BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Modelling

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB IV ANALISIS DATA. Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG AYAH

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI RENDAH DIRI SEORANG SANTRI

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENANGANI SIKAP EGOIS PADA SEORANG REMAJA

A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan. Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Trauma Seorang Remaja

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan BKI (Bimbingan dan Konseling Islam)

BAB IV ANALISIS DATA. membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah dilakukannya proses konseling. Berikut ini

BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Faktor-faktor yang melatar belakangi post power syndrome. seorang pensiunan tentara di Kelurahan Kemasan Krian

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENGATASI KEJENUHAN ISTRI MENGURUS

BAB IV ANALISIS TERAPI REALITAS UNTUK MEMBANTU PENYESUAIAN DIRI SANTRI MADRASAH DINIYAH

BAB IV ANALISIS DATA. yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut:

yang melihat bagaimana perilaku konseli secara langsung. Teknik analisa tingkah laku sebelum dan sesudah dilakukan proses bimbingan.

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Analisis tentang bentuk-bentuk Disharmoni Keluarga yang terjadi di. Desa Mojorejo Pungging Mojokerto

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENGATASI KESENJANGAN KOMUNIKASI SEORANG ADIK TERHADAP

BAB IV ANALISIS DATA. yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Analisis data tentangproses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

BAB V PENUTUP. yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan

BAB IV ANALISA DATA. konselor sekaligus peneliti. Analisa ini disajikan dalam bentuk penulisan analisa

BAB IV ANALISIS DATA. ketika melakukan observasi dan wawancara. dengan demikian dapat diketahui. untuk Menangani Anak Middle Child Syndrome. Tabel 4.

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) didalam Menangani

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis dari proses pelaksanaan Family Therapy dalam Menangani. Wilayah Perumnas Sukomulyo Lamongan

BAB IV ANALISIS DATA. dari lapangan berdasarkan fokus permasalahan yang diteliti. Berikut dibawah ini merupakan analisis data tentang faktor, proses

BAB IV ANALISIS DATA. observasi yang disajikan pada awal bab, adapun data yang di analisis. sesuai dengan fokus penelitian yaitu sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI KONSELING KARIR DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA DI KELURAHAN SIWALANKERTO SURABAYA

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena. Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan

BAB IV ANALISIS DATA A. ANALISIS TENTANG PENYEBAB-PENYEBAB SEORANG ANAK YANG. proses bimbingan dan konseling Islam menggunakan Non-Directive Permainan

BAB IV ANALISIS DATA. Belajar Siswa Di Mts Ma arif Driyorejo Gresik. lebih jelasnya lihat table di bawah ini:

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional. TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo

BAB IV ANALISIS DATA. diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut : A. Analisis Bimbingan dan Konseling Islam dengan pendekatan

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian ini peneliti menggunkan analisis deskriptif komparatif

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI

BAB IV ANALISIS DATA. analisis sesuai dengan fokus penelitian kali ini yaitu sebagai berikut:

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI PERILAKU FIKSASI

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA

Bab 5 PENUTUP. 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebencian Hd. a. Ayah Hd melakukan poligami. contoh yang baik bagi anaknya.

BAB IV ANALISIS DATA 1. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan

BAB IV ANALISIS PROSES DAN HASIL PELAKSANAAN TERAPI SABAR UNTUK MENGATASI STRES

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Konseling dengan Teknik Timing Of Event Models Untuk

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Tentang Proses Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku

BAB IV ANALISIS DATA. C. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan. Pemuda di Desa Putat Kec Kebomas Kab. Gresik).

BAB IV ANALISIS DATA. keefektifan dalam bimbingan dan konseling islam dengan terapi reward berbasis hobi

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari

BAB IV ANALISIS DATA. Dengan Teknik Token Economy Dalam Membentuk Disiplin Shalat

Menangani Kecemasan pada Korban Perkosaan. membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan.

BAB IV ANALISA DATA. dengan analisa deskriptif. Adapun datayang dianalisis sesuai dengan dua focus

BAB IV ANALISIS KONSELING KELUARGA BAGI LANSIA YANG MENGALAMI EMPTY NEST SYNDROME DI DESA KATERBAN NGANJUK

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Self Regulation Untuk Menurunkan Tingkat Kecanduan

BAB IV ANALISIS DATA. data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data mengenai Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan. di Desa Pangkahkulon Ujungpangkah Gresik

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor yang menyebabkan perilaku maladaptif di TPA Baitul Hamid

BAB IV ANALISIS DATA. dengan Teknik Biblioterapi Dalam Mengatasi Dekadensi Ke-Imanan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Karir dalam

BAB IV ANALISA DATA. 1. Analisis Tentang Faktor yang Mempengaruhi Seorang Siswa Pelaku. Bullying di Sekolah Al-Asyhar Sungonlegowo Bungah Gresik

BAB IV ANALISA DATA. Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. klien, ditemukan bahwa klien di usia yang ke- 60 sudah mengalami

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi maka konselor/peneliti melakukan analisis data. Analisis data

BAB IV ANALISIS DATA. klien. Setelah data diperoleh dari lapangan dengan cara wawancara, observasi dan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat,

BAB IV ANALISIS DATA. bimbingan dan konseling Islam yang terjadi di lapangan dengan teori yang

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa

BAB III TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING

BAB III METODE PENELITIAN. pikiran secara seksama dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan

BAB V PENUTUP. Dalam pembahasan tentang pelaksanaan Bimbingan dan Konseling. Siswa Pelaku Bullying di Sekolah Al-Asyhar Sungonlegowo Bungah Gresik.

BAB IV ANALISIS DATA TERAPI GROWTH MINDSET ( CAROL S. DWECK, PH.D.) DAN KETERAMPILAN ADAPTASI DIRI

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Proses Konseling Tawakal Untuk Meningkatkan Motivasi Hidup

A. Komunikasi Massa Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak menggunakan media.

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

BAB I. Pendahuluan. melakukan proses komunikasi. Keluarga juga merupakan tempat awal dimana suatu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS DATA. akhir dari pelatihan parenting untuk calon ibu dalam menyiapkan pola pendidikan

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi yang disajikan pada awal bab yang telah dipaparkan oleh

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Tentang Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Kedua aspek ini terbagi lagi atas sejumlah sub aspek dengan ciri- ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang sudah berkembang ini seseorang yang mengamati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diantara anak didik kita yang menghadapi masalah dan dapat

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para anak yang kurang kasih sayang orang tua, baik pada saat berkomunikasi di sekolah maupun dengan lingkungan di sekitar rumahnya. Ketika proses komunikasi interpersonal terjadi pada anak yang kurang kasih sayang orangtua, maka tidak akan lepas dari komunikasi verbal dan nonverbal. Dari komunikasi yang mereka jalin tersebut selalu diiringi oleh beberapa aspek yang mendukung maupun aspek yang menghambat terjadinya komunikasi. Saat bercengkerama dengan teman maupun tetangga di sekitar rumahnya, remaja yang memiliki background keluarga yang kurang baik ini selalu menggunakan komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi mereka selalu ada perpaduan antara komunikasi verbal dan nonverbal. Pesan verbal yang mereka sampaikan selalu diiringi dengan pesan nonverbal yang memperjelas maksud dari komunikasi yang tengah dilakukan. Meskipun para anak yang kurang kasih sayang orangtua terkadang kurang menyadari apa pesan nonverbal yang mereka gunakan pada saat melakukan komunkasi interpersonal, namun mereka dapat menangkap bahwa komunikasi mereka telah berhasil. Karena lawan bicara mereka dapat menangkap pesan yang mereka sampaikan dan respon yang di tunjukkan pun sesuai dengan pesan komunikasi tersebut. Pesan verbal dan pesan nonverbal dalam komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh anak yang kurang kasih sayang orangtua ini 76

77 tidak selalu berjalan dengan baik. Ada saja aspek yang menghambat terjadinya proses komunikasi interpersonal yang dilakukan anak yang kurang kasih sayang orangtua. Faktor tersebut menjadikan komunikasi yang mereka lakukan menjadi gagal, bahkan ada rasa enggan untuk melanjutkan proses komunikasi tersebut. Dibalik aspek yang menghambat proses komunikasi, masih ada aspek yang mendukung terjadinya komunikasi antara anak yang kurang kasih sayang orangtua dengan teman ataupun warga disekitarnya. Faktor ini menjadikan proses komunikasi berjalan dengan baik, sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dan mendapat respon yang baik, yang sesuai dengan pesan komunikasinya. Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa observasi dan wawancara yang telah disajikan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini peneliti akan menganalisis data tersebut dengan data deskripstif. Adapun yang akan dianalisis sesuai dengan fokus penelitian meliputi: A. Analisis Proses Terapi Behavior dengan Teknik Modelling Untuk Meningkatkan Kemandirian Remaja Proses interaksi yang dilakukan oleh remaja yang kurang mandiri dengan masyarakat tidak hanya dipengaruhi oleh aspek pendukung saja namun juga dipengaruhi oleh aspek penghambat. Adanya interaksi dalam keseharian semakin memudahkan remaja yang kurang mandiri untuk menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat. Dari bentuk komunikasi yang dipandang kurang baik oleh masyarakat mengakibatkan remaja yang kurang mandiri dijauhi oleh warga disekitarnya. Kejadian ini menjadikan remaja yang kurang

78 mandiri mempersepsi buruk terhadap tetangga tetangganya. Ada anggapan bahwa tetangga hanya seorang yang bodoh yang tidak pernah mengerti dengan keadaan remaja yang kurang mandiri. Tidak jarang anggapananggapan yang muncul dari pikiran mereka itu menimbulkan ketakutan tersendiri pada diri remaja yang kurang mandiri tersebut. Takut jika nama baik keluarganya semakin jatuh, bahkan muncul rasa malu yang begitu besar karena keadaan keluarganya yang berbeda dengan keluarga normal lainnya. Dan kemudian mereka enggan untuk berkomunikasi lebih jauh dengan warga sekitarnya dan melakukan pemutusan hubungan interpersonal. Ketika remaja yang kurang mandiri memiliki anggapan negatif bahkan ada perasaan takut terhadap warga sekitarnya dan warga pun memiliki persepsi yang negatif terhadap remaja yang kurang mandiri maka interaksi komunikasi yang di jalin juga terhambat, sehingga hubungan yang terjalin diantara mereka menjadi renggang. Dalam melakukan komunikasi interpersonal, seorang remaja yang kurang mandiri merasa lebih nyaman berkomunikasi dengan seorang yang tidak memandang rendah dirinya. Persepsi orang lain sangat mempengaruhi rangsangan terhadap remaja yang kurang mandiri untuk melakukan komunikasi. Setelah rasa nyaman itu sudah ada maka hubungan yang dijalin menjadi membaik. Setelah terjalin hubungan dekat, maka komunikasi interpersonal yang semula terasa kaku dan tidak nyaman, menjadi lebih fleksibel dan terbuka. Keterbukaan ini menjadikan remaja yang kurang mandiri merasa nyaman untuk menceritakan hal-hal mengenai dirinya, sehingga komunikasi yang dijalin pun menjadi lebih baik. Dalam

79 pergaulannya, interaksi remaja yang kurang mandiri dengan temannya tidak hanya menciptakan sebuah hubungan, melainkan juga struktur dalam hubungannya dengan teman-temannya. Dimana seseorang yang dianggap memiliki dominasi tinggi akan menjadi panutan. Sifat keegoisan atau bahkan seseorang yang memiliki pengetahuan lebih luas akan menjadi panutannya. Pernyataan tersebut relevan dengan isi dari Teori Kebutuhan Hubungan Interpersonal yang menegaskan bahwa proses interaksi menciptakan struktur dalam sistem. Bagaimana orang merespon satu sama lain menentukan jenis hubungan yang mereka miliki. Proses analisis data dalam proses konseling ini peneliti menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan data berdasarkan teori dengan data yang ada di lapangan. Dalam metode analisis data ini, peneliti akan menjabarkan setiap proses konseling beserta data empiris yang diperoleh dari lapangan. Faktor penyebab remaja yang kurang mandiri berdasarkan pada penyajian data yang diperoleh dilapangan antara lain : Dalam proses terapi behavior dengan teknik modelling yang telah dilakukan oleh konselor dalam mengatasi kurangnya kemandirian konseli akibat pola asuh orang tua ini menggunakan langkah-langkah yaitu: identifikasi masalah, diagnosa, prognosa, treatment/langkah terapi, dan follow up. Analisa tersebut menggunakan analisa deskriftif komperatif sehingga peneliti membandingkan data teori dan data yang terjadi di lapangan.

80 Tabel. 1.1 No. Data teori Data empiris (lapangan) 1. Identifikasi masalah (untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berfungsi untuk mengenal masalah yang dialami klien beserta gejala-gejala yang nampak pada konseli). 2. Diagnosa (menetapkan masalah berdasarkan latar belakang) 3. Prognosa (menetapkan jenis bantuan) Konselor mengumpulkan data dari berbagai sumber mulai dari konseli sendiri, ibu konseli, dan juga tetangga konseli. Dari hasil wawancara dalam penggalian data mengenai masalah yang dihadapi konseli, konseli bermasalah karena: pola asuh yang diterapkan dalam keluarga, dan kurangnya komunikasi dari Ayahnya yang jarang berada di rumah. Akibat dari masalah tersebut konseli menjadi remaja yang kurang mandiri dan lebih senang di dalam rumah. Berdasarkan dari hasil identifikasi masalah yang telah dilakukan konselor pada langkah awal dengan mewawancarai konseli sendiri, ibu konseli, dan juga teman -teman konseli, maka konselor dapat mendiagnosa masalah yang dihadapi klien yaitu sikap dan perilaku kurang mandiri. Indikator-indikator kurang mandiri yang tampak dalam diri saudara Imam, adalah sebagai berikut: 1) Terlalu sering menyuruh dan meminta bantuan kepada orang lain walaupun dia bisa melakukannya sendiri. 2) Tidak bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Baik tugas sekolah maupun tugas sehari-hari di rumah 3) Merasa tidak mampu dan mengeluh saat diberi suatu tugas atau amanat. 4) Tidak tegas dalam mengambil keputusan. Memberikan bantuan terapi behavior dengan teknik modeling. Yaitu dengan cara belajar melalui proses

81 4. Model nyata (live model) yang terjadi dalam kelompok untuk member percontohan terhadap masalah yang dihadapi konseli, sehingga dapat membentuk tingkah laku baru pada konseli, dan dapat memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. pengamatan, peniruan dan percontohan, pembentukan tingkah laku baru, serta memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Memberikan modelling dengan percontohan melalui pengamatan dan peniruan kepada konseli dengan bantuan model (orang yang mencontohkan), dalam hal ini ibu, teman dan konselor sendirilah yang menjadi model bagi konseli. 5. Evaluasi/follow up Menindaklanjuti perkembangan selanjutnya setelah proses konseling sekaligus evaluasi berhasil tidaknya terapi behavior yang telah dilakukan konselor. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa analisis proses pelaksanaan terapi behavior dengan teknik modeling dalam meningkatkan kemandirian seorang remaja di Desa Ngayung Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan yang dilakukan oleh konselor dengan langkah-langkah bimbingan konseling pada umumnya yaitu meliputi identifikasi masalah, diagnosa, prognosa, terapi (treatment), dan evaluasi (follow up). Fakta di lapangan menunjukkan bahwa memang tampak pada diri konseli beberapa ciri-ciri kekurang mandirian pada diri konseli yang apabila dibiarkan akan berdampak menjadi remaja yang tidak bisa bertanggung jawab dan menyusahkan orang lain. Untuk itulah konselor mengupayakan bantuan secara maksimal yaitu melalui proses konseling dengan menggunakan teknik modelling dalam terapi behavior. Pemberian treatment pada proses konseling ini, disamping pengarahan dan pengajaran dari konselor, konseli juga

82 memiliki tujuan dan benar-benar berkeinginan untuk berubah agar dapat menjalani kegiatan sehari-hari layaknya anak pada umumnya sehingga proses konseling ini bisa berjalan lancar karena kedua pihak saling mendukung. Maka berdasarkan perbandingan antara data teori dan data lapangan yang dihimpun pada saat proses konseling diperoleh kesesuaian dan persamaan yang mengarah pada proses terapi behavior. B. Analisa Data Tentang Hasil Akhir Pelaksanaan Proses Terapi Behavior dengan Teknik Modelling Untuk Meningkatkan Kemandirian Remaja Berhasil tidaknya dari usaha terapi behavior dalam meningkatkan kemandirian remaja ini sebagian besar tergantung pada diri klien sendiri. Apakah klien benar-benar ingin berubah menjadi lebih baik atau tetap dengan kondisi sebelumnya yakni belum bisa menerima keadaan yang ada pada keluarganya saat ini yang kurang mandiri dan tidak bertanggung jawab pada dirinya. Setelah beberapa minggu proses konseling dilakukan dalam meningkatkan kemandirian telah membawakan hasil yang diharapkan walaupun belum seratus persen mampu mengatasi keadaan klien tersebut. Perubahan yang terlihat pada konseli diamati oleh peneliti melalui pengamatan langsung maupun tidak langsung. Pengamatan yang dilakukan secara tidak langsung diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa informan yang mengetahui betul perilaku konseli dalam kehidupan seharihari yakni sepupu konseli, teman-teman konseli serta keluarga konseli.

83 Karena semakin baik keadaan suatu hubungan interpersonal antara remaja yang kurang mandiri dengan lingkungan, maka semakin terbuka remaja yang kurang mandiri dalam mengungkapkan dirinya. Dari situ pihak keluarga konseli menjadi lebih cermat dalam mempersepsi remaja yang kurang mandiri, begitu juga remaja yang kurang mandiri menjadi lebih cermat mempersepsi masyarakat juga dirinya sendiri, sehingga jalinan komunikasi diantara mereka menjadi semakin efektif. Untuk lebih jelas analisis tentang data akhir hasil proses pelaksanaan terapi behavior dengan teknik modelling yang dilakukan dari awal konseling hingga tahap-tahap akhir proses konseling, apakah ada perubahan pada diri konseli antara sebelum dan sesudah dilaksanakan terapi behavior dengan teknik modelling dapat digambarkan pada tabel dibawah ini: Tabel 1.2 Perbandingan hasil proses terapi behavior dengan teknik modelling antara sebelum dan sesudah diberikan Konseling No 1 2 3 4 Gejala yang Tampak Terlalu sering menyuruh dan meminta bantuan kepada orang lain walaupun dia bisa melakukannya sendiri Tidak bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Baik tugas sekolah maupun tugas sehari-hari di rumah Merasa tidak mampu dan mengeluh saat diberi suatu tugas atau amanat Tidak tegas dalam mengambil keputusan Sebelum Konseling Sesudah Konseling S KK TP S KK TP Keterangan: S : Sering dilakukan KK : Kadang-kadang dilakukan

84 TP : Tidak pernah dilakukan Sedangkan untuk melihat tingkat keberhasilan dan kegagalan terapi behavior dengan teknik modelling yang telah dilakukan, peneliti berpedoman pada standart uji perubahan perilaku yang apabila di prosentasekan sebagai berikut: 1. Lebih dari 75% atau 75% sampai dengan 100% (dikategorikan berhasil) 2. 60% sampai dengan 75% (dikategorikan cukup berhasil) 3. Kurang dari 60% (dikategorikan kurang berhasil). 1 Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa setelah mendapatkan terapi behavior dengan teknik modelling terjadi perubahan kearah yang lebih baik. Untuk lebih jelasnya mengenai perubahan gejala yang tampak pada konseli sesudah dilakukan konseling sesuai dengan prosentase sebagai berikut: 1. Gejala yang tidak pernah dilakukan = 3/4 X 100 = 75% 2. Gejala kadang-kadang dilakukan = 1/4 X 100 = 25% 3. Gejala yang sering dilakukan = 0/4 X 100 = 0% Berdasarkan prosentase gejala-gejala yang nampak pada konseli di atas maka dapat diketahui bahwa dengan bantuan pelaksanaan terapi behavior dengan teknik modelling menunjukkan keberhasilan dengan hasil perbandingan prosentase yaitu: Gejala yang sebelum pelaksanaan konseling sering dilakukan menjadi kadang-kadang dilakukan oleh konseli setelah pelaksanaan konseling dengan prosentase 25%. Sedangkan untuk gejala-gejala yang sebelum pelaksanaan 1 Ismail Nawawi Uha, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Aplikasi Untuk Ilmu Sosial, Ekonomi/Ekonomi Islam, Agama Menejemen, dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Dwi Putra Pustaka Jaya, 2012), hal. 284

85 konseling sering dilakukan konseli menjadi tidak pernah dilakukan konseli sesudah pelaksanaan konseling dengan prosentase 75%. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian terapi behavior dengan teknik modelling yang dilakukan oleh konselor dapat dikatakan cukup berhasil dengan prosentase 75%. Hal ini sesuai dengan standar uji yang tergolong dalam kategori 60% sampai dengan 75% yang dikategorikan cukup berhasil.