DAFTAR PUSTAKA. Arief. (2001). Hutan dan Kehutanan.Jakarta: Kanisius.

dokumen-dokumen yang mirip
KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menemukan empat jenis burung madu marga Aethopyga di

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi Stresemann, 1912) adalah burung. endemik Pulau Bali, dan distribusinya sampai tahun 2005 hanya ada di Taman

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DAN BURUNG DIBEBERAPA AREAL HUTAN KOTA MALANG SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

BAB II KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PANTAI SINDANGKERTA KECAMATAN CIPATUJAH KABUPATEN TASIKMALAYA

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR KOMUNITAS BURUNG DENGAN VEGETASI DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN BURUNG PADA PAGI DAN SORE HARI DI EMPAT TIPE HABITAT DI WILAYAH PANGANDARAN, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara-negara yang kaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SMP NEGERI 3 MENGGALA

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Konservasi Biodiversitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

DAFTAR PUSTAKA. Heyne K. 1987a. Tumbuhan Berguna Indonesia I. Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

WANDA KUSWANDA, S.HUT, MSC

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

BAB I PENDAHULUAN. kekayaaan sumber daya dan keanekaragaman hayati berupa jenis-jenis satwa maupun

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. 1. Ditemukan ada 16 jenis zooplankton di perairan Telaga Jongge yaitu

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Restorasi Ekosistem di Hutan Alam Produksi: Implementasi dan Prospek Pengembangan

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

DAFTAR PUSTAKA. Alikodra, H.S Pengelolaan Satwa Liar. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

BIRDWATCHING RACE DI TAHURA NGURAH RAI BALI SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN LINGKUNGAN UNTUK PELAJAR DAN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKOWISATA DI KAWASAN HUTAN MANGROVE TRITIH CILACAP (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

2. TINJAUAN PUSTAKA. kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

KONTRAK PEMBELAJARAN (KP) MATA KULIAH BIODIVERSITAS

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

GUBERNUR SULAWESI UTARA

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. menguntungkan antara tumbuhan dan hewan herbivora umumnya terjadi di hutan

BAB I PENDAHULUAN. ( 17/8/ % Spesies Primata Terancam Punah)

SUAKA ELANG: PUSAT PENDIDIKAN BERBASIS KONSERVASI BURUNG PEMANGSA

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian serta hasil pembahasan yang telah dilakukan. maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut;

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

BAB I. PENDAHULUAN. bagi makhluk hidup. Keanekaragaman hayati dengan pengertian seperti itu

DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN DAN KONSERVASI ALAM,

Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Berdasarkan Fungsinya Tahun 2003 s/d Tahun 2003 (Ha)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

LAMPIRAN 2. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

DAFTAR PUSTAKA. Avenzora R Ekoturisme: Pengembangan Wilayah Daerah Penyangga Kawasan Dilindungi. Media Konservasi Vol.3, No.6:


BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayai dan Ekosistemnya;

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

2015 KESESUAIAN LAHAN D I TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI KIARA PAYUNG UNTUK TANAMAN END EMIK JAWA BARAT

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten mempunyai fungsi sebagai berik

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

PENYUSUNAN MODUL KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG SEBAGAI ALTERNATIF PENGAYAAN DI SMA KELAS X

Transkripsi:

59 DAFTAR PUSTAKA Ajie, H. B. (2009). Burung-burung di Kawasan Pegunungan Arjuna-Weliran Taman Hutan Raya Raden Suryo Jawa Timur, Indonesia. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Arief, A. M. R. (2014). Pengembangan Aktivitas Wisata di Taman Hutan Raya Ir. H.Djuanda Bandung, Jawa Barat. Jurnal SOROT Vol 8 No 2 Oktober hlm.1 190. Arief. (2001). Hutan dan Kehutanan.Jakarta: Kanisius. Astririn, O. P. (2000). Permasalahan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Indonesia. BIODIVERSITAS Volume 1 Nomor 1 Halaman 36-40. Ayat, A. (2011). Agroforestri Karet: Kawasan alternatif pelestarian jenis-jenis burung. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF) Indonesia Volume 4. Ayat, A. (2011). Panduan Lapangan Burung-burung Agroforest di Sumatera. Bogor: World Agroforestry Centre. Bibby, C., Jones M., Marsden, M. (1998). Expedition Field Techniques Birds Surveys. London: Expedition Advisor Centre. Campbell, N. A., Reece, J. B., Mitchell, L. G. (2003). Biologi Jilid 2 (Lux) Ed. 5. Jakarta: Erlangga. Campbell, N. A., Reece, J. B., Mitchell, L. G. (2012) Biologi Jilid. 2 Ed. 8. Jakarta: Erlangga. CITIES. (2015).The IUCN Red List of Threatened Species. [Online] Diakses dari: www.iucnredlist.org Chambers, S. A. (2008). Birds as Environmental Indicators Review of Literature. Parks Victoria Technical Series. No.55. Melbourne : Parks Victoria. Darmawan, E. (2009). Ruang Publik dalam Arsitektur Kota. Semarang: UNDIP. Departemen Kehutanan. (2012). Data dan Informasi Kehutanan Propinsi Jawa Barat. Bandung: Dapartement Kehutanan. Dishut Jabar. (2007). Fungsi dan Tujuan Pengelolaan. [Online] Diakses dari: http://dishut.jabarprov.go.id. Endah, G. P., dan Partasasmita, R. (2015). Keanekaan jenis burung di Taman Kota Bandung, Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon Volume 1 Nomor 6. ISSN: 2407-8050 Halaman: 1289-1294.

60 Franseno, Dwisusanto, Y. B., Gunawan, Y., Sukangto, S., dan Andrian, R. (2013). Kajian Ruang Sirkulasi pada Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Bandung: LPPM Universitas Katolik Parahyangan. Gill, F. B. (2006). Ornithology, 3rd Edition. New York: W. H. Freeman and Company. Google Earth. (2015). Digital Globe Google Earth. [Online]. Diakses dari http://earth.google.com/ Hadinoto, M, A., Siregar, Y.I. (2012). Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu Lingkungan ISSN 1978-5283. Hamzati, N. S. dan Aunurohim. (2013). Keanekaragaman Burung di Beberapa Tipe Habitat di Bentang Alam Mbeliling Bagian Barat, Flores. Jurnal Sains dan Seni Pomits Vol. 2 No.2. Hegner, R. W. dan Stiles, K. A. (1959). College zoology. New York: Macmillan. Helvoort V. B. (1981). A study on bird population in the rural ecosystem of West Java, Indonesia. A semi quantitative approach report, Natcons Departement Agricultural University Wageningen. Hendrawan, A. M. (2004). Keanekaragaman dan Distribusi Burung di Daerah Pantai Selatan Kabupaten Garut Jawa Barat. Bandung: Universtitas Pendidikan Indonesia. Hernowo, J. B. (1989). Suatu Tinjauan Terhadap Keanakaragaman Jenis Burung dan Peranannya di Hutan Lindung Bukit Seoharto, Kalimantan Timur. Media Konservasi Vol. II, 19-32. IUCN. (2015). IUCN Red List Categories and Criteria. [Online] Diakses dari: http://www.iucnredlist.org/ Kementrian Kehutanan. (2012). Rancangan Undang-Undang Tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati (Konservasi Kehati). Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kim, J. H., Yoo, B. H., Wong, C., Park, J. Y.& Jeong-Yeon, Y. (2001). An Agricultural Habitat Indicator for Wildlife.Paper presented to the: OECD Expert Meeting on Agri-Biodiversity Indicators 5-8 November 2001. Zürich, Switzerland. Kompas. (2010). Kakatua Terancam Punah. [Online] Diakses dari: http://sains.kompas.com/read/2010/11/01/21265066/kakatua.terancam.pun ah

61 Krebs C. J. (1978). Ecological Methodology. Harper & Row Publisher, Inc. New York. Kuswanda, W. (2010). Pengaruh Komposisi Tumbuhan Terhadap Polulasi Burung di Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara. Penelitian Hutan dan Konsenvarsi Alam Vol. VIINo.2 : 193-213. LLoyd, M. and Ghelardi, R. J. (1964). A table for calculation the equibility component of species diversity.journal of Animal Ecology 33: 217-225. MacKinnon, J. (1993). Panduan Lapangan Pengenalan: Burung-burung di Jawa dan Bali.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. MacKinnon, J., Phillipps, K., Balen, B. van. (2010). Panduan Lapangan: Burungburung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor : BirdLife-Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia. Nugraha, A. (2008). Penelitian tentang Evaluasi Rencana Strategis Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Berdasarkan Prinsip dan Sumberdaya Ekowisata. Bandung: UNIKOM. Odum, E. P. (1993). Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Prayitno, S. D. (2004). Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Pemerintah Jawa Barat: Balai Pengelolaan Tahura. Ramdhani, D. (2006). Studi Hubungan Keanekaragaman Burung dengan Lansekap Taman Kota Bandung. Bandung: UNPAD. Sayogo, A. D. (2009). Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Taman Nasional Lore, Lindu, Provinsi Sulawesi Tengah. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sujatnika, Jepson, P., Soehartono, T. R., Crosby, M., & Mediastuti, A. (1996). Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia: Pendekatan Daerah

62 Burung Endemik. Departemen Kehutanan: Birdlife International Indonesia Programme. Supriatna, J. (2008). Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Susanti, T. (2014). Indonesia Miliki 1666 Jenis Burung dan Terkaya Jenis Endemis. [Online] Diakses dari: http://www.burung.org/ Susilowati, M. I. (2009). Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan Menggunakan Pendekatan Ttavel Cost Method. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Tabba, S., Arini, D. I. D. dan Shabri, S. (2011). Asosiasi Burung Kadalan (Phaenicophaeus calyorhynchus) dengan Monyet Primata Sulawesi. Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado. Taman Hutan Raya Djuanda. (2014). Peta Pengkayaan Tahura Djuanda. Tidak dipublikasi. Tricahyadi, F. dan Wiryono. (2008). Kekayaan Jenis Burung di Taman Hutan Raya Rajo Lelo, Bengkulu. Konservasi Hayati Vol. 04 No. 02, hlm. 42-45. Turut, R. (2010). Memelihara Burung Ocehan Populer. Depok: Penebar Swadaya. Utomo, A. B. (2010). Indonesia Over Eksploitasi Burung. [Online] Diakses dari: http://palembang.tribunnews.com/02/11/2010/indonesia-over-eksploitasiburung. Webb J. E, Wallwork, J.A., dan Elgood, J. H. (1979). Guide to Living Birds. London: The Macmillan. Welty, J. C. (1982). The Life of Bird. Philadelphia: Saunders College Publishing. Widodo, W., Noor, Y. R., dan Wirjoatmodjo, S. (1996). Pengamatan Burung- Burung Air di Pantai Indramayu-Cirebon, Jawa Barat. Media Konservasi Vo. 1: 11-15. Widodo, W. (2006). Kemelimpahan dan Sumber Pakan Burung-burung di TamanNasional Manusela, Seram, Maluku Tengah. BIODIVERSITAS Volume 7, Nomor 1 Halaman: 54-58. Widodo, W. (2007). Studi Pendahuluan Daerah Penyebaran, Populasi, dan Habitat Betet Jawa. Berk. Penel. Hayati: 12 (121 128).

63 Widodo, W. (2013). Kajian Fauna Burung Sebagai Indikator Lingkungan di Hutan Gunung Sawal, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Bogor: Penelitian Biologi LIPI Laboratorium Ornithologi. Widodo, W. (2014). Populasi dan Pola Sebaran Burung di Hutan Wanawisata Galunggung, Tasikmalaya, Jawa Barat. Biosaintifika 6 (1). Welty, J. C. (1982). The Life of Bird. Philadelphia: Saunders Collage Publishing. Wiens, J. A. (1989). The Ecology of Birds Communities (Volume 2, Processes and Variations). Cambridgeshire: Cambridge University Press.