BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jenis kebutuhan manusia terdiri dari tiga macam yaitu sandang, pangan, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk berkomunikasinya antar anggota keluarga dan juga. sebagai tempat berkumpulnya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pinjaman kepada orang-orang yang membutuhkan dana. Bank

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara dengan basis penduduk muslim terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

PENGARUH NON PERFORMING FINANCE

BAB I PENDAHULUAN. bertambah pula kebutuhan akan perumahan. Menurut teori Maslow yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah juga merupakan salah satu hal yang cukup berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

No. 14/ 33 /DPbS Jakarta, 27 November Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai berpindah dan mempercayai Perbankan Syariah. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

AKAD MURABAHAH DAN APLIKASINYA

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup signifikan. Menurut outlook perbankan syariah 2012 yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Syariah. Dana Jasa. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4896)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia dewasa ini berjalan dengan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB I PENDAHULUAN. sejauh ini perbankan syariah telah menunjukkan eksistensinya dalam roda

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang sering dipermasalahkan dan merupakan kendala utama adalah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga perbankan merupakan salah satu instrumen penting dalam sistem

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

BAB I PENDAHULUAN. satu yang diutamakan, karena hal itu yang menentukan berhasil atau gagalnya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. konvensional. Namun, orang awam dan orang-orang mengenal bank syari ah dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. aktivitasnya, baik dalam menghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi umat islam. Rasa terpercaya, amanah dan aman serta

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana yang

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. kontroversi praktik bunga bank yang dilakukan pada bank bank konvensional

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tabungan, giro dan deposito berjangka (Oktriani, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. sektor perbankan. Berdasarkan sistem operasionalnya, perbankan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar sangat strategis dalam pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

PENDAHULUAN. usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jenis kebutuhan manusia terdiri dari tiga macam yaitu sandang, pangan, dan papan. Sandang merupakan kebutuhan akan pakaian, pangan merupakan kebutuhan akan makanan, dan papan merupakan kebutuhan akan tempat tinggal atau rumah. 1 Rumah merupakan kebutuhan pokok manusia, sebagaimana halnya makanan dan pakaian. Rumah memiliki arti penting bagi sebuah keluarga, karena rumah merupakan tempat untuk istirahat dan mencurahkan kasih sayang setelah sibuk bekerja atau beraktivitas di luar. 2 Bagi masyarakat yang memiliki kemampuan dalam keuangan, membeli sebuah rumah secara tunai bukanlah sebuah kendala. Namun, bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam keuangan, membeli rumah secara tunai menjadi sebuah kendala. 3 Sehingga banyak masyarakat yang memilih membeli rumah dengan cara angsuran. Hal ini dikarenakan pembayaran secara angsuran dianggap lebih ringan dibandingkan pembayaran secara tunai. Banyaknya kebutuhan masyarakat akan pembiayaan 1 Eva Rosyida, Moch. Khoirul Anwar, Analisa Perbandingan Pembiayaan Hunian Syariah Dengan Akad Murabahah dan Akad Musyarakah Pada Bank Muamalat, Jurnal Online, Universitas Negeri Surabaya, hlm. 1. 2 Affgani, Pembiayaan Bank Syariah: KPR Syariah, Jurnal Ekonomi Islam, hlm. 1. 3 Eva Rosyida, Moch. Khoirul Anwar, loc.cit. 1

2 kepemilikan rumah membuat bank mengeluarkan produk-produk pembiayaan, seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Untuk masyarakat yang membutuhkan rumah dengan cara angsuran maka peran perbankan sangat dominan. 4 Secara umum, Perbankan adalah sebuah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama dalam menjalankan sistem operasionalnya, yakni menerima simpanan dana (funding), menyalurkan dana (lending), dan memberikan jasa-jasa keuangan (service). Maka dari itu bank disebut sebagai lembaga intermediary, artinya bank sebagai lembaga perantara antar pihak yang kelebihan uang dengan pihak yang kekurangan uang. 5 Dalam hal penyaluran dana, Perbankan Syariah tidak ada istilah kredit dan bunga. Penyaluran dana dalam Bank Konvensional, kita kenal dengan istilah kredit atau pinjaman sedangkan dalam Bank Syariah untuk penyaluran dananya kita kenal dengan istilah pembiayaan. Jika dalam Bank konvensional keuntungan bank diperoleh dari bunga yang dibebankan, maka dalam perbankan syariah tidak ada istilah bunga, akan tetapi Bank syariah menerapkan sistem bagi hasil. 6 Bank Syariah di Indonesia dalam rentang waktu yang relatif singkat, telah memperlihatkan kemajuan yang cukup berarti dan semakin memperlihatkan 4 Ibid 5 Antonio, 2001, hlm 58 6 Kasmir, 2002, hlm 183

3 eksistensinya dalam sistem perekonomian nasional. 7 Dalam hal pembiayaan khususnya dalam produk pembiayaan pemilikan rumah Bank Syariah memiliki perbedaan dengan Bank Konvensional, kelebihan KPR syariah dibandingkan KPR konvensional diantaranya adalah, masyarakat yang mengambil pembiayaan merasa lebih tenang, sebab pembiayaan KPR Syariah merupakan varian pembiayaan Murabahah dalam bidang penyaluran dana, sehingga cicilan KPR syariah tetap, tanpa terpengaruh tingkat suku bunga. 8 Saat ini pembiayaan pemilikan rumah dengan menggunakan akad murabahah sudah banyak dilirik oleh nasabah, bahkan hampir 80% pembiayaan syariah menggunakan skema murabahah atau jual beli. 9 Salah satu Bank Syariah yang menggunakan skema murabahah atau jual beli dalam pembiayaan syariah adalah Bank Bjb Syariah Cabang Bandung dalam produk Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) ib Maslahah. Bank Bjb Syariah telah mencatat pada bulan September 2012 penyaluran pembiayaan telah mencapai sebesar Rp. 2,37 triliun dengan komposisi pembiayaan sebanyak 34% kepada segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan 7 Dr, Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil Terhadap Profitabilitas Bank Syariah, Republika, 03 November 2010, hlm. 1. 8 Affgani, Pembiayaan Bank Syariah: KPR Syariah, Jurnal Ekonomi Islam, hlm. 1. 9 Dr, op.cit., hlm. 4.

4 sisanya atau sebesar 66% kepada komersial dan konsumer dengan dominasi kepada segmen komersial. 10 Selain pembiayaan, faktor lain yang tentunya perlu mendapat perhatian adalah profitabilitas. Karena hal tersebut merupakan salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan suatu bank. Keuntungan yang layak, diperlukan setiap bank guna menarik minat para pemilik dana untuk menitipkan uang mereka di bank. Keuntungan juga diperlukan untuk mendanai perluasan usaha serta membiayai usaha peningkatan mutu jasa. Semuanya itu hanya mungkin dijalankan dengan baik apabila bank memperoleh keuntungan yang memadai. 11 Pembiayaan berbasis jual-beli dapat menentukan kinerja keuangan bank terutama dalam mendapatkan laba. Jika pembiayaan ini dapat beroperasi dengan lancar maka akan dapat meningkatkan keuntungan bagi pihak bank namun ketika pembiayaan ini bermasalah maka pihak bank perlu memperhatikan risiko pembiayaan tersebut agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. 12 Kinerja keuangan bank merupakan salah satu keberhasilan atas kesehatan suatu bank. Penilaian kinerja keuangan bank salah satunya dapat dilihat dari besarnya profitabilitas dengan menggunakan ukuran Return on Assets (ROA). 13 Return On Assets ini menggambarkan kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui semua 10 Erichson Sihotang, Pembiayaan BJB Syariah Rp2,37 Triliun, Okezone, Senin 24 September 2012 18:17 wib. 11 Dr, loc.cit. 12 Ibid, hlm. 5. 13 Ibid, hlm. 2.

5 kemampuan dan sumber daya yang ada. Semakin besar Return On Assets yang dimiliki bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai serta semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Dengan kata lain, Return On Assets dapat menunjukkan efesiensi manajemen dalam penggunaan aset untuk mendapatkan keuntungan. 14 Begitu juga dengan Bank Bjb Syariah, perolehan Return On Assets (ROA) dan pendapatan pembiayaan murabahah merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan kinerja keuangan terutama dalam mendapatkan laba. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.1 ROA dan Pendapatan Pembiayaan Murabahah Bank Bjb Syariah Cabang Bandung Tahun 2010-2013 Tahun ROA (%) Pendapatan Pembiayaan Murabahah (dalam jutaan rupiah) 2010 0,72% 58.742 2011 1,23% 108.667 2012 0,67% 149.790 2013 0,91% 258.380 Sumber: Laporan Keuangan PT. Bank Bjb Syariah Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa periode 2010-2013, ROA di Bank Bjb Syariah mengalami fluktuatif yaitu mengalami peningkatan dan penurunan. Peningkatan dan penurunan perolehan ROA ini menunjukkan pula fluktuasi kinerja bank yang mengalami peningkatan dan penurunan. Nilai ROA terendah terjadi pada tahun 2012 sebesar 0,67%, ini menunjukan posisi bank pada tahun 2012 dari segi 14 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005, hlm. 118.

6 penggunaan aset kurang baik. Sedangkan apabila dilihat dari segi pendapatan pembiayaan murabahah dari periode 2010-2013 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis merasa tertarik untuk mengambil tema pembiayaan murabahah dikaitkan dengan profitabilitasnya, dan penulis mengambil judul PENGARUH PENDAPATAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN PEMILIKAN RUMAH (PPR) ib MASLAHAH TERHADAP ROA (Return On Asset) DI BANK BJB SYARIAH CABANG BANDUNG. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di atas, penulis merumuskan beberapa rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pendapatan pembiayaan murabahah pada Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) ib Maslahah di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung? 2. Bagaimana ROA (Return On Asset) di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung? 3. Seberapa besar pengaruh pendapatan pembiayaan murabahah pada Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) ib Maslahah terhadap ROA (Return On Asset) di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung?

7 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang: 1. Pendapatan pembiayaan murabahah pada Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) ib Maslahah di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung. 2. ROA (Return On Asset) di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung. 3. Seberapa besar pengaruh pendapatan pembiayaan murabahah pada Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) ib Maslahah terhadap ROA (Return On Asset) di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dalam penulisan ini adalah: 1. Bagi Perusahaan Bagi perusahaan penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau saran dalam menerapkan kebijakan pengelolaan jual beli murabahah sehingga dapat tercapainya peningkatan Return On Asset perusahaan. 2. Bagi Penulis Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian dan merupakan wujud dari aplikasi ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan.

8 3. Bagi Akademis Bagi para akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai bahan perbandingan untuk penelitian lebih lanjut. 1.5 Kerangka Pemikiran Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah; transaksi sewa-menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa beli dalam bentuk Ijarah Muntahiya Bittamlik; transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam, dan Istishna ; transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang Qardh; dan transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk transaksi multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Salah satu produk yang dikeluarkan oleh Bank Syariah adalah pembiayaan murabahah. Dalam istilah syariah, konsep Murabahah terdapat berbagai formulasi definisi yang berbeda-beda menurut pendapat para ulama. Diantaranya, menurut Utsmani, (2002: 125), murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli yang mengharuskan penjual memberikan informasi kepada pembeli tentang biaya-biaya

9 yang dikeluarkan untuk mendapatkan komoditas (harga pokok pembelian) dan tambahan profit yang diinginkan yang tercermin dalam harga jual. Pendapat lain dikemukakan oleh Al-Kasani (tt: 226-228), murabahah mencerminkan transaksi jual beli: harga jual merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk mendatangkan objek transaksi atau harga pokok pembelian dengan tambahan keuntungan tertentu yang diinginkan penjual (margin); harga jual dan jumlah keuntungan yang diinginkan diketahui oleh pembeli. Artinya, pembeli diberitahu berapa harga belinya dan tambahan keuntungan yang diinginkan. 15 Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan dengan sistem jual beli, dimana: 16 Bank membiayai pembelian barang yang dibutuhkan nasabah; Bank membeli barang yang dibutuhkan nasabah pada supplier atau menunjuk nasabahnya sebagai agen pembelian barang dimaksud atas nama bank, dan bank membayar harga barang. Pembayaran harga beli hanya sah bila dilengkapi dengan kwitansi, tagihan, atau dokumen-dokumen sejenis, Bank selanjutnya menjual barang kenasabahnya pada harga yang telah disepakati bersama, yaitu harga pembelian ditambah marjin keuntungan dan nasabah membayar harga barang dengan cara angsuran selama jangka waktu yang disepakati. 15 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Ghalia Indonesia, Bogor, 2012, hlm. 91. 16 Budi, Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Return On Asset, Jurnal Online, Universitas Komputer Indonesia, Bandung, 2004, hlm. 7.

10 Jual beli dengan sistem murabahah merupakan akad jual beli yang diperbolehkan, hal ini berlandaskan pada dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur an dan hadits. Diantara dalil yang memperbolehkan praktik akad jual beli murabahah adalah firman Allah: Artinya: Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebul datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS.Al-Baqarah [2]: 275). Dalam ayat ini, Allah mempertegas legalitas dan keabsahan jual beli secara umum, serta menolak dan melarang konsep ribawi. Berdasarkan ketentuan ini, jual beli murabahah mendapat pengakuan dan legalitas dari syariah, dan sah untuk dioperasionalkan dalam praktik pembiayaan bank syariah karena ia merupakan salah satu bentuk jual beli dan tidak mengandung unsur ribawi. Salah satu produk pembiayaan murabahah adalah pembiayaan kepemilikan rumah, pembiayaan kepemilikan rumah adalah pemberian pembiayaan kepada

11 nasabah dalam rangka kepemilikan rumah dengan menggunakan akad berdasarkan prinsip syariah. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, Bank Indonesia mengatur ruang lingkup tentang pembiayaan kepemilikan rumah yaitu ruang lingkup pembiayaan kepemilikan rumah meliputi pembiayaan kepemilikan rumah yang diberikan oleh BUS dan UUS kepada nasabah perorangan dalam rangka kepemilikan rumah tinggal, termasuk rumah susun atau apartemen dengan tipe bangunan lebih dari 70 m2 (tujuh puluh meter persegi), namun tidak termasuk rumah kantor dan rumah took dan tidak berlaku untuk pembiayaan kepemilikan rumah dalam rangka pelaksanaan program perumahan Pemerintah Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam pembiayaan kepemilikan rumah Bank Indonesia menetapkan besaran Financing to Value (FTV) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kehatianhatian Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan memperhatikan karakteristik dari masing-masing produk pembiayaan. Financing to Value yang selanjutnya disebut FTV adalah perbandingan antara nilai pembiayaan yang dapat diberikan oleh BUS atau UUS terhadap nilai agunan pada saat awal pemberian pembiayaan dalam rangka kepemilikan rumah. Financing to Value yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk produk pembiayaan kepemilikan rumah dan pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor syariah berbeda-beda menurut karateristik penggunaan agunan. Bank Indonesia

12 menetapkan cara perhitungan Financing to Value untuk pembiayaan kepemilikan rumah adalah: 1. FTV diberlakukan terhadap pembiayaan kepemilikan rumah yang menggunakan akad murabahah atau akad istishna. 2. Perhitungan FTV yang merupakan perbandingan antara nilai pembiayaan terhadap nilai agunan, adalah sebagai berikut: a. Nilai pembiayaan ditetapkan berdasarkan harga pokok pembiayaan yang diberikan kepada nasabah sebagaimana tercantum dalam akad pembiayaan; dan b. Nilai agunan ditetapkan berdasarkan nilai pengikatan agunan oleh BUS dan UUS. 3. FTV pembiayaan kepemilikan rumah sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan paling tinggi sebesar 70% (tujuh puluh persen). Besaran FTV bisa disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai dengan perekonomian Indonesia. Marjin atau keuntungan yang didapatkan oleh bank atas pembiayaan murabahah tersebut merupakan pendapatan yang dapat meningkatkan laba keuntungan perusahaan. Selain dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, marjin juga dapat meningkatkan tingkat pengembalian modal perusahaan yang diinvestasikan oleh pihak perusahaan terhadap suatu proyek/usaha yang dilakukan oleh perusahaan

13 dengan pihak lain yang menjadi mitra usaha perusahaan atau disebut Return On Asset. 17 Pengertian Return On Asset (ROA) adalah rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. 18 Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar memperoleh laba. Sedangkan ROA menurut pendapat yang lain adalah Rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan berbagai income. 19 Profitabilitas yang diukur dengan menggunakan Rasio Return On Asset (ROA) ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: = ۯ % ܠ ܓ ܒ ܕܝܔ ۺ ܞ ܜܓۯܔ ܜܗ Keterangan: ROA = Return On Asset 17 Budi, Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Return On Asset, Jurnal Online, Universitas Komputer Indonesia, Bandung, 2004, hlm. 7-8. 18 Bambang Riayanto, 2001, hlm 331 19 Agnes Sawir, 2005, hlm 32

14 Tabel 1.2 Kriteria untuk penilaian peringkat ROA Peringkat 1 ROA > 1,5% Peringkat 2 1,25% < ROA 1,5% Peringkat 3 0,5% < ROA 1,25% Peringkat 4 0% < ROA 0,5% Peringkat 5 ROA 0% Sumber: SE Bank Indonesia No.9/24/DPbS tahun 2007 Alasan dipilihnya Return On Asset dari berbagai rasio profitabilitas yang ada yaitu, karena Return On Asset (ROA) ini merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin kecil rasio ROA, menunjukkan semakin buruk manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya. 1.6 Metode dan Teknik Penelitian 1.6.1 Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode deskriptif analitis dan metode verifikatif. Metode penelitian deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. 20 Sedangkan metode verifikatif adalah penelitian melalui pembuktian untuk menguji hipotesis hasil 20 Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1999, hlm. 15.

15 penelitian deskriptif dengan suatu perhitungan statistika sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukan hipotesis ditolak atau diterima. 21 Sehingga metode verifikatif ini digunakan untuk menjawab penelitian, yaitu untuk mengetahui besarnya pengaruh pendapatan pembiayaan murabahah pada Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) ib Maslahah terhadap ROA (Return On Asset) di Bank BJb Syariah Cabang Bandung. Dengan metode ini dapat diketahui berapa besarnya pengaruh variabel independent mempengaruhi terhadap variabel dependent, serta besarnya arah hubungan yang terjadi. 1.6.2 Teknik Penelitian 1.6.2.1 Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu pengumpulan data primer dari objek penelitian yang dilakukan dengan peninjauan langsung ke lapangan melalui wawancara dan observasi ke Bank Bjb Syariah Cabang Bandung. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Yaitu suatu penelitian yang dilaksanakan untuk memperoleh data sekunder yang diperlukan, dengan cara mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 21 Sugiyono, 2007, hlm. 6.

16 1.6.2.2 Sumber Data Adapun data yang diperlukan berasal dari dua sumber yaitu: 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian lapangan (field research) yaitu dengan melakukan penelitian secara langsung terhadap objek yang diteliti dimana penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi dan wawancara dengan karyawan Bank Bjb Syariah yang bertugas menangani Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR). 2. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk kuantitatif baik yang bersifat dokumen, website atau laporan tertulis berupa data-data keuangan tentang pendapatan pembiayaan murabahah, dan Return On Asset (ROA). 1.7 Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah laporan keuangan dari Bank Bjb Syariah. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan triwulanan Bank Bjb Syariah periode 2010 sampai dengan 2013 mengenai laporan laba/rugi dan laporan rasio keuangan.

17 1.8 Analisa Data Penulis mengumpulkan data dari laporan keuangan triwulanan periode 2010 sampai dengan 2013 dengan menggunakan data sekunder yang telah diarsipkan pada sistem arsip perusahaan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan, dimana hasil dari penelitian ini merupakan hasil dari perhitungan statistik dan pengujian atas hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana dan uji hipotesis melalui uji t. Perhitungan dilakukan dengan bantuan software program SPSS. Data variabel bebas diambil dari pendapatan pembiayaan murabahah dari tahun 2010 sampai dengan 2013 pada Bank Bjb Syariah dan data variabel terikat diambil dari ROA (Return On Asset) dari tahun 2010 sampai dengan 2013 pada Bank Bjb Syariah. Adapun bentuk persamaan umum dari regresi linier sederhana sebagai berikut: Y = a + bx Dimana: = ( )( ଶ) ( )( ) ଶ ( ) ଶ = ( ) ( ) ଶ ( ) ଶ

18 Keterangan: Y = Variabel terikat X = Variabel bebas a = Konstanta b = Koefisien regresi masing-masing variable bebas Kemudian, uji hipotesis yang digunakan oleh penulis adalah uji t, yaitu untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara variabel X dan variabel Y. Rumus yang digunakan adalah: ߚ =ݐ ݏ Hasil nilai t hitung kemudian dibandingkan dengan t tabel yang diperoleh berdasarkan tingkat kepercayaan sebesar 95% dan derajat kebebasan (n-2). Untuk menentukan hipotesis tersebut diterima atau ditolak, penulis membandingkan t hitung dengan t tabel, yaitu: Jika t hitung > t tabel atau - t < - t tabel maka H 0 ditolak, dan Jika t hitung < t tabel atau - t hitung > - t tabel maka H 0 diterima. 1.9 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan masalah-masalah dalam penelitian ini dan dapat dipahami permasalahannya secara sistematis, maka pembahasannya di bab-bab yang masing-masing bab mengandung sub bab-sub bab, sehingga tergambar keterkaitan yang sistematis untuk selanjutnya sistematika pembahasan yang disusun sebagai berikut:

19 Bab I pendahuluan yang diawali dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II konsep pendapatan pembiayaan murabahah dan ROA (Return On Asset) di Bank Syariah terdiri dari pengertian bank syariah, produk-produk dan jasa bank syariah, pengertian pendapatan, pengertian murabahah, manfaat jual beli murabahah, pengertian Return On Asset (ROA), hubungan antara pembiayaan murabahah dengan Return On Asset (ROA), hasil-hasil penelitian terdahulu dan hipotesis. Bab III pendapatan pembiayaan murabahah terhadap ROA (Return On Asset) di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung yang meliputi sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, uraian jabatan, produk dan jasa layanan, pendapatan pembiayaan murabahah di Bank Bjb Syariah dan ROA (Return On Asset) di Bank Bjb Syariah. Bab IV Analisis pengaruh pendapatan pembiayaan murabahah pada Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) ib Maslahah terhadap ROA (Return On Asset) di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung yang membahas tentang pendapatan pembiayaan murabahah pada Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) ib Maslahah di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung, Return On Asset (ROA) di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung, dan pengaruh pendapatan pembiayaan murabahah pada Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) ib Maslahah terhadap Return On Asset (ROA) di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung.

20 Bab V penutup dari penelitian yang di dalamnya diuraikan mengenai kesimpulan dan saran. Di akhir penulisan disertakan daftar pustaka dan lampiran.