BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. mereka dan membangun citra tubuh atau body image). Pada umumnya remaja putri

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN PERILAKU DIET DENGAN OVERWEIGHT PADA REMAJA DI SMA KATOLIK MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan. kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa, yang berawal dari usia 9 tahun dan berakhir di usia 18

BAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis. masa

BAB I PENDAHULUAN. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Menurut Renwick dan Brown (1995), seseorang dikatakan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makan merupakan kebutuhan primer. Setiap individu memerlukan makan untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Citra tubuh (body image) merupakan persepsi dinamis dari tubuh seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Istiqomah Nugroho Putri, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. yang besar dan persebaran penduduk yang belum merata. Berdasarkan data

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. al., 2005). Berdasarkan laporan dari National Health and Nutrition Examination

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai penelitian mengenai penyimpangan perilaku makan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. ketidakcocokan antara tuntutan fisiologis dan psikologis berdasarkan situasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, masalah kegemukan ( overweigth dan obesitas) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa saat seseorang mengalami perubahan secara psikis dan

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa yang ditandai oleh perubahan mendasar yaitu perubahan secara biologis, psikologis, dan juga sosial. Pada masa ini, remaja mengalami pubertas dan perkembangan tubuh atau perubahan fisik yang drastis. Sejalan dengan perubahan tubuh pada masa remaja, gambaran, dan penilaian terhadap diri mulai terbentuk. Penampilan fisik yang menarik merupakan salah satu aspek yang dilihat dalam kesan pertama individu. Tidak dapat dipungkiri bahwa penampilan fisik merupakan salah satu cara yang digunakan oleh individu dalam menarik lawan jenisnya. Selama masa remaja kepuasan citra tubuh merupakan masalah penting karena perubahan fisik, kognitif, dan sosial yang luar biasa yang terjadi selama periode perkembangan ini. Menurut Santrock (2003), salah satu aspek psikologis dari perubahan fisik pada masa puberitas adalah remaja menjadi memperhatikan bentuk tubuh mereka dan membangun citranya sendiri mengenai bagaimana penampilan fisik mereka. Citra tubuh sebagai bagian dari citra diri, mempunyai pengaruh terhadap bagaimana cara seseorang melihat dirinya. Banyak remaja yang merasa tidak puas dengan penampilan dirinya sendiri, apalagi yang menyangkut tentang body image atau persepsi terhadap tubuhnya. Ketidakpuasan bentuk tubuh merupakan masalah yang rumit bagi perkembangan remaja, menyebabkan remaja memiliki kepercayaan diri dan harga diri yang rendah. Hasil penelitian di Porto Alegre, Brazil pada anak-anak sekolah usia 8 sampai 11 tahun, mengungkapkan bahwa 82% tidak puas dengan citra tubuh mereka sendiri, terdapat 55% anak perempuan dan 43% anak laki-laki ingin memiliki tubuh kurus, serta 28% anak perempuan dan 38% laki-laki ingin memiliki tubuh yang besar (Pinheiro & Giugliani, 2006). Ketidakpuasan tubuh yang dialami antara laki-laki dan perempuan dengan cara berbeda. Penelitian pada remaja laki-laki menunjukkan bahwa kekhawatiran tentang berat badan dan maskulinitas secara independen terkait dengan

2 ketidakpuasan (Jones & Crawford, 2005). Ketidakpuasan tubuh yang berkaitan dengan remaja laki-laki, secara signifikan menimbulkan masalah klinis (Keel et al., 1997). Terdapat 59% remaja laki-laki menginginkan tubuh yang berisi karena merasa tubuhnya kurus padahal hanya 25% yang benar-benar kurus (Khomsan, 2003). Banyak orang yang beranggapan bahwa citra mengenai penampilan hanya berlaku bagi para remaja perempuan dan perempuan dewasa. Selama ini, kurang disadari betul bahwa remaja laki-laki juga kerap membutuhkan informasi mengenai cara berpenampilan yang baik guna mendukung citra tubuhnya. Penelitian terbaru telah mengungkapkan bahwa citra tubuh juga merupakan masalah bagi remaja laki-laki (Adamidou et al., 2013). Dalam dekade terakhir ini, remaja laki-laki sangat memperhatikan penampilan dan pencapaian tubuh ideal meningkat secara signifikan (Agliata & Tantleff, 2004). Pada penelitian Garner (1997), jumlah pria yang merasa tidak puas dengan bentuk tubuh mereka meningkat dari 15% menjadi 43% pada tahun 1972, dan pada tahun 1997 pria dan wanita merasa tidak puas dengan bentuk dan ukuran tubuh mereka sebanyak 38% pada pria dan 34% pada wanita. Berkaitan dengan maraknya media masa dan meningkatnya konsumsi olahan yang nilai gizinya kurang, serta pola konsumsi masyarakat Kota Palu terutama remaja yang suka jajan tinggi kalori dan lemak tanpa melihat kandungan gizinya yang menyebabkan faktor pemicu obesitas pada usia remaja. Hal ini mempengaruhi persepsi remaja terhadap citra tubuhnya dan perilaku makan mereka. Menurut Cheung et al., (2007), citra tubuh atau ketidakpuasan tubuh akan mendorong terjadinya upaya untuk mencapai tubuh ideal dengan melalui pengurangan asupan makanan. Kesalahan persepsi bentuk tubuh ideal mengancam kesehatan fisik dan mental remaja selama masa pertumbuhan. Ketidakpuasan citra tubuh membuat remaja membatasi konsumsi makan dan asupan energi agar menjadi kurus. Hal ini terkadang membawa pengaruh yang buruk, sehingga remaja akan menerapkan perilaku tidak tepat dalam mencapai bentuk tubuh yang ideal dengan melakukan diet yang terlalu ketat. Hasil penelitian Kusumajaya (2007), menjelaskan bahwa persepsi remaja terhadap citra

3 tubuh dapat membentuk pola makan serta status gizinya. Selain itu, remaja lakilaki pun mengalami masalah citra tubuh yang dapat menyebabkan masalah kesehatan (McCabe & Ricciardelli, 2004). Ketidakpuasan remaja terhadap tubuh sendiri dapat menyebabkan perilaku pengontrolan berat badan yang tidak tepat maupun kebiasaan makan yang buruk sehingga membahayakan perkembangan fisik dan kognitif pada masa remaja (Laus et al., 2013). Terlebih lagi pada lakilaki menunjukkan adanya gangguan perilaku makan yang berbeda dari perempuan dikarenakan keinginan untuk memiliki tubuh yang lebih besar dalam hal massa otot (Blashil & Sabine, 2014). Kejadian citra tubuh negatif pada laki-laki telah dikaitkan dengan perilaku makan tidak teratur. Studi epidemilogi dan laporan klinik yang dilakukan di Jepang menunjukkan bahwa prevalensi gangguan makan pada remaja mengalami peningkatan dari 1,9% menjadi 2,9% untuk bulimia nervosa (Chisuwa & O Dea, 2010). Penelitian Muise et al., (2003), mengungkapkan bahwa terdapat 5% sampai 15% kasus anoreksia nervosa dan bulimia nervosa, dan terdapat 40% gangguan pesta makan pada remaja laki-laki. Sedangkan di Amerika Serikat pada tahun 2000 melaporkan bahwa 20% pada remaja laki-laki melakukan diet pada saat survei dan 7% membersihkan dan episode pesta makan 4% sekali sehari (Neumark-Sztainer& Hannan, 2000). Penelitian pada remaja mengungkapkan bahwa 20% sampai 95% dari remaja laki-laki sampai dewasa melaporkan ketidakpuasan dengan tubuh mereka dan lebih perhatian terhadap berat badan dan bentuknya (Morry, 2001; Labre, 2002). Hal ini disebabkan persepsi atau penilaian yang salah pada bentuk tubuh. Selama beberapa tahun terakhir, kelebihan berat badan dan obesitas telah meningkat pada semua kelompok umur, sehingga mengakibatkan remaja dengan kelebihan berat badan mengalami gangguan citra tubuh dan penilaian terhadap tubuh mereka sendiri (Wang & Dietz, 2002). Hal ini sejalan dengan penelitian Syahril (2013), menunjukkan terdapat 24 orang di SMA Athirah Makassar (33,8%) yang memiliki persepsi body image yang negatif atau mengalami ketidakpuasan terhadap bentuk tubuhnya, hal ini terjadi tidak hanya pada responden dengan kelebihan berat badan lebih (gemuk dan obesitas), melainkan

4 pada responden dengan status gizi normal yaitu sebanyak 12 orang (50%). Hal ini sejalan dengan penelitian Tarigan et al., (2005), mengemukakan bahwa ketidakpuasan citra tubuh tidak hanya terjadi pada remaja obesitas tetapi terjadi juga pada remaja yang tidak obesitas. Subyek dengan status gizi obesitas, normal, dan bahkan kurus mungkin mencoba tindakan pengendalian berat badan yang tidak wajar dan mengalami depresi yang memanjang bahkan ke masa dewasa awal (Al-Mamun et al., 2007). Menurut Wolrd Health Organization (WHO) obesitas kini dinyatakan sebagai epidemi global, serta menjadi suatu masalah kesehatan yang harus ditangani. Sejak tahun 1963 sampai 1999, kasus anak dengan overweight usia 6-11 tahun meningkat dari 4% menjadi 13%, sedangkan pada usia 12-19 tahun meningkat dari 5% menjadi 14%. Nasional Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) tahun 1999 melaporkan pada tahun 1988-1994 di Amerika serikat ditemukan 22% anak dan remaja beresiko overweight dan 11% obesitas (Haude, 2000). Dalam dua dekade terakhir ini prevalensi obesitas pada remaja meningkat secara signifikan di dunia, di Asia maupun di Indonesia. Di Amerika Serikat presentase kelebihan berat badan tiga kali lipat dari 5% pada tahun 1980 menjadi 15% pada tahun 2000 (De Onis & Blossner, 2000). Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi nasional status gizi berat badan lebih menurut IMT/U usia 16-18 meningkat dari tahun 2010 dan 2013 masing-masing 1,4%, 7,3%. Di Sulawesi Tengah sendiri prevalensi berat badan lebih usia 16-18 tahun yaitu 5,7% dan obesitas 1,0% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik meneliti apakah citra tubuh dan perilaku makan remaja putra berpengaruh terhadap status gizi overweight/obesitas di SMA Negeri Kota Palu. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan penelitian ini adalah apakah citra tubuh dan perilaku makan sebagai faktor risiko overweight/obesitas remaja putra di SMA Negeri Kota Palu.

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui citra tubuh dan perilaku makan sebagai faktor risiko overweight/obesitas remaja putra di SMA Negeri Kota Palu 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui prevalensi overweight/obesitas pada remaja putra di SMA Negeri Kota Palu. b. Untuk mengetahui apakah citra tubuh merupakan faktor risiko overweight/obesitas remaja putra di SMA Negeri Kota Palu c. Untuk mengetahui apakah perilaku makan merupakan faktor risiko overweight/obesitas remaja putra di SMA Negeri Kota Palu D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan remaja terutama yang berhubungan dengan citra tubuh dan perilaku makan terhadap status overweight/obesitas serta bahan masukan bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi lembaga pengambil kebijakan, dalam hal ini pihak sekolah, dinas kesehatan, pusat kesehatan masyarakat, unit pelayanan kesehatan lainnya dalam menyususn program kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan remaja mengingat pentingnya pemahamam remaja putra putri pada ukuran tubuh dan hubungannya dengan kesehatan. Penelitian ini juga diharapkan menjadi informasi tentang bagaimana pola perilaku makan dan status gizi yang baik sehingga dibutuhkan informasi gizi untuk meningkatkan kesehatan remaja serta pemahamam pengetahuan, pengalaman dan wawasan peneliti.

6 E. Keaslian Penelitian 1. Tarigan et al., (2005) Persepsi citra tubuh dan kendala untuk menurunkan berat badan pada remaja SLTP di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Tujuan penelitian adalah mengetahui persepsi citra tubuh dan kendala menurunkan berat badan. Desain penelitian cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dengan mengelompokan remaja yang obesitas dan tidak obesitas. Hasil penelitian terdapat hubungan persepsi citra tubuh negatif dengan obesitas. Perbedaan dengan penelitian adalah subjek penelitian, desain penelitian, tujuan penelitian, dan lokasi penelitian. Persamaan dengan penelitian adalah variabel citra tubuh, menilai perilaku makan dan perbandingan siswa yang obesitas dan tidak obesitas 2. Pelegrini & Petroski (2010) The association between body dissatisfaction and nutritional status in adolescents. Subjek remaja laki-laki dan perempuan. Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan antara ketidakpuasan tubuh dan status gizi pada remaja. Desain penelitian Cross-ssectional. Hasil penelitian adalah terdapat 65,5% remaja tidak puas dengan citra tubuh mereka. Remaja perempuan ingin mengurangi siluet tubuh mereka (48,4%), dan remaja laki-laki ingin meningkatkan ukuran tubuh mereka (51,3%). Remaja perempuan dengan berat badan lebih, 11 kali tidak puas dengan tubuh mereka dibandingkan remaja perempuan dengan berat badan normal. Perbedaan dari penelitian ini adalah subjek penelitian, desain penelitian, tujuan penelitian, dan lokasi penelitian. Persamaan penelitian adalah menilai citra tubuh. 3. Cheung et al., (2007) A study on body weight perception and weight control behaviours among adolescents in Hong Kong. Subjek penelitian adalah siswa-siswi SMP di 3 sekolah menengah di Hongkong sebanyak 1132. Desain penelitian cross-sectional. Tujuan penelitian menguji hubungan antara persepsi berat badan, perkiraan indeks massa tubuh, jenis kelamin, dan perilaku pengendalian berat badan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa persepsi berat badan siswa dan siswi tidak sesuai dengan aktual, mereka mencoba berbagai upaya mengontrol berat badan seperti asupan makan,

7 berolahraga, menggunakan obat, dan laksatif. Sebagian besar penyimpangan atau ketidakpuasan terjadi pada wanita dan umumnya disebabkan oleh berat badan yang mereka perkirakan saat ini bukan indeks massa tubuh yang aktual. Perbedaan dalam penelitian ini subjek, desain, dan tempat penelitian. 4. Ramberan et al., (2006) Ethnicity, body image perception and weight-related behaviour among adolescent females atteding secondary school in trinidad. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi citra tubuh dari berbagai etnis dengan perilaku makan menyimpang. Desain penelitian cross-sectional. Hasil penelitian adalah ada hubungan ketidakpuasan citra tubuh remaja dengan perilaku makan menyimpang. Perbedaan dengan penelitian ini adalah subjek penelitian, desain penelitian, tujuan penelitian, variabel etnis, lokasi penelitian, dan instrumen penelitian menggunakan Body Shape Questionnaire (BSQ). Persamaan dengan penelitian adalah Perilaku makan remaja menggunakan instrumen Eating Attitude Test (EAT).