual yang dialami oleh individu selama melaksanakan ibadah haji menjadikan individu memiliki tanggung jawab pribadi untuk perubahan yang lebih baik (Hasan, 2008), dimana individu yang matang dalam beribadah haji ketika kembali ke tanah air akan menunjukkan perilaku yang baik sehingga dapat diasumsikan bahwa individu yang telah melaksanakan ibadah haji memiliki perilaku yang lebih baik dari sebelumnya dan individu tersebut mengalami kematangan beribadah haji. Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti merasa tertarik untuk melihat pengaruh kematangan beribadah haji terhadap kesehatan mental pada individu yang telah melaksanakan ibadah haji. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Sejauh manakah kondisi kematangan beribadah haji individu yang telah melaksanakan ibadah haji? 2. Sejauh manakan kondisi kesehatan mental individu yang telah melaksanakan ibadah haji? 3. Apakah terdapat perbedaan kesehatan mental dan kematangan beribadah haji ditinjau dari jenis kelamin?

4. Apakah ada pengaruh antara kematangan beribadah haji terhadap kesehatan mental pada individu yang telah melaksanakan ibadah haji? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kondisi kematangan beribadah haji individu yang telah malaksanakan ibadah haji 2. Untuk mengetahui kondisi kesehatan mental individu yang telah melaksanakan ibadah haji 3. Untuk mengetahui bagaimana kesehatan mental dan kematangan beribadah haji ditinjau dari jenis kelamin 4. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana pengaruh kematangan beribadah haji terhadap kesehatan mental pada individu yang telah melaksanakan ibadah haji. D. Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Bagher, Poone, Zahra, Amir, Elahe, Zahra, Aboulghasem (2013) yang berjudul A Comparison of Depression before and after Hajj Pilgrimage. Hasil dari penelitian ini terjadi penurunan tingkat depresi setelah individu melaksanakan ibadah haji. Penelitian Rusydi (2013) yang berjudul Kesehatan Mental Pada Aktivis Jema ah Tabligh Jakarta Selatan Perspektif Positive Mental Health. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa individu yang mengikuti kegiatan keagamaan cenderung memiliki kesehatan mental yang tinggi. Selanjutnya penelitian Bukhori (2 006) yang berjudul Kesehatan Mental Mahasiswa Ditinjau Dari Religiusitas Dan Kebermaknaan Hidup. Hasil peneliitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara religiusitas dan kebermaknaan hidup dengan kesehatan mental mahasiswa. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah menjadi referensi bagi peneliti, disini peneliti ingin meneliti variabel yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya. Peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh kematangan beribadah haji terhadap kesehatan mental pada individu yang telah melaksanakan ibadah haji. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama membahas tentang kesehatan mental. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya Kajian Psikologi Agama dan Klinis khususnya mengenai pengaruh kematangan beribadah haji terhadap kesehatan mental pada individu yang telah melaksanakan ibadah haji.

2. Manfaat Praktis Bagi lembaga bimbingan ibadah haji (KBIH) kota pekanbaru, sebagai bahan pertimbangan untuk menambah pengetahuan yang akan diberikan kepada individu yang akan melaksanakan ibadah haji mengenai persiapan sebelum melaksanakan ibadah haji. Bagi pembaca, sebagai sumber informasi sehingga pembaca mengetahui bagaimana pengaruh kematangan beribadah haji terhadap kesehatan mental individu yang telah melaksanakan ibadah haji.