FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO Julia Angkow Fredna Robot Franly Onibala Program Studi Ilmu Keerawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email: julia_angkow@ymail.com Abstract: is an inflammatory rocess in the mucosa and sub mucosa of the stomach that may occur in acute or chronic. Aroximately 1.8 to 2.1 millions of eole worldwide suffer from gastritis each year. Among the highest in Canada 35% and the lowest 22% in the UK. Purose, to determine the Factors associated with the incidence of gastritis in Puskesmas Bahu Manado. This study methods was a descritive analytical using cross-sectional. The study was conducted starting in june-july 2014 with samle of 77. Results of statistical tests on the regularity of eating with the incidence of gastritis obtained value ρ = 0.004 <α = 0.05. Results of statistical tests on the incidence of smoking with gastritis ρ = 0.013 obtained value <α = 0.05. Results of statistical tests on the use of OAINS with incidence of gastritis obtained value ρ = 0.013 <α = 0.05. Results of statistical tests on the incidence of alcohol with incidence of gastritis obtained value ρ = 0.043 <α = 0.05. Results of statistical tests on coffee with incidence of gastritis obtained value ρ = 0.035 <α = 0.05. In conclusion, the factors that have a relationshi with the incidence of gastritis are diet, smoking, alcohol and coffee while the factors that do not have a relationshi with the incidence of gastritis is the use of OAINS. Keywords:, diet, smoking, use of OAINS, alcohol, coffee, Abstrak: adalah roses inflamasi ada mukosa dan submukosa lambung daat terjadi secara akut atau kronis. sekitar 1,8-2,1 juta jumlah enduduk dunia menderita gastritis tia tahun. Diantaranya yang tertinggi di Kanada 35% dan terendah di Inggris 22%. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis di wilayah kerja Puskesmas Bahu Kota Manado. Metode Penelitian ini adalah deskritif analitik dengan menggunakan cross sectional study. Penelitian dilakukan mulai bulan juni-juli 2014. Dengan jumlah samel 77. Hasil uji statistic tentang keteraturan makan dengan kejadian gastritis dieroleh nilai ρ = 0,004 < α = 0,05. Hasil uji statistic tentang merokok dengan kejadian gastritis dieroleh nilai ρ = 0,013 < α = 0,05. Hasil uji statistic tentang enggunaan OAINS dengan kejadian gastritis memeroleh nilai ρ = 0,013 < α = 0,05. Hasil uji statistic tentang alkohol dengan kejadian gastritis memeroleh nilai ρ = 0,043 < α = 0,05. Hasil uji statistic tentang koi dengan kejadian gastritis dieroleh nilai ρ = 0,035 < α = 0,05. Kesimulan dari enelitian faktorfaktor yang memiliki hubungan dengan kejadian gastritis adalah ola makan, merokok, alkohol dan koi sedangkan faktor yang tidak memiliki hubungan dengan kejadian gastritis adalah enggunaan OAINS. Kata kunci:, Pola Makan, Merokok, Penggunaan OAINS, Alkohol, Koi
PENDAHULUAN meruakan gangguan kesehatan yang aling sering dijumai di klinik, karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan emeriksaan histoatologi. Pada sebagian besar kausa inflamasi mukosa gaster tidak berkorelasi dengan keluhan dan gejala klinis asien. Sebaliknya keluhan dan gejala klinis asien berkorelasi ositif dengan komlikasi gastritis. meruakan suatu eradangan mukosa lambung yang disebabkan oleh kuman helicobakteri ylori yang daat bersifat akut, kronik difus atau lokal (Hirlan, 2009). Faktor risiko gastritis adalah menggunakan obat asirin atau anti-radang non steroid, infeksi kuman helicobacter ylori, memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol, memiliki kebiasaan merokok, sering mengalami stres, ola makan yang tidak teratur serta terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang edas dan asam (Zilmawati, 2007). Badan enelitian kesehatan dunia WHO (2012), mengadakan tinjauan terhada beberaa Negara di dunia dan mendaatkan hasil ersentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jeang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah enduduk setia tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah enduduk setia tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskoi ada oulasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi dariada oulasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimtomatik. biasanya diangga sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis meruakan awal dari sebuah enyakit yang daat menyusahkan kita (Zhaoshen, 2014). Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia didaatkan mencaai angka 40,8%. Berdasarkan rofil kesehatan Indonesia tahun 2009, gastritis meruakan salah satu enyakit di dalam seuluh enyakit terbanyak ada asien rawat ina di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Zhaoshen, 2014). Angka kejadian gastritis ada beberaa daerah di Indonesia cuku tinggi dengan revalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa enduduk. Didaatkan data bahwa di kota Surabaya angka kejadian sebesar 31,2%, Denasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cuku tinggi sebesar 91,6% (Maulidiyah, 2006). Dinas Kesehatan Kota Manado ada Tahun 2012 menurut urutan besar enyakit di Puskesmas, gastritis menemati urutan ke-4 dengan jumlah enderita sebesar 10.260 orang (Dinas Kesehatan Kota Manado 2012). Sedangkan berdasarkan survei awal di Puskesmas Bahu Kota Manado, gastritis menemati urutan ke 3 dari 20 enyakit menonjol. Jumlah asien gastritis di Puskesmas Bahu Kota Manado ada Tahun 2012 adalah 675 asien (Profil Puskesmas Bahu, 2012). Uraian tersebut di atas membuat eneliti tertarik untuk mengetahui Faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian Di wilayah kerja Puskesmas Bahu Kota Manado. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini meruakan enelitian deskritif analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional study. Penelitian dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Bahu Kota Manado ada tanggal 10 Juni 5 Juli 2014. Jumlah oulasi dalam enelitian ini 1050 orang dengan menggunakan teknik Accidental Samling berjumlah 77 resonden. Instrumen dalam enelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari karakteristik resonden serta lembar ertanyaan yang berkaitan dengan ola makan, merokok, enggunaan OAINS, alkohol dan koi dengan kejadian gastritis.
Prosedur engumulan data meliuti: data rimer dan data sekunder. Prosedur engambilan data melalui beberaa taha: taha ersiaan dan taha elaksanaan. Pengolahan data melalui taha: editing, coding, rocessing dan cleaning. Data dianalisis menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat yang akan digunakan adalah X 2 dengan endekatan α=0,05 %. Penelitian ini menekankan masalah etika enelitian yang meliuti: informed consent (lembar ersetujuan), anonimity (tana nama) dan confidentiality (kerahasiaan). HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Resonden Berdasarkan Umur Umur n % < 30 tahun 63 81,82 >30 tahun 14 18,18 Tabel 2. Distribusi Resonden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin n % Laki laki 40 51,95 Peremuan 37 48,05 Tabel 3. Distribusi Resonden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan N % SMA 54 70,13 D3 sederajat 23 29,87 Tabel 4. Distribusi Resonden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan n % PNS Swasta Tidak bekerja 24 32 21 31,17 41,59 27,27 Tabel 5. Distribusi Resonden Berdasarkan Keteraturan Makan Keteraturan Makan n % 38 49,35 Tidak 39 50,65 Tabel 6. Distribusi Resonden Berdasarkan Jenis Makanan Jenis Makanan n % 43 55,84 Tidak 34 44,15 Tabel 7. Distribusi Resonden Berdasarkan Frekuensi Makanan Frekuensi Makanan n % 33 42,86 Tidak 44 57,14 Tabel 8. Distribusi Resonden Berdasarkan Merokok Merokok n % 42 54,55 Tidak 35 45,45
Tabel 9. Distribusi Resonden Berdasarkan Penggunaan OAINS Penggunaan n % OAINS 42 54,55 Tidak 35 45,45 Tabel 10. Distribusi Resonden Berdasarkan Konsumsi Alkohol Konsumsi Alkohol n % 42 54,55 Tidak 35 45,45 Tabel 11. Distribusi Resonden Berdasarkan Konsumsi Koi Konsumsi Koi n % 35 45,45 Tidak 42 54,55 Analisis Bivariat Tabel 12. Hubungan Keteraturan Makan dengan Terkena Keteraturan Makan Tidak Terkena 24 14 35 Total Tidak 11 28 42 0,004 Tabel 13. Hubungan Jenis Makanan dengan Jenis Makanan Terkena Total 25 18 43 Tidak 10 24 34 0,022 Tabel 14. Hubungan Frekuensi Makan dengan Frekuensi Makanan Terkena Total 21 12 33 Tidak 14 30 44 0,011 Tabel 15. Hubungan Merokok dengan Merokok Terkena Total 25 17 42 Tidak 10 25 35 0,013 Tabel 16. Hubungan Penggunaan OAINS dengan Penggunaan OAINS Terkena Total 25 17 42 Tidak 10 25 35 0,013 Tabel 17. Hubungan Alkohol dengan Alkohol Terkena Total 24 18 42 Tidak 11 24 35 0,043
Tabel 18. Hubungan Konsumsi Koi dengan SKonsu Tota Gastriti Terkena msi Koi l s Gastriti s 21 14 35 Tidak 14 28 42 0,035 Total 29 48 77 B. Pembahasan dengan menggunakan uji chi square (x 2 ) dieroleh nilai ρ = 0,004 < α = 0,05. Dari hubungan yang bermakna antara keteraturan makan dengan kejadian gastritis. Orang yang memiliki ola makan tidak teratur, mudah terserang enyakit ini. Pada saat erut harus diisi, tai dibiarkan kosong, atau ditundanya engisian, asam lambung akan mencerna laisan mukosa lambung, karena ketika kondisi lambung kosong, akan terjadi gerakan eristaltik lambung bertambah intensif yang akan merangsang eningkatan roduksi asam lambung sehingga daat timbul rasa nyeri diulu hati (Ikawati, 2010). dengan menggunakan uji chi square (x 2 ) dieroleh nilai ρ = 0,022 < α = 0,05. Dari hubungan yang bermakna antara jenis makanan dengan kejadian gastritis. Jenis makanan sangat bereran dalam engosongan lambung. Makanan yang berjumlah banyak akan menghasilkan kimus dalam jumlah banyak ula. Kimus yang terlalu banyak di duodenum akan memerlambat roses engosongan lambung. Makanan yang banyak mengandung karbohidrat meninggalkan lambung dalam beberaa jam. Makanan yang kaya rotein lebih lama meninggalkan lambung lebih lambat, dan engosongan aling lambat setelah memakan, makanan yang kaya lemak (Sherwood, 2001). dieroleh nilai ρ = 0,011 < α = 0,05. Dari hubungan yang bermakna antara frekuensi makan dengan kejadian gastritis. Hasil enelitian ini sejalan dengan (Karwati, 2012) bahwa ada hubungan yang signifikan antara frekuensi makan dengan kejadian gastritis dengan nilai = 0,031 dimana resonden dengan frekuensi makan beresiko lebih banyak menderita gastritis dibandingkan dengan resonden tidak beresiko. dieroleh nilai ρ = 0,013 < α = 0,05. Dari hubungan yang bermakna antara merokok dengan kejadian gastritis. Hasil enelitian ini sejalan dengan enelitian (Demsey, 2006) bahwa infeksi ada lambung banyak dialami oleh erokok aktif. Zat nikotin bersifat adiktif yang membuat seseorang menjadi ketagihan untuk bisa merokok. Zat ini sangat berbahaya untuk kesehatan manusia. Selain nikotin, eningkatan aaran hidrokarbon, oksigen radikal dan substansi turut bertanggung jawab ada berbagai damak rokok bagi kesehatan (Budiyanto, 2010).
dieroleh nilai ρ = 0,013 < α = 0,05. Dari hubungan yang bermakna antara enggunaan OAINS dengan kejadian gastritis. Pemberian asirin dan obat anti inflamasi non steroid juga daat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukosa oleh lambung sehingga kemamuan faktor defensive lambung akan terganggu. Jika emakaian obat obatan tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadi masalah lambung akan kecil. Tai jika emakaiannya dilakukan secara terus menerus atau berlebihan daat mengakibatkan gastritis dan ulkus etikum. Pemakaian setia hari minimal 3 bulan, daat menyebabkan gastritis (Rosniyanti, 2010). dieroleh nilai ρ = 0,043 < α = 0,05. Dari hubungan yang bermakna antara alkohol dengan kejadian gastritis. Organ yang bereran dalam metabolisme alkohol adalah hati dan lambung sehingga kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jangka anjang tidak hanya berua kerusakan hati atau sirosis tetai juga kerusakan lambung. Dalam jumlah sedikit, alkohol merangsang roduksi asam lambung berlebih mengakibatkan nafsu makan berkurang, mual sedangkan dalam jumlah banyak, alkohol daat merusak mukosa lambung, memerburuk gejala tukak etik dan mengganggu enyembuhan tukak etik. Alkohol mengakibatkan menurunnya kesangguan mencerna dan menyera makanan karena ketidakcukuan enzim ankreas dan erubahan morfologi serta fisiologi mukosa gastrointestinal (Bayer, 2004). dieroleh nilai ρ = 0,035 < α = 0,05. Dari hubungan yang bermakna antara koi dengan kejadian gastritis. Hasil enelitian ini dierkuat oleh endaat (Inayah, 2008), yang menjelaskan bahwa dengan mengkonsumsi kafein berlebih daat meningkatkan roduksi asam lambung sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berakibat seseorang menderita gastritis (Santosa, 2007). KESIMPULAN 1. Ada hubungan faktor ola makan dengan kejadian gastritis dimana faktor ola makan yang tidak baik beresiko terkena gastritis. 2. Ada hubungan faktor merokok dengan kejadian gastritis beresiko terkena gastritis dibanding yang tidak merokok. 3. Tidak ada hubungan faktor enggunaan obat anti inflamasi non steroid dengan kejadian gastritis 4. Ada hubungan faktor alkohol dengan kejadian gastritis dimana faktor alkohol bereran bagi terjadinya gastritis 5. Ada hubungan faktor koi dengan kejadian gastritis dimana koi yang mengandung kafein menjadi encetus terjadinya gastritis. DAFTAR PUSTAKA Bayer, (2004). Medical Nutrition Theray for Uer Gastrointestinal Tract Disorders. Philadelhia: Saunders. Demsey, P. (2006). Riset Keerawatan Buku Ajar dan Latihan. Jakarta: EGC
Dinas Kesehatan Kota Manado. (2012). Peningkatan kejadian gastritis di Puskesmas Kota Manado. Hirlan. (2009).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Dalam: Sudoyo AW. Ikawati, Z. (2010). Rese hidu Sehat. htt://books.google.co.id/ diakses tanggal 06 Juli 2014 Karwati, D. (2012). Hubungan frekuensi konsumsi makanan beresiko dan Stress dengan kejadian gastritis ada wanita usia 20-40 tahun yang berobat di Puskesmas Cilembang Tahun 2012. Zhaoshen L, Duowu Z, Xiuqiang M, Jie C, Xingang S, Yanfang G, et al. (2010). Eidemiology of Petic Ulcer Disease: Endoscoic Results of thesystematic Investigation of Gastrointestinal Disease in China. Tersedia di htt://www.nature.com/ Diakses tanggal 13 Aril 2014. Maulidiyah U (2006). Hubungan Antara Stres dan Kebiasaan Makan dengan Terjadinya Kekambuhan Penyakit. Tersedia di htt://adln.lib.unair.ac.id/ [21 Juli 2014]. Santosa, T. (2007). Konsultasi Sehat Kronik. Tersedia di htt://eramuslim.com diakses tanggal 07 Juli 2014 Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC Zilmawati, R. (2007). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gejala ada Mahasiswa Tingkat IV Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Baiturrahmah Padang Tahun 2007 [Skrisi] Padang: FKM Universitas Baiturrahmah.