BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. ditahun Menurut data tersebut, diperkirakan 1 dari 5 anak diamerika mengalami

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. rumah, mengurus, mendidik, dan mengasuh anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi wanita yang berada di bawah bayang-bayang pria, dewasa ini telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lembaga terkecil namun memberikan pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB III OBJEK PENELITIAN. primitif dan masyarakat modern. Dahulu keluarga (keluarga inti) merupakan

IMPLIKASI PERCERAIAN DALAM INTERAKSI SOSIAL JANDA SINGLE PARENT DI KELURAHAN MANGUNHARJO PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga juga tempat dimana anak diajarkan paling awal untuk bergaul dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang menyertai dalam

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tujuan yang ingin dicapai oleh anak dapat terwujud. Motivasi anak dalam meraih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, generasi muda khususnya remaja, telah diberikan berbagai disiplin ilmu sebagai persiapan

B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik komunikasi interpersonal orang tua tunggal dalam mendidik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memiliki keluarga yang utuh dan harmonis merupakan dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyebab sepertiga kematian pada anak-anak muda di beberapa bagian

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan menurut Sumner dan Keller

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

merupakan unit terkecil dari ruang lingkup masyarakat. Kesejahteraan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

BAB I PENDAHULUAN. sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BABI PENDAHULUAN. Selama rentang waktu kehidupannya, manusta mengalami perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat perceraian di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip definisi Gillian dan Gillian dari buku mereka Cultural Sociology mengatakan bahwa proses interaksi sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Berdasarkan sudut inilah komunikasi dapat dipandang sebagai suatu sistem di dalam kelompok masyarakat maupun sebagai sebuah proses sosial. Adanya hubungan timbal balik dalam mempengaruhi tiap individu pada saat terjadinya komunikasi dapat membentuk suatu pengetahuan maupun pengalaman baru yang dirasakan oleh masing masing individu. Hal ini membuat kegiatan komunikasi menjadi suatu dasar yang kuat dalam kehidupan maupun proses sosial seseorang. Komunikasi yang intens dapat menjadikan seseorang melakukan interaksi yang lebih intim baik dengan orang yang memang sudah sangat dikenalnya ataupun mulai menjalin interaksi dengan orang yang baru dikenalnya namun dapat memberikan rasa 1

2 aman dan nyaman. Pemikiran juga terjadi dalam hubungan suami dan istri pada suatu keluarga. Dalam kehidupan berumah tangga terkadang menghadapi permasalahan. Simpul-simpul permasalahan sebuah rumah tangga yang tidak dapat diurai secara jelas juga dapat menyebabkan keretakan sebuah kebersamaan yang serius yaitu perceraian. Perceraian kemudian melahirkan babak kehidupan seseorang seperti terjadinya peran baru yang disebut single parent. Peran ini sangat melekat pada wanita dimana ia harus berjuang meneruskan kehidupannya secara mandiri tanpa bantuan dari suami dan mengasuh anak mereka pasca perceraian. Fenomena single parent beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di berbagai negara. Pada tahun 2003, di Australia terdapat 14% keluarga dari keseluruhan jumlah keluarga masuk dalam kategori single parent, sedangkan di Inggris pada tahun 2005 terdapat 1,9 juta single parent dan 91% dari angka tersebut adalah wanita sebagai single parent (Balikpapan Pos: Minggu, 19 Juli 2009). Begitu pun di Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh Dirjen Bimas Islam Depag, setiap tahun ada dua juta perkawinan akan tetapi data single parent bertambah menjadi dua kali lipat, yaitu setiap 100 orang yang menikah 10 di antaranya bercerai dan memilih menjadi single parent (Republika: Selasa, 26 Februari 2008). Single parent yang terjadi di masyarakat tidak hanya terjadi karena meninggalnya salah satu pasangan tetapi juga terjadi karena perceraian akibat KDRT dan perselingkuhan. Hal ini yang membuat meraka memutuskan untuk

3 mencari pemenuh kebutuhan biologis dengan orang lain. Berdasarkan beberapa penelitian selama beberapa dekade terakhir jumlah wanita yang terlibat dalam perselingkuhan telah mendekati jumlah pria yang melakukan perselingkuhan (Thompson, dalam Sinaga, 2002). Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mengungkapkan bahwa dari 9 kasus perceraian akibat perselingkuhan, 7 diantaranya dilakukan oleh ibu yang berselingkuh dengan pria lain (Agustiar, 2007), dan berdasarkan hasil penelitian 40% istri di Jakarta melakukan selingkuh (Kartini, 2005). Single parent yang diakibatkan oleh perceraian seringkali merasa terpuruk karena persepsi sosial masyarakat yang salah terhadap dirinya. Masyarakat memandang status single parent sebagai cacat dalam nilai sosial, sebab statusnya seringkali dihubungkan dengan kegagalan dan kesalahan yang dilakukan dari pihak perempuan. Adanya stigma atau pelabelan negatif yang melekat padanya menimbulkan perasaan atau emosi tersendiri. Ekonomi keluarga single parent merupakan fenomena yang dalam hidupnya sangatlah berat dijalankannya. Dalam arti untuk memberi kebutuhan untuk anak-anak dan memberi pendidikan, kebutuhan pokok dan lain- lainnya. orangtua tunggal yaitu ibu yang ditinggalkan oleh suami. Maka ibu memiliki beban berat untuk memenuhi kebutuhan hidup sedemikian serta mengasuh anak-anaknya. Hal ini memberi dampak dalam ketahanan ekonomi keluarga menjadi sulit untuk kelangsungan hidupnya. Disini faktor ekonomi orangtua tunggal kurang memadai dan untuk mempertahankan ekonomi keluarga juga banyak yang dilakukan seorang ibu (single parent) seperti

4 menyiang rumput, membuka kedai kebutuhan pokok dan menyetrika baju tempat tetangga, upahan ke kebun orang dan sebagainya. Interaksi sosial dengan orang lain dilakukan oleh single parent dalam kehidupannya sehari-hari. Seringkali mereka mengabaikan stigma negatif yang akan mereka terima dari masyarakat. Lewin (dalam Atkinson, 1964) mengemukakan dua karakteristik utama dari suatu prilaku adalah (a) tingkah laku selalu muncul dalam lingkungan tertentu; (b) tingkah laku selalu mempunyai arah. Lewin mengungkapkan bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antara diri individu dan lingkungan individu tersebut. Bertha 28 tahun (bukan nama sebenarnya) adalah seorang janda. Ia menyatakan bahwa kondisi masyarakat masih banyak menganggap janda merupakan sesuatu yang negatif dalam kehidupan masyarakat sekitarnya. Menurutnya wanita yang menjadi janda dalam usia muda atau dikenal dengan janda kembang memiliki beban psikologis yang lebih berat. Dalam hubungan sosial, ia harus menjaga sikap karena statusnya membuat ia tidak sebebas wanita lain yang belum menikah. Masyarakat akan menstigmasi dirinya secara negatif. Hal ini senada dengan hasil penelitian Yovita (27 tahun) yang menunjukkan bahwa persepsi masyarakat masih memandang status janda single parent yang disebabkan oleh perceraian sebagai cacat dalam nilai sosial sehingga berdampak pada interaksi sosial janda single parent di masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Perceraian ditafsirkan sebagai pecahnya suatu unit keluarga. Terputusnya atau retaknya struktur keluarga disebabkan karena fungsi

5 keluarga yang tidak berjalan semestinya. Perceraian tidak hanya berpengaruh pada stigma masyarakat tetapi juga sedikit banyak akan mempengaruhi lingkungan keluarga, khususnya anak, karena perceraian bagi anak akan berdampak pada penentuan status anak maupun interaksi anak dengan orang tuanya setelah perceraian. Perceraian suami dan istri tidak merubah status anak sebagai anak mereka, namun tidak dapat dihindari akan sangat berpengaruh pada frekuensi bertemu dan intensitas interaksi anak dengan orang tua setelah perpisahan mereka, khususnya pada orang tua yang tidak satu atap lagi dengan si anak, walaupun tidak dapat dipungkiri terjadi juga dengan orang tua yang seatap dengannya. Interaksi anak dengan orang tua yang bercerai akan mengalami kerenggangan dan bahkan terasa kaku karena jarangnya proses perjumpaan dengan salah satu atau kedua orang tuanya, karena anak setelah perceraian harus berpisah dengan orang tuanya atau harus tinggal di rumah familinya. Interaksi orang tua dengan anak sangat dibutuhkan oleh anak karena idealnya interaksi antara orang tua dan anak berjalan secara kesinambungan dan kontiniu. Pada anak yang sedang berkembang mereka memerlukan arahan dan bimbingan yang biasanya didapatkan dari orang-orang dewasa yang dekat dengan mereka dan bisa mereka percayai salah satu di antaranya adalah orang tua. Pentingnya interaksi anak dengan orang tua karena dalam interaksi itu didapatkan kasih sayang, rasa aman dan perhatian dari orang tua yang tidak ternilai harganya. Interaksi yang baik antara orang tua dan anak juga harus diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan anak, seperti kebutuhan

6 pangan, sandang, dan pendidikan, karena semua itu adalah tanggung jawab orang tua yang telah melahirkannya. Apabila dalam suatu keluarga terjadi suatu perceraian, maka sedikit banyak akan mempengaruhi perubahan perhatian dari orang tua terhadap anaknya baik perhatian fisik, seperti sandang, pangan, dan pendidikan maupun perhatian psikis seperti, kasih sayang dan intensitas interaksi. Perubahan ini disebabkan karena kebiasaan hidup yang dilakukan bersama dalam satu rumah, harus berubah menjadi kehidupan sendiri-sendiri. Dengan kondisi di atas dapat mengakibatkan sang anak kehilangan sosok orang tua yang tidak seatap lagi, karena hubungan mereka terputus karena perceraian. Kehilangan salah satu orang tua berarti tak adanya tokoh yang dapat diidentifikasi dalam keluarga (Sinolungan, 1979: 44). Kehilangan satu orang tua dapat menyebabkan kenakalan pada anak sebagaimana angka kenakalan terbanyaknya terdapat pada anak laki-laki yang hanya tinggal dengan ibunya, Begitu juga kenakalan yang terjadi pada anak perempuan menunjukkan angka tertinggi terdapat pada mereka yang hidupnya hanya dengan ayah, hal ini disebabkan karena pola interaksi yang tidak seimbang yang diterima anak, sehingga wajar bila sang anak menjadi nakal karena norma-norma dan aturan yang seharusnya disosialisasikan oleh ayah dan ibunya, tidak pernah mereka dapatkan secara seimbang dari kedua orang tuanya, hal ini menyebabkan proses interaksi yang baik dalam keluarga tidak terpenuhi disebabkan oleh perceraian.

7 Berdasarkan fenomena maraknya single parent di masyarakat dengan berbagai stigma yang melekat pada dirinya, maka peneliti ingin meneliti lebih lanjut bagaimana interaksi sosial wanita single parent baik dalam hubungannya dengan keluarga, mantan suami, teman dan masyarakat di lingkungan sekitarnya. B. Fokus Penelitian Penelitian ini mencoba untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapai oleh wanita single parent dengan fokus permasalahan Interaksi sosial wanita single parent. C. Keaslian Penelitian Salah satu penelitian atau kajian pernah dilakukan oleh Ari Yovita dari Universitas Jember pada tahun 2014 tentang Implikasi Perceraian dalam Interaksi Sosial Janda Single parent di Kelurahan Mangunharjo Probolinggo. Metode penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang pengumpulan datanya diambil dari observasi dan wawancara. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ari Yovita, peneliti memfokuskan pada janda akibat perceraian dan bagaimana perceraian tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-harinya. Pandangan masyarakat terhadap janda juga menciptakan polemik yang mencoba diuraikan oleh Yovita. Sedangkan pada penelitian kali ini peneliti tidak hanya mengungkapkan kehidupannya bersosialisasi di masyarakat, tetapi juga memfokuskan pada interaksi sosialnya terutama

8 dalam hubungannya dengan lawan jenis dan motiv yang membuatnya melakukan interaksi tersebut tanpa mengabaikan pandangan masyarakat terhadap hubungan mereka. Hasil penelitian Yovita menunjukkan bahwa persepsi masyarakat masih memandang status janda single parent yang disebabkan oleh perceraian sebagai cacat dalam nilai sosial sehingga berdampak pada interaksi sosial janda single parent di masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-harinya, hal ini disebabkan seringnya tampak perilaku single parent yang dianggap sengaja menarik perhatian lawan jenis. Perilaku menggoda tersebut yang membuat masyarakat resah sehingga memberikan label-label yang sebenarnya tidak semua single parent berperilaku demikian. Sedangkan hasil penelitian ini diharapkan mampu mengungkapkan bagaimana interaksi sosial single parent terhadap masyarakat yang pada umumnya menganggap mereka cacat sosial dengan berbagai polemiknya serta bagaimana mereka menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Interaksi yang diungkap adalah interaksi interpersonal maupun intrapersonal yang terdapat pada single parent terutama hubungannya dengan keluarga, mantan suami, dan lingkungannya. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana interaksi sosial wanita single parent baik terhadap keluarga, mantan suami dan lingkungannya.

9 E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis, yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bahan kajian dan pendalaman bagi ilmu psikologi terkait dengan psikologi sosial. 2. Manfaat praktis, yaitu hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi masyarakat untuk menambah wawasan tentang bagaimana interaksi sosial single parent terhadap keluarga, mantan suami dan lingkungannya, selain itu juga di harapkan hasil dari penelitian ini dapat dapat memberikan masukan bagi wanita single parent dalam menghadapi berbagai masalah dan polemik saat berinteraksi baik secara interpersonal maupun intrapersonal. F. Sistematika Pembahasan Laporan penelitian dalam skripsi ini akan tersaji dalam lima bab, yaitu: Bab I tentang pendahuluan. Pada bab ini peneliti menulis beberapa hal yang berkaitan dengan perencanaan yang akan dilakukan dan fenomena yang mendasari munculnya pemikiran untuk mengungkapkan tentang interaksi sosial single parent atau disebut dengan proposal penelitian. Dalam bab ini meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah atau fokus penelitian, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II berisi tentang kajian pustaka. Pada bagian ini peneliti akan membahas mengenai tiga hal, yang pertama adalah interaksi sosial yang

10 meliputi: pengertian interaksi sosial, syarat interaksi sosial, bentuk interaksi sosial, ciri-ciri dan faktor interaksi sosial. Pembahasan yang kedua adalah single parent yang meliputi: pengertian single parent, faktor penyebab single parent, dampak single parent. Pembahasannya selanjutnya adalah mengenai pola hubungan interaksi sosial single parent di lingkungannya. Pada bagian yang terakhir adalah kerangka teoritik. Bab III berisi tentang metode penelitian, bab ini sangat menegaskan bahwa beberapa konsep penelitian yang dilakukan disini peneliti membahas mengenai pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisa data dan pengecekan keabsahan data. Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini akan membahas empat hal, yang pertama, yakni pelaksanaan penelitian yang meliputi: prosedur pelaksanaan dan persiapan penelitian serta pemilihan subyek penelitian. Hal yang kedua, yakni penjabaran mengenai gambaran setting penelitian, yakni penyajian data, yang didalamnya mendeskripsikan secara detail hasil yang diperoleh dari penelitian, yang berupa hasil wawancara, observasi. Dan yang keempat dalam pembahasan ini adalah analisis data dan pembahasan tiap kasus penelitian. Bab V yaitu penutup. Bab ini merupakan bab akhir dalam penelitian, yang berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil pembahasan dan analisis yang terdapat pada pembahasan sebagai jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan. Sedangkan saran

11 diungkapkan secara jelas, terinci dan operasional sehingga mudah untuk diterapkan oleh pihak tertentu maupun disiplin ilmu tertentu.