Seftazidim adalah sefalosporin generasi ketiga. Perbandingan Efektifitas Sefepim dan Seftazidim dalam Pengobatan Sepsis Neonatorum

dokumen-dokumen yang mirip
Perbandingan Efektifitas Kombinasi Ampisilin dan Gentamisin dengan seftazidim Pada Pengobatan Sepsis Neonatorum

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

Sepsis neonatorum merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

Pola Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotik pada Pasien Unit Perawatan Intensif Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia merupakan salah satu infeksi berat penyebab 2 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

ALUR GYSSEN Analisa Kualitatif pada penggunaan Antibiotik

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

Pasien kritis adalah pasien dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta

Sensitivitas Bakteri Penyebab Sepsis Neonatorum terhadap Meropenem di Neonatal Intensive Care Unit

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

Hasil Uji Kepekaan Bakteri Yang Diisolasi Dari Sputum Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Di Poliklinik BP 4 Medan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Demam neutropenia adalah apabila suhu

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif. yang normalnya hidup sebagai flora normal di sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Enterobacter sp. merupakan bakteri gram negatif. berbentuk batang. Enterobacter sp.

Profil Mikroorganisme Penyebab Sepsis Neonatorum di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

BAB I PENDAHULUAN. (Saifudin, 2008). Infeksi Luka Operasi (ILO) memberikan dampak medik berupa

POLA KUMAN DAN SENSITIVITAS ANTIBIOTIKA PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT YANG MENGALAMI DEMAM NEUTROPENIA

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

MEDIA MEDIKA INDONESIANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Antibiotik merupakan substansi yang sangat. bermanfaat dalam kesehatan. Substansi ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Antibiotik merupakan pengobatan utama dalam. manajemen penyakit infeksi. Namun, akibat penggunaan

IDENTIFIKASI INFEKSI MULTIDRUG-RESISTANT ORGANISMS (MDRO) PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI BANGSAL NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU) RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA SEPSIS BAYI DI RUANG PICU DAN NICU RUMAH SAKIT X PERIODE AGUSTUS 2013-AGUSTUS 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. Enterobacteriaceae merupakan patogen yang dapat menyebabkan infeksi

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes melitus (DM) terutama DM tipe 2 merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Salah satu kuman penyebab infeksi saluran cerna adalah Shigella, yang

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ringkasan dalam bahasa Indonesia (Indonesian summary)

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia. 1. merupakan pneumonia yang didapat di masyarakat. 1 Mortalitas pada penderita

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

ABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL. Isolat Pseudomonas aeruginosa

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. subtropis terutama di negara berkembang dengan kualitas sumber air yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

Transkripsi:

Artikel Asli Perbandingan Efektifitas Sefepim dan Seftazidim dalam Pengobatan Sepsis Neonatorum RM Indra, Julniar M Tasli, Herman Bermawi Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran UNSRI / RS. Moh. Hoesin, Palembang Latar belakang. Kuman penyebab sepsis neonatorum makin banyak resisten terhadap seftazidim, yang merupakan monoterapi pilihan. Sefepim dapat menjadi alternatif atau lini kedua karena spektrum lebih luas dan potensi resistensi lebih rendah. Tujuan. Membandingkan efektifitas sefepim dan seftazidim dalam pengobatan sepsis neonatorum. Metode. Dilakukan uji klinis acak tersamar tunggal terhadap 53 neonatus dengan kemungkinan besar sepsis. Dibandingkan kesembuhan klinis antara neonatus yang mendapat sefepim dan seftazidim serta sensitivitas in-vitro obat. Analisis terpisah dilakukan terhadap 36 subkelompok subjek biakan positif. Hasil. Angka kesembuhan kelompok sefepim adalah 84% (21/25), sedangkan pada kelompok seftazidim 78,6% (22/28) (p=0,441). Pada subkelompok biakan positif ditemukan proporsi kesembuhan sama, yaitu masing-masing 14 dari 18 (77,8%; p=0,655). Pada uji sensitivitas in-vitro terhadap 36 isolat, yang sensitif terhadap sefepim dan seftazidim masing-masing 69,4% dan 50% (p=0,016). Kesimpulan. Meski pola sensitivitas kuman terhadap sefepim lebih baik, angka kesembuhan klinis tidak berbeda. Sefepim belum dapat direkomendasikan di atas seftazidim dalam pengobatan sepsis neonatorum. (Sari Pediatri 2007; 9(3):213-219). Kata kunci: sepsis neonatorum, sefepim, seftazidim Seftazidim adalah sefalosporin generasi ketiga yang banyak dipakai untuk pengobatan sepsis neonatorum, karena farmakokinetik dan keamanannya sudah terbukti pada neonatus. 1-3 Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan Alamat korespondensi Dr. R.M. Indra., SpA. SMF IKA Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/ESU Moh. Husin Jl Jendral Sudirman KM 3,5 Palembang Sulawesi Selatan resistensi kuman penyebab sepsis neonatorum seperti E.coli, S. aureus dan Pseudomonas, hingga mencapai lebih dari 50% isolat. 4,5 Angka keberhasilan pengobatan secara klinis juga dilaporkan mengalami penurunan. Di RS Moh. Hoesin (RSMH) Palembang, Melina (2001) 6 melaporkan angka keberhasilan 94% pada 17 bayi dengan diagnosis sepsis secara biakan, sedangkan Mulyadi (2002) 7 melaporkan keberhasilan 100% pada 28 bayi. 7 Pada tahun 2005, angka keberhasilan pada 253 kasus 213

neonatus dengan kemungkinan besar sepsis yang dirawat di RS Moh. Hoesni hanya 81,9% (data tidak dipublikasikan). Data ini menunjukkan penurunan hampir 20% dalam waktu tiga tahun. Penurunan keberhasilan pengobatan ini kemungkinan disebabkan oleh sifat seftazidim yang merupakan induser extended spectrum beta lactamase (ESBL) yang poten. Enzim ESBL dihasilkan oleh bakteri Gram negatif yang dapat menghidrolisis seftazidim maupun obat golongan betalaktam lainnya. 8 Sefepim, golongan sefalosporin generasi keempat memiliki aktifitas yang sama kuat dengan sefalosporin generasi ketiga terhadap bakteri Gram negatif, tetapi lebih kuat terhadap Gram positif. Sefepim juga merupakan induser ESBL yang lemah serta lebih tahan terhadap hidrolisis betalaktamase. 9 Berbagai penelitian melaporkan sensitivitas Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter dan Staphylococcus aureus terhadap sefepim mencapai lebih dari 90%. 10-14 Profil farmakokinetik sefepim pada neonatus baru-baru ini telah diketahui dan dinyatakan dapat digunakan dengan aman. 15-16 Penelitian yang mengevaluasi efikasi klinis sefepim dalam pengobatan sepsis neonatorum masih sedikit. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan keberhasilan klinis sefepim dan seftazidim dalam pengobatan neonatus cukup bulan yang menderita sepsis. Metode Penelitian uji klinis acak samar tunggal yang membandingkan efikasi klinis sefepim dan seftazidim dalam pengobatan sepsis neonatorum dilakukan di bangsal perawatan neonatorum RSMH dari April - November 2006. Kriteria inklusi ialah bayi baru lahir dengan berat badan 2500 gram atau lebih dengan diagnosis klinis sepsis. Subjek yang sebelumnya mendapat terapi antibiotik atau lahir dengan anomali kongenital berat (anensefali, gastroskizis atau omfalokel) tidak diikutsertakan dalam penelitian. Persetujuan tertulis dimintakan dari salah satu orangtua atau wali subjek. Kemungkinan besar sepsis didefinisikan sebagai adanya gejala klinis yang menunjukkan kecurigaan sepsis, ditambah setidaknya dua hasil positif pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium yang termasuk di dalam panel skrining sepsis (Tabel 1). Terbukti sepsis didefinisikan sebagai kemungkinan besar sepsis dengan hasil kultur positif. Meningitis didefinisikan bila jumlah leukosit dalam cairan serebrospinal > 100/µL pada usia 0-48 jam, >50/ µl pada usia 2-7 hari, dan >32/µL setelah usia 7 hari. Dilakukan pemeriksaan biakan darah dan pola sensitivitas terhadap kedua antibiotik yang diteliti dan beberapa antibiotik lain. Dilakukan juga pemeriksaan cairan serebrospinal untuk mengidentifikasi meningitis. Randomisasi dilakukan secara blok yang terdiri dari 8 kasus setiap blok, dan dokter yang merawat memilih amplop secara acak dan mencatat instruksi pengobatan. Subjek dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok sefepim dengan dosis 90 mg/kg/hari untuk sepsis atau 150 mg/kg/hari untuk meningitis dibagi dalam tiga dosis dan kelompok seftazidim dengan dosis 50 mg/kg/hari untuk sepsis atau 100 mg/kg/hari untuk meningitis dibagi dalam dua dosis. Lama pengobatan 7-10 hari untuk sepsis dan 14-21 hari untuk meningitis. Orangtua subjek tidak diberitahu mengenai jenis pengobatan. Respons terhadap pengobatan dinilai oleh ahli neonatologi dengan mengevaluasi gejala klinis seperti aktivitas, refleks isap, denyut nadi, adanya Tabel 1. Kriteria untuk kemungkinan besar sepsis Adanya gejala yang menunjukkan kecurigaan sepsis - Gejala umum : bayi tampak tidak sehat/iritabel, malas/tidak mau minum, hipotermia/hipertermia, sklerema, sianosis atau keadaan umum memburuk. - Gejala susunan syaraf pusat : letargi, iritabel, hipotoni, kejang atau serangan apnu. - Gejala saluran pernafasan : dispnu, takipnu, apnu atau sianosis. - Gejala gastrointestinal : muntah, diare, meteorismus atau hepatomegali. - Gejala hematologik : petekie, purpura, perdarahan lain, ikterus, splenomegali. - Gejala kardiovaskuler : pucat/sianosis, takikardia, hipotensi, edema. Ditambah Hasil positif pada panel skrining sepsis (minimal dua) Leukosit < 5 x 10 9 /L atau > 25 x 10 9 /L Rasio netrofil imatur terhadap total (I/T ratio) > 0,2 Mikro LED > 15 mm/jam C-Reactive protein > 12 mg/dl 214

ikterus atau anemia, dan lain-lain. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, USG kepala, atau pemeriksaan kadar elektrolit serum dilakukan atas indikasi. Pengobatan dianggap gagal apabila tidak ada perbaikan gejala setelah 48 jam atau terjadi perburukan, dan dianggap berhasil apabila gejala menghilang selama pengobatan dengan perbaikan hasil laboratorium. Apabila terapi gagal, obat diganti dengan meropenem 60 mg/kg/hari dibagi dalam tiga dosis untuk sepsis, dan 120 mg/kg/hari untuk meningitis, atau antibiotik lain sesuai hasil pemeriksaan sensitivitas kultur darah. Karakteristik umum, klinis dan laboratorium dipaparkan dan dibandingkan antara kedua kelompok menggunakan uji x 2 untuk data kategorik dan student s t test untuk data kontinyu (berat badan). Data dianalisis sebagai total subjek (kemungkinan besar sepsis) dan subjek dengan kultur positif (terbukti sepsis). Sensitivitas patogen yang diisolasi terhadap kedua jenis antibiotik menggunakan uji McNemar. Angka kesembuhan kedua kelompok pengobatan dibandingkan dengan uji x 2. Nilai p <0,05 dianggap bermakna. Hasil Lima puluh enam bayi baru lahir cukup bulan dimasukkan dalam penelitian ini, 3 dikeluarkan karena menolak untuk ikut penelitian. Lima puluh tiga bayi yang tertinggal, 25 masuk kelompok sefepim dan 28 dalam kelompok seftazidim. Hasil biakan yang positif ditemukan pada 36 bayi, yaitu masing-masing 18 bayi pada setiap kelompok. Karakteristik umum penderita tidak berbeda antara kedua kelompok pengobatan, baik pada total subjek (Tabel 2a) maupun subjek yang terbukti sepsis (Tabel 2b). Begitu juga dalam hal gejala klinis dan karakteristik laboratorium, tidak ditemukan perbedaan bermakna antara kedua kelompok pengobatan. Pemeriksaan mikrobiologis Hasil pemeriksaan mikrobiologis tercantum pada Tabel 3. Kuman patogen yang paling banyak diisolasi adalah Acinetobacter calcoaceticus (12) dan Staphylococcus aureus (6). Bakteri gram negatif masih merupakan yang Tabel 2a. Karakteristik umum penderita kemungkinan besar sepsis (N = 53) Variabel Kelompok pengobatan Sefepim (n=25) Seftazidim (n=28) p Rerata berat badan dalam gram (SD) 2980 (554) 2973 (424) 0,960 Jenis kelamin Laki-laki (%) 15 (60) 21 (75) 0,191 Perempuan (%) 10 (40) 7 (25) Onset sepsis* Dini (%) 9 (36) 13 (46,4) 0,313 Lanjut (%) 16 (64) 15 (53,6) Hasil biakan : Positif 18 (72) 18 (64,3) 0,381 Negatif 7 (28) 10 (35,7) *Onset sepsis dari: <72 jam; lanjut: >72 jam Tabel 2b. Karakteristik umum subkelompok penderita terbukti sepsis (N = 36) Variabel Kelompok pengobatan Sefepim Seftazidim P Rerata berat badan dalam gram (SD) 3022,2 (610) 3016,7 (446) 0,633 Jenis kelamin Laki-laki (%) 11 (61,1) 14 (77,8) 0,093 Perempuan (%) 7 (38,9) 4 (22,2) Onset sepsis Dini (%) 9 (50,0) 8 (44,4) 0,383 Lanjut (%) 9 (50,0) 10 (55,6) 215

Tabel 3. Kuman yang ditemukan pada 36 subjek dan pola sensitivitas terhadap kedua antibiotik Kuman n Sefepim Seftazidim S I R S I R Gram negatif 22 15 3 4 10 2 10 Acinetobacter calcoaceticus 12 7 3 2 4 2 6 Klebsiella pneumoniae 4 2 0 2 2 0 2 Enterobacter cloacae 3 3 0 0 2 0 1 Escherichia coli 3 3 0 0 2 0 1 Gram positif 14 10 0 4 8 0 6 Staphylococcus aureus 6 5 0 1 3 0 3 Staphylococcus epidermidis 3 3 0 0 3 0 0 Streptococcus viridans 3 2 0 1 2 0 1 Streptococcus faecalis 2 0 0 2 0 0 2 Total 36 25 3 8 18 2 16 S = Sensitif ; I = Intermediet; R = Resisten Tabel 4 Perbandingan silang pola sensitivitas kuman terhadap sefepim dan seftazidim Sensitivitas terhadap seftazidim Total S I R Sensitifitas terhadap sefepim : Sensitif (S) 18 2 5 25 Intermediat (I) 0 0 3 3 Resisten (R) 0 0 8 8 Total 18 2 16 36 McNemar test, p=0,016 paling banyak ditemukan. Tiga puluh enam patogen yang diisolasi, 69,4% sensitif terhadap sefepim (68,8% dari gram positif dan 71,4% dari gram negatif) sedangkan yang sensitif terhadap seftazidim sebanyak 50% (45,5% dari gram positif dan 57,1% dari gram negatif). Perbandingan silang pola sensitifitas kuman terhadap sefepim dan seftazidim tercantum pada Tabel 4. Semua kuman yang resisten terhadap sefepim juga resisten terhadap seftazidim, dan beberapa kuman yang resisten terhadap seftazidim masih sensitif terhadap sefepim. Perbandingan proporsi kuman yang sensitif terhadap sefepim dan seftazidim memberikan hasil yang secara statistik signifikan (uji McNemar, p=0,016). Kesembuhan klinis Kesembuhan pada total subjek (kemungkinan besar sepsis) yang dicapai pada kelompok sefepim sebesar 84% (21 dari 25 bayi), sedangkan pada seftazidim Tabel 5. Angka kesembuhan kelompok cefepime dan seftazidim pada seluruh subjek Kelompok Hasil Sembuh (%) Gagal (%) Total (%) Sefepim 21 (84) 4 (16) 25 (100) Seftazidim 22 (78.6) 6 (21,5) 28 (100) Chi square test p=0,441 n=53 Tabel 6. Angka kesembuhan kelompok sefepim dan seftazidim pada subkelompok terbukti sepsis Kelompok Hasil Sembuh (%) Gagal (%) Total (%) Sefepim 14 (77,8) 4 (22,2) 18 (100) Seftazidim 14 (77,8) 4 (22,2) 18 (100) Fisher s exact test p=0,655 n=36 216

78,6% (22 dari 28 bayi). Perbedaan yang ditemukan tidak bermakna (p=0,441). Pada penggunaan sefepim, didapat relative risk reduction sebesar 26% (95% CI - 130-76%), Odds ratio kegagalan terapi 0,694 (95% CI 0,173-2,785) dan number needed to treat 18 (95% CI 4-8) dibandingkan dengan penggunaan seftazidim. Pada subkelompok yang terbukti sepsis, ditemukan proporsi kesembuhan yang persis sama yaitu 14 dari 18 (77,8%). Ketidaksesuaian hasil in vitro dan in vivo Seperti telah dibahas meski ditemukan perbedaan bermakna dalam pola sensitivitas kuman terhadap antibiotik, namun pada kesembuhan klinis tidak ditemukan hasil yang bermakna. Hal ini antara lain dikarenakan terdapat kuman yang resisten, namun dengan pasien yang menjadi sembuh. Sebaliknya, terdapat dua subjek dengan kuman yang sensitif, namun tidak mencapai kesembuhan pada kelompok sefepim. Satu subjek dengan etiologi A.calcoaceticus mengalami gangguan pernapasan yang hebat yang meninggal karena perdarahan paru, dan satu lagi subjek dengan etiologi S.aureus mengalami ventrikulitis yang dideteksi dengan pemeriksaan USG transfontanela. Efek samping Tidak dijumpai efek samping pada kedua kelompok. Terdapat dua subjek yang mengalami kejang dan diare, tetapi gejala tersebut sudah timbul sebelum pengobatan dan membaik selama pengobatan, sehingga dapat disimpulkan bahwa gejala tersebut tidak berhubungan dengan pengobatan. Diskusi Seftazidim, yaitu sefalosporin generasi ketiga merupakan monoterapi pilihan dalam pengobatan sepsis neonatorum di berbagai pusat perawatan neonatus. Hal ini dikarenakan farmakokinetik dan keamanannya yang terjamin, serta aktivitasnya mencakup kuman yang umumnya menyebabkan sepsis. Beberapa laporan menunjukkan adanya peningkatan resistensi berbagai mikroba penyebab sepsis terhadap seftazidim. Suatu penelitian kuman yang diisolasi dari neonatus dengan sepsis di Peshawar, Pakistan (2003), menunjukkan bahwa, 67,5% E.coli, 63,2% S.aureus, dan 56,5% pseudomonas resisten terhadap seftazidim. 5 Laporan dari RSCM menyebutkan bahwa antara Juli 2004 dan Mei 2005, 38,4% A.calcoaceticus dan 54,3% Enterobacter sp resisten terhadap seftazidim. 4 Pada penelitian ini ditemukan 50% kuman yang resistens terhadap seftazidim. Sefepim adalah obat golongan sefalosporin generasi keempat, dengan aktifitas terhadap bakteri Gram negatif setidaknya sama dengan sefalosporin generasi ketiga, sedangkan terhadap Gram positif dikatakan lebih kuat. 9 Berbagai penelitian in vitro, salah satunya surveilans SENTRY (1997-2001), melaporkan sensitivitas kuman penyebab sepsis neonatorum seperti Klebsiella pneumoniae, Enterobacter dan Staphylococcus aureus melebihi 90 persen. 10-14 Sefepim mampu menembus bakteri dengan lebih cepat daripada sefalosporin sehingga lebih sedikit menginduksi ESBL. 8 Sefepim juga lebih tahan terhadap berbagai jenis enzim betalaktamase dibandingkan obat betalaktam lainnya. Beberapa laporan menunjukkan bahwa strain-strain Enterobacter sp, Klebsiella sp, E.coli dan mikroorganisme lain yang resisten terhadap berbagai sefalosporin ternyata masih sensitif terhadap sefepim. 11,14 Pada penelitian ini, 69,4% kuman sensitif terhadap sefepim. dan lebih rendah dibandingkan laporan sebelumnya. Kami menemukan bakteri patogen yang sensitif terhadap sefepim secara signifikan lebih banyak (uji McNemar, p=0,016). Semua kuman yang resisten terhadap sefepim juga resisten terhadap seftazidim, dan beberapa kuman yang resisten terhadap seftazidim masih sensitif terhadap sefepim. Hal ini menunjukkan kemungkinan menunjukkan adanya resistensi silang dari seftazidim ke sefepim. Angka keberhasilan klinis tidak berbeda bermakna pada kedua kelompok. Pada subkelompok dengan biakan positif (terbukti sepsis) kesembuhan pada kedua kelompok sama yaitu 77,8%, sedangkan pada kelompok total (kemungkinan besar sepsis), angka kesembuhan pada kelompok sefepim. Angka kesembuhan klinis pada penelitian ini menurun dibandingkan data sebelumnya di RS Moh. Hoesin seperti yang didapatkan oleh Melina 6 (94%) dan Mulyadi 7 (100%). Meski penelitian kami menekankan analisis kelompok yang terbukti sepsis, subjek dengan biakan 217

negatif tetapi hasil panel skrining positif masih memiliki nilai penting. Di samping negatif murni dan infeksi virus, hasil biakan negatif dapat juga dikarenakan pemeriksaan biakan sensitivitas rendah pada bayi baru lahir. Pada penelitian ini, dapat juga disebabkan oleh mikroba anaerob, sehingga pasien dengan biakan negatif masih mungkin sembuh oleh pengobatan. Kesembuhan klinis pada kedua kelompok yang tidak bermakna dapat dikarenakan dua sebab. Pertama, perbedaan angka kesembuhan klinis antara kedua obat sebenarnya lebih rendah dari batas deteksi penelitian 35%. Apabila hasil pemeriksaan in-vitro diterjemahkan langsung sebagai angka kesembuhan, maka perbedaan akan lebih rendah dari 20%. Kedua, memang terjadi penurunan sensitivitas kuman terhadap sefepim akibat resistensi silang dari obat lain termasuk seftazidim, karena sefepim bukan obat yang rutin digunakan dalam praktik perinatal klinis di Palembang. Kesimpulan Sefepim cukup efektif pada sepsis neonatorum dan aktivitas in vitro secara bermakna lebih baik dibandingkan seftazidim, namun dalam kesembuhan klinis tidak lebih unggul dari pada seftazidim. Untuk saat ini sefepim tidak direkomendasikan di atas seftazidim dalam pengobatan sepsis neonatorum. Penurunan sensitivitas kuman dan angka kesembuhan dibandingkan laporan-laporan sebelumnya kemungkinan menunjukkan adanya resistensi silang. Oleh karena itu, kami menganjurkan penggunaan strategi alternatif dalam pengobatan sepsis neonatorum, seperti pemeriksaan mikrobiologis rutin, penggunaan antibiotik spektrum sempit dengan panduan klinis, atau rotasi penggunaan antibiotik. Daftar Pustaka 1. Prober CG. Cephalosporins: an update. Pediatr Rev 2004; 19:118-27. 2. McCracken GH, Threlkeld N, Thomas ML. Pharmacokinetics of ceftazidime in newborn infants. Antimicrob Agents Chemother 1984; 26:583-4. 3. Steinbakk M, Midtvedt T, Lingaas E, Gardsjord G. In vitro activity of ceftazidime, cefotaxime and gentamicin against 11,521 clinical isolates of bacteria. Acta Pathol Microbiol Immunol Scand 1987; 95:337-46. 4. Idham A, Lily R. Pemberian antibiotik secara rasional pada sepsis neonatorum. Dalam: Badriul H, Partini PT, Evita BI, penynting. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IKA XLVIII: Update in Neonatal Infections. Jakarta; Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI- RSCM, 2005:99-110. 5. Rahman S, Hameed A, Roghani MT, Ullah Z. Multidrug resistant neonatal sepsis in Peshawar, Pakistan. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2002; 87:52-4. 6. Melina I, Julniar MT, Herman B. Perbandingan efektifitas kombinasi ampisilin dan gentamisin dengan Ceftazidime pada pengobatan sepsis neonatorum. Sari Pediatri 2001; 3:92-100. 7. Mulyadi T. Perbandingan efektifitas kombinasi ampisilin dan gentamisin dengan Ceftazidime pada pengobatan bayi baru lahir dengan tersangka infeksi. Tesis. Program Spesialis Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang, 2003. 8. Third Generation Cephalosporin Use at University of Kentucky Hospital. University of Kentucky Chandler Medical Center homepage [1 screen] Didapat dari: http:/ /www.mc.uky.edu/dic/formtools/cephalosporins.htm 9. Sader HS, Mimica I, Rossi F. Evaluation of the in vitro activity of cefepime compared to other broad-spectrum cephalosporins against clinical isolates from eighteen Brazilian hospitals using the Etest. Diagn Microbiol Infect Dis 1997; 28:87-92. 10. Gutierrez K. Newer antibiotics: cefepime. Pediatr Rev 2004; 5:e382-6. 11. Fukete T, Tumah H, Woodwell J, Satishchandran V, Truant A, Axelrod P. Comparative susceptibilities of Klebsiella species, Enterobacter species, and Pseudomonas aeruginosa to 11 antimicrobial agents in a tertiarycare university hospital. An J Med 1996; 100:S20-5. 12. Maxipime NDA Submission (United States), Bristol- Myers Squibb Company, 1993. 13. Jones RN, Varnam DJ. Antimicrobial activity of broadspectrum agents tested against gram-negative bacilli resistant to ceftazidime: report from the SENTRY Antimicrobial Surveillance Program (North America, 2001). Diagn Microbiol Infect Dis 2003; 47:435-40. 14. Jean S, Teng L, Hsueh P, Ho S, Luh K. Antimicrobial susceptibilies among clinical isolates of extended-spectrum cephalosporin-resistant-gram-negative bacteria in a Taiwanese University Hospital. J Antimicrobial Chemother 2002; 49:69-76. 15. Capparelli E, Hochwald C, Rasmussen M, Parham A, 218

Bradley J, Moya F. Population pharmacokinetics of cefepime in the neonate. Antimicrob Agents Chemother 2005; 49:2760-6. 16. Saez-Llorens X, Castano E, Garcia R, Baez C, Perez M, Tejeira F, dkk. Prospective randomized comparison of cefepime and cefotaxime for treatment of bacterial meningitis in infants and children. Antimicrob Agents Chemother 1995; 39:937-40. 219